Anda di halaman 1dari 6

KODE MK: MKK213

MK : HIDROLOGI DAN IRIGASI


PERTEMUAN KE 7
Pokok Bahasan : Irigasi
Oleh: Sarif Robo, SP., M.Si

Pengertian Irigasi
Irigasi atau pengairan merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi
lahan pertanian dengan upaya penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
pengaliran air menggunakan sistem, saluran dan bangunan tertentu dengan tujuan
sebagai penunjang produksi pertanian, persawahan dan perikanan. Istilah irigasi
berasal dari bahasa Belanda, yaitu irrigate dan dalam bahasa Inggris, yaitu irrigation
yang artinya pengairan atau penggenangan.. Dalam dunia modern, saat ini sudah
banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika
persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata
air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun,
irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah
kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model
seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah diungkapkan,
dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno. Menurut UU No. 7 Tahun 2004
pasal 41 ayat 1 tentang Sumber Daya Air, irigasi adalah usaha penyediaan,
pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak. Berdasarkan UU No.7 Tahun 2004, irigasi meliputi usaha penyediaan,
pengaturan dan pembuangan air dengan tujuan untuk menunjang pertanian.
Berikut adalah beberapa pengertian dan definisi irigasi dari beberapa sumber
buku:
 Menurut Kartasapoetra (1994), irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan
pengaturan air untuk memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan
air yang berasal dari air permukaan dan tanah.
 Menurut Suhardjono (1994), irigasi adalah sejumlah air yang pada umumnya
diambil dari sungai atau bendung yang dialirkan melalui sistem jaringan irigasi
untuk menjaga keseimbangan jumlah air di dalam tanah.
 Menurut Hansen, dkk (1990), irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk
keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-
tanaman.
 Menurut Wirosoedarmo (1986), irigasi merupakan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan air untuk sawah, ladang,
perkebunan, perikanan atau tambak dan sebagainya, yang intinya untuk
keperluan usaha tani.
 Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1987), irigasi adalah menyalurkan air yang
perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan
mendistribusikannya secara sistematis
Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara
Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai Nil. Di Indonesia,
irigasi tradisional telah juga berlangsung sejak nenek moyang kita. Hal ini dapat dilihat
juga cara bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia.
Dengan membendung kali secara bergantian untuk dialirkan ke sawah. Cara lain
adalah mencari sumber air pegunungan dan dialirkan dengan bambu yang
bersambung. Ada juga dengan membawa dengan ember yang terbuat dari daun pinang
atau menimba dari kali yang dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga.

Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda


Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam melaksanakan Tanam
Paksa (Cultuurstelsel) pada tahun 1830. Pemerintah Hindia Belanda dalam Tanam
Paksa tersebut mengupayakan agar semua lahan yang dicetak untuk persawahan
maupun perkebunan harus menghasilkan panen yang optimal dalam mengeksplotasi
tanah jajahannya.
Sistem irigasi yang dulu telah mengenal saluran primer, sekunder, ataupun tersier.
Tetapi sumber air belum memakai sistem Waduk Serbaguna seperti TVA di Amerika
Serikat. Air dalam irigasi lama disalurkan dari sumber kali yang disusun dalam sistem
irigasi terpadu, untuk memenuhi pengairan persawahan, di mana para petani
diharuskan membayar uang iuran sewa pemakaian air untuk sawahnya.
Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1933 di Amerika
Serikat.
Tennessee Valley Authority (TVA) yang diprakasai oleh Presiden AS Franklin D.
Roosevelt pada tahun 1933 merupakan salah satu Waduk Serba Guna yang pertama
dibangun di dunia.[1] Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930 melanda seluruh dunia,
sehingga TVA adalah salah satu model dalam membangun kembali ekonomi Amerika
Serikat.
Isu TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik, navigasi, pengendalian banjir,
pencegahan malaria, reboisasi, dan kontrol erosi, sehingga di kemudian hari, Proyek
TVA menjadi salah satu model dalam menangani hal yang mirip. Oleh sebab itu, Proyek
Waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir mirip dengan TVA di AS tersebut.
Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km
dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H.
Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai
dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Prancis, dengan potensi air yang
tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di
Indonesia.
Tujuan dan Manfaat Irigasi
Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-01 irigasi adalah sistem pemberian air
ketanah-tanah pertanian guna mencukupi kebutuhan tanaman agar tanaman tersebut
tumbuh dengan baik. Adapun tujuan irigasi adalah sebagai berikut:
1. Membasahi tanaman. Membasahi tanah dengan menggunakan air irigasi bertujuan
memenuhi kekurangan air di daerah pertanian pada saat air hujan kurang atau tidak
ada. Hal ini penting sekali karena kekurangan air yang di perlukan untuk tumbuh
dapat mempengaruhi hasil panen tanaman tersebut.
2. Merabuk. Merabuk adalah pemberian air yang tujuannya selain membasahi juga
memberi zat-zat yang berguna bagi tanaman itu sendiri.
3. Mengatur suhu. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah, sesuai dengan jenis tanamannya.
4. Membersihkan tanah atau memberantas hama. Maksud irigasi juga bertujuan untuk
membasmi hama-hama yang berada dan bersarang dalam tanah dan
membahayakan bagi tanaman sehingga pada musim kemarau sebaiknya sawah
diberikan air agar sifat garamnya hilang.
5. Kolmatase. Kolmatase adalah pengairan dengan maksud memperbaiki atau
meninggikan permukaan tanah.
6. Menambah persediaan air tanah. Tujuan bermaksud menambah persediaan air
tanah untuk keperluan sehari-hari. Biasanya dilakukan dengan cara menahan air di
suatu tempat, sehingga memberikan kesempatan pada air tersebut untuk meresap
ke dalam tanah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh yang memerlukan.

Irigasi sangat dibutuhkan untuk pertanian, perkebunan dan lain-lainnya. Adapun


manfaat irigasi adalah sebagai berikut:
1. Menambahkan air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman.
2. Untuk menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau pendek.
3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfer, sehingga menimbulkan lingkungan yang
baik untuk pertumbuhan tanamam.
4. Untuk mencuci dan mengurangi garam tanah.
5. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.
6. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah

Jenis-jenis Irigasi
Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-01 terdapat empat jenis irigasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk
mengalirkan air dari sumber ke tempat yang membutuhkan, pada umumnya irigasi
ini banyak digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi menjadi: irigasi genangan liar,
irigasi genangan dari saluran, irigasi alur dan gelombang.
b. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang menyuplai air langsung ke daerah akar
tanaman yang membutuhkannya melalui aliran air tanah. Dengan demikian
tanaman yang diberi air lewat permukaan tetapi dari bawah permukaan dengan
mengatur muka air tanah.
c. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)
Irigasi siraman adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana
penyiramannya dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan
(4 –6 Atm) sehingga dapat membasahi areal yang cukup luas. Pemberian air
dengan cara ini dapat menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena dengan
pengairan ini tidak diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan
ini dapat mengurangi kehilangan air di saluran karena air dikirim melalui saluran
tertutup.
d. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
Irigasi tetesan adalah irigasi yang prinsipnya mirip dengan irigasi siraman tetapi
pipa tersiernya dibuat melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena hanya
menetes saja. Keuntungan sistem ini yaitu tidak ada aliran permukaan.

Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas,


jaringan irigasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu
kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam
mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya
melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga
mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah
diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang
sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, terjadi
pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang tidak selalu
mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan penyadap
bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
b. Irigasi Semi Teknis
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun
semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan
bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa
bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu
mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan
baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Sistem pembagian airnya
sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan dipakai untuk mengairi
daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana.
c. Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan
sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Di samping itu
terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan
pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Petak
tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Untuk memudahkan
sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak
yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan
petak sawah sebagai satuan terkecil.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007, jaringan irigasi


dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
b. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
c. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan
pelengkapnya.

Studi Kasus dan Pengalaman Sistem Irigasi Pertanian

Pengalaman Sistem Irigasi Pertanian di Niigata Jepang


Sistem irigasi pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di Niigata Prefecture. Di sini
terlihat adanya manajemen persediaan air yang cukup pada pengelolaan pertaniannya.
Sekitar 3 km dari tempat tersebut tedapat sungai besar yang debit airnya cukup dan
tidak berlebih. Air sungai dinaikan ke tempat penampungan air menggunakan pompa
berkekuatan besar. Air dari tempat penampungan dialirkan menggunakan pipa-pipa air
bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian di sekitarnya. Pada setiap pemilik sawah
terdapat tempat pembukaan air irigasi tersebut. Pembagian air ini bergilir berselang
sehari, yang berarti sehari keluar, sehari tutup. Penggunaannya sesuai dengan
kebutuhan sawah setempat yang dapat diatur menggunakan tuas yang dapat dibuka
tutup secara manual. Dari pintu pengeluaran air tersebut dialirkan ke sawahnya melalui
pipa yang berada di bawah permukaan sawahnya. Kalau di tanah air kita pada
umumnya air dialirkan melalui permukaan sawah. Sedangkan untuk mengatur
ketinggian air dilakukan dengan cara menaikan dan menurunkan penutup pintu
pembuangan air secara manual. Pembuangan air dari sawah masuk saluran irigasi
yang terbuat dari beton sehingga air dengan mudah kembali ke sungai kecil, tanpa
merembes terbuang ke bawah tanah. Pencegahan perembesan air dilakukan dengan
sangat efisien.

Pengalaman Irigasi Perkebunan Kelapa Sawit


Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi
kelapa sawit. Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi
asimilat terganggu, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif
maupun fase generatif. Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit
ditandai oleh kondisi daun tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan
pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan
jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah.
Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman
akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan,
pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak
buah rendah.
Manajemen irigasi perkebunan kelapa sawit, yaitu: membuat bak pembagi,
pembangunan alat pengukur debit manual di jalur sungai, membuat jaringan irigasi di
lapang untuk meningkatkan daerah layanan irigasi suplementer bagi tanaman kelapa
sawit seluas kurang lebih 1 ha, percobaan lapang untuk mengkaji pengaruh irigasi
suplementer (volume dan waktu pemberian) terhadap pertumbuhan vegetatif kelapa
sawit dan dampak peningkatan aliran dasar (base flow) terhadap performa kelapa sawit
pada musim kemarau, identifikasi lokasi pengembangan dan membuat untuk 4 buah
Dam Parit dan upscalling pengembangan dam parit di daerah aliran sungai.

DAFTAR PUSTAKA

 Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta:


Rineka Cipta.
 Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Malang: Institut Teknologi
Nasional.
 Hansen, V.E., Israelsen, O.W., dan Stringham, G.E. 1980. Irrigation Principles
and Practices. New York: John Wiley & Sons Inc
 Wirosoedarmo. 1985. Dasar-dasar Irigasi Pertanian. Malang: Universitas
Brawijaya.
 Sosrodarsono dan Takeda. 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya
Paramitha.
 Anonim. 1986. Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi Bagian Penunjang Untuk
Standar Perencanaan Irigasi (KP-01). Bandung: Galang Persada
 https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi diakses pada tanggal 30 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai