Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

Dosen Pengampu Nik Amah, S.E., M.Si

Judul :

AKAD ISTISHNA’

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Dara Ayu oF. U (1903101075)

2. Yani (1903101110)

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah, Rab yang menguasai perbendaharaan di alam semesta
ini dan mengaruniakannya kepada setiap makhluk yang ia kehendaki. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada uswah kita Rasulullah Muhammad SAW. juga kepada
segenap keluarga , para sahabat serta umat beliau hingga akhir zaman. Amin. Dengan
pertolongan Allah dan usaha yang sungguh sungguh penulis dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Akad istishna’” Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman
teman yang yang selalu mendorong untuk menyelesaikan makalah ini, ditengan kesibukan
penulis dalam melaksanakan berbagai tugas yang diamanahkan selama ini. Akhirnya meskipun
makalah ini telah selesai disusun, tetapi jauh dari kesempurnaan. Karenanya kritik dan saran dari
semua pihak senantiasa penulis harapkan. Kepada Allah jualah, penulis lantunkan do’a dan
harapan mudah-mudahan makalah ini akan menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga akan
menambah timbangan amal kebaikan kelak kemudian hari ketika menghadap Allah SWT.
Aamiin.

Madiun, 12 Desember 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’...............................................................................................1
C. JENIS AKAD ISTISHNA’.........................................................................................................3
D. SYARAT AKAD ISTISHNA’...................................................................................................3
E. RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’...................................................................4
1. RUKUN ISTISHNA’...................................................................................................................4
KETENTUAN AKAD ISTISHNA’................................................................................................4
3. KETENTUAN TENTANG PEMBAYARAN............................................................................4
4. KETENTUAN TENTANG BARANG DALAM ISTISHNA’...................................................4

iii
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung antara dua belah
pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukan melalui
pearantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel. Walaupun istishna adalah akad
jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salam maupun dengan murabaha. Istishna lebih
ke kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan dapat di bayarkan secara tangguh pula.

Istishna menurut para fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secara
syari’ah. Untuk pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung dan
metode persentase penyelesaian. Di mana metode persentase penyelesaian yang digunakan
miris dengan akuntansi konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara margin
laba dan selisih nilai akad dengan nilai wajar.

A. PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’


Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa DSN MUI ) shani’ akan
menyiapkan barang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi yang telah di sepakati di mana ia
dapat menyiapkan sendiri atau melalui pehak lain (istishna pararlel).

Dalam PSAK 104 par 8 di jelaskan barang pesanan harus memenuhi criteria:

1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad di sepakati

2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal dan

3. Harus di ketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,spesifikasi


teknis,kualitas, dan kuantitasnya.

Dalam istishna paralel, penjual membuat akad istishna kedua dengan sub kontraktor
untuk membantunya memenuhi kewajiban akad istishna pertama (antara penjual dan
pemesan) pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual tidak

1
dapat di alihkan pada sub kontraktor karna akad terjadi antara penjual dan pemesan bukan
pemesan dengan subkontraktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja
subkontraktor .

Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas :


(a) jumalah yang telah di bayarkan ,dan
(b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu (PSAK 104 par 13)

Dalam akad, spesifikasi akad yang di pesan harus jelas, bila produk yang di pesan
adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas, misalnya
menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik merk roman ukuran 40x40, toiletteries
merk toto dan lain sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengkataan
dapat di hindari. Hargapun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran
100% dibayarkan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu
harga disepakati, maka selama masa akad harga tidak dapat berubah walaupun biaya
produksi meningkat, sehingga penjualan harus memperhtungkan hal ini.

Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila spesifikasi atas barang yang dipesan
berubah. Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada
dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya ,
2. Akad batal demi hokum karena timbul kondisi hokum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad (psak 104 par 12)
Perbedaan salam dengan istishna Subjek Salam istishna Aturan dan keterangan Pokok
kontrak Muslam Mashnu’ Barang di tangguhkan, dengan spesifikasi Harga Dibayar saat
kontrak Boleh saat kontrak, Cara penyelesaian boleh diangsur, boleh pembayaran
dikemudian hari perbedaan utama antara salam dengan istishna Sifat kontrak Mengikat
secara asli Mengikat secara Salam mengikat (thabi’i) ikutan (thaba’i) semua pihak sejak
semula, sementara istishna dianggap mengikat berdasarkan pandangan para fuqaha demi
kemaslahatan, serta tidak bertentangan dengan aturan syari’ah Kontrak paralel Salam paralel

2
Istishna paralel Baik salam paralel maupun istishna parallel sah asalkan kedua kontrak secara
hokum adalah terpisah Sumber: diolah dari berbagai sumber.

B. JENIS AKAD ISTISHNA’


1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau mustahin)
dan penjujal (pembuat, shani)

2. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk
memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna dengan pihak
lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan.

C. SYARAT AKAD ISTISHNA’


Syaratnya akad istishna antara lain :
a.) antara penjual dan pemesan tidak bergantung pada istishna,
b.) antara penual dan pemasok .
c.) akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus
terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.
Dasar syari’ah Sumber hukum akad istishna Amr bin ‘auf berkata “perdamaian dapat
dilakukan diantara kamu muslimin kecuali perdamaian yang megharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin tergikat dengan syarat syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal dan mengharamkan yang halal.” (HR. Tirmidzi) Abu
sa’id al khudri berkata: tidak boleh membahayakan diri maupun orang lain.” HR. Ibnu maja
darruqutni dan yang lain.

Masyarakat telah mempraktikkan istishna’ secara luas dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama sekali. Hal demikian menjadi istishna sebagai kasus ijma atau consensus
umum. Istishna sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak
bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan
bagi umum serta tidak dilarang syari’ah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal
tersebut telah dipraktikan secara umum atau tidak.

3
D. RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’

1. RUKUN ISTISHNA’
Adapun rukun istishna ada tiga, yaitu :
1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustasni) dan penjual (pembuat sani’)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk
harga
3. Ijab qabul/serah terima.

E. KETENTUAN AKAD ISTISHNA’


Adapun ketentuan akad istishna’, yaitu:
1. Pelaku, harus cakap hokum dan balig
2. Objek akad:
a. Ketentuan Tentang Pembayaran
1). Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,
atau manfaat, demikian juga degan cara pembayarannya.

2) Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi
apabila setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad
maka penambahan biaya akibat peruhbahan ini menadi tanggung jaawab
pembeli

3. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan

4) Pembayaran tidak boleh berupa pe,mbebasan utang.

b. Ketentuan Tentang Barang

1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga tidak
ada lagi jahala dan perselisihan dapat dihindari

2) Barang pesanan diserahkan kemudian

3) Waktu dn penyerahan barang harus ditetapkan nberdasarkan kesepakatan

4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual

5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan

4
6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepatan, pemesan
pemilik hak khiyar (hak memilik) untuk melanjutkan atau membatalkan akad

7) Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya


mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah
menjalankan kewajibannya sesssuai dengan kesepakatan

Adalah pernyataan ekpsresi saling ridha/ rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melaui korespondensi atau menggunakan cara cara
komunikasi modern Berakhirnya akad istishna Kontrak istishna bias berakhir berdasarkan
kondisi kondisi berikut:

1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah piahk,

2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kotrak

3. Pembatalan hokum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing pihak bisa menuntut
pembatalannya.

Praktik pembiayaan istishna dan istishna paralel Seperti halnya praktik salam, secara
praktis pelaksanaan kegiatan istishna dalam perbankan syari’ah cenderung dilakukan dalam
format istishna paralel. Hal ini dapat dipahami karena pertama, kegiatan istishna oleh bank
syari’ah merupakan akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua,
bank syari’ah bukanlah produsen dari barang dimaksud. Secara umum tahapan praktik
istishna dan istishna paralel di perbankan syari’ah adalah sama dengan tahapan praktik
salam. Perbedaannya terletak pada cara pembayaran yangh tidak dilakukan secara sekaligus,
tetapi dilakukan secara bertahap.
Berdasarkan kompilasi sop yang disampaikan oleh bank syari’ah, tahapan pelaksanaan
istishna dan istishna paralel adalah seperti pada table dibawah ini. Tabel: ringkasan tahapan
akad istiishna dan istishan paralel menurut sop bank syari’ah No Tahapan, yaitu :
1. Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas oleh nasabah pembeli
kepada bank syari’ah sebagai mustasni,
2. Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman
barang yang disepakati ,

5
3. Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud (sesuai batas
waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah),
4. Pengikatan I antara bank dengan nasabah untuk membeli barang dengan spesifikasi
tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan ,
5. Pembayaran oleh nasabah dilakukan sebagian di awal akad dan sisanya sebelum barang
diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur) ,
6. Pengikatan II antara bank dan produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi
tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan ,
7. Pembayaran dilakukan secara bertahap bank kepada prrodusen setelah pengikatan
dilakukan,
8. Pegiriman barang dilakukan langsung ole produsen pada nasabah Sumber: bukhori et,al
(2005)
Dari hasil telaahan atas SOP produk istishna, terdapat beberapa hal yang dapat dicermati
lebih jauh, yaitu:

1). Secara umum pemahaman bank syari’ah terdapat akad istisha adalah berkaitan dengan
pembelian suatu benda yang memiliki nilai besar dan prroduksi secara bertahap,
misalnya, bangunan, pesawat terbang dan sebaginya.

2). Sama halnya dengan praktik salam, praktik akad istisna di bank syari’ah hamper lalu
dilakukan dalam format istishna paralel.dengan demikian praktik istishna di perbankan
syari’ah lebih terporientasi pada upaya pencarian marjin antara harga akad I dan harga
akad II

3). Sama halnya dengan praktik salam, praktik istishna di industri perbankan syari’ah lebih
mencerminkan kegiatan utang piutang (penyediaan dana) daripada kegiatan jual beli.

Implikasinya adalah pengakuan piutang istishna lebih mencerminkan piutang


uang (sebagai akibat kegiatan penyediaan dana) daripada piutang barang (sebagai akibat
kegiatan jual beli). Perlakuan Akuntansi (PSAK 106) Akuntansi untuk penjual
Pengakuan untuk asset tergantung dari akadnya . jika proposal, negosiasi dan biaya serta
pendapatan asset dapat diidentifikasi terpisah ,maka akan di anggap akad terpisah. Jika
tidak, maka akan di anggap satu akad.

6
Jika ada pesanan tambahan dan nilainya signipikan atau di negosiasiakan terpisah, maka
di anggap akad terpisah. Biaya perolehan istishna terdiri atas :
a. Biaya langsung yaitu :bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan, atau tagihan produsen /kontraktor pada entitas untuk istishna paralel.
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad.
c. Khusus untuk istishna paralel: seluruh biaya akibat produsen /kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajiban jika ada.
Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang di terima
dari produsen/kontraktor akan di akui sebagai asset istishna’ dalam penyelesaian,
sehingga jurnal yang di lakukan bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad istishna
adalah: Dr. asset istishna dalam penyelesaian xxx Kr. Persediaan,kas,utang,dan lain-lain
xxx Untuk akun yang di kredit akan tergantung apa yang di guanakan oleh perusahaan
untuk memenuhi kewajiban akad tersebut. Beban pra akad di akui sebagai beban
tangguhan dan di perhitungkan sebagai biaya istishna jika akad di sepakati jika akad di
sepakati maka biaya tersebut di bebankan pada periode berjalan .
a. Saat di keluarkan biaya pra akad, di catat:
Dr. biaya pra akad di tangguhkan xxx
Kr. Kas xxx
b. Jika akad di sepakati,maka di catat:
Dr. beban istishna xxx
Kr. Biaya pra akad di tangguhkan xxx
c. Jika akad tidak di sepakati, maka di catat:
Dr. beban xxx
Kr. Biaya pr akad di tangguhkan xxx
Akuntansi untuk pembeli, yaitu :
1. Pembeli mengakui asset istishna dalam penyelesaian sejumlah termin yang di tagih oleh
penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Jurnal:
Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian xxx
Kr. Utang kepada penjual xxx
2. Asset istishna yang di peroleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh
lebih dari satu tahun diakui sebesar :biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang

7
di sepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
istishna’ tangguh. Jurnal:
Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar nilai tunai) xxx
Dr. bebn istishna tangguh(selisih nilai tunai dengan harga beli) xxx
Kr. Utang kepada penjual xxx

8
DAFTAR PUSAKA

Sri Nurhayati, Wasilah.2008. Akuntansi Syariah di Indonesia, salemba empat, edisi dua revisi Afcarya,
Akad dan Produk Bank Syari’ah. Jakarta : PT. RAJA GRAFINDO PERSADA.

Anda mungkin juga menyukai