Hukum
Sosiologi Ekonomi
Perpajakan
Manajemen Akuntansi
Adminisrasi
Bagaimanapun juga mempelajari perpajakan akan
menyangkut berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu,
pembicaraan mengenai perpajakan dapat didekati dari
berbagai disiplin ilmu (interdisciplinary approach) yaitu
hukum, ekonomi, akuntansi, sosiologi, administrasi,
manajemen, dan sebagainya.
Tapi pada umumnya ada 3 cara pendekatan yang
lazim digunakan, yaitu pendekatan dari segi hukum
atau perundangan, ekonomi, dan akuntansi.
Pendekatan dari segi hukum berarti mempelajari hal
yang menyangkut legalitas, peraturan, dasar hukum,
dan implikasi hukumnya yang secara garis besar
mengatur tentang hak dan kewajiban fiskus maupun
WP, prosedur pemenuhan kewajiban dan pengajuan
hak WP, timbul dan hapusnya utang pajak, sanksi
administra, sanksi pidana, dan sebagainya.
Pendekatan dari segi ekonomi pada umumnya dilihat
dari disiplin ilmu keuangan negara (ekonomi publik)
khususnya menyangkut pendapatan negara berupa
pungutan terhadap masyarakat. Pajak merupakan
salah satu alat yang penting bagi pemerintah dalam
mencapai tujuan ekonomi, politik, sosial dan budaya
yang mengandung berbagai sasaran yaitu :
• Pengalihan sumber dana dari sektor swasta ke
sektor pemerintah.
• Pendistribusian beban pemerintah secara adil ke
dalam kelas-kelas penghasilan (vertical equity)
dan secara merata bagi masyarakat yang punya
penghasilan sama (horizontal equity).
• Mendorong pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
harga serta perluasan lapangan kerja.
Perpajakan merupakan disiplin ilmu yang dinamis
yang dapat berubah setiap saat sesuai dengan
amandemen yang dilakukan. Penyebabnya antara lain
untuk memenuhi suatu transaksi yang unik, mencapai
tujuan sosial yang diperbaharui, kebutuhan ekonomi
yang semakin berkembang, dan untuk merefleksikan
perubahan politik.
Konsekuensinya disiplin ilmu perpajakan sesungguh
nya merupakan perpaduan yang sangat kompleks
antar berbagai disiplin ilmu seperti hukum, ekonomi,
akuntansi, politik, dan keuangan negara.
HUKUM PAJAK
Hukum pajak sebagai suatu kumpulan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan hukum antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak (Rochmat Soemitro).
Hukum pajak adalah keseluruhan peraturan-
peraturan yang meliputi wewenang pemerintah
untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkan nya kembali kepada masyarakat
melalaui kas negara, sehingga ia merupakan
bagian dari hukum publik yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antara negara dan
orang-orang atau badan-badan (hukum) yang
berkewajiban membayar pajak (Brotodihardjo).
Hukum pajak banyak sangkut pautnya dengan
hukum perdata (bagian dari keseluruhan hukum
yang mengatur hubungan antar orang pribadi).
Hukum pajak mencari dasar kemungkinan
pemungutan pajak dari kejadian, keadaan, dan
perbuatan hukum yang merupakan domain hukum
perdata seperti waris, penghasilan, kekayaan,
perjanjian jual beli, transaksi pengaliham hak
tanah, dsb. Terminologi dalam hukum pajak
banyak dipengaruhi oleh hukum perdata seperti
subjek pajak - subjek hukum.
Hukum pidana yang merupakan bagian dari
hukum publik yang mengatur hubungan hukum
yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah
yang berkaitan dengan masalah tindak pidana.
Ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam
hukum pidana (KUHP), banyak digunakan dalam
hukum pajak seperti sanksi pidana berupa
kealpaan dan kesengajaan.
Hubungan hukum antara pemerintah (fiskus)
dengan rakyat (WP atau PP) dalam hukum pajak
merupakan hubungan hukum yang lahir dari UU.
Tidak diperlukan adanya kesepakatan/kesesuaian
pendapat antara para pihak dan perjanjian antara
fiskus dan WP.
Persetujuan WP dalam hukum pajak terjadi
melalui mekanisme perundang-undangan dimana
rakyat lewat wakilnya di DPR memberikan
persetujuan pengenaan pajak.
Dengan demikian, hukum pajak bukanlah
perjanjian sebagaimana yang sering kali terlihat di
bidang hukum perdata.
Hubungan hukum tersebut menempatkan para
pihak pada kedudukan yang tidak sederajad.
Pemerintah (fiskus) mempunyai kedudukan
dengan kekuasaan untuk menentukan yang lebih
besar bila dibandingkan rakyat (WP atau PP).
Fiskus dilengkapi dengan kewenangan hukum
publik yang merupakan kewenangan istimewa.
Konsekuensi nya ialah fiskus dimungkinkan
menentukan keputusan secara sepihak tanpa
harus menunggu persetujuan dari WP.
Hubungan hukum tersebut juga bukan merupakan
hubungan timbal balik seperti pada umumnya
terjadi dalam hubungan hukum dalam bidang
hukum perdata.
Hubungan hukum antara pemerintah dan rakyat
dalam hukum pajak, cakupannya sangat
kompleks.
Berbagai masalah yang terkait dengan hubungan
hukum tersebut antara lain :
Mengapa pemerintah dapat memungut pajak
dari rakyat atau apa dasar pembenarannya?
Mengapa suatu pihak dapat dikenakan pajak
dan adakah pengecualiannya?
Apa kriteria suatu pihak dapat dikenakan pajak
dan adakah pengecualiannya?
Apa jaminan bagi fiskus ketika berhadapan
dengan dengan WP dan sebaliknya?
Berapa besar pajak yang harus dibayar?
Bagaimana penegakan hukum pajak dilakukan?
Bagaimana perlindungan hukum diberikan?
Fungsi-fungsi hukum yang relevan dengan
kebijakan perpajakan di Indonesia, antara lain :
Hukum sebagai a tool of social control.
Menetapkan tingkah laku mana yang meru-
pakan penyimpangan dan sanksi hukumnya.
Hukum sebagai a tool of social engineering.
Alat untuk mengubah masyarakat, dalam arti
dapat digunakan menjadi alat perubahan oleh
pemerintah (agent of change atau agent of
development).
Hukum sebagai alat politik.
Karena hukum hasil legislatif dan eksekutif
yang pembentukannya melalui proses politik,
penerapan fungsi ini melahirkan konsep politik
hukum, yaitu kebijakan negara melalui badan-
badan berwenang untuk menetapkan UU yang
dikehendaki.
SUMBER HUKUM PAJAK
Peraturan Perundang-
undangan Perpajakan
Perjanjian Perpajakan
Yurisprudensi Perpajakan
Doktrin Perpajakan
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
terdiri dari :
1. UUD 1945,
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat,
3. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU,
4. Peraturan Pemerintah,
5. Peraturan Presiden,
6. Peraturan Daerah Provinsi, dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(Ps 7 (1-2) UU No 12 Th 2011 jo UU No 15 Th
2019 Ttng Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan).
Jenis peraturan perundang-undangan selain dari
ketujuh peraturan perundang-undangan di atas
mencakup peraturan yang ditetapkan oleh MPR,
DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri, badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang di-
bentuk dengan UU atau Pemerintah atas perintah
UU, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/
Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa, atau yang
setingkat,
(Ps 8 (1) UU No 12 Th 2011 jo UU No 15 Th 2019
Ttg Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)
Namun, peraturan perundang-undangan tersebut
baru diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat sepanjang
diperintahkan oleh peraturan perundang-undang-
an yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan.
(Ps 8 (2) UU No 12 Th 2011 jo UU No 15 Th
2019 Ttg Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan)
UU Perpajakan
• UU No 7 Th 1983 ttg PPh stdtd UU No 36 Th
2008, UU No 2 Th 2020, UU No 11 Th 2020 ttg
CK, dan UU No 7 Th 2021 Ttg HPP UU PPh.
• UU No 8 Th 1983 ttg PPN/PPn BM stdtd UU No
42 Th 2009, UU No 2 Th 2020, UU No 11 Th
2020 ttg CK, dan UU No 7 Th 2021 Ttg HPP
UU PPN.
• UU No 12 Th 1985 ttg PBB stdd UU No 12 Th
1994 UU PBB.
• UU No 10 Thn 2020 ttg BM UU BM.
• UU No 6 Th 1983 ttg KUP stdtd UU No 16 Th
2009, UU No 2 Th 2020, UU No 11 Th 2020 ttg
CK, dan UU No 7 Th 2021 Ttg HPP UU KUP.
• UU No 19 Th 1997 ttg PPSP stdd UU No 19 Th
2000 UU PPSP.
• UU No 14 Th 2000 ttg Pengadilan Pajak UU
PP.
• UU No 18 Th 1997 ttg PDRD stdtd UU No 28 Th
2009 dan UU No 11 Th 2020 ttg CK UU
PDRD.
Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tata Hukum Nasional
Hukum
Hukum
Pajak
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
Pajak
P Prv P Ka/Ko
PAJAK
PD Prov PD Kab/Kot
• PKB • PHot
• BBNKB • PRes
• PBBKB • PHib
• PAP • PRek
• PRok • PPJ
• PMBLB
• PPar
• PAT
• PSBW
• PBBP2
• BPHTB