Anda di halaman 1dari 14

MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SEBAGAI SARANA SOSIALISASI

KEBIJAKAN PENYIARAN DIGITAL

Agung Prabowo dan Kurnia Arofah


Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP UPN ‘Veteran’ Yogyakarta, Jalan Babarsari No 2
Tambakbayan, Sleman, Yogyakarta. No. Telp +62 85742661212
email: Agoeng_prab@yahoo.com, nia.tjiptono@gmail.com

Abstract
This research tests the hypothesis that social media (Instagram) is used as an effective medium to disseminate
and educate people on issue of migration and digital TV. It is a three-week experimental research to 79 students
as respondents based on video animation and text related to digital broadcasting. Instagram is chosen in term
of interactive and audio-visual characteristics. The result shows that there is non-significant difference on
students’ knowledge after treatment. The Chi Square test shows that Asymptotic significance is 0.646 (greater
than 0,05). It indicates that there is no significant difference of knowledge before and after receiving a message
about digital TV via Instagram.

Keywords: digital TV, migration of digital broadcasting tecnology, dissemination and media education.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa media sosial instagram adalah media yang
efektif untuk menyebarkan dan mendidik masyarakat tentang migrasi dan teknologi TV digital.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian dilakukan terhadap 79 responden
mahasiswa. Instagram dipilih karena selain bersifat dialogis juga berformat audio visual. Pengukuran
dilakukan sebelum maupun sesudah dilakukan treatmen terhadap responden. Treatmen dilakukan
selama tiga minggu. Pesan berbentuk animasi video dan teks sekitar penyiaran digital. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan responden setelah dilakukan treatmen
namun tidak signifikan. Hasil tes menggunakan uji Chi Square menunjukkan Signifikansi Asymtotic
sebesar 0.646, yang berarti lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara pengetahuan sebelum menerima pesan tentang TV digital dengan setelah
menerima pesan via instagram.

Kata kunci: TV digital, migrasi penyiaran digital, diseminasi dan pendidikan media.

Pendahuluan digital. Jepang melakukan analog switch


Migrasi teknologi penyiaran dari off pada Juli 2011, Korea Desember 2012,
analog ke digital merupakan suatu China tahun 2012, UK Oktober 2012. Di
keniscayaan. Di Indonesia, proses ini sebagian besar negara Asia juga hampir
mengalami penundaan, bukan berarti selesai, kecuali negara di Asia Barat. Di
teknologi analog akan terus dipertahankan. Asean, Indonesia termasuk negara yang
Seluruh negara di benua Eropa, Amerika tertinggal dalam peralihan teknologi
dan Australia telah menyelesaikan proses penyiaran digital. (http://www.tvdigital.
migrasi. Kondisi global menunjukkan kominfo.go.id).
bahwa 85 persen wilayah dunia sudah Siaran TV digital di Laos sudah mulai
mulai mengimplementasikan televisi sejak 2007 menggunakan teknologi Digital

256
257 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017, hlm 256-269

Terrestrial Multimedia Broadcast (DTMB) switch off belum bisa dilaksanakan. Proses
seperti yang digunakan Cina dan diprediksi digitalisasi penyiaran terestrial di Indonesia
akan melakukan analogue switch off pada tertunda lantaran Permenkominfo no 22
2020. Kamboja telah memulai siaran digital tahun 2011 yang mengatur penyelenggaraan
pada September 2015. Laos menggunakan penyiaran TV digital terestrial penerimaan
teknologi DTMB Korea Selatan dan Digital tetap tidak berbayar (free to air) dibatalkan
Video Broadcasting Terrestrial (DVBT) oleh PTUN dan diperkuat oleh PTTUN
Eropa dan telah mengoperasikan 60 channel Jakarta atas gugatan Asosiasi Televisi
digital baik nasional dan internasional. Jaringan Indonesia (ATVJI) yang didukung
Saat ini siaran TV digital Kamboja telah oleh Asosiasi Televisi Lokal Indonesia
menjangkau 70 persen populasi (http:// (ATVLI).
www.tvdigital. kominfo.go.id). Pengalaman di negara lain dalam
Di Vietnam migrasi digital diper­ melakukan migrasi penyiaran analog ke
siapkan lebih rapi. Pesawat TV yang digital menunjukkan banyak hal yang harus
berukuran lebih dari 32 inches di pasaran dipikirkan dan dikelola secara cermat. Di
sudah harus dilengkapi dengan tuner Inggris misalnya, persiapan untuk proses
digital. Konsumen terlindungi dari upaya tersebut dilakukan selama 17 tahun dengan
cuci gudang pabrikan untuk menghabiskan mengadakan sekian serial studi mendalam
stok pesawat TV analog. Vietnam dan simultan tentang perilaku penonton,
menggunakan teknologi sistem DVB-T2/ daya beli masyarakat, cost benefit analysis,
MPEG4 yang menggantikan sistem aksesibilitas masyarakat terhadap teknologi
DVBT/ MPEG2 sebelumnya. Negara yang tersebut, kesiapan teknologi, standarisasi
masuk ASEAN belakangan ini melakukan teknologi, sampai pada serangkaian
analogue switch off di provinsi Danang regulasi yang harus dipersiapkan untuk
pada 2015. Singapura merupakan negara mengaturnya. Inggris mempersiapkan
yang progresif dalam melakukan migrasi. langkah-langkah jangka panjang untuk
Negara ‘kecil’ ini telah melakukan switch mengelola pesawat TV analog yang tidak
off siaran analog pada tahun 2016 lalu dipakai lagi oleh masyarakat.
dengan menggunakan sistem teknologi Hasil survei di Indonesia menunjukkan
yang sama dengan yang akan digunakan pengetahuan responden tentang rencana
Indonesia, yaitu DVB-T2. Brunei sudah pemerintah untuk melakukan migrasi
melakukan switch off pada Juni 2014, teknologi penyiaran masih sangat rendah.
Malaysia Desember 2015, Singapura tahun Survei yang dilakukan di kampung Kampung
2015, Thailand dan Pilipina 2015 (http:// Cyber menunjukkan bahwa pengetahuan
www.tvdigital.kominfo.go.id). mereka tentang rencana pengembangan
Indonesia merencanakan switch off penyiaran digital, pengetahuan tentang
pada 2012, namun rencana tersebut belum seputar teknologi penyiaran digital dan
jelas mengingat hingga awal 2016 analog keuntungannya bagi masyarakat masih
Agung Prabowo dan Kurnia Arofah. Media Sosial Instagram sebagai... 258

rendah. Persiapan infrastruktur yang harus mempersiapkan migrasi TV digital. Bagi


disiapkan masih belum banyak diketahui. masyarakat, penelitian ini berkontribusi
Temuan yang menarik adalah meskipun untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang rencana ketrampilan mengkonsumsi TV digital
digitalisasi penyiaran rendah, namun pola menjelang masuknya era penyiaran digital.
konsumsi medianya sudah mendukung Tulisan ini merupakan hasil penelitian
untuk beradaptasi dengan penyiaran digital. menggunakan media sosial (Instagram)
(Prabowo dan Arofah, 2015) dalam rangka mencari media alternatif
Pemerintah melalui kementrian untuk mendiseminasikan program
Kominfo menayangkan iklan mengenai digitalisasi penyiaran oleh pemerintah.
TV digital di TVRI. Iklan ini seperti tidak Penelitian ini didanai oleh Kemenristek
menjadi agenda publik karena menurunnya Dikti melalui Penelitian Hibah Bersaing.
minat masyarakat untuk menonton TVRI. Kemenkominfo kembali melakukan
Di sisi lain, penelitian terdahulu (Prabowo siaran uji coba TV digital sambil menunggu
dan Arofah, 2015) menunjukkan bahwa selesainya pembahasan revisi UU penyiaran
masyarakat sudah familiar dengan di DPR. Siaran dimulai pada 15 Juni hingga
media sosial yang memiliki kedekatan 15 Desember 2016 dan memungkinkan
dengan menu televisi digital, namun untuk diperpanjang. Uji coba ini bersifat
belum mengetahui mengenai TV digital. non-komersial dan melibatkan Komisi
Penelitian ini bertujuan membangun Penyiaran Indonesia, TVRI, penyedia
sebuah disain sosialisasi dan pendidikan konten dan industri perangkat. Tidak seperti
publik mengenai TV digital melalui sebelumnya yang melibatkan konsorsium
media sosial serta mencari cara alternatif televisi, pada uji coba kali ini diikuti oleh
dalam mensosialisasikan rencana migrasi 36 perusahaan dari berbagai daerah.
penyiaran digital berdasarkan perilaku Sejak berniat untuk melakukan migrasi
konsumsi media di masyarakat. teknologi digital dicanangkan, pemerintah
Studi perilaku penggunaan media oleh lebih terfokus pada aspek industrinya
masyarakat menjelang era TV digital masih yang terbatas pada wilayah pemodal besar,
sangat jarang. Penelitian yang dilakukan seperti masalah pengelola multiplexing.
berkaitan dengan tema ini masih seputar Pemerintah telah menyelesaikan lelang
perilaku masyarakat dalam penggunaan pengelola multiplexing di 15 zona layanan
media baru. Penelitian sejenis pernah sebelum semua regulasi tentang digitalisasi
dilakukan, namun lebih melihat model penyiaran dianulir oleh MA. Pemenangnya
bisnis TV digital di Indonesia (Wibawa, dkk , adalah industri penyiaran bermodal besar,
2012). Hasil penelitian ini diharapkan dapat seperti MNC grup, Media Indonesia, Trans
berkontribusi pada kebijakan pemerintah Corp dan lainnya.
dalam mencari alternatif sosialisasi serta Logika pemerintah lebih meng­
model media literacy bagi pemerintah dalam utamakan pemain besar industri padat
259 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017, hlm 256-269

modal. Logika yang dibangun lebih pada mengadopsi TV digital. Banyak pelanggan
logika kapitalisme. Publik diposisikan satelit atau TV kabel membuat pilihan
sebagai pihak yang tidak memiliki banyak untuk pembelian multi-channel TV tanpa
pilihan. Publik hanya memiliki dua pilihan memperhitungkan apakah itu digital atau
ketika teknologi digital sudah beroperasi, analog. Pemirsa yang telah menerima
yaitu mengganti perangkat televisi atau tidak sinyal digital mungkin juga telah diminta
bisa menerima siaran. Untuk mengganti untuk mengkonversi satelit atau penyedia
pun sosialisasi mengenai perangkat apa layanan TV kabel. Konsumen telah sadar
yang harus diganti atau ditambahkan, di dan secara sukarela memutuskan untuk
mana memperolehnya, berapa harganya, pindah ke digital sejak peluncuran Freeview
dan berbagai hal yang berkaitan dengan baru-baru ini. (Klein, Jeremi, Karger dan
teknologi ini tidak dikomunikasikan secara Sinclair, 2003).
optimal. Klein et al (2004) juga menemukan
Perkembangan teknologi menempuh bahwa terdapat sekelompok konsumen
tiga fase saat memasuki sebuah sistem tidak akan dapat dibujuk untuk membeli
sosial; 1) Fase perkenalan, masyarakat Digital TV (DTV). Segmen ini dikenal
melakukan perkenalan, interpretasi dan sebagai “tidak akan pindah”. Penelitian
memberi makna terhadap artefak teknologi kuantitatif menunjukkan bahwa segmen
yang masuk. 2) Fase transisi, masyarakat ini sebesar 13 persen dari rumah tangga
melakukan kompromi terhadap intertpretasi Inggris (3,2 juta). Sekitar 6 persen rumah
yang ada. Fase ini memungkinkan tangga yang ada (1,5 juta) tidak pernah
terjadinya konflik atau negoisasi. 3) Fase berharap untuk membeli peralatan digital
stabilitas, yaitu fase terjadinya persetujuan dan diartikan akan berhenti menonton TV.
di masyarakat terhadap artefak teknologi Klein, et al (2004) memetakan perilaku
yang masuk. Kecepatan berlangsunya konsumsi DTV di Inggris yang ditunjukkan
setiap fase akan tergantung pada faktor pada tabel 1.
sosial maupun budaya masyarakat yang G.M. de Holanda et al. (2008)
bersangkutan (Apriliani, 2011). menemukan bahwa adopsi TV digital di
Pengalaman beberapa negara yang Brasilia dipengaruhi oleh harga Set Top Box
sudah berpindah ke teknologi penyiaran (STB)-nya. Masyarakat menegah ke atas ti­
digital menunjukkan bahwa perubahan dak mempermasalahkan untuk mengadopsi
perilaku masyarakat untuk mengadopsi teknologi ini, namun masyarakat menengah
teknologi ini ternyata tidak semudah yang ke bawah menganggap bahwa adopsi ini
direncanakan. Pemirsa digital Inggris menimbulkan permasalahan berkaitan
mengadopsi melalui kombinasi berbagai dengan biaya yang harus dikeluarkan.
mekanisme. Kasus yang banyak terjadi Masyarakat perlu dipersiapkan baik
adalah peralihan yang tidak didasari pengetahuan ataupun sumberdayanya da­
atas kesukarelaan dan kesadaran untuk lam menghadapi era penyiaran digital.
Agung Prabowo dan Kurnia Arofah. Media Sosial Instagram sebagai... 260

Table 1. Consumers’ intentions with respect to DTV

Percentage from Equivalent number of


Classification Intentions
Quest UK households
“Adopter” Already have DTV 38% 9,400,000
Intend to get DTV sooner
“Likely” 12% 3,000,000
rather than later
Unlikely to get DTV but
“Could be” 29% 7,200,000
“could be” persuaded
Unlikely to get DTV and
“Won’t be” 13% 3,200,000
cannot be persuaded
Sumber: Klein, Jeremy, et al. (2004). Attitudes to Digital Television Preliminary findings on
consumer adoption of Digital Television. The Generic Group, Cambridge UK. p.4

Masyarakat tidak bisa diperlakukan sebagai Teknologi penyiaran televisi digital


obyek yang harus menerima begitu saja. sangat berbeda dengan teknologi televisi
Kebijakan migrasi TV digital juga harus analog. Teknologi televisi digital akan
mengandung upaya persiapan masyarakat memungkinkan terjadinya konvergensi
untuk menghadapi teknologi ini. Dengan media yang semakin tajam dan intensif.
kata lain masyarakat harus dilibatkan secara Konvergensi tersebut tidak hanya
aktif dalam proses kebijakan penyiaran terjadi di dalam aspek teknologinya saja
digital. melainkan juga pada tataran pengelolaan
dan implikasinya. Konvergensi teknologi
Keputusan pemerintah untuk meng­
penyiaran digital sekaligus akan membawa
adopsi teknologi penyiaran digital
implikasi sosial, politik dan ekonomi di
menggantikan teknologi televisi analog
bidang penyiaran yang sangat siginifikan.
memang dapat dipahami. Teknologi
Tadayoni dan Skuby (1999) menegaskan
penyiaran digital telah menjadi tren
seperti berikut ini:
teknologi global sehingga harus diikuti
Technological innovations like digital­
apabila bangsa Indonesia tidak ingin ization, audio and video coding technologies
tertinggal dan terkucil. Di Indonesia, computerization and broadband
infrastructure, such as cable and satellite
terdapat 11 TV berizin siaran nasional, 97 networks, make service provision across
the sectoral boundaries possible. This
TV berizin regional, 30 TV berlangganan also imposes new political and regulatory
(60 persen TV kabel, 20 persen satelit dan challenges and makes re-thinking and re-
design of existing regulatory framework
20 persen Terestrial) serta ada sekitar 300 for communication anecessity (Reza
Tadayoni and Knud Erik Skouby, 1999,
izin baru yang tak terlayani karena sudah tak Telecommunications Policy 23, 175-199).
tersedia lagi kanal TV (Antara News, 2008). Keuntungan utama dari pemakaian
Teknologi penyiaran digital kemudian sistem digital pada dunia televisi di
menjadi jawaban yang masuk akal karena antaranya; (1) Kualitas transmisi meningkat
teknologi ini dapat memperbanyak kanal karena sinyal-sinyal digital tidak terlalu
televisi. rentan terhadap gangguan dan distorsi;
261 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017, hlm 256-269

(2) Berlimpahnya saluran (channel), untuk mengkreasikan iklannya; (4)


yang dimungkinkan karena adanya Manajemen arsip akan lebih tertata; (5)
kompresi digital (digital compression). Tersedianya multi use hardisc. Revolusi TV
Kompresi video memungkinkan untuk digital bersamaan dengan revolusi internet
mengirim 10 program acara secara juga melahirkan IPTV (Internet Protocol
serempak pada saluran-saluran yang hanya Television) (Weber dan Tom, 2007).
memiliki 1 progam acara. Puncaknya Migrasi teknologi dari analog ke
adalah terwujudnya sistem video sesuai digital membawa konsekuensi yang
permintaan (video on demand) atau secara tidak sederhana, baik dari segi teknis,
umum media sesuai permintaan (media on politis, sosial dan budaya. Di Amerika
demand) karena banyaknya saluran yang Serikat, televisi digital membawa per­
tersedia; (3) Pengawasan oleh pemakai. ubahan fundamental pada bagaimana TV
Melimpahnya pilihan menimbulkan tan­ diproduksi, diedit dan disiarkan. TV digital
tangan baru : pemakai menjadi pengawas menyaratkan perubahan infrastruktur
yang mengendalikan pilihan. Portal, mesin secara masif untuk pembuatan dan transmisi
pencari, dan program penyaringan (seperti sinyal digital, termasuk juga penggantian
V-Chip) yang memungkinkan menyaring pesawat TV analog ke pesawat digital.
program berbau seksual dan kekerasan, Di AS lebih dari 200 juta pesawat TV
menjadi solusi (Straubhaar dan LaRose, analog harus diganti. Transisi dari analog
2000). ke digital dimulai tahun 1990, era TV
Menurut Weber dan Tom (2007), analog diputuskan untuk diakhiri oleh The
keuntungan TV digital bagi konsumen Federal Communication Commision pada
antara lain: (1) Peningkatan kualitas video Desember 2008 (Weber dan Tom, 2007).
(termasuk reproduksi warna yang lebih Kompleksitas persoalan migrasi
baik, resolusi pixel yang lebih tinggi, frame teknologi digital pada televisi dipengaruhi
gambar yang progresif. High Definition TV aspek bisnis industri televisi itu sendiri.
(HDTV) menawarkan lebih dari 6x resolusi Menurut Drury, et al (2001), bisnis
gambar TV analog, (2) Pilihan audio yang televisi dipengaruhi oleh (1) infrastruktur
banyak, (3) Dapat dikoneksikan dengan penyaiaran; (2) regulasi, dan (3) masalah
personal computer; (4) Tersedianya Random komersial. Infrastruktur penyiaran terdiri
Access Storage yang memungkinkan dari beberapa bagian yang saling terkait,
akses lebih cepat; (5) Time Shifting yaitu: (1) program dan produksinya; (2)
(pelanggan dapat mengintervensi siaran, kompilasi program dalam jadwal iklan; (3)
misalnya dengan memberikan respon jaringan transmisi; (4) emisi atau radiasi
secara langsung). Adapun keuntungan bagi sinal dari transmitter terrestrial atau satelit,
operator/distributor: (1) Bandwidth yang dan (5) infrastruktur industri televisi.
lebih efisien; (2) Storage yang berkurang; Regulasi dibutuhkan untuk mengontrol
(3) Lebih mudah, termasuk bagi pengiklan akses terhadap spectrum yang terbatas dan
Agung Prabowo dan Kurnia Arofah. Media Sosial Instagram sebagai... 262

menjamin bahwa spectrum itu digunakan informasi. Pendekatan sistem socio-


oleh orang atau organisasi yang bertanggung technical digunakan secara luas dalam
jawab terhadap kepentingan publik. mendesain sistem kerja dan mendasari sub
Regulasi diterapkan dengan pendekatan sistem teknis dan sistem sosial. Kedua sub
yang berbeda-beda, misalnya pendekatan sub sistem tersebut bersifat interdependent
yang lebih dikendalikan kepentingan dan jika digabungkan dalam sebuah disain
komersial seperti di AS, atau kepentingan maka keseluruhan sistem akan berjalan
publik di Eropa secara umum, atau optimal (Sitter, et al, 1997 dalam Shin,
pendekatan lain yang lebih menekankan 2006).
kontrol negara dan lembaga penyiaran Teori socio-technical memberi kon­
dijalankan untuk kepentingan politik. tribusi dalam memahami interaksi sosial
Efek teknologi digital yang membawa dan artefak teknis (Shin, 2005). Teori ini
konvergensi di antara media penyiaran, digunakan juga dalam redisain organisasi
telekomunikasi dan industri komputer, (Pasmore, et al, 1982 dalam Shin, 2006).
menyebabkan badan-badan regulator Tujuan teori ini adalah mengembangkan
mendapat tantangan karena munculnya desain organisasi secara optimal yang
tumpang tindih jurisdiksi dan hubungan di memungkinkan komponen yang ada bekerja
antara mereka. Masalah komersial selalu sama secara baik. Komponen itu antara lain
muncul karena broadcasting adalah bisnis. sub sistem sosial, sub sistem teknik dan
Kepentingan ekonomi selalu dihadapkan sub sistem lingkungan. Perspektif socio
dengan kepentingan sosial publik (Drury, technical digunakan untuk menginvestigasi
et al, 2001). integrasi teknologi, proses, sumber daya
Perspektif socio-technical ini didasari manusia, dan struktur organisasi (Posmore,
oleh teori social construction yang melihat 1988 dalam Shin, 2006).
persoalan teknologi sebagai persoalan Teori Socio-technical system melihat
teknis dan sosial sekaligus. Hubungan antara implementasi sebuah produk teknologi
teknologi dan masyarakat, antara artefak dalam tiga subsistem yaitu : sub sistem
teknis dan wacana yang melingkupinya teknis (infrastruktur, peralatan, aplikasi
adalah hal penting bagi teknologi sepeti dan layanan), sub sistem sosial (pasar,
DMB untuk didisain, dikembangkan dan pelanggan, dan industri), dan lingkungan
digunakan. Sawyer et al. (2003) dalam (regulasi, kebijakan dan masyarakat).
Shin (2006) menyebutkan bahwa socio- Shin (2006) melihat hubungan antara
technical perspective adalah kerangka subsistem-subsistem itu untuk melihat
kerja yang baik untuk menginvestigasi dinamika perubahan teknologi dengan
hubungan yang kompleks antara teknis mencermati hubungan interaksi sosial dan
dan proses sosial sebagai fenomena yang pilihan teknologi. Televisi digital dilihat
serius untuk mempertimbangkan aspek sebagai sebuah artefak sosio-teknis yang
detail teknis dan sosial dalam teknologi memiliki keterkaitan dengan kultur, politik,
263 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017, hlm 256-269

industri dan masyarakat. Sub sistem teknis, digital. Hipotesis yang dibangun dalam
sosial dan lingkungan itu dijelaskan untuk penelitian ini adalah bahwa responden
menjadi referensi faktor lain sehingga yang memiliki instagram akan memiliki
teknologi tidak dapat dilihat sebagai pengetahuan yang berbeda pada saat
teknologi semata. sebelum dan sesudah ditayangkannya
Pengalaman pengembangan Digital informasi tentang TV digital di instagram.
Multimedia Broadcasting di Korea
Metode Penelitian
menunjukkan bahwa regulasi seolah
Penelitian ini menggunakan metode
menjadi kembali ke belakang seperti di
eksperimen untuk mengetahui efektivitas
masa awal pembangunan. Permasalahan
model yang ditawarkan. Eksperimen
yang mendasarinya adalah tiadanya
dilakukan pada 79 mahasiswa yang
konsep yang jelas tentang konvergensi
memiliki akun Instagram. Teknik sampling
dan kebijakan yang relevan, regulasi dan
dilakukan secara proporsional. Instagram
layanan konvergensi. DMB di Korea
dipilih karena selain sedang diminati
menghadapi overlapping regulasi di satu
oleh remaja, media ini berbasis foto dan
kasus dan ketiadaan regulasi di kasus
video sehingga merupakan media sosial
yang lain. Regulator penyiaran Korea
yang dipandang tepat untuk melakukan
memainkan peran penting untuk regulasi
kampanye migrasi TV digital.
DMB seperti lisensi, spektrum, dan regulasi
Langkah penelitian ini diantaranya:
lainnya. Socio-technical perspective
1) Memilih mahasiswa yang aktif
memperlihatkan aspek DMB dan interaksi
menggunakan media sosial yang selanjutnya
dinamis antara technology, service, market,
akan berperan sebagai agen untuk mem-
regulation, dan pengguna. Pengembangan
posting materi pendidikan TV digital.
DMB di Korea memperlihatkan bahwa
2) Dilakukan pre-test terhadap sampel
teknologinya relatif berkembang, tetapi
dengan beberapa pertanyaan mengenai
aspek lain seperti pasar, pengguna dan
rencana migrasi teknologi TV digital. 3)
regulasi tidak dikembangkan secepat
Selanjutnya sampel tersebut diminta untuk
pengembangan teknologi.
mem-follow akun @digitalmigration dan
Sosialisasi kepada masyarakat
diberi treatment dengan cara mem-posting
merupakan langkah yang tidak dapat
video dengan tema yang telah ditentukan
dikesampingkan. Penelitian ini berusaha
seputar migrasi TV digital dalam waktu
membangun sebuah sistem sosialisasi yang
satu minggu. Pada akun @digitalmigration
berbasis media sosial. Pendekatan yang
juga diposting informasi seputar TV digital
digunakan dalam penelitian ini adalah selain empat versi video yang ada. 4) Setelah
pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini diposting ke sampel yang sudah terpilih,
digunakan karena sesuai dengan tujuan selanjutnya akan dilakukan post test untuk
penelitian yang ingin mengetahui efektifitas melihat perubahan kognitif maupun afektif
media sosial dalam proses sosialisasi TV yang terjadi, sekaligus diukur efektifitas
Agung Prabowo dan Kurnia Arofah. Media Sosial Instagram sebagai... 264

dari model ini, dan 5) hasil questionairre selalu menggunakan hashtag (#)
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan #digitalmigration, #analogvsdigital, #analog,
Chi-Square untuk mengetahui perbedaan #digital, #television dan #broadcasting
pengetahuan tentang TV digital sebelum untuk mempermudah masyarakat pencari
dan sesudah dilakukan treatmen. informasi seputar TV Digital. Hashtag inilah
yang menyebarkan konten gambar dan video
Hasil Penelitian dan Pembahasan
secara luas. Masyarakat pun tetap bisa melihat
Akun @digitalmigration merupakan
konten tanpa memfollow akun tersebut.
akun Instagram yang digunakan untuk
memberikan treatment kepada responden. Deskripsi Responden
Peneliti meminta dua orang mahasiswa Penelitian ini dilakukan terhadap
untuk menjadi admin akun ini. Admin mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN
diberi tugas untuk memposting pesan ‘Veteran’ Yogyakarta. Responden rata-rata
mengenai migrasi dan juga teknologi berusia antara 17 hingga 19 tahun (Tabel
TV digital dengan menggunakan bahasa 2). Responden mengaku bahwa Instagram
mereka sendiri. Materi video juga sudah merupakan media sosial favorit sebelum
dipersiapkan dengan meminta mahasiswa Line (tabel 5). Kedua tabel ini menjelaskan
untuk membuat tayangan animasi video bahwa usia mahasiswa lebih menikmati
yang singkat dan memuat pesan masing- media sosial yang memiliki ruang lebih
masing tema, yaitu timeline migrasi, untuk mengekspresikan diri baik foto
gambar jernih, instalasi, pilihan channel maupun video. Instagram dirasakan lebih
dan menu interaktif. interaktif dan ekspresif dibanding media
Akun @digitalmigration diujicoba yang lain.
sebelum diaktifkan. Akun ini berhasil Peminatan terhadap media sosial
mendapatkan 37 pengikut (follower) dalam responden menggambarkan tingkatan
kurun waktu seminggu. Pengikut berasal ketatnya persaingan media sosial itu
dari lingkungan sekitar peneliti yaitu dosen sendiri. Konsumen media sosial akan
dan mahasiswa prodi ilmu komunikasi. semakin tersegmentasi di masa mendatang.
Profil pengikut sebagian besar juga berasal Blackberry Messenger yang merupakan
dari masyarakat awam dan praktisi atau generasi pertama media sosial sudah mulai
institusi digital dan pertelevisian dari luar ditinggalkan konsumen terutama yang
negeri. Tabel 2. Komposisi responden berdasarkan usia
Tim peneliti mengunggah rata-rata tiga
Usia Frekuensi Persentase
konten per hari dengan kisaran disukai atau
mendapat ‘like’s antara 11 hingga 12 likes. 17 tahun 12 15.2
Penyuka konten paling banyak adalah warga 18 tahun 54 68.4
negara asing yang diketahui melalui profil 19 tahun 13 16.4
masing-masing user penyuka gambar. Posting
Jumlah 79 100
yang dilakukan oleh @digitalmigration
265 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017, hlm 256-269

berusia muda. Twitter yang banyak diminati Tabel 4. Konsumsi Media Konvensional Responden
oleh segmen tertentu (berkarakter lebih Media Frekuensi Pesentase
serius) kurang diminati oleh kalangan seusia Televisi 58 74.35
responden. Hasil ini juga menggambarkan Surat kabar 3 3.85
bahwa masing-masing media sosial Radio 3 3.85
memiliki kekuatannya masing-masing. Satu media 14 17.95
Media sosial yang mampu mengakomodasi Jumlah 79 100
sifat agresif, progresif serta menampilkan
yang tidak membutuhkan konsentrasi
self performance akan menarik minat
yang tinggi. Konsumsi media di kalangan
konsumen. Media sosial yang kurang
muda menunjukkan karakter yang simpel
mengenal karakter konsumennya akan
dan tidak serius. Gejala ini sudah terlihat
ditinggalkan.
dengan semakin menurunnya konsumsi
Relasi antara media dengan individu
media cetak. Menurut laporan Pew
bukanlah linier. Media sosial tidak hanya
Research Center (2016), oplah harian di
menyesuaikan dengan karakter individu.
Amerika Serikat pada tahun 2015 turun
Relasi individu dengan media sosial juga
7 persen dengan penurunan paling tinggi
membentuk perilaku (budaya) baru di
sejak tahun 2010.
kalangan penggunanya, salah satunya Konsumsi media masa berbasis internet
adalah budaya narcicism, budaya adanya belum merupakan sebuah aktivitas populer
dorongan individual untuk menampilkan di kalangan mahasiswa. Perilaku menonton
diri. Budaya narcicism tersebut semakin TV tetap dilakukan secara offline, artinya
meningkat di masyarakat seiring dengan penggunaan fix television masih merupakan
dengan bertumbuhnya media sosial. budaya yang belum tergoyahkan oleh
Pamor media konvensional mulai fasilitas streaming. Keterbatasan spektrum
ditinggalkan oleh konsumen usia kanal frekuensi penyiaran sebenarnya telah
responden dan mulai beralih pada media diantisipasi oleh beberapa broadcaster
online. Budaya baca juga mulai tidak dengan melakukan siaran berbasis internet
diminati, tergantikan oleh budaya visual (streaming). Namun kemungkinan karena
Tabel 3. Konsumsi Media Sosial biaya jasa provider selular yang belum
terjangkau untuk kebutuhan menonton TV,
Media Sosial Frekuensi Pesentase
menyebabkan budaya streaming belum
Whatsap 3 3.80
terbentuk.
Twitter 2 2.53 Tabel 5. Cara menonton TV
Line 14 17.72
Instagram 30 37.97 Per­
Cara Menonton Frekuensi
sentase
Facebook 4 5.06
Online 19 24.06
BBM 1 1.26
Satu medsos 25 31.64 Offline 60 75.94
Jumlah 79 100 Jumlah 79 100
Agung Prabowo dan Kurnia Arofah. Media Sosial Instagram sebagai... 266

Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan responden peduli dengan pesan tentang tv


smartphone sebagai media konvergen yang digital di Instagramnya. Responden yang
memungkinkan penggunannya menikmati tidak peduli pesan ini terdapat 12,66 persen
fasilitas media online belum begitu populer. atau setara dengan sepuluh responden.
Pengiklan masih tetap mempercayai media Responden mengaku menggunakan
konvensional sebagai media iklan yang Instagram sebagai media sosial untuk
cukup efektif meski data pengiklan melalui memenuhi keutuhan informasi gaya hidup
media online cenderung meningkat. kekinian dan kurang tertarik dengan
Pengiklan masih meyakini media offline kebutuhan informasi di luar semacam itu.
memiliki kekuatan yang belum mampu Responden juga mengaku bahwa informasi
digeser oleh media online. tentang TV digital yang di-broadcast
kurang ‘gaul’. Responden menginginkan
Penggunaan Media Sosial sebagai Media
informasi yang sifatnya lebih fun.
Sosialisasi TV Digital
Padahal materi yang yang digunakan di
Pengukuran terhadap kekuatan Instagram
dalam penelitian ini baik video maupun
sebagai media untuk mensosialisasikan
teks, dibuat dengan menggunakan jasa
rencana migrasi dan juga tekologi tv digital
mahasiswa seusia mereka. Materi video
dilakukan dengan mengukur pengetahuan
dan teks dirancang dengan menggunakan
responden (mahasiswa) sebelum dan sesudah
animasi yang simple agar bisa dikatakan
diberi terpaan pesan baik video maupun teks
alasan kekurangtertarikan mereka karena
tentang tv digital. Pengukuran pengetahuan
pesan yang kurang fun menjadi kurang
dilakukan dengan memberikan seperangkat
relevan.
daftar pertanyaan.
Tabel 6 yang mendeskripsikan pernah
Jawaban responden tidak mengalami
tidaknya responden mendengar informasi
perubahan yang berarti ketika ditanyakan
pernah tidaknya mendengar tentang tentang tv digital diperkuat oleh tabel 7
migrasi tv digital, sekalipun setelah diberi yang menggambarkan tingkat pengetahuan
treatmen. Responden mengaku sudah responden tentang tv digital. Pada tabel
pernah mendengar tentang tv digital (72,15 6 terdapat 10 responden yang mengaku
%) sebelum treatment. Peningkatan hanya tidak pernah mendengar informasi tv
terjadi 15,19 % dari 79 responden sehingga digital, sementara pada tabel 7 terdapat 11
dapat diartikan bahwa tidak seluruh responden yang tingkat pengetahuannya

Tabel 6. Pengenalan tentang TV Digital

Pernah Mendengar Tidak Pernah


Treatment
Frek Persentase Frek Persentase
Sebelum 57 72,15 % 22 27,85 %
Sesudah 69 87,34 % 10 12,66 %
267 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017, hlm 256-269

Tabel 7. Tabel Silang Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Tratment


Count

Sesudah
Total
Tahu Tidak Tahu
Tahu 28 16 44
Sebelum Tidak 24 11 35
Tahu
Total 52 27 79

tentang tv digital rendah. Satu responden akan berpengaruh terhadap informasi yang
dalam tabel tersebut bisa diartikan diminatinya.
bahwa responden tersebut sudah pernah Statistik Chi Square menunjukkan
mendengar informasi tentang tv digital, bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.
namun yang bersangkutan belum begitu Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji tes
faham mengenai hal itu. yang menunjukkan angka Asy. Sig. sebesar
Tabel 7 juga menunjukkan anomali yang 0,646 yang lebih besar dari 0,05 (nilai
menarik. Tabel tersebut memberikan data tabel). Hasil ini menunjukkan bahwa
16 responden yang memiliki pengetahuan Instagram atau media sosial sejenis tidak
mengenai tv digital sebelum dilakukan berarti merupakan media yang efektif
treatment, namun setelah ditreatmen untuk mensosialisasikan TV digital. Kasus
justru jawabannya menunjukkan tingkat saat ini belum didapati pra kondisi yang
pengetahuan yang rendah. Interpretasi dari mendorong masyarakat untuk memberi
angka ini tentunya yang bersangkutan tidak perhatian terhadap migrasi TV Digital.
serius dalam mengisi daftar pertanyaan Pengamatan yang dilakukan terhadap
yang diajukan, atau jawaban yang akun grup TV digital Jateng dan DIY di
diberikan tidak valid. Peneliti tidak begitu Facebook yang dikomandani oleh volunteer
saja mengesampingkan responden yang yang tertarik pada dunia broadcasting,
memberikan jawaban seperti ini. Peneliti menunjukkan bahwa akun semacam ini
lebih tertarik mengenai mengapa mereka hanya diikuti oleh kelompok masyarakat
memberikan jawaban semacam ini. yang juga memiliki peminatan yang sama;
Hasil pendalaman menunjukkan bahwa perbincangan seputar uji coba TV digital
yang bersangkutan memang sebelumnya yang sedang dilakukan oleh Kementrian
tidak memiliki akun Instagram, sehingga Kominfo serta berbagai hal tentang per­
responden tersebut tidak sering membuka televisian. Masyarakat disarankan untuk
akunnya ketika diminta untuk membuat tidak membeli Set Top Box untuk saat
akun Instagram dan mengikuti apa yang ini, karena belum begitu berfungsi
diinstruksikan. Perilaku semacam ini secara memadai. TV digital memang
memberikan informasi kepada peneliti belum merupakan agenda yang harus
bahwa proksimitas dengan media sosial diprioritaskan masyarakat untuk saat ini.
Agung Prabowo dan Kurnia Arofah. Media Sosial Instagram sebagai... 268

Tabel 8. Hasil Analisis Data Chi Square


Asymtoptic
Exact Sig. Exact Sig.
Value df Significance
(2-sided) (1-sided)
(2-sided)
Pearson Chi-Square .211a 1 .646
Continuity .049 1 .825
Correctionb
Likelihood Ratio .212 1 .645
Fisher Exact Test 1 .812 .414
Linier-by-Linier
.208 .648
Association
N of Valid Cases 79
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,96
b. Computed only for a 2x2 table

Hasil penelitian ini menunjukkan kalangan yang memiliki perhatian terhadap


bahwa pra kondisi untuk menarik perhatian pertelevisian. Hal ini dibuktikan dengan
masyarakat terhadap TV digital belum apresiasi follower yang datang dari berbagai
terbentuk. Sosialisasi penerintah yang kalangan, bahkan dari berbagai negara.
sudah dilakukan baik melalui saluran Namun untuk responden mahasiswa,
TVRI maupun beberapa stasiun TV Baru ternyata informasi semacam ini kurang
(Nusantara TV, Inspira TV, dll) serta melalui menarik. Sosialisasi yang kurang berhasil
media sosial belum membentuk agenda
tidak semata-mata dipengaruhi oleh media
masyarakat. Mobilitas informasi sangat
yang digunakan, melainkan tema tentang
diperlukan agar TV Digital menjadi sebuah
migrasi TV digital bukan merupakan
agenda informasi masyarakat (Agenda
informasi yang menjadi agenda masyarakat,
Setting). Peran berbagai media dan TV
terutama mahasiswa.
digital sangat diperlukan agar paling tidak
Tantangan pemerintah dalam mens­
pembahasan ini menjadi Headline.
osialisasikan rencana migrasi penyiaran
Simpulan digital adalah menjadikan isu ini menjadi
Simpulan penelitian ini yaitu; 1) Tidak isu yang menarik perhatian secara nasional.
terdapat perbedaan pengetahuan yang Isu migrasi harus didisain sedemikian
signifikan antara sebelum dan sedudah
rupa dengan mempertimbangkan nilai
pemberian tretment pesan tentang TV
beritanya seperti isu-isu di media yang
Digital melalui Instagram di kalangan
merebut perhatian masyarakat. Pemerintah
mahasiswa, 2) Informasi seputar migrasi
TV Digital kurang menarik bagi kalangan membutuhkan tema yang menarik dalam
mahasiswa pengguna Instagram. pemberitaan untuk mensosialisasikan
Instagram belum cukup efektif apabila rencana ini, seperti misalnya berita dengan
digunakan sebagai media sosialisasi tema “Tahun 2018 Masyarakat Tidak Bisa
karena materi sebenarnya hanya untuk Menonton TV Lagi”.
269 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2, Januari 2017, hlm 256-269

Daftar Pustaka Digital Television. The Generic Group,


Cambridge UK.
Apriliani. (2011). Radio Internet dalam
Perspektif Determinisme Teknologi. Prabowo, Agung dan Nia Arofah, (2015).
Jurnal Aspikom Vol.1 No. 2 tahun Information and Communication
2011. Technology dan Literasi Media
Digital. Surabaya: Aspikom.
Drury, et. al. (2001). Coding and
Modulation for Digital Television. Shin, Dong H. (2006). Socio-Technical
Kluwer Academic Publishers, Norwell Challenges in The Development of
Massachusetts. Digital Multimedia Broadcasting : A
Survey of Korean Mobile Television
G.M. de Holanda , et al. (2008). Mapping
Development. Technological Fore­
users’ perspectives and outlining
casting and Social Change, 73 (2006),
social impacts from digitalization
1144-1160.
of terrestrial TV in Brazil. Elsevier,
Telematics and Informatics 25 (2008) Weber, Joseph, et al. (2007). IPTV Crash
19-25. Course. McGraw Hill, New York.
http://www.tvdigital.kominfo.go.id diakses Wibawa, Arif, dkk. (2012). Model
12 Agustus 2016 pukul 09.50 WIB Bisnis Penyiaran Televisi Digital di
Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi
Klein, Jeremy, et al. (2004). Attitudes
Volume 8, nomor 2, Mei-Agustus
to Digital Television Preliminary
2010.
findings on consumer adoption of

Anda mungkin juga menyukai