Kelompok 8
B. DASAR TEORI
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan
pasang surut. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun
(toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan
organisme . Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidakboleh kurang dari 1,7 ppm selama
waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan
bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan
biota laut.
Analisis oksigen terlarut
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :
Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S203) danmenggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia
yang terjadi dapat dirumuskan :
b) Metoda elektrokimia
Dimana :
N = normalitas tiosulfat.
B - 2 = volume air dalam botol sampel setelah ditambah 1 ml larutan MnCl2 dan 1 ml
NaOH - KI.
Faktor ketelitian ( f ) =
= 1,07 mL
Ditanya : mg/L KMnO4 ?
Jawab :
b. Pengenceran
o P2 = 116,92/5 = 23,38 23
Artinya bahwa 1 bagian sampel + 22 bagian pengencer
= x 331 mL
= 14,4 mL
o Volume pengencer yang diambil = kapasitas vol. botol BOD – Volume sampel
= 331 mL – 14,4 mL
= 316,6 mL
c. Penetapan Oksigen Terlarut Metoda Winkler
Data :
PERHITUNGAN
a. DO
Diketahui : Kosentrasi Na2S2O3.5H2O = 0,0125 N
2 mL = 1 mL MgSO4 + 1 mL larutan pereaksi O2
Rumus :
DO = 1000 x mL tiosulfat x N tiosulfat x
Untuk hari ke-0
o Sampel
= 1,8997 ppm ( A )
o Blanko
= 1,8168 ppm ( C )
Untuk hari ke-7
o Sampel
= 1,6718 ppm ( D )
b. BOD
BOD7 = P (A-B) - (C-D)
BOD7 = 23,38 ( 1,8997 ppm – 1,9670 ppm ) – ( 1,8168 ppm – 1,6718 ppm )
= 23,38 ( -0,0673 ppm ) – ( 0,145 )
= - 1,5735 – 0,145
= -1,7185
NIM : 091431029
PEMBAHASAN
Langkah pertama, yaitu dilakukan pembebasan reduktor pada labu erlenmeyer yang
bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pereduksi yang dapat berpengaruh pengukuran pada
percobaannya. Labu ini akan digunakan dalam penetapan angka KMnO 4 terhadap sampel.
Dalam pembebasan reduktor pada labu erlenmeyer menggunkan air kran yang bertujuan
sebagai pelarut yang sangat mungkin masih mengandung zat pengotor lain yang dapat
mereduksi permanganat menjadi mangan dioksida, jadi dengan timbulnya mangan dioksida
ini akan mempercepat reaksi reduksi permanganate. Lalu ditambahkan larutan H 2SO4 6 N
yang bertujuan untuk membuat suasana asam karena dalam suasana tersebut ion permanganat
mengalami reduksi menjadi ion mangan (II), ion mangan (II) ini dalam larutan akan
mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan dioksida, dan dititrasi dengan larutan
KMnO4 0,01 N yang merupakan oksidator kuat sehingga mampu bereaksi dengan reduktor
pada labu erelenmeyer sehingga labu dapat terbebas dari reduktor. Pada proses ini mengalami
reaksi yang berlangsung cepat dalam suasana asam dan panas. Reaksi yang terjadi :
Setelah pembebasan reduktor pada labu erlenmeyer, lalu dilakukan penetapan angka KMnO 4
yang bertujuan sebagai perkiraan kebutuhan oksigen untuk mendapatkan pengenceran yang
mendekati. Dan dalam prinsipnya yaitu zat organik yang terkandung dalam sampel dioksidasi
oleh KMnO4 berlebihan dalam suasana asam dan panas. Kelebihan KMnO 4 direduksi oleh
asam oksalat berlebihan, lalu kelebihan asam oksalat dititrasi kembali oleh larutan KMnO 4.
Sehingga reaksi yang terjadi adalah :
Zat organik + KMnO4 → CO2 + H2O
2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3 H2SO4 → 2MnSO4 + 10 CO2 + K2SO4
Lalu dilakukan penetapan faktor ketelitian KMnO4 0,01 N yang menggunakan cairan bekas
pemeriksaan yang ditambah 10 mL larutan asam oksalat 0,01 N dan dititrasi dengan KMnO 4
0,01 N sampai cairan berwarna merah muda. Dalam titrasi ini volume KMnO 4 yang
digunakan sebanyak 9,3 mL dan memperoleh faktor ketelitian sebesar 1,07. Sehingga
memperoleh angka KMnO4 sebesar 116,92 mg/L dari data yang diperoleh.
Pembuatan larutan pengencer ini terdiri dari 3 L aqudest, larutan buffer fosfat 3 mL,
larutan CaCl2 3 mL, larutan FeCl3 3 mL, larutan MgSO4 3 mL, dan cairan bibit seed/mikroba
sebanyak 3 mL. bahan semua itu dicampurkan lalu dilakukan aerasi selama 30 menit, hal ini
dilakukan untuk mengaktifkan kembali mikroba atau untuk memberikan asupan oksigen
terhadap mikroba sehingga dapat aktif atau hidup kembali sampai hari ke-7.
Dilakukan Kelarutan oksigen di dalam air limbah diencerkan terlebih dahulu, ini
bertujuan untuk menjamin agar kebutuhan oksigen mencukupi selama proses penetapan
berlangsung. Lalu pengenceran dilakukan pada P2 (angka KMnO4/5). Angka KMnO4 yang
diperoleh sebesar 116,92 mg/L KMnO4, maka nilai P2 sebesar 23 mL, artinya 1 bagian
sampel + 22 bagian pengencer.
Kemudian dilakukan penetapan oksigen terlarut dalam metode Winkler, dalam hal ini
menggunakan empat botol BOD dimana digunakan untuk sampel maupun blanko hari ke-0
dan untuk sampel maupun blanko hari ke-7. Prinsip penetapan oksigen terlarut dengan
Metoda Winkler yaitu dengan menggunakan titrasi iodometri. Dalam penentuannya, sampel
dan blanko diperlakukan yang sama yaitu sebelum di titrasi sampel maupun blanko yang
terdapat dibotol ditambahkan larutan MnSO4 dan pereaksi O2 (KI + Na3N), sehingga terjadi
endapan MnO2. Setelah itu botol ditutup, dikocok dan dibiarkan selama 10 menit untuk
pengendapan dan penyempurnaan reaksi. Setelah didiamkan 10 menit sampel dan blanko
dibagi 2 agar lebih mudah dalam menentukan nilai DO, baik nilai DO hari ke-0 dan DO hari
ke-7. Lalu ditambahkan H2SO4 akan melarutkan endapan dan juga akan membebaskan iodin
(I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut (hasil oksidasi I- oleh MnO2 dalam suasana asam).
Iodin yang dibebaskan ini akan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203)
hingga warna cairan berwarna kuning jerami, kemudian ditetesi dengan indikator larutan
amilum (kanji), dan titrasi dilanjutkan kembali hingga warna larutan menjadi biru hilang.
Itulah titik akhir titrasinya. Sehingga reaksi yang terjadi sebagai berikut :
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum diperoleh nilai BOD yang terkandung dalam larutan sampel sebesar
….. ppm, hal ini membuktikan bahwa……………..
DAFTAR PUSTAKA
Tim pengajar pengolahan limbah industri. 2001. petunjuk praktikum pengolahan limbah
industri,Jurusan Teknik Kimia. POLBAN : Bandung.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-volumetri/penetapan-
angka-permanganat/ (13 Januari 2011)
http://www.scribd.com/doc/28700514/24944178-Laporan-Praktikum-Laboraturium-
Lingkungan-6-Zat-Organik. (13 Januari 2011)