Anda di halaman 1dari 5

PEMBAGIAN MATERI RANGKUMAN

“power point”

A. Teknologi dalam Proses Komunikasi Politik


1. Perkembangan Teknologi sebagai Bagian dari Komunikasi Politik

Dari asal katanya, teknologi berasal dari bahasa Latin “texere”, yang berarti
menyusun atau membangun, sehingga teknologi tidak seharusnya dibatasi pada
penggunaan mesin-mesin saja. Selama tahun 1980-an, komunikasi berkembang
menjadi entitas penting dalam proses tukar-menukar informasi menggunakan basis
“many to many”. Basis ini dilakukan melalui sistem komunikasi yang terkomputerisasi.
Hal ini yang pertama kali disebut sebagai teknologi komunikasi baru. Teknologi
komunikasi baru ini memungkinkan terjadi proses interaksi antar-pengguna (interaktif).

Komunikasi yang dilakukan masyarakat tentunya juga ada sebagian yang


bermuatan politik. Di era menjelang reformasi dulu kita melihat komunikasi
politik masyarakat dilakukan lewat media massa, seperti koran, majalah, tabloid, dan
lain-lain. perkembangan teknologi membuat penggunaan ruang public dapat diinisiasi
melalui ruang-ruang privat yang bernama media sosial. Komunikasi politik bisa
dilakukan sebebas-bebasnya dengan hanya sedikit limitasi dari penegak hukum. Semua
ini bisa terjadi karena perkembangan teknologi yang luar biasa, terutama melalui
internet, sehingga muncul saluran-saluran baru, di mana masyarakat bisa
berkomunikasi politik secara lebih bebas, lebih cepat, dan pastinya lebih memiliki
dampakyang sangat luas karena dilakukan di ruang publik yang bernama dunia maya.

2. Teknologi dalam Konteks Kajian Komunikasi Politik

Dalam konteks kajian-kajian komunikasi politik, teknologi internet membawa


dampak yang sangat signifikan terkait diseminasi arus informasi politik. Konten-konten
politik menjadi lebih mudah ditemui di dalam akun-akun media sosial masyarakat,
karena aksesnya sangat terbuka. Masyarakat memiliki kebebasan dalam berkomunikasi
politik, seperti memberikan komentar terkait kebijakan-kebijakan politik yang
dirumuskan oleh para elit politik. Oleh karenanya, terjadi dua level komunikasi secara
bersamaan, yaitu komunikasi pada level interpersonal dan komunikasi pada level media
massa. Kondisi demikian mengakibatkan pesan yang bersifat desentralisir karena
produsen dapat sekaligus sebagai konsumen dan sebaliknya; komunikasi berlangsung
dalam dua arah antara produsen dan konsumen; dalam pengelolaan pesan berada di luar
kontrol negara; terbentuk demokrasi; dan berorientasi pada individu. Selain akses yang
sangat terbuka dan juga mudah, ongkos yang dikeluarkan juga lebih rendah daripada
menggunakan media mainstream atau melakukan pertemuan-pertemuan publik secara
fisik. Selain bersifat sentralistik (hanya satu arah), menggunakan media mainstreamjuga
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hasil menggunakan media sosial pun sangat
signifikan karena dapat menjangkau setiap lapisan masyarakat, termasuk mendapatkan
feedbackdari mereka. Fakta ini memperlihatkan sebuah fenomena, yaitu penggunaan
media sosial menjadi sebuah medium efektif untuk digunakan pada khazanah kajian
komunikasi politik

B. Media Baru dalam Komunikasi Politik


Komunikasi yang pada awalnya hanya sebatas proses interaksi personal secara face
to face, kini berkembang secara online melalui iternet. Salah satu bentuk perkembangan
teknologi komunikasi adalah media baru (new media) yang kemudian melahirkan media
sosial (sosial media). Para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Ragam media
sosial yang tengah berkembang dan banyak diminati orang adalah Facebook, Myspace, dan
Twitter, WhatsApp, youtube, dsb.

Perkembangan media online semakin pesat, terutama memfasilitasi masyarakat


dalam mengakses informasi dan jejaring sosial. Jejaring sosial inilah yang kemudian
dimanfaatkan oleh para kandidat politik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat
yang sudah melek media dan sering bersikap kritis terhadap sebuah permasalahan. Pada
praktinya hal tersebut tidak akan mudah karena muncul isu ataupun wacana baru yang lebih
dikenal dengan seduksi kecenderungan politik di dunia virtual.

C. Media Baru dan Demokratisasi di Indonesia

Media baru merupakan produk konvergensi berbagai teknologi media yang telah ada,
Internet sebagai media baru menggabungkan radio, film, koran, dan televisi dan
mendistribusikannya melalui 'push' technology. Internet, sebagai media komunikasi dan
pertukaran informasi, berpeluang merevolusi sistem, struktur, dan proses demokrasi yang
selama ini kita kenal. Jadi internet memiliki kemampuan yang luar biasa dalam membawa
perubahan politik di suatu negara-mampu merevolusi sistem politik, dari otoriter menjadi
demokratis. Kehadiran media baru telah membawa revolusi besar dalam industri media
dan cara masyarakat menikmati dan menggunakan media. Media baru telah mengubah
banyak hal, termasuk di dalamnya adalah demokratisasi. Sehingga, pada akhirnya media
baru ini membawa perubahan dan fenomena baru terkait demokratisasi yang ada di
Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
1. Masyarakat Massa Versus Masyarakat Jaringan
Internet menghadirkan ruang publik bebas (free public sphere) kepada warga negara
(publik). Dalam The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry into a
Category of Bourgeois Society, Jurgen Habermas (1962/1989) dalam mengemukakan
konsep publik sphere (Öffentlichkeit). Ruang publik merupakan tempat tersedianya
informasi ada dan komunikasi terjadi serta tempat diskusi dan deliberasi publik yang
didalamnya dibahas persoalan persoalan publik. Akses ke ruang publik ini bersifat
bebas, karena ini merupakan tempat kebebasan untuk berkumpul (the freedoms of
assembly), sehingga asosiasi dan ekspresi dijamin. Ini merupakan tempat komunikasi.
ideal (an idealized communication venue).

2. Media Baru dan Ruang Publik Sebagai Kanal Demokratisasi


Dalam demokratisasi, ruang publik dapat berfungsi sebagai stimulator perwujudan
demokrasi deliberatif. Demokrasi deliberatif adalah demokrasi yang dibangun
berdasarkan pada penilaian politik yang rasional". Menurut Claus Offe dan Ulrich
Preuss, ada tiga kriteria bagi keputusan politik yang rasional yaitu mengedepankan
fakta, berorientasi pada masa depan, dan Melalui internet, masyarakat dapat
mengorganisir diri dalam formasi atau pembentukan dalam atau menjadi anggota
cyber interest groups (kelompok kepentingan maya) dalam suatu jenis mailing list
(milis), web site, blog page, ataupun situs jejaring sosial.

Di Indonesia, pengguna internet, khususnya jejaring sosial, begitu powerful dalam


memberdayakan ruang publik, sehingga berwujud menjadi gerakan politik. Contoh
kasus dari ruang publik maya (cyber public sphere) menjadi aksi politik. Salah satu
contoh adalah gerakan facebooker yang berawal dari dunia maya selanjutnya
berbentuk aksi politik.
Masih banyak contoh-contoh kasus lainnya, dimana facebook dijadikan sarana diskusi
publik dan konsolidasi kekuatan gerakan politik. Fenomena ini mungkin yang pertama
di dunia. Jejaring sosial telah mentransformasi bentuk konsolidasi gerakan politik.

D. Penggunaan Media Baru dalam Komunikasi Politik

Penggunaan media baru dalam komunikasi politik yang lebih tren saat ini adalah e-
government, kampanye lewat internet, komunikasi politik online warga, serta relasi
horizontal antara warga negara dengan warga negara lain baik dalam bentuk kelompok
virtual maupun dalam konteks pendidikan politik antarwarga. Menjelang pemilu
mendatang muncul sejumlah kelompok masyarakat terdidik yang berupaya untuk
memperkuat kesadaran politik warga negara lewat diseminasi informasi politik secara
online yang menjadikan para netizens sebagai target.

1. E-Governement: Government to Citizen E-government mengacu pada


penggunaan teknologi informasi, seperti wide area networks, internet, dan mobile
computing, oleh lembaga-lembaga pemerintah yang mampu mentransformasi
hubungan antara pemerintah dengan warga negara, bisnis, dan sesama elemen
pemerintah lainnya. Sisi transformatif dalam e-government adalah warga negara
dapat secara langsung menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah tanpa harus
dibatasi ruang dan waktu lewat website berbagai lembaga pemerintahan.
2. Kampanye Politik Online: Political Elite to Citizen Kampanye online ini bisa
dilakukan secara perseorangan, bisa juga secara organisasional dari partai-partai
politik. Kampanye online sangat marak dilakukan pada saat menjelang Pemilu, baik
di tingkat nasional maupun lokal. Seiring dengan perkembangan aplikasi internet
dalam politik mulai muncul tren pemilihan ketua organisasi atau partai politik
menggunakan media online untuk mensosialisasikan pribadi kandidat dan program
kerjanya.
3. Media Aspirasi Rakyat: Citizen to Elite Salah satu bentuk perubahan struktur
pada komunikasi politik adalah pola dan peran warga negara sebagai aktor politik itu
sendiri. Media baru membentuk struktur komunikasi yang memampukan warga
negara sebagai aktor politik, lepas dari bersentuhan dengan negara atau tidak.
4. Pendidikan Politik: Citizen to Citizen
Sejumlah gerakan grassroot, gerakan sosial yang diprakarsai oleh sejumlah
kelompok yang peduli dengan perubahan politik pada lembaga legislatif yang
selama ini dipandang sangat korup. Maka ada niat untuk membuka informasi
sebanyak mungkin terkait dengan calon anggota DPR tersebut sehingga masyarakat
tidak salah pilih,
Gerakan ini diprakarsai oleh masyarakat diberbagai daerah di Indonesia, yang sadar
akan peran strategis media baru dalam kehidupan secara khusus pada bidang politik.
Sifat aksesibilitas media baru yang tanpa batas dengan karakter pemilih pemula yang
sadar teknologi, menjadi kekuatan tersendiri dalam upaya konsilidasi demokrasi
elektoral di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai