Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ETIKA BISNIS

Tugas kelompok mata kuliah Etika Bisnis


Dosen pengampu : Sulaiman kurdi, M.M

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3 MC5

1. Achmat Nur Khasan 60219001


2. Diah Maharani Putri 60219055
3. Muhammad Ashar 60219249

UNIVERSITAS SELAMAT SRI


Jl. Soekarno – Hatta Km. 03, Jambearum, Kec. Patebon,
Kab. Kendal, Jawa Tengah 51351Telepon (0294) 3690577
Website : www.uniss.ac.id Email : admin@uniss.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MODEL
ETIKA DAN SUMBER NILAI ETIKA” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis di
Universitas Selamat Sri Kendal.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita dalam mengetahui etika berbisnis. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik , saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kata-kata yang yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Kendal,12 November 2021

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
Rumusan masalah..........................................................................................................4
Tujuan............................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
MODEL ETIKA DALAM BISNIS.........................................................................................5
A. Immoral Manajemen..............................................................................................5
Amoral Manajemen.......................................................................................................5
B. Moral Manajemen..................................................................................................6
SUMBER NILAI-NILAI ETIKA................................................................................................8
Agama............................................................................................................................8
Filosofi............................................................................................................................8
Budaya...........................................................................................................................9
Hukum............................................................................................................................9
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL........................................10
Leadership....................................................................................................................10
Strategi dan Perfomasi.................................................................................................12
Karakteristik Individu...................................................................................................13
Budaya Organisasi........................................................................................................13
Ciri-ciri Budaya Organisasi............................................................................................14
BAB III...............................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................16
Kesimpulan...................................................................................................................16
Saran............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting dalam
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang etis akan merugikan bisnis itu
sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang
baik juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai
moral.
Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-hubungan antara lain
hubungan agama, keluarga, perdagangan, politik, sebagainya. Sifat hubungan ini
sangat rumit dan coraknya berbagai ragam. Hubungan antara manusia sangat
peka, sebab sering dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia selalu
berusaha agar tercapai kerukunan dan kebahagiaan.
Kemudian pembahsan berikutnya mengenai sumber nilai terhadap etika
dalam berbinis. Dalam hal ini terdapat moral manajemen, agama, filasofi, budaya
dan hokum, leardership dan strategi, karakter individu, budaya perusahaan.

Rumusan masalah
1. Bagaimana etika dalam bisnis
2. Mengetahui sumber nilai etika
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi etika manajerial

Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana etika dalam berbisnis
2. Untuk mengetahui sumber etika dalam bisnis
3. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi etika maanjerial
BAB II
PEMBAHASAN

MODEL ETIKA DALAM BISNIS

Siapakah pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika dalam


perusahaan? Pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer.
Oleh karena itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu:

A. Immoral Manajemen.

Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi


keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakkan manajemen
immoral adalah kerakusan/ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau
keberhasilan personal. Manajemen tidak bermoral merupakan kutub yang
berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji
karyawannya dengan gaji di bawah upah minimum atau perusahaan yang meniru
produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak
cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta, dan sebagainya
(Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough,Entrepreneurship and The New
Ventura Formation, 1996, hal. 21).

Amoral Manajemen.
Tujuan utama dari manajemen amoral adalah laba, akan tetapi tindakannya
berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci yang membedakannya,
yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma etika. Yang
terjadi pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam mengambil
keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil
keputusan. Salah satu conoth dari manajemen amoral adalah penggunaan uji
kejujuran detektor bagi calon karyawan.
B. Moral Manajemen.

Manajemen bermoral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi dengan


menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi manajer bermoral
selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.

Menurut pendapat Michael Josephson, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan


perilaku, yaitu:

1)    Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus-


terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.

2)   Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus


hati, berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat
jahat, dan dapat dipercaya.

3)   Memeliharan janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh


komitmen, patuh, tidak menginterpretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal
atau legalitas dengan dalih ketidakrelaan.

4)   Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga
dalam suatu konteks profesional, menjaga/melindungi kemampuan untuk
membuat keputusan profesional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang
tidak pantas serta konflik kepentingan.

5)   Kewajaran/keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui


kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual
dan toleran terhadap perbedaa, serta tidak bertindak melampaui batas atau
mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang
lain.

6)   Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas
kasihan, tolong menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang
membahayakan orang lain.
7)   Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan
dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak
merendahkan dan mempermalukan martabat orang lain.

8)   Warga negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati hukum/aturan,


penuh kesadaran sosial, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil
keputusan.

9)   Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik


dalam pertemuan pesonal maupun pertanggungjawaban profesional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan
kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta mempertahankan tingkat
kompetensi yang tinggi.

10) Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab


atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh.
SUMBER NILAI-NILAI ETIKA

Secara garis besar dimanapun kita berada maka kita akan dihadapkan pada
4 hal yang dipandang sebagai sumber nilai-nilai etika dalam komunitas, yaitu :

Agama
Etika mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu
manusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Pada
dasarnya agama memberikan ajaran moral untuk menjadi pegangan bagi perilaku
para penganutnya. Menurut Kanter (2001) tidak mungkin orang dapat sungguh-
sungguh hidup bermoral tanpa agama, karena (1) moralitas pada hakikatnya
bersangkut paut dengan bagaimana manusia menjadi baik, jalan terbaiknya adalah
kita mengikuti perintah dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
keyakinan kita (2) agama merupakan salah satu pranata kehidupan manusia yang
paling lama bertahan sejak dulu kala, sehingga moralitas dalam masyarakat erat
terjalin dengan kehidupan ber-agama (3) agama menjadi penjamin yang kuat bagi
hidup bermoral. Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama yakni etika
mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama menuntut
seseorang untuk mendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama.

Filosofi
Filosofi juga menjadi acuan-acuan yang berkembang dalam proses
pengambilan keputusan yang bersumber dari nilai-nilai etika. Ajaran-ajaran ini
berkembang dari hasil pemikiran manusia dan terus berkembang dari tahun ke
tahun. Etika menurut Aristoteles adalah perilaku jiwa yang baik yang menuntun
kepada kebahagiaan dan kebenaran. Keterbatasan pengetahuan tentang jiwa
manusia tidak menjadi sebuah hambatan untuk mendalami konsep etika. Filsuf
Yunani kuno seperti Aristoteles berpendapat bahwa jiwa manusia menginginkan
sebuah kebahagiaan dan jiwa bahagia lahir dari perbuatan yang bersumber dari
kebajikan moral. Hal inilah yang menjadi dasar perkembangan pola pemikiran
barat dan keagamaan lain pada umumnya.
Budaya
Referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan
etika bisnis adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari
suatu bangsa maupun budaya yang bersumber dari berbagai negara
(Cracken, 1986). Budaya yang mengalami transisi akan melahirkan nilai, aturan-
aturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu
dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok
atau suatu komunitas yang lebih besar.
Budaya adalah suatu sistem nilai dan norma yang diberikan pada suatu kelompok
atau komunitas manusia dan ketika itu disepakati atau disahkan bersama-sama
sebagai landasan dalam kehidupan (Rusdin, 2002).

Hukum
Hukum adalah perangkat aturan – aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam
rangka untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum
menentukan ekspektasi – ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan
mencoba mengatur serta mendorong pada perbaikan masalah – masalah yang
dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita berharap
bahwa dengan hokum dapat mengantisipasi semua tindakan pelanggaran sudah
pasti ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah
pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.
Pada umumnya para pebisnis akan lebih banyak menggunakan perangkat hukum
sebagai cermin etika mereka dalam melaksanakan aktivitasnya. Karena hukum
dipandang suatu perangkat yang memiliki bentuk hukuman/punishment yang
paling jelas dibandingkan sumber-sumber etika yang lain, yang cenderung lebih
pada hukuman yang sifatnya abstrak, seperti mendapat malu, dosa dan lain-lain.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL
Stainer (2006) menyebutkan ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
yaitu :

Leadership
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemapuan individu untuk mempengaruhi
memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi
efektifitas dan keberhasilan organisasi. Menurut Handoko (2000 : 294) definisi
atau pengertian kepemimpinan telah didefiinisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula.

Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu


proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.

Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut, antara lain:

1. Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut.


Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpinan, para
anggota kelompok membantu menentukan status/kedudukan pemimpin
dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan,
semua kualitas kepemimpinan seorang manajer akan menjadi tidak
relevan.
2. Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok. Para
pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan
para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat
mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun
dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.
3. Ketiga, pemimpin mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus
dilakukan tetapi juga dapat memepengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya.
Kepemimpinan yang beretika menggabungkan antara pengambilan keputusan
yang beretika dan perilaku yang beretika. Tanggung jawab utama dari seorang
pemimpin adalah membuat keputusan yang beretika dan berperilaku yang beretika
pula.

Ada beberapa hal  yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin yang beretika
(Blanchard & Peale; 1998) :

a. Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya


dan organisasi.
b. Mereka berlaku sedemikian rupa sehingga secara pribadi, dia merasa
bangga akan perilakunya.
c. Mereka berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan
yang diambilnya dan dirinya sendiri.
d. Mereka berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etika
sepanjang waktu, bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk
melakukannya.
e. Seorang pemimpin etika, menurut Blanchard dan peale, memiliki
ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-
citakannya.
f. Mereka berperilaku secara konsisten dengan apa yang benar-benar
penting. Dengan kata lain dia tetap menjaga perspektif
Strategi dan Perfomasi
Strategi merupakan penetapan sasaran dan tujuan janngka panjang sebuah
perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan itu.
Strategi Bisnis dan Strategi Perusahaan
Terdapat dua sumber profitabiltas yang unggul (superior). Pertama,
perusahaan dapat melibatkan diri pada industri yang karena daya tarik lingkungan
industri, memperoleh pendapatan di atas tingkat pedapatan pesaing. Kedua, apa
pun tingkat profitabilitas dalam industrinya, perusahaan dapat memperleh
pendapatan pada tingkat pendapatan superior melalui keunggulan bersaing yang
dipertahankannya diatas pesaing-pesaingnya.
Strategi perusahaan berkaitan dengan keputusan-keputusan ke mana
bisnis seharusnya masuk dan keluar, dan bagaimana perusahaan seharusnya
mengalokasikan sumber daya di antara bisnis-bisnis berbeda yang dimasuki-
nya. Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan untuk
mendapatkan keunggulan persaingan di dalam setiap bisnis utamanya.

Pada umumnya, strategi yang berhasil mengkombinasikan empat


karakteristik utama :
1. Sasaran sederhana jangka panjang. Landasan setiap strategi organisasi
harus merupakan kejelasan dari sasaran. Apabila tidak ada konsensus dan
konsistensi terhadap sasaran, strategi tidak akan dapat memberikan
stabilitas dan kesatuan arah.
2.  Melalui analisis lingkungan pesaingan. Kemampuan mengidentifikasi
kebutuhan yang umum dari konsumen anggota masyarakat. Pemahaman
tentang penilaian pasar saham, pandangan terhadap kemungkinan potensi
akuisisi, dan keahlian dalam mengiden-tifikasi dan memotivasi para
manajer (Mark & Spencer).
3. Penilaian sumber daya yang obyektif. Keberhasilan Mark & Spencer
dalam jangka panjang dapat merefleksikan kesadarannya akan sumber
daya dan kemampuan utamanya. Termasuk reputasi yang berhubungan
dengan nama perusahaan dan merk, kemampuan untuk memotivasi
karyawan, keefektifannya dalam menangani kemitraan dengan para
pemasok, serta kemampuannya menangani dan mengendalikan mutu.
4. Penerapan yang efektif. Strategi yang paling cemerlang tidak akan berguna
jika tidak diterapkan secara efektif. Penerapan yang efektif memerlukan
pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi, dan sistem manajemen
yang memegang teguh komitmen dan koordinasi seluruh pegawai, dan
mobilisasi sumber daya untuk melengkapi strategi tersebut.

Karakteristik Individu
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak
individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut.
Perilaku para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi pada tindakan-
tindakan mereka ditempat kerja atau dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi karakter individu.

Faktor –faktor tersebut yang pertama adalah pengaruh budaya, pengaruh budaya
ini adalah pengaruh nilai-nilai yang dianut dalam keluarganya. Faktor
yang  kedua, perilaku ini akan dipengaruhi oleh lingkunganya yang diciptakan di
tempat kerjanya. Faktor yang ketiga adalah berhubungan dengan lingkungan luar
tempat dia hidup berupa kondisi politik dan hukum, serta pengaruh–pengaruh
perubahan ekonomi. Kesemua faktor ini juga akan terkait dengan status
individu  tersebut yang akan melekat pada diri individu tersebut yang terwuju dari
tingkah lakunya. 

Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya.
Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung
tinggi oleh organisasi.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut
beberapa ahli :

·         Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391),


budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan
oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.

·         Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263),
budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan
pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian
organisasi.

·         Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama


yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.

Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara


keseluruhan, merupakan hakikat budaya organisasi.

1. Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan


didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
2. Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan
menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil
ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil
tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen
mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam
organisasi.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim
ketimbang pada indvidu-individu.
6. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
7. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya
status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
Ciri-ciri Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996 : 289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:

1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk


menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan
menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya
pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan
efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5.  Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim,
ukannya individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7.  Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya
organisasi yang sudah baik.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh
gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk
perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi
itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota
berperilaku (Robbins, 1996 : 289).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Sumber dari etika bisnis itu sendiri. Dimulai dari model, sumber dan
faktor yang mempengaruhi etika bisnis itu sendiri. Dasar ilmu pengetahuan
mengenai etika bisnis tidak datang begitu saja, akan tetapi telah dikaji sebelumnya
oleh para ahli dan kemudian dirumuskan dasar dari ilmu itu sendiri. Dalam model
etika bisnis akan dipelajari tingkatan-tingkatan dari suatu manajemen atau para
manajer. Untuk mengetahui ciri-ciri dari tingkatan manajemen tersebut dimulai
dari immoral, amoral dan moral manajemen. Dari tiga tingakatan itu dapat
dijelaskan tingakatan mana yang memiliki sikap etis terhadap bisnis yang
dilakukan.

Saran
            Setiap daerah mempunyai etika bisnis yang berbeda, seseorang bisnismen
profesional harus bisa menyeimbangkan atau menyesuaikan semua etika bisnis.
DAFTAR PUSTAKA

Arijanto, Agus., Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2011

http://hariannetral.com/2014/10/pengertian-filsafat-atau-filosofi-menurut-para-
ahli.html
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-budaya-organisasi-
definisi.html

Anda mungkin juga menyukai