Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

I. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang
biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 2013).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan
gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2011).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia
yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih
area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. Pada bronko pneumonia terjadi konsolidasi area
berbercak. (Smeltzer,2015).

II. KLASIFIKASI PNEUMONIA


Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2011) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan :
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis :
a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang
terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial
tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang
disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau
Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2011) :


1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan
umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia
Streptococal merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia
ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia
nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla
atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab
hospital acquired pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi
anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut
organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada
agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk
mengidentifikasikan organisme perusak.
III. ETIOLOGI PNEUMONIA
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2011)
IV. PATHWAYS PNEUMONIA
V. MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA
Manifestasi klinis dari bronkopneumonia adalah antara lain:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif
a. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan
atau berkarat
9. Gelisah
10. Cyanosis
a. Area sirkumoral
b. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG PNEUMONIA


1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul
(virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin
terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang
ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
komplain menurun, hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges,
2015)

VII. PENATALAKSANAAN PNEUMONIA


1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman
penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman
terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara
oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila
terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus
diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu
penyesuaian dosis (Harasawa, 2015).
2. Pengobatan Umum
1. Terapi Oksigen
2. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara
parenteral
3. Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-
ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan
dekubitus.
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN DATA
1. Aktivitas / istirahat
1. Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
2. Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
1. Gejala : riwayat gagal jantung kronis
2. Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
1. Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
1. Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
2. Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering
dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
1. Gejala : sakit kepala bagian frontal
2. Tanda : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
1. Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia,
atralgia
7. Pernafasan
1. Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea,
pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
2. Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
3. Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
4. Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas Bronkial
5. Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
6. Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
1. Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
2. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,
mungkin pada kasus rubela / varisela
9. Penyuluhan
1. Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol
kronis

II. DIAGNOSA & RENCANA KEPERAWATAN

I. Diagnosa Perawatan : Kebersihan jalan nafas tidak efektif


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema,
peningkatan produksi sputum
2. Nyeri pleuritik
3. Penurunan energi, kelemahan
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
2. Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
3. Dispnea, sianosis
4. Batuk efektif/tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum
3. Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
2. Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih,
tak ada dispnea atau sianosis
4. Intervensi Keperawatan :
1. Mandiri
1. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan
dada
2. Auskultasi paru, catat area penurunan/tak ada aliran
udara dan bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)
3. Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
4. Penghisapan sesuai indikasi
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
2. Kolaborasi
1. Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan
fisioterapi lain
2. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik
3. Berikan cairan tambahan
4. Awasi seri sinar ‘X’ dada, Analisa Gas Darah, nadi
oksimetri
5. Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila
diindikasikan

II. Diagnosa Perawatan : Kerusakan pertukaran gas


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
2. Gangguan kapasitas oksigen darah
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Dispnea, sianosis
2. Takikardi
3. Gelisah/perubahan mental
4. Hipoksia
3. Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
dengan Analisa Gas Darah dalam rentang normal dan tak
ada gejala distress pernafasan
2. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan
oksigen
4. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
3. Kaji status mental
4. Awasi status jantung/irama
5. Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan
kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil
6. Pertahankan istirahat tidur
7. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas
dalam dan batuk efektif
8. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan
masalah/perasaan.
9. Berikan terapi oksigen dengan benar
10. Awasi Analisa Gas Darah

III. Diagnosa Perawatan : Pola nafas tidak efektif


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Proses inflamasi
2. Penurunan complience paru
3. Nyeri
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Dispnea, takipnea
2. Penggunaan otot aksesori
3. Perubahan kedalaman nafas
4. Analisa Gas Darah abnormal
3. Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dengan
Analisa Gas Darah dalam rentang normal
4. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret
5. Dorong/bantu pasien nafas dalam dan latihan batuk efektif
6. Berikan Oksigen tambahan
7. Awasi Analisa Gas Darah

IV. Diagnosa Perawatan : Peningkatan suhu tubuh


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Proses infeksi
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Demam, penampilan kemerahan
2. Menggigil, takikardi
3. Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
2. Tidak menggigil
3. Nadi normal
4. Intervensi Keperawatan :
1. Obeservasi suhu tubuh (4 jam)
2. Pantau warna kulit
3. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
4. Berikan obat sesuai indikasi : antipiretik
5. Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya
setiap hari

V. Diagnosa Perawatan : Resiko tinggi penyebaran infeksi


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Ketidakadekuatan pertahanan utama
2. Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi,
penekanan imun)
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnosa aktual
3. Kriteria Hasil :
1. Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa
komplikasi
2. Mengidentifikasikan intervensi untuk
mencegah/menurunkan resiko infeksi
4. Intervensi Keperawatan :
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan
melaporkan perubahan warna jumlah dan bau sekret
3. Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
4. Ubah posisi dengan sering
5. Batasi pengunjung sesuai indikasi
6. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu
7. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas
sedang.
8. Berikan antimikrobal sesuai indikasi

VI. Diagnosa Perawatan : Intoleransi aktivitas


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Kelemahan, kelelahan
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan
2. Dispnea, takipnea
3. Takikardi
4. Pucat / sianosis
3. Kriteria Hasil :
1. Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea,
kelemahan berlebihan dan Tanda-tanda Vital dalam rentang
normal
4. Intervensi Keperawatan :
1. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan
dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
4. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat /
tidur
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

VII. Diagnosa Perawatan : Nyeri


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Inflamasi parenkim paru
2. Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
3. Batuk menetap
2. Kemungkinan dibuktikan dengan :
1. Nyeri dada
2. Sakit kepala, nyeri sendi
3. Melindungi area yang sakit
4. Perilaku distraksi, gelisah
3. Kriteria Hasil :
1. Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol
2. Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan
aktivitas dengan cepat
4. Intervensi Keperawatan :
1. Tentukan karakteristik nyeri
2. Pantau Tanda-tanda Vital
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada
selama episode batuk.

VIII. Diagnosa Perawatan : Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi
2. Anoreksia distensi abdomen
2. Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan peningkatan nafsu makan
2. Berat badan stabil atau meningkat
3. Intervensi Keperawatan :
1. Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
2. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering
mungkin
3. Auskultasi bunyi usus
4. Berikan makan porsi kecil dan sering
5. Evaluasi status nutrisi

IX. Diagnosa Perawatan : Resti kekurangan volume cairan


1. Faktor resiko :
1. Kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringan banyak,
hiperventilasi, muntah)
2. Kriteria Hasil :
1. Balance cairan seimbang
2. Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler
cepat
3. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji perubahan Tanda-tanda Vital
2. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
3. Catat laporan mual / muntah
4. Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
5. Hitung keseimbangan cairan
6. Asupan cairan minimal 2500 / hari
7. Berikan obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametik
8. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

X. Diagnosa Perawatan : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan


kebutuhan tindakan
1. Dapat dihubungkan dengan :
1. Kurang terpajan informasi
2. Kurang mengingat
3. Kesalahan interpretasi
2. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1. Permintaan informasi
2. Pernyataan kesalahan konsep
3. Kesalahan mengulang
3. Kriteria Hasil :
1. Menyatakan permahaman kondisi proses penyakit dan
pengobatan
2. Melakukan perubahan pola hidup
4. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji fungsi normal paru
2. Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya
penyembuhan dan harapan kesembuhan
3. Berikan dalam bentuk tertulis dan verbal
4. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif
5. Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama
periode yang dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn (2015). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata


: EGC.

Lackman’s (2014). Care Principle and Practise Of Medical Surgical


Nursing, Philadelpia : WB Saunders Company.

Pasiyan Rahmatullah (2011), Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.


Editor : R. Boedhi Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI

Reevers, Charlene J, et all (2011). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :


Salemba Medica.

Smeltzer SC, Bare B.G (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Volume I, Jakarta : EGC

Suyono, (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai