Ipi 428797
Ipi 428797
Abstrak. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) memiliki dampak yang luar biasa pada
kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu alasan kunjungan ke pusat pelayanan
primer. ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Balita lebih cenderung
terpapar ISPA dan pada akhirnya berujung pada komplikasi-komplikasi seperti Otitis Media
Akut (OMA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ISPA dengan OMA pada
balita di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh. Penelitian bersifat deskriptif analitik
dengan metode cross sectional, dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 2011.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien balita yang berobat ke unit Manajemen
Terpadu Balita Sakit Puskesmas (MTBS) Kuta Alam Kota Banda Aceh tahun 2011, dengan
sampel sebanyak 207 orang yang dipilih secara Non Probably Sampling dengan metode
Purposive Sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi terhadap pemeriksaan dokter
puskesmas pada pasien balita yang datang berobat ke Unit MTBS Puskesmas Kuta Alam
Kota Banda Aceh yang kemudian didiagnosa ISPA. Analisis data dilakukan melalui
univariat dan bivariat dengan menggunakan statistik Chi-Square. Hasil penelitian ini
menunjukkan dari 207 balita yang datang berobat ke Puskesmas, didapatkan 74,88% positif
ISPA dan 25,12% negatif ISPA serta didapatkan 16,43% positif OMA dan 83,57% negatif
OMA. Dari hasil uji statistik Chi-square menunjukkan adanya hubungan antara ISPA dan
OMA dengan p-value sebesar 0,002 (p < 0,05). Hubungan kausal antara OMA dan ISPA
menyimpulkan bahwa perlu dilakukan intervensi dini selama perjalanan ISPA sehingga
dapat mencegah episode OMA. (JKS 2011; 3:157-167)
Kata kunci : Infeksi saluran pernapasan akut, otitis media akut, balita
Abstract. ARI (Acute Respiratory Infection) has extraordinary effects for people’s health. It
is one of the reasons behind people’s visit to primary health service centers. ARI is a
disease that often occurs in children. Children tend to be vulnerable to ARI, which usually
results in such complications as Acute Otitis Media (AOM). This research aimed at
identifying the relationship between ARI and AOM among toddlers in Kuta Alam Health
Center, Banda Aceh. This research is an analytic-descriptive research using cross sectional
method, held from November to December 2011. The study population was all patients
under five who went to IMCI (Integrated Management of Childhood Illness) unit of Kuta
Alam Health Center, Banda Aceh in 2011, with a sample of 207 people chosen at Non
Probably Sampling by using Purposive Sampling method. The data collection in this study
used primary data which was obtained directly from the observation of the doctor's
examination on under-five patients who came for treatment to IMCI unit of Kuta Alam
Health Center, Banda Aceh, who were then diagnosed with having ARI. The data analysis
was performed by univariate and bivariate statistics by using Chi-Square. The results of this
study showed that of 207 toddlers coming for treatment to the health center, 74.88% were
diagnosed with positive ARI, 25.12% negative ARI, 16.43% positive AOM and 83.57%
negative AOM. The results of the Chi-square statistical test showed that there was an
association between ARI with AOM with p-value of 0.002 (p <0.05). The causal relationship
between the AOM and ARI suggests that early intervention during the course of a
respiratory infection can prevent episodes of AOM. (JKS 2011; 3:157-167)
Teuku Husni adalah Dosen Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/
RSUDZA Banda Aceh
157
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011
158
Teuku Husni, Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Otitis Media Akut
159
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011
H0 = Tidak ada hubungan antara 2011 yang telah memenuhi kriteria yang
ISPA dengan OMA telah ditetapkan. Adapun kriteria sampel
Ha = Ada hubungan antara ISPA dalam penelitian ini adalah sebagai
dengan OMA berikut:
1) Pasien anak yang berusia dibawah 5
METODOLOGI PENELITIAN tahun dan berkunjung ke Unit MTBS
Jenis dan Rancangan/Desain Penelitian Puskesmas Kuta Alam selama masa
Penelitian bersifat deskriptif analitik penelitian
dengan metode cross sectional dimana 2) Pasien yang didiagnosa ISPA dan non-
peneliti akan meneliti hubungan antara dua ISPA
variabel pada satu situasi atau sekelompok 3) Pasien yang dapat dilakukan observasi
subjek. Hal ini dilakukan untuk mencari langsung oleh peneliti
hubungan antara suatu variabel dengan Sampel yang akan dijadikan responden
variabel yang lain (Notoatmodjo, 2005). adalah sampel yang tersedia saat
pengambilan data yaitu pada tanggal 28
Tempat dan Waktu Penelitian November hingga 24 Desember 2011.
Tempat Penelitian Adapun jumlah sampelnya adalah:
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan n =
di unit MTBS Puskesmas Kuta Alam Kota
Banda Aceh. =
=
Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini berlangsung dari =
tanggal 28 November sampai dengan = 206,996
tanggal 24 Desember 2011. = 207
Populasi dan Sampel Penelitian Keterangan:
Populasi Penelitian n = Jumlah sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh N= Jumlah populasi
pasien balita yang berobat ke unit MTBS d = Derajat kemaknaan
Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh (Notoatmodjo, 2005).
tahun 2011. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa jumlah sampel pada penelitian
Sampel Penelitian adalah sejumlah 207 balita.
Sehubungan dengan keterbatasan waktu
yang dimiliki peneliti sehingga tidak Kerangka Konsep
memungkinkan mengambil semua Variabel Independen Variabel Dependen
populasi terjangkau, maka dalam memilih
sampel peneliti menggunakan teknik Non Infeksi Saluran Otitis Media
Probably Sampling dengan teknik Pernafasan Akut Akut
Gambar 1 Bagan Kerangka Konsep
pengambilan sampel pada penelitian ini (ISPA)
adalah purposive sampling. Teknik Metode Pengumpulan Data
pengambilan sampel didasarkan pada suatu Metode pengumpulan data dalam
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh penelitian ini menggunakan data primer
peneliti sendiri, berdasarkan pada suatu ciri yaitu data yang diperoleh langsung dari
atau sifat-sifat populasi yang sudah hasil observasi terhadap pemeriksaan
diketahui sebelumnya (Arikunto, 2002). dokter puskesmas pada pasien balita yang
Sampel penelitian ini adalah seluruh balita datang berobat ke Unit MTBS Puskesmas
yang berobat ke unit MTBS Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh yang
Kuta Alam Kota Banda Aceh dari tanggal kemudian didapatkan menderita ISPA.
28 November sampai dengan 24 Desember
160
Teuku Husni, Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Otitis Media Akut
161
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011
162
Teuku Husni, Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Otitis Media Akut
163
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011
Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh, tengah. Hal ini membuat kondisi ideal
yaitu dengan memasukkan hasil kategori- terhadap superinfeksi bakteri (Revai et al.,
kategori karakteristik balita ke dalam tabel 2007).
kontigensi yang selanjutnya dianalisa Menurut Becker, dkk (2004), bayi dan
dengan menggunakan Chi-Square (X2), anak memiliki predisposisi OMA karena
maka didapatkan dari 155 balita yang tuba eustachii yang pendek, lurus dan
positif ISPA, 33 diantaranya menderita lebar, mukosa yang sama antara telinga
OMA dan dari 52 balita yang negatif tengah dan saluran pernapasan atas. Selain
ISPA, 1 diantaranya menderita OMA. itu, peningkatan frekuensi ISPA, hiperplasi
Secara umum dapat dilihat bahwa balita cincin Waldeyer, sirkulasi udara yang
yang positif ISPA sebagian kecil buruk dalam rongga telinga, perbedaan
menderita OMA (21,29%) di Puskesmas reaksi sistem imun umum dan mukosa
Kuta Alam Kota Banda Aceh. yang ditentukan oleh genotip dan fenotip
Setelah dilakukan pengujian hipotesis juga menjadi faktor risiko terjadinya OMA
menggunakan rumus Chi-Square (X2) pada balita dan anak.
dengan tabel kontigensi 2x2 maka Penelitian ini menemukan kebanyakan
didapatkan bahwa nilai p = 0,002, anak datang tanpa keluhan yang berarti
sehingga Ha diterima yang berarti ada seperti adanya telinga berair, demam dan
hubungan antara ISPA dengan kejadian ganggan tidur. Diagnosis OMA pada
OMA pada balita di Puskesmas Kuta Alam umumnya dapat ditegakkan dari
Kota Banda Aceh (Lampiran). pemeriksaan telinga menggunakan
Hal ini sesuai dengan penelitian Revai, dkk otoskop. Hal ini seperti yang ditemukan
(2008), dari 709 episode ISPA hampir oleh Pichicero (2000) pada penelitiannya
sepertiga berlanjut menjadi OMA. terhadap 302 anak berusia ≤ 4 tahun,
Penelitian tersebut dilakukan melalui ditemukan 40% anak dengan OMA tidak
pemeriksaan kultur nasofaringeal pada pernah mengeluhkan gejala telinga berair.
awal perjalanan ISPA dan secara jelas Demam tidak muncul pada 31% dan
menunjukkan adanya bakteri patogenik gangguan tidur tidak ditemukan pada
pada nasofaring selama ISPA yang separuh anak dengan OMA.
meningkatkan risiko terhadap komplikasi OMA biasanya mengikuti suatu ISPA
OMA. Hal ini juga seperti diutarakan oleh virus yang berujung pada kongesti mukosa
Revai, dkk (2008), yang menemukan pada saluran napas. Kongesti tuba
bahwa selama ISPA, anak-anak memiliki eustachii berujung pada akumulasi sekret
lebih banyak tipe bakteri dan jumlah pada telinga tengah. Patogen mikro
koloni bakteri yang lebih tinggi pada berproliferasi pada sekresi dan berujung
nasofaring, dibandingkan dengan selama pada suatu OMA supuratif dan
periode sehat. simptomatik (Oh, 1995).
Untuk terjadinya OMA, bakteri yang Dari hasil studi literatur, peneliti
berkolonisasi di nasofaring harus menyimpulkan bahwa angka prevalensi
memasuki telinga tengah melalui tuba OMA tinggi pada anak dengan usia di
eustachii. Dalam keadaan normal, bakteri bawah 5 tahun dan akan semakin menurun
dicegah memasuki telinga tengah oleh angka prevalensi OMA seiiring dengan
epitel bersilia yang melapisi tuba eustachii. meningkatnya usia anak. Hal ini sesuai
ISPA merusak sistem mukosiler dan dengan yang ditemukan oleh Revai, dkk
mengganggu pertahanan mekanik primer (2007), dalam penelitiannya yang
telinga dari invasi bakteri. Disfungsi tuba menemukan 29-50% dari seluruh ISPA
eustachii juga pada akhirnya dapat berkembang menjadi OMA. Dengan
menurunkan tekanan di dalam telinga pertimbangan sangat tingginya insiden
tengah, yang mendorong mukus, sekresi ISPA pada anak, sehingga jumlah anak
nasofaring dan bakteri ke dalam telinga yang terserang OMA pun dapat
164
Teuku Husni, Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Otitis Media Akut
diperkirakan angka kejadiannya. Rata-rata, Oleh kerena itu, pencegahan yang efektif
anak-anak usia ≤ 5 tahun memiliki 2 termasuk pencegahan terhadap ISPA perlu
sampai 7 episode OMA. Insiden puncak dilakukan. Pemahaman terhadap hal ini
OMA adalah antara usia 6 sampai 18 akan mengarahkan kita pada cara yang
bulan. Walaupun frekuensi keduanya dan lebih baik terhadap pencegahan penyakit
hubungan yang begitu dekat, tidak ada anak yang sangat tinggi prevalensinya ini.
penelitian yang menentukan secara pasti Sehingga perlu dilakukan penelitian
insiden umur pasti dari OMA setelah suatu lanjutan untuk mengetahui faktor penyebab
kejadian ISPA. OMA pada anak di Puskesmas Kuta Alam
Lebih lanjut Revai, dkk (2007), Banda Aceh.
menyatakan bahwa insiden puncak OMA
adalah antara usia 6 sampai 18 bulan, KESIMPULAN DAN SARAN
dengan jelas ditunjukkan bahwa 30% Kesimpulan
episode ISPA pada anak akan berujung ke 1) Distribusi frekuensi terbesar dari
OMA, dan penyakit ini terjadi kebanyakan kejadian ISPA pada balita di
pada anak antara 6 sampai 11 bulan, Puskesmas Kuta Alam Kota Banda
walaupun anak-anak ini sama rentannya Aceh adalah balita dengan kategori
terhadap ISPA seperti anak pada usia positif ISPA dengan jumlah 155 balita.
kedua kehidupan. Penelitian tersebut 2) Distribusi frekuensi terbesar dari
menemukan insiden paling puncak OMA kejadian OMA pada balita di
setelah ISPA antara 6 sampai 11 bulan dan Puskesmas Kuta Alam Kota Banda
data ini sesuai dengan yang ditemukan Aceh adalah anak dengan kategori
oleh Teele dkk. Peningkatan rentannya negatif OMA dengan jumlah 173
OMA pada anak-anak yang lebih muda balita.
telah dikaitkan terhadap respon imunologik 3) Terdapat hubungan antara ISPA
yang tidak adekuat dan suatu tuba dengan OMA pada balita di Puskesmas
eustachii yang lebih pendek, lurus dan Kuta Alam Kota Banda Aceh.
sempit. Ini menegaskan alasan mengapa Saran
anak-anak yang lebih tua dilindungi dari 1) Kepada Kepala Puskesmas Kuta
paparan untuk mengetahui faktor risiko Alam Kota Banda Aceh agar kiranya
OMA yang dapat dihindari, onset OMA dapat mengoptimalkan Program
lebih lanjut dan insiden paruh waktu yang Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan
lebih rendah. Hal ini sesuai dengan yang terhadap masyarakat terutama
dinyatakan oleh Oh (1995), bahwa OMA mengenai penyakit infeksi, dalam hal
adalah salah satu penyakit infeksi yang ini khususnya ISPA. Sehingga dapat
paling sering didiagnosa pada anak, tetapi tercegah dari penyakit ISPA, dan
frekuensinya berkurang dengan apabila sudah menderita ISPA agar
meningkatnya usia. tidak berlanjut menjadi OMA.
Kejadian OMA terjadi sampai dengan 30% 2) Kepada dokter puskesmas agar dapat
pada ISPA. Di negara berkembang dengan memberikan penatalaksanaan ISPA
pengobatan yang tidak adekuat, OMA secara tepat sehingga tidak
dapat berlanjut menjadi perforasi gendang berkembang menjadi OMA dan
telinga dan sekret telinga kronik pada anak juga dapat mendiagnosa OMA
usia lebih tua dan terancam mengalami secara dini sehingga dapat mencegah
gangguan pendengaran atau ketulian berkembangnya OMA terhadap
(Simoes et al., 2002). komplikasi yang tidak diharapkan.
Hubungan kausal antara OMA dan ISPA 3) Kepada masyarakat, khususnya
menyarankan bahwa intervensi dini selama orangtua diharapkan dapat memantau
perjalanan suatu ISPA dapat mencegah kesehatan balitanya dan apabila
episode OMA (Stephanie et al., 1998). ditemukan gejala-gejala infeksi
165
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011
pernapasan akut agar segera membawa 12. Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan
ke puskesmas terdekat. Indonesia tahun 2005.
4) Kepada profesi kedokteran, rekan- http://www.depkes.go.id [diakses pada: 5
rekan yang berminat melanjutkan November 2011].
penelitian ini, agar dapat melakukan 13. Depkes RI. 2006. Glosarium Data dan
Informasi Kesehatan.
penelitian lebih lanjut terkait kejadian
http://www.depkes.go.id [diakses pada: 5
ISPA dan OMA. November 2011].
14. Djaafar ZA. 2007. Kelainan Telinga
DAFTAR PUSTAKA Tengah. In: Efiaty AS, Nurbaiti I: Buku
1. Abidin T. 2009. Otitis Media Akut. Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Artikel. Fakultas Kedokteran Universitas Tenggorok-Kepala Leher. Ed.5. Gaya
Mataram. Nusa Tenggara Barat. Baru. Jakarta.
2. Aboet A. 2006. Terapi pada Otitis Media 15. Froom J et al. 2001. A Cross-National
Supuratif Akut. Artikel. Departemen Study of Acute Otitis Media: Risk
Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Factors, Severity, and Treatment at Initial
Kepala Leher. Fakultas Kedokteran USU Visit. Disertation. Report from The
Sumatera Utara. International Primary Care Network
3. Albargish HJ. Hasony. 1999. Respiratory (IPCN) and The Ambulatory Sentinel
Syncytial Virus Infection Among Young Practice Network (ASPN).
Children with Acute Respiratory Tract 16. Gilany AH. 2000. Acute Respiratory
Infection In Iraq. Eastern Mediteranean Infection in Primary Health Care Centres
Health Journal. 5: 941-948. in Northern Saudi Arabia. Eastern
4. Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Mediterranen Health Journal 5: 955-60.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT. 17. Gooma MA et al. 2011. Risk of Acute
Rineka Cipta. Otitis Media in Relation to Acute
5. Arnold, JE. 2000. Saluran Pernapasan Bronchiolitis in Children. Int J of
Atas. In: Richard EB, Robert K, Ann MA: Pediatric Otorhinolaryngology 5953.
Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Ed 15. 18. Hall, Colman. 1993. Acute Otitis Media.
EGC. Jakarta. In : Colman BH. Diseases of the Nose,
6. Aziz N. 2007. Middle Ear, Inflammatory Throat and Ear, and Head & Neck. 14th
Diseases. ed. UK : Churcill Livingstone Ltd.
http//emedicine.medscape.com.htm. 19. Hall CB et al. 2009. The Burden of
[diakses pada: 14 Juni 2007]. Respiratory Syncytial Virus Infection in
7. Becker W et al. 1994. Ear, Nose, and Young Children. N Engl J Med 360: 588-
Throat Diseases. Thieme Medical 598.
Publisher. USA. 20. Irianto B. 2006. Hubungan Faktor
8. Bluestone CD, Klein JO. 1996. Otitis Lingkungan rumah dan Karakteristik
Media, Atelektasis and Eustachian tube Balita di Wilayah Kecamatan Lemah
dysfunction, in: Pediatric Otolaryngology, Wungkuk kota Cirebon. Tesis. Universitas
Second Edition, W.B. Sander Company, Indonesia.
233-400. 21. Kazi A. 2009. Risk Factors for Acute
9. Budiarto E. 2001. Biostatiska Untuk Respiratory Infections (ARI) Among
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Children Under Five Years in
EGC. Jakarta. Bangladesh. J Sci Res 1: 72-81.
10. Depkes RI. 2002. Pedoman 22. Kenna MA, Latz AD. 2006. Otitis Media
Pemberantasan Penyakit Saluran with Effusion. In: Bailey BJ, Johnson JT,
Pernapasan Akut untuk Penanggualngan Newlands SD, editors. Head and Neck
Pneumonia pada Balita. Surgery-Otolaryngology. 4th ed. Vol. 1.
http://www.depkes.go.id [diakses pada: 5 Philadelphia, USA: Lippincott Williams
November 2011]. & Wilkins; P.1265-74.
11. Depkes RI. 2004. Infeksi Saluran 23. Nichols WG et al. 2008. Respiratory
Pernapasan Akut. Viruses Other than Influenza Virus:
http://www.depkes.go.id [diakses pada: Impact and Theurapeutik Advances.
26 Desember 2011].
166
Teuku Husni, Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Otitis Media Akut
Article. Clinical Microbiology Reviews 2: 36. Snell RS. 2006. Anatomi Klinik untuk
274-290. Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. EGC.
24. Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Jakarta.
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. 37. Stephanie AM et al. 1998. Daily
Jakarta. Tympanometry in Children During The
25. Oh HML. 1995. Upper Respiratory Tract Cold Season: Association of Otitis Media
Infection-Otitis Media, Sinusitis and with Upper Respiratory Tract Infection.
Pharyngitis. Departement of Infection Pediatric Otorhinolaryngology. 45: 143-
Disease, Communicable Disease Centre, 150.
Singapore. 38. Tamba R et al. 2010. Faktor Risiko
26. Paparella MM et al. 1997. Penyakit Infeksi Respiratorik Akut Bawah pada
Telinga Tengah dan Mastoid. In: Adams Anak. Sari Pediatri. Jakarta.
GL, Lawrence RB, Peter AH: Boies, 39. UN Children’s Fund. 2011. The
Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6. EGC. Management of Acute Respiratory
Jakarta. Infection in Children under Five Years. In
27. Pawlinska-Chmara R, Wronka I. 2007. ARI Manual : Third Edition. Department
Assesment of The Effect of of Child Health & Dept. of Surveilance
Sosioeconomic Factors on The Prevalence Disease Control, Directorate General of
of respiratory Disorders in Children. Health Affairs, Darseit.
Journal of Phisiology and Pharmacology 40. Woolley S. 2005. Acute Otitis Media in
5: 523-529. Children-there are Guidelines but are they
28. Pichichero ME. 2000. Acute Otitis Media: followed?. The Journal of Laryngology
Part I. Improving Diagnostic Accuracy. and Otology. 119: 524-528
Article. University of Rochester (N.Y) 41. World Health Organitation. 2003. Acute
School of Medicine, Denver, USA. Respiratory Infection. www.who.int.
29. Ramakrishnan K et al. 2007. Diagnosis [diakses pada: 26 desember 2011].
and Treatment of Otitis Media. American 42. Yates D AS. 2008. Otitis Media. In :
Academy of Family Physician. 76 (11): Lalwani AK, ed. Current Diagnosis &
1650-1658. Treatment in Otolaryngology - Head &
30. Revai K et al. 2007. Incidence of Acute Neck Surgery. USA : The McGraw-Hill
Otitis Media and Sinusitis Complicating Companies,Inc.
Upper Respiratory Tract Infection: The
Effect of Age. Journal of The American
Academy of Pediatrics. 119: 1408-1412.
31. Revai K et al. 2008. Association of
Nasopharyngeal Bacterial Colonization
during Upper Respiratory Tract Infection
and the Development of Acute Otitis
Media. American Academy of Pediatrics.
49: 257-261.
32. Rovers M et al. 2004. Otitis Media. The
Lancet .363: 465-473.
33. Said M. 2010. Pengendalian Pneumonia
Anak-Balita dalam Rangka Pencapaian
MDG4. Buletin Jendela Epidemiologi 3:
16-21.
34. Sediaoetama AD. 2004. Ilmu Gizi untuk
Mahasiswa dan Profesi jilid I. Dian
Rakyat. Jakarta.
35. Simoes EAF et al. 2006. Acute
Respiratory Infection in Children. Disease
Control Priorities in Developing
Countries.
167