Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (2), 57-73

e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v5i2.472
©Komisi Pemberantasan Korupsi

Media Massa dan Pemberitaan


Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Desca Lidya Natalia
Lembaga Kantor Berita Nasional Antara

desca.lidya@gmail.com

Abstract
The purpose of this paper is to explain the role of mass media in Indonesia in framing public
perceptions regarding the eradication of corruption and how the public's perception of the
works in combating corruption and corruption itself. The finding is although press acts as the
watchdog of the state particularly by conducting investigative reporting about corruption so
that it exists to perform check and balance for the public offices, the press cannot simply reduce
corruption's rate. The reasons are the lack of public's memories, the weak link of press exposure
and policy changes, state versus capital interest in the newsroom, and the bias in reporting
corruption. As a result, even though the public considers corruption as a serious problem but
they don't take part in eradicating corruption and let KPK or other law enforcers do the work.
Legal and regulatory environment that allows the media to be an effective watchdog is needed
as well as raising professional and ethical standards for the journalists.

Keywords: Corruption, KPK, Watchdog, Mass Media, Public Perception, Investigative


Reporting

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran media massa dalam membentuk
persepsi publik mengenai pemberantasan korupsi di Indonesia dan bagaimana persepsi
masyarakat terhadap kerja pemberantasan korupsi dan korupsi itu sendiri. Penulis
menemukan bahwa meski media memang dapat berperan sebagai watchdog terhadap
pemerintah terutama dengan melakukan liputan investigasi mengenai korupsi sehingga
dapat mengerjakan fungsi sebagai penyeimbang, tapi media tidak dapat begitu saja
mengurangi laju korupsi. Penyebabnya adalah kurangnya daya ingat masyarakat, kontrol
media yang lemah, tarik-menarik kepentingan di ruang redaksi hingga bias pemberitaan
pemberantasan korupsi. Akibatnya, meski masyarakat menganggap korupsi penting untuk
ditangani segera tapi mereka belum tergerak untuk ikut memberantas korupsi dan
menyerahkan pemberantasan korupsi kepada penegak hukum yaitu KPK dan aparat penegak
hukum lain. Perlu ada aturan hukum agar pers sebagai watchdog dalam pemberantasan
korupsi terjaga independensinya sekaligus peningkatan kualitas jurnalis itu sendiri.

Kata Kunci: Korupsi, KPK, Watchdog, Media Massa, Persepsi Publik, Liputan Investigasi

57
Desca Lidya Natalia

Pendahuluan
“One of the objects of a newspaper is (OTT) kerap menjadi headline maupun
to understand the popular feeling and give breaking news oleh media cetak dan
expression to it, another is to arouse among elektronik.
the people certain desirable sentiments, and Keakraban media massa dengan
the third is the fearlessness to expose popular pemberitaan korupsi sendiri dapat
defects.” (Mahatma Gandhi). ditelusuri sejak era reformasi 1998. Media
Pada dini hari bulan September massa lebih bebas memberitakan kasus
2019, penulis berusaha menjelaskan korupsi tanpa khawatir diberedel seperti
mengenai kerja pemberantasan korupsi di masa Orde Baru yang lebih terkendali.
KPK dalam satu whatsapp grup. Sejumlah Setelah reformasi bergulir pada
anggota dalam grup melontarkan 1998, pers Indonesia mengalami perubahan
argumentasi bahwa tindakan KPK selama ini yang luar biasa, terutama dalam
adalah sengaja ingin menggoyang mengekspresikan kebebasan. Hal ini
pemerintah dan bahkan dikuasai aliran ditandai dengan munculnya media-media
budaya tertentu dari luar negeri. Meski baru terutama media elektronik dengan
penjelasan sistematis dan sederhana sudah berbagai kemasannya. Keberanian pers
diberikan tapi diskusi panjang diakhiri dalam mengkritik penguasa juga menjadi
dengan sepakat untuk tidak sepakat. Admin ciri baru kebebasan pers di Indonesia
grup tersebut pun meminta penulis untuk (Martini, 2014).
memberi room for doubt terhadap Pembatasan-pembatasan yang
pemberantasan korupsi ala KPK karena ia dilakukan negara sebelum reformasi dicabut
pun meyakini ada yang ingin menunggangi sehingga tidak ada lagi surat izin usaha
lembaga antirasuah tersebut. penerbitan pers (SIUPP) sehingga siapa saja
Diskusi hangat itu memang terjadi bebas mendirikan perusahaan pers.
saat gencarnya demonstrasi oleh mahasiswa Organisasi pers juga tidak tunggal, ada
di berbagai wilayah Indonesia untuk Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI),
menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)
KUHP dan revisi UU KPK. Namun di dunia Asosiasi Jurnalis Independen (AJI),
maya ramai juga isu menyerang KPK demi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) serta
mendistorsi kepercayaan publik terhadap anggota Dewan Pers dari masyarakat sipil.
KPK. Serangan siber terhadap KPK Selain itu muncul juga UU No 40 tahun 1999
dilakukan di media sosial setiap hari dengan tentang Pers berisi jaminan kebebasan pers.
senjata sejumlah hashtag (Andayani, 2019). Sesungguhnya bukan hanya
Hashtag tersebut misalnya #RevisiUUKPK, kebebasan pers yang lahir dari proses
KPK dan Taliban, #KPKPATUHATURAN, reformasi 1998 namun sejatinya Komisi
#KPKCengeng, #DukungRevisiUUKPK, dan Pemberantasan Korupsi (KPK) juga menjadi
banyak lainnya (Arigi, 2019). anak kandung reformasi. KPK lahir pada
Apakah kerja 16 tahun KPK untuk 2002 melalui UU No 30 tahun 2002 tentang
memberantas korupsi dapat rontok begitu KPK --lalu direvisi menjadi UU No 19 tahun
saja dengan hembusan isu di media sosial? 2019 tentang perubahan UU KPK. Tujuan
Padahal berita seputar korupsi (khususnya pembuat UU pada 2002 adalah ingin
yang ditangani KPK) hampir setiap hari mempercepat penanganan perkara-perkara
mewarnai pemberitaan media arus utama. korupsi di Indonesia. Hal tersebut terjadi
Pemberitaan korupsi yang melibatkan karena kasus korupsi yang begitu banyak
pengusaha maupun penguasa apalagi ketika terjadi dan melibatkan berbagai pihak
KPK melakukan Operasi Tangkap Tangan termasuk pejabat pemerintahan pasca

58
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia

reformasi. Padahal lembaga peradilan saat pemberantasan korupsi dan korupsi itu
itu yaitu Kepolisian dan Kejaksaan malah sendiri?
belum dapat berbuat banyak dalam
menjaring para koruptor. Pembahasan
Sejak efektif bertugas pada 2003 A. Peran Media dan Pemberitaan
hingga tulisan ini dibuat, KPK telah Pemberantasan Korupsi
menangani 1.064 perkara dengan tersangka Gagasan media massa sebagai pilar
dari berbagai macam latar belakang. Dari keempat demokrasi dengan tugas utama
perkara-perkara tersebut, ada 123 kali sebagai check and balance terhadap mereka
Operasi Tangkap Tangan (OTT), 432 orang yang memiliki jabatan publik didasari
tersangka yang berasal dari OTT. Adapun premis bahwa jangan sampai suatu
latar belakang perkara yang ditangani KPK kekuasaan melampaui batasannya (Coronel,
per Juni 2019 adalah anggota DPR/DPRD: 2010). Media dapat bisa menjadi lembaga
255 perkara, kepala daerah: 130 perkara, check and balance serta memantau
pimpinan partai politik: 6 perkara dan kepatuhan lembaga eksekutif, legislatif dan
kepala lembaga/kementerian: 27 perkara. yudikatif terhadap hukum, nilai, dan norma
Dengan gencarnya penindakan oleh demokrasi (Starke dkk, 2016). Namun,
KPK, apalagi disertai pemberitaan media berbeda dengan tiga fungsi lembaga negara
yang menyorot pelaku korupsi, seyogyanya lain dalam trias politica, media massa tidak
diikuti dengan surutnya tindak pidana memiliki sarana formal untuk menjatuhkan
korupsi. Ternyata Indeks Persepsi Korupsi sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan
(IPK) Indonesia tidak naik signifikan. Pada pejabat publik yang korup; sehingga media
2018, IPK Indonesia ada di angka 38, naik pun menggunakan kontrol publik mereka
sedikit dari 2017 yaitu mencapai 37. Dalam secara tidak langsung (Stapenhurst, 2000).
skala 0-100, semakin mendekati 100, Media massa bekerja secara
semakin baik posisi sebuah negara. independen terhadap pemerintah meski
Peringkat IPK Indonesia pada 2018 pemerintah jugalah yang menjamin
di antara negara-negara ASEAN ada di papan kebebasan media. Artinya media tetap
tengah yaitu di peringkat ke-4 atau naik 2 menjadi watchdog bukan menjadi lapdog
tingkat dari posisi ke-6 pada 2017. Indonesia (anjing peliharaan) atau attack dog (anjing
berada satu tingkat di atas Filipina. penyerang) (Coronel, 2010). Pers selaku
Indonesia juga kemudian menggeser watchdog memantau pekerjaan pemerintah
Thailand ke urutan ke-6 di ASEAN sehari-hari sehingga membantu warga
(Wendyartaka, 2019). Tentu posisi tersebut negara menilai kinerja pemerintah.
masih jauh dibanding peringkat Singapura Pemberitaan perlu melampaui apa yang
yang masih menjadi negara paling bersih disampaikan pejabat maupun juru bicara
korupsi di kawasan Asia Tenggara dengan mereka, untuk menilai performa pemerintah
skor IPK 85 kemudian diikuti Brunei serta menjadi bentuk pengawasan.
Darussalam (63) dan Malaysia (47). Media selaku watchdog juga dapat
Sedangkan di urutan buncit dihuni Kamboja menampilkan pemberitaan berbagai
dengan IPK 20. penyelewengan mulai dari skandal seks
Lantas bagaimana sesungguhnya pribadi, penyelewenangan keuangan,
peran media massa dalam pemberitaan korupsi politik, proses mengambil
pemberantasan korupsi di Indonesia? Serta keuntungan bagi diri sendiri maupun
bagaimana persepsi masyarakat sebagai kelompok dan berbagai jenis pelanggaran
“korban” korupsi terhadap kerja lain.

59
Desca Lidya Natalia

Pentingnya media massa dalam usaha-usaha Throat, pemberitaan-pemberitaan The Post


pemberantasan korupsi setidaknya dapat pun bergulir dan mengungkap satu persatu
dimasukkan ke dalam dua bagian besar: orang-orang suruhan Nixon terbukti telah
pertama, memberikan dampak kasat mata melakukan penggalangan dana dan strategi
(tangible) mengenai korupsi kepada pemenangan ilegal dengan mengendalikan
masyarakat. Bentuk yang paling spektakuler dana kampanye untuk spionase dan
misalnya ketika pemimpin korup dapat sabotase politik (Smith, 2006).
dimakzulkan, dituntut atau dipaksa untuk Namun cara media media beroperasi
mengundurkan diri setelah kejahatan di dunia nyata jarang sama dengan teori
mereka dipertontonkan kepada publik lewat bagaimana media berfungsi. Di seluruh
media. Media mendorong agar penegak dunia, media jarang yang imun terhadap
hukum pun menindaklanjuti laporan sesuai berbagai tekanan baik yang berasal dari
dengan aturan main yang berlaku. Media negara maupun pasar. Selain itu, struktur
massa juga dapat berperan untuk dan kepemilikan industri media serta
menyingkapkan kekurangan atau bahkan praktik, budaya, dan norma profesional
korupsi di dalam berbagai badan negara memiliki pengaruh terhadap seberapa baik
seperti pengadilan, polisi dan satuan tugas kinerja watchdog. Hubungan antara media
anti korupsi sehingga korupsi dapat dengan para penguasa juga merupakan
dikontrol. Tekanan publik terhadap badan- faktor yang perlu dipertimbangkan
badan pemerintah tersebut dapat (Coronel, 2010).
menghasilkan reformasi dalam jangka Dalam jangka panjang, watchdog
Panjang (Stapenhurst: 2000). dapat memicu siklus relasi yang baik antara
Kedua, memberikan dampak tidak media dan reformasi pemerintah. Laporan
kasat mata (intangible) misalnya dengan investigasi membantu untuk membangun
ikut menyajikan informasi dan pemahaman kredibilitas media dan dengan sendirinya
kepada masyarakat mengenai tata kelola menggalang dukungan masyarakat. Media
pemerintahan yang baik dan transparan, sebagai institusi diperkuat bila para
peningkatan kualitas debat publik dan jurnalisnya dapat menunjukkan bahwa
mendorong akuntabilitas antara para mereka melayani kepentingan publik
politisi dan lembaga-lembaga publik sebagai dengan mengungkapkan penyimpangan dan
hasil pemberitaan media massa yang kritis penyalahgunaan. Tidak hanya itu, pers yang
dan independen. Di sini media lewat kredibel dijamin mendapat dukungan publik
pemberitaannya ikut “mendidik” bila mendapat ancaman untuk diberangus
masyarakat untuk kritis terhadap kondisi atau dibatasi oleh penguasa.
korupsi (Stapenhurst: 2000). Coronel (2010) menjelaskan bahwa
Contoh paling menonjol terkait liputan investigasi juga berkontribusi
peran media membongkar perkara korupsi terhadap diskursus kebebasan jurnalistik.
tentunya adalah kasus Watergate di Amerika Dengan terus-menerus menggali informasi,
Serikat yang memicu pengunduran diri dengan memaksa pemerintah dan sektor
Presiden Richard Nixon pada 1974 karena swasta untuk mengeluarkan dokumen serta
laporan investigasi dua wartawan The menjawab pertanyaan, jurnalis
Washington Post, Bob Woodward dan Carl meningkatkan limitasi apa saja yang bisa
Bernstein. Kasus itu terbongkar karena mereka beritakan. Dalam jangka panjang,
seorang whistleblower (pembocor) bernama relasi jurnalis dan pejabat publik tersebut
Deep Throat yang setelah 31 tahun diketahui membantu mengembangkan budaya
sebagai Mark Felt, seorang mantan pejabat terbiasa mengungkapkan suatu
FBI. Dengan informasi awal dari Deep pelanggaran. Pada akhirnya pers mendidik

60
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia

warga berperan dalam memperkaya tanpa diperhatikan lagi dan hanya sedikit
diskursus demokratis. yang "diendapkan" dalam pemikiran
Namun demokrasi di seluruh dunia pembaca berita.
tidak ada yang bebas hambatan. Hampir di Meski media menjadi salah satu
semua tempat punya keluhan yang sama: sumber (kalau bukan sumber utama)
sebagian besar media adalah perusahaan informasi dan wujud dari opini publik –
yang mencari untung, peran sebagai check pikiran masyarakat dapat penuh dengan
and balance demokrasi dapat berada di informasi dan impresi dari media. Namun
urutan kedua atau bahkan kesekian masing-masing individu punya persepsi,
dibanding fungsi mencari profit. Liputan entah akurat atau tidak, dengan
korupsi atau penyimpangan mengenai hal pemberitaan maupun kondisi yang ada. Tiap
tertentu memang dapat memberikan orang punya independensi untuk
keuntungan finansial bagi perusahaan tapi menentukan respon mereka terhadap
bila liputan itu tidak lagi memberikan informasi yang disajikan oleh media
keuntungan maka redaksi pun dapat tergantung pada ketertarikan, relevansi
menggeser peliputannya ke topik lain. Bila dengan kehidupan keseharian, tingkat
fungsi watchdog hanya untuk gimmick pendidikan dan faktor-faktor lain mengenai
marketing, maka fungsi itu hanya akan topik tertentu.
bertahan ketika gimmick memberikan Findahl (2001) memperkirakan
keuntungan. dalam situasi normal, orang hanya akan
Liputan investigasi yang layak mengingat kurang dari 5 persen isi berita.
mengasumsikan masyarakat tertarik Apalagi apa yang dipahami seseorang dari
terhadap penyelewenangan yang dibongkar. pemberitaan tersebut telah dibentuk dari
Liputan investigasi memang mahal dan pemilihan dan framing suatu berita yang
membutuhkan waktu. Dibutuhkan investasi disajikan. Tentu saja ketika terjadi breaking
terhadap orang yang mengerjakannya news atau kejadian dramatis lainnya, tingkat
maupun sumber daya penunjang, kadang penerimaan berita akan lebih tinggi
bahkan imbalan politik dan prestis dapat dibanding kondisi normal. Tapi terbuka
menutupi biaya peliputan itu sendiri. Tapi kemungkinan seseorang dapat
bagaimana bila media tersebut tidak dapat menghasilkan persepsi yang berbeda atas
keuntungan dari pemberitannya? stimulus yang sama (Solomon, Marshall, dan
Penulis menemukan setidaknya Stuart 2011),
empat hal masalah dalam pemberitaan Komunikator boleh saja mempunyai
media massa terkait pemberitaan maksud tertentu atas teks yang
pemberantasan korupsi di Indonesia, sesuai ditransmisikan, tetapi persoalan
ulasan di bawah ini. pemahaman terhadap makna akhir dari teks
akan sangat tergantung pada kemampuan
1. Persoalan Daya Ingat Masyarakat pembaca yang punya kebebasan penuh
Pemahaman dan daya ingat menafsirkan. Isi dari media bukan lagi
mengenai isi pemberitaan juga tergantung sebuah produk yang selalu lentur terhadap
kepada isi berita maupun pembuat berita perubahan dan perbedaan makna, karena
dan penerima berita McQuail (2005). Dari setiap reader secara bebas memaknai apa
sisi penerima berita, faktor utamanya yang mereka baca (Eriyanto, 2001).
biasanya motivasi untuk mengetahui isi
berita, keakraban terkait topik yang
diangkat dan tingkat pendidikan, --dan pada
kenyataannya banyak berita "diterima"

61
Desca Lidya Natalia

2. Lemahnya Hubungan Antara adalah media cetak, 674 radio, 523 televisi
Pemberitaan Media dan Perubahan termasuk lokal, dan lebihnya media online.
Kebijakan Berdasarkan data Aliansi Jurnalis
Laporan Bank Dunia Making Politics Independen (2018), pada 2017, peringkat
work for Development pada 2016 mengolah Indonesia di Reporter Sans Frontiers (RSF)
data kebebasan media dari Freedom House atau Reporter Without Borders, organisasi
periode 2000-2013 dengan data Polity IV pemantau media yang berbasis di Paris,
soal korupsi menyimpulkan bahwa berada di posisi 124 dari 180 negara.
meskipun ada hubungan positif antara Indonesia ditandai RSF sebagai zona merah,
kebebasan media dan pemberantasan yang situasinya mirip dengan Rusia tapi
korupsi tapi korelasi tersebut adalah sulit lebih baik dari Cina (zona hitam). Posisi
untuk ditafsirkan dan ditunjukkan dalam Indeks Indonesia di tahun 2018 juga tetap di
hubungan sebab-akibat secara langsung posisi 124.
antara tata kelola pemerintahan yang lebih Kasus kekerasan, dan ancaman dari
baik dengan fungsi pemasaran media yang regulasi, merupakan faktor penting bagi
lebih baik. Studi itu juga menyebutkan peringkat suatu negara dalam
ketidakpastian mengenai bagaimana dan pemeringkatan RSF. Regulasi itu masuk
mengapa media independen efektif untuk dalam kategori “iklim hukum” suatu negara.
mengurangi korupsi. Banyaknya pasal-pasal yang bisa
Memang media dapat melaporkan memenjarakan wartawan, maka itu artinya
pelanggaran yang dilakukan oleh secara iklim hukum negara itu akan
pemerintah atau pihak lain, mengubah mendapatkan nilai rendah dalam skor-nya.
perilaku masyarakat selaku pemilik suara Sedangkan kasus kekerasan masuk kategori
dalam pemilu, membantu mendisiplinkan “iklim politik” yang ikut memengaruhi bebas
pemerintah yang korup atau membentuk tidaknya sebuah negara. Iklim lain yang juga
norma-norma sosial dan politik untuk berpengaruh adalah “iklim ekonomi”. Dalam
mencegah korupsi. Tapi media hanya punya kasus Indonesia, kepemilikan media oleh
sedikit kontrol terhadap arah perubahan politisi atau pengusaha yang punya afiliasi
dan hambatan yang dihadapi media. dengan partai politik, menambah nilai minus
Dampak yang diberikan media kerap indeks kebebasan pers Indonesia.
terhambat dengan kelambanan pemerintah, Secara khusus di Indonesia, banyak
keengganan elit untuk bertindak, budaya media cetak yang tutup, media online
birokrasi yang resisten terhadap perubahan, tumbuh, akuisisi media termasuk televisi
sistem penegakan hukum yang pincang, pun terjadi di sana-sini. Dalam bukunya Ross
serta apatisme serta sinisme publik. Tapsell (Media Power in Indonesia Oligarchs,
Kemampuan media untuk memengaruhi ini Citizens and the Digital Revolution, 2017)
tergantung pada efektivitas masing-masing seperti dibahas oleh Andreas dan Adam
media (cetak, radio, TV, atau online) dalam (2018) menyebutkan perkembangan
situasi apa pun (Coronel, 2010). kepemilikan media saat ini terbagi menjadi
delapan konglomerasi media yang
3. Tarik Menarik Kepentingan di Ruang disebutnya "konglomerat digital" di
Redaksi Indonesia.
Di Indonesia sendiri terdapat 47.000 Delapan perusahaan ini adalah
media massa yang terdiri dari media cetak, Berita satu Media Holding milik Keluarga
radio, televisi dan online di Indonesia, atau Riady; CT Corp milik Chairul Tanjung;
menjadi negara dengan media massa paling EMTEK milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja;
banyak di dunia. Dari jumlah itu 2.000 Global Mediacom milik Hary Tanoesoedibjo;

62
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Jawa Pos milik Dahlan Iskan; Kompas berkembang jadi konglomerat digital sejak
Gramedia milik Jakoeb Oetama; Media membeli SCTV pada 2004. Sariaatmadja juga
Group milik Surya Paloh; dan Visi Media Asia membeli Indosiar dengan kesepakatan
milik Bakrie Group. Rp1,6 triliun pada 2011. Selain ketiga
Tapsell membagi dua konglomerat konglomerat digital ini, ada Visi Media Asia
itu lewat jalur televisi, dan kedua lewat jalur milik Keluarga Bakrie dan Media Group milik
media cetak. Konglomerat jalur televisi Surya Paloh.
membuat mereka mampu lebih cepat Visi Media Asia, lewat akuisisinya
berinvestasi di platform-platform media atas Lativi (kini bernama TVOne) pada 2007
yang sebelumnya tak mereka miliki. CT Corp membentuk konglomerasi dengan ANTV.
misalnya membeli 55 persen saham TV 7 Pada 2008, Bakrie Group membeli ArekTV di
dari Kompas pada 2006, mengganti Surabaya dan koran Surabaya Post. Bersama
namanya menjadi Trans7. Pusat berita Trans pengusaha Erick Thohir, keluarga Bakrie
TV dan Trans7 akhirnya disatukan pada mengonvergensi TVOne, ANTV, dan portal
2018. Pada 2011, Chairul Tanjung membeli berita online baru Viva.co.id.
detik.com disusul Telkomvision cable Sementara Media Group milik Surya
network, yang dinamai ulang jadi Paloh, meski sudah dibangun dari
Transvision pada 2012. investasinya di sejumlah koran sejak 1988
Bekerja sama dengan CNN, pada hingga 1990, baru berubah sebagai kerajaan
2013 ia membentuk CNN Indonesia yang media setelah mendirikan Metro TV pada
kemudian hadir tak cuma sebagai portal 2001. Paloh juga masih punya koran
berita online tapi juga stasiun televisi. Pada 8 nasional Media Indonesia, yang portal
Februari 2018, CT pun meluncurkan televisi onlinenya kini terkonvergensi dengan
CNBC dan portal berita online. metrotvnews.com.
Konglomerat lain, Hary Televisi masih mendapat jatah kue
Tanoesoedibjo, memulai proses meluaskan iklan yang besar. Menurut riset Nielsen
bisnis media pada awal 2000-an. Selain Indonesia tahun 2017, 80 persen dari Rp145
punya tiga televisi (MNCTV, RCTI, dan triliun total belanja iklan habis digunakan di
GlobalTV), Global Mediacom memiliki 34 televisi. TV unggul dibandingkan kanal
radio lokal yang mulai diakuisisi sejak 2005. media lain seperti cetak maupun online.
Koran Sindo News yang lalu juga punya Selama beberapa tahun belakangan, belanja
portal berita sindonews.com dan portal iklan di TV memang stabil menguasai pasar.
berita Okezone juga masuk kelompok ini. Sedangkan Koran-koran lokal
MNC tercatat punya satu satelit sendiri yang bertahan dengan mengandalkan dana dari
dibeli pada 2010, dan punya kapasitas 160 pemerintah daerah bahkan pada beberapa
kanal. media, ketergantungan akan iklan dari
MNC Group punya 19 kanal TV pemerintah hingga 75 persen.
berbayar, 46 stasiun TV lokal dan 2,6 juta Masih ada juga Berita Satu Media
pelanggan lewat IndoVision, TopTV, dan Holding milik James Riady, Jawa Pos milik
OKVision. Pada 2015, ekspansi itu makin Dahlan Iskan, dan Kompas Gramedia milik
besar ketika I-News, stasiun berita 24 jam, Jakoeb Oetama. Jawa Pos yang membentuk
diluncurkan pasca-MNC Group konglomerat Jawa Pos News Network
menghabiskan 250 juta dolar AS untuk (JPPN), Jawa Pos fokus membangun
membeli 40 fasilitas studio di Jakarta Pusat. jaringannya lewat media lokal. Satu-satunya
Emtek Group milik Eddy kegagalan koran milik Jawa Pos, menurut
Sariaatmadja didirikan pada 1983 sebagai Tapsell adalah tutupnya Indo Pos, yang
perusahaan jasa layanan komputer,

63
Desca Lidya Natalia

berbasis di Jakarta, karena tak mampu terhadap korupsi meski tahu korupsi adalah
bersaing dengan Kompas. suatu hal yang berbahaya.
Iskan juga mengekspansi bisnis Bias pertama adalah bias negatif di
televisi dan radio lokal pada 2002, yang mana pemberitaan kasus korupsi lebih
sudah berjumlah 22 pada 2004. Jawa Pos banyak memuat kegagalan-kegagalan
adalah contoh bisnis media yang bergantung pemerintah dan KPK dalam memberantas
pada pemasukan iklan dari pemerintah korupsi, dibanding mengapresiasi
daerah. keberhasilan-keberhasilannya. Kedua,
Berbeda dari Kompas, koran paling skandalisasi liputan korupsi di mana media
panjang umur di Indonesia. Kompas bukan lebih fokus pada skandal korupsi nan seksi
cuma untung via iklan dari pemerintah, tapi dan jarang sekali mengangkat isu perbaikan
punya bentuk bisnis lain seperti Gramedia, sistem yang sebenarnya menjadi salah satu
toko buku yang mendominasi pasar bagian terpenting dalam mata rantai
penerbitan Indonesia. Dalam persaingan pemberantasan korupsi.
bisnis media online, kompas.com dan Ketiga, personalisasi berita korupsi
Tribunnews.com adalah anak usaha Kompas di mana fokus pemberitaan adalah pada
Gramedia yang jadi saingan ketat detik.com. individu pelaku dengan menjadikan ada atau
Pada 2008, Kompas Group meluncurkan tidaknya tokoh besar yang terlibat sebagai
Kompas TV, yang dapur redaksinya tolak ukur utama skala peliputan kasus
digabung dengan kompas.com pada 2016. korupsi. Keempat, bias bahasa di mana
Perusahaan Media Berita Satu media massa lebih mengutamakan
Holding punya Riady dimulai dari produk penggunaan istilah suap dibandingkan
cetak yaitu majalah Globe Asia, dan Suara pemerasan yang membuat nada
Pembaruan yang dibeli pada 2006, kini pemberitaan terkadang kurang adil
mereka punya stasiun televisi dan portal terhadap pihak pemberi uang yang
berita online. Mereka juga punya televisi terkadang berada dalam posisi lebih lemah.
berbayar Big TV yang terkonvergensi Keempat bias tersebut akhirnya
dengan perusahaan LinkNet dan perusahaan mengembangkan "folklore" korupsi atau
internet First Media. persepsi bahwa korupsi itu begitu mewabah
Tak dapat dihindari kepentingan dan sulit diberantas di tengah masyarakat
pemilik modal pun masuk ke ruang-ruang yang membuat masyarakat semakin skeptis
redaksi media, bandul independensi media dan pesimis dengan prospek pemberantasan
dapat bergerak ke sisi keuntungan atau korupsi ke depan.
bahkan penguasa bila pemilik media dekat Aspek penindakan seperti proses
dengan penguasa. Media pun bisa saja tidak penyelidikan, penyidikan, penangkapan, dan
memiliki liputan investigasi dan lebih peradilan kasus korupsi memiliki porsi yang
mengikuti tren pemberitaan yang disukai begitu dominan, dibandingkan aspek
pasar seperti hiburan atau hal-hal pencegahan. Namun aspek penindakan
menghebohkan lainnya sehingga tidak dapat dalam kasus korupsi itu juga merupakan
diandalkan sebagai watchdog karena komoditas yang disukai oleh masyarakat
kerakusan terhadap laba. sebagai konsumen yang nantinya akan
berujung pada profit industri media massa.
4. Bias Pemberitaan Korupsi Sedangkan aspek pencegahan yang memang
Dharmasaputra dalam Wijayanto & tidak umum di masyarakat kurang diangkat
Zachrie (2009) menyebutkan sejumlah bias oleh media padahal aspek pencegahan baik
dalam pemberitaan korupsi yang dapat dari perbaikan sistem maupun perubahan
menyebabkan sikap “cuek” masyarakat mindset juga menyokong kerja-kerja

64
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia

pemberantasan korupsi yang dilakukan mengenai korupsi di media massa dan


KPK. mengolahnya, baik berdasarkan
Salah satu cara untuk mengatasi ketertarikan maupun ada tidaknya
masalah-masalah di atas adalah kerja sama pengalaman masa lalu terkait
media massa dengan msyarakat sipil. Hal pemberantasan korupsi khususnya yang
tersebut di Indonesia terwujud dalam dilakukan oleh KPK?
platform Indonesialeaks yang Pada November 2015, Transparansi
menghubungkan pembocor informasi Internasional Indonesia (TII) melakukan
dengan media. Platform dengan alamat survei publik di 11 provinsi di Indonesia
Indonesialeaks.id itu digagas empat yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara
lembaga, yaitu Free Press Unlimited (FPU) Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara,
sebagai LSM yang berbasis di Amsterdam, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Belanda, AJI Indonesia, Tempo Institute dan Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat,
Perhimpunan Pengembangan Media Kalimantan Selatan. Survei dilakukan
Nusantara (PPMN). dengan metode wawancara tatap muka
Pada mulanya terdapat 10 media dengan mengumpulkan 2.200 responden
yang menjadi anggota IndonesiaLeaks, yaitu dengan margin of error 2,22 %. Laporan
KBR, Independen.id, Suara.com, akhir survei diperoleh sebelum 15
Liputan6.com, Tempo.co, Jaringan Indonesia November 2015.
untuk Jurnalisme Investigasi (Jaring), CNN Hasil survei tersebut dapat
Indonesia, Jakarta Post, Sindo dan Bisnis menunjukkan:
Indonesia. Belakangan, Sindo 1. Kebutuhan antikorupsi yang tinggi
mengundurkan diri dari keanggotaan dan yaitu 91 % dari responden
akan mengikuti periode berikutnya. menganggap korupsi penting untuk
Platform Indonesialeaks juga mendapat ditangani segera, 91 % menganggap
dukungan dari sejumlah lembaga swadaya korupsi merugikan, 86 %
dan kemudian menjadi mitra yaitu menganggap korupsi adalah
Change.org; LBH Pers; ICW; Greenpeace masalah berat di Indonesia.
Indonesia; LSM konservasi alam Yayasan 2. Namun kebutuhan antikorupsi yang
Auriga Nusantara. tinggi pada warga sebagai individu
Indonesialeaks baru-baru ini tidak disertai dengan keinginan yang
mengungkapkan skandal "buku merah". tinggi untuk mendukung KPK dalam
"Buku merah" merujuk pada barang bukti bentuk tindakan konkret. Hal itu
kasus suap daging yang dilakukan ditunjukkan dari penilaian
pengusaha Basuki Hariman namun dirobek keterlibatan warga untuk
oleh oknum tertentu. Laporan itu cukup mendukung KPK misalnya menjadi
membuat heboh lantaran dalam buku merah relawan di KPK (3,8%), terlibat
itu, tepatnya pada halaman yang dirobek, dalam kampanye antikorupsi
ada nama mantan Kapolri Tito Karnavian dengan menyebarkan informasi
ikut menerima uang. Skandal tersebut juga terkait tindak pidana korupsi di
dinilai terkait dengan penyerangan air keras lingkungan tempat tinggal (4,3%),
terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. bersikap kooperatif, membantu
pihak yang berwenang bila diminta
B. Persepsi Masyarakat Mengenai bantuan (4,5%).
Pemberantasan Korupsi
Bagaimana masyarakat
menginterpretasikan berbagai informasi

65
Desca Lidya Natalia

Gambar 1. Bagan dukungan terhadap pemberantasan korupsi

3. Hal tersebut disebabkan karena ada Memfasilitasi warga untuk melakukan


perasaan tak berdaya dalam gerakan antikorupsi sendiri (88 %).
menghadapi korupsi, rendahnya Selanjutnya, pada April–Juni 2017,
keyakinan diri dan kolektif mampu Indonesia corruption Watch juga melakukan
menghindari korupsi hingga anggapan Survei Nasional Antikorupsi di 34 provinsi
bahwa korupsi dianggap persoalan dengan mengumpulkan 2.235 responden.
individual terkait dengan kekuatan Sejumlah temuan kunci dari survei tersebut
karakter pribadi. Hal tersebut adalah:
ditunjukkan dengan alasan yang 1. Warga negara terus pesimis terhadap
menghambat warga mendukung KPK tren korupsi ditunjukkan dengan
adalah tidak tahu harus mendukung berkurangnya persentase warga yang
dengan cara apa (79 %), tidak adanya menanggap praktik suap sebagai hal
jaminan keamanan (70,3 %), takut yang wajar (dari 30 % yang
berkonflik (60,2%), hanya sendirian menganggap wajar pada 2016 menjadi
mendukung KPK (52,5 %), merasa sia- 26 % pada 2017).
sia memberantas korupsi (47,8 %).
4. Untuk dapat mengatasi hal tersebut,
masyarakat perlu dibangun
persepsinya yaitu dengan
membangkitkan keyakinan warga
(96%), mengampanyekan antikorupsi
setiap kesempatan (92%), membina
hubungan baik dengan LSM (90,6%).

66
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia

korupsi hanya dipersepsikan berhasil


oleh 13 % responden selama setahun.
3. Pendaftaran CPNS (56%), polisi (50%),
pengadaan barang dan jasa pemerintah
(48%), pengadilan (45%),
implementasi anggaran pemerintah
dianggap yang terkorup (44%).
4. Permintaan uang tidak resmi paling
umum dilakukan di Kepolisian (41%)
dan pendaftaran pegawai negeri sipil
(29%) dengan jumlah suap atau
Gambar 2. Peta kewajaran praktik suap oleh
responden pemerasan rata-rata Rp112.000,-
5. Sebagian besar menganggap
2. Sebanyak 87 % responden melihat tidak pemerintah (bukan masyarakat) yang
ada perbaikan level korupsi dalam satu paling berperan memberantas korupsi.
tahun terakhir, artinya upaya Sebagaimana dalam gambar berikut.
pemerintah untuk mengurangi tingkat

Gambar 3. Bagan pihak yang dianggap paling berperan memberantas korupsi

6. Masyarakat siap untuk membela mengenai caranya. Isu kekhawatiran


haknya yang diambil karena perbuatan adanya balas dendam menurun.
korupsi (sangat siap sebanyak 33 % dan 7. Namun KPK terus menerima tingkat
siap 51 %) tapi berbanding terbalik kepuasan yang tinggi yaitu 70 % atau
dengan tindakan mereka untuk sama dengan tahun 2016 meski
melaporkan kejahatan korupsi tersebut. evaluasi kinerja umumnya masih
Mereka yang tidak siap untuk komplain didasarkan pada catatan penangkapan.
mengatakan tidak punya infomasi

67
Desca Lidya Natalia

Gambar 4. Peta tingkat kepuasan terhadap KPK

Sedangkan pada 2018, ICW bekerja Hasil survei tersebut adalah sebagai
sama dengan Lembaga Survei Indonesia berikut:
kembali mengadakan Survei Nasional Tren 1. Saat ini mayoritas warga menilai bahwa
persepsi publik tentang korupsi di Indonesia tingkat korupsi mengalami peningkatan
periode 8-24 Oktober 2018. Rilis Tren (52%). Akan tetapi, dibandingkan
Persepsi Korupsi tersebut dilakukan pada dengan tren korupsi dalam dua tahun
10 Desember 2018. Jumlah sampel basis terakhir, persepsi terhadap korupsi
ditetapkan sebanyak 2.000 responden dari menurun, dari 70% pada 2016 menjadi
enam provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, 52% tahun ini.
Riau, Banten, Jawa Timur, dan Maluku Utara
masing-masing menjadi 380 responden.

Gambar 5. Peta persepsi terhadap korupsi

68
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia

2. Kondisi ini terjadi berkaitan dengan tetapi, dalam dua tahun terakhir, yang
pengetahuan warga bahwa saat ini menilai “tidak wajar” cenderung turun,
lembaga-lembaga yang ada telah sebaliknya yang menilai “wajar” (34%)
melakukan langkah pemberantasan cenderung makin banyak.
korupsi dan langkah tersebut dinilai 6. Mayoritas warga, 55%, berpendapat
efektif, meski dalam derajat yang bahwa kolusi/nepotisme adalah
bervariasi. KPK dinilai sebagai lembaga tindakan yang negatif (12% kejahatan +
yang paling banyak melakukan langkah 43% tidak etis). Sementara sekitar 39%
pemberantasan korupsi dan tinggi warga menilai kolusi/nepotisme bukan
efektivitasnya (81%), disusul Presiden tindakan negatif (9% tindakan yang
(57%), Polisi (54%), BPK (40%), perlu dilakukan+30% normal)
Kejaksaan Agung (36%), Pengadilan 7. Warga paling banyak berurusan dengan
(36%). pegawai pemerintah untuk
3. Mayoritas warga pada 2018 juga memperoleh layanan kesehatan,
menilai pemerintah serius melawan mengurus kelengkapan administrasi
korupsi (69 %) dibanding yang tidak publik, berurusan dengan sekolah
serius (19%), terutama pemerintah negeri, dan urusan dengan polisi.
pusat. Hal itu hanya meningkat sedikit Probabilitas dimintai uang di luar biaya
dibanding pada 2017 dimana resmi paling besar ketika berurusan
keseriusan pemerintah dinilai 68%. dengan polisi (34%). Sedangkan
4. Namun demikian, persepsi terhadap probabilitas memberi uang di luar biaya
tingkat korupsi berbeda terhadap resmi tanpa diminta paling besar ketika
Pemerintah Pusat, Provinsi, Kab/Kota, mengurus kelengkapan administrasi
Kecamatan, dan Desa/Kelurahan. (16%) dan berurusan dengan polisi
Umumnya, warga menilai korupsi (16%). Alasan mayoritas responden
paling tinggi di pemerintah pusat, lalu yang pernah memberi hadiah/uang
menurun hingga yang paling sedikit ketika diminta adalah supaya
korupsinya di tingkat desa/kelurahan. urusannya cepat selesai (61%).
Artinya, semakin jauh dari warga, 8. Tingkat kepercayaan terhadap KPK
makin dipersepsi korup. Sebaliknya, paling tinggi (85%), kemudian Presiden
semakin dekat dari warga, semakin 84%, Polisi 75%, MUI 73%, Pemda 73%,
dipersepsi tidak korup. Hal ini kembali NU 71%, BPK 70%, Pengadilan 70%,
menunjukkan bahwa korupsi masih dan Kementerian 70%, tingkat
dipahami sebagai sesuatu yang terjadi kepercayaan pada Lembaga lain di
di pusat, melibatkan kasus-kasus besar bawah 70%. Sehingga KPK jugalah yang
saja. Sementara suap atau gratifikasi dinilai paling bertanggung jawab
yang dialami dalam hubungan dengan mengatasi korupsi (75%), kemudian
pegawai pemerintah dianggap bukan Polisi 29%, Presiden 28%, BPK 17%,
korupsi. Namun Pemerintah Pusat Kejaksaan Agung 10%, dan Masyarakat
paling banyak dinilai Serius/sangat 10%.
serius (69%) dalam melawan korupsi, Kemudian, Lembaga Survei
baru kemudian Pemerintah Provinsi Indonesia (LSI) pun mengadakan survei
(63%), dan Pemerintah Kab/Kota pada 4-5 Oktober 2019 berjudul "Perppu UU
(62%). KPK dan gerakan mahasiswa di mata
5. Saat ini, mayoritas warga menilai publik". Pada penghujung masa bakti
bahwa suap dan gratifikasi adalah Pimpinan KPK jilid IV mendapat goncangan
sesuatu yang tidak wajar (63 %). Akan dengan kontroversi berkaitan UU No 19

69
Desca Lidya Natalia

tahun 2019 tentang Perubahan UU KPK yang mengeluarkan Peraturan Pemerintah


baru. UU tersebut mendapat respon negatif Pengganti UU (Perppu) KPK yaitu
dari sejumlah kelompok elit nasional dan sebanyak 76,3 %.
mahasiswa berbagai kampus dan daerah. 3. Secara umum kepercayaan publik pada
Total responden survey LSI KPK dan Presiden jauh di atas
sebanyak 1010 orang. Responden kepercayaan pada DPR. Yang percaya
diwawancarai melalui telepon oleh pada KPK 72%, pada Presiden 71%,
pewawancara yang telah dilatih. Temuan sedangkan pada DPR hanya 40%.
dari survei tersebut adalah: Sejalan dengan kepercayaan pada
1. Responden yang tahu soal revisi UU Presiden yang tinggi tersebut kepuasan
KPK mayoritas menilai UU tersebut publik pada Presiden juga masih tinggi
melemahkan KPK (70,9%). (67%) di tengah-tengah kontroversi UU
2. Mereka yang tahu soal revisi UU KPK KPK tersebut.
juga mendukung agar Presiden Jokowi

Gambar 6. Peta Kepercayaan terhadap Lembaga Negara

Tampak dari sejumlah survei pada dengan membawa basis data informasi,
2015, 2017, 2018 dan 2019 di atas meski beserta konten dan analisisnya yang dapat
kepercayaan masyarakat kepada KPK tinggi menjadi sumber yang berguna bagi pembuat
tapi tingkat keinginan masyarakat untuk hukum untuk membuat undang-undang dan
ambil bagian dalam kerja-kerja kebijakan serta bagi pemilih untuk memilih
pemberantasan korupsi rendah. Masyarakat pemerintah mereka. Tapi dalam kondisi
yang menyadari bahaya korupsi dimana media mendapatkan iklan terbesar
menyerahkan upaya pemberantasan dari lembaga-lembaga pemerintah,
korupsi kepada KPK dan mengambil jarak jurnalisme investigatif menjadi sulit untuk
karena ketidaktahuan untuk mencegah membuktikan akuntabilitas pemerintah.
korupsi yang terjadi. Padahal pemberitaan Ada kemungkinan bias media dalam
media massa begitu derasnya soal korupsi mengungkap korupsi di lembaga-lembaga
maupun KPK. pemerintah di mana pengaruh pemerintah
Meski media berkontribusi pada menggantikan etika jurnalistik, kode etik
keberhasilan demokrasi di dunia saat ini atau kebebasan pers. Kepemilikan media

70
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia

oleh pemerintah dapat mengurangi Pentingnya informasi dan


efektivitasnya dan meningkatkan korupsi. keterlibatan masyarakat sipil, termasuk
Sebaliknya, jika media independen dan media tidak dapat dielakkan lagi. Kebebasan
menjalankan tugas mereka tanpa bias, pers adalah sine qua non (sebab) dari
mereka mampu menarik perhatian pada demokrasi sejati dan media adalah pilar
pejabat pejabat yang diduga korup sekaligus demokrasi keempat, yang tidak boleh
para politikus lainnya. dikurangi perannya. Berita-berita mengenai
Bhattacharyya et all. (2015) pencegahan korupsi yang sistematis pun
menemukan bukti efek kausal dari patut mendapat tempat dalam kolom-kolom
demokratisasi dan kebebasan media surat kabar maupun segmen-segmen
terhadap korupsi, dan bahwa demokratisasi televisi.
dan kebebasan media harus hadir bersama- Media memiliki peran ganda: media
sama dalam pemberantasan korupsi. tidak hanya meningkatkan kesadaran publik
Perjuangan melawan korupsi politik sulit tentang korupsi, penyebabnya, konsekuensi
untuk dimenangkan hanya dengan dan kemungkinan pemulihannya, tetapi juga
menghadirkan demokratisasi dalam hal ini menyelidiki dan melaporkan dugaan
pemilihan umum atau hanya dengan korupsi yang membantu aparat penegak
mempromosikan media yang bebas dan hukum lainnya. Pelaporan media dan
independen. Strategi yang harus dilakukan jurnalisme investigatif, termasuk kolaborasi
adalah mendorong institusi pemerintahan dengan LSM, sangat berguna dan layak
yang demokratis sekaligus media bebas dikembangkan pada masa-masa selanjutnya.
yang sehat. Secara pararel media dapat ikut
Pemberitaan pun harus dapat menanamkan nilai-nilai kejujuran dan
membangkitkan harapan dan semangat menumbuhkan sikap anti korupsi sejak dini
masyarakat dalam pemberantasan korupsi melalui pemberitaan yang disajikannya
serta dapat mendorong aparat penegak Namun ada hal-hal yang harus
hukum untuk membuka penyelidikan diperbaiki untuk menjaga peran media
misalnya dengan menerbitkan suatu sebagai watchdog dalam sistem demokrasi
pemberitaan yang dilengkapi dengan yaitu (1) menyediakan aturan hukum yang
banyak bukti sehingga pihak berwenang memungkinkan pers sebagai watchdog
tidak memiliki alasan untuk tidak efektif, independen dan bebas, baik terhadap
menyelidikinya (OECD, 2018: 14). penguasa maupun pemilik modal. Harus ada
jaminan bahwa sudut pandang pemberitaan
Penutup media tidak dibatasi oleh penguasa maupun
Korupsi yang terjadi di Indonesia pemilik yang punya tujuan untuk mencari
dilakukan secara berjamaah dan laba sebesar-besarnya, (2) peningkatan
tersistematis dalam berbagai tingkatan standar etika dan keahlian profesional
sudah terjadi pada hampir seluruh sendi jurnalistik. Hal ini dapat dilakukan dengan
kehidupan dan dilakukan oleh hampir pelatihan jurnalistik secara berkala,
semua golongan masyarakat. Sebagian memperbaiki kondisi kerja dan tentu
masyarakat menganggap korupsi bukan lagi peningkatan kompensasi kerja (gaji) bagi
merupakan kejahatan besar. Jika kondisi ini wartawan ke level yang terhormat. Hal Ini
tetap dibiarkan seperti itu, maka korupsi membantu meningkatkan status sosial
akan menghancurkan negeri ini. Korupsi jurnalis dan agar mereka tidak rentan
harus ditempatkan sebagai musuh bersama terhadap korupsi, (3) Membangun dan
(common enemy). menjaga komunitas jurnalis yang terikat
etika profesionalitas dan berkomitmen pada

71
Desca Lidya Natalia

prinsip-prinsip demokrasi. Serikat kerja


jurnalis dan asosiasi wartawan yang DFID. (2015). Why corruption matters:
independen harus berperan menjaga understanding causes, effects and
how to address them, Evidence Paper
idealisme profesi jurnalis, (4) mendorong
on Corruption, diakses dari
pembiayaan mandiri dari masyarakat https://www.gov.uk/government/u
sendiri maupun melalui hibah bagi kerja ploads/system/uploads/attachment
jurnalistik khususnya dalam peliputan _data/file/406346/corruption-
investigasi soal korupsi. evidence-paper-why-corruption-
Penelitian ini tentu jauh dari matters.pdf.
sempurna. Penelitian selanjutnya juga dapat
Dharmasaputra, Karaniya. (2009). Media
dilakukan dengan menggunakan dana
dan Foklor Korupsi dalam Wijayanto
primer terkait jumlah dan arah pemberitaan dan Ridwan Zachrie (Ed.). Korupsi
korupsi di media massa serta beragam Mengorupsi Indonesia. Jakarta:
informasi soal korupsi yang berseliweran di Kompas Gramedia.
internet yang dapat memobilisasi gerakan
masyarakat sipil serta membentuk norma- Eriyanto. (2001). Analisis Wacana:
norma tentang korupsi di masyarakat. Pengantar Analisis Teks Media.
Yogyakarta: LKIS.

Referensi Freedom House (2016) Press Freedom in


Adrianto, Dimas. (2013). Media, Ideologi dan 2015: The Battle for the Dominant
Propaganda: Analisis Framing dalam Message, diakses dari
Pemberitaan Korupsi Gayus https://freedomhouse.org/report/f
Tambunan oleh Kompas.com dan reedom-press/freedom-press-2016.
Tempointeraktif.com. Tesis. Program
Studi Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Hamid, Yassin Bashir et all. (2017). The
Universitas Indonesia. Roles of Newspapers Ownership
Pattern and Access to Governmental
Andreas, Damianusdan Aulia Adam. (2019). Information in Framing of Issues of
"8 Konglomerat Media di Indonesia Corruption in Sudan International
via Jalur Media TV & Cetak" diakses Journal of Sciences: Basic and Applied
dari https://tirto.id/cEv7. Research (IJSBAR). Volume 31(No 2),
halaman 160-171.
Arigi, Fikri. (2019). "Drone Emprit Temukan
Cara Buzzer Serang KPK Lewat Give Handayani, Dwi. (2019). "Analis 'Drone
Away" diakses dari Emprit' Ungkap Siasat Pasukan Siber
https://nasional.tempo.co/read/12 Hancurkan KPK", diakses dari
49523/drone-emprit-temukan- https://news.detik.com/berita/d-
cara-buzzer-serang-kpk-lewat-give- 4711192/analis-drone-emprit-
away/full&view=ok. ungkap-siasat-pasukan-siber-
hancurkan-kpk.
Bhattacharyya et all. (2015). Media Freedom
and Democracy in the Fight against Indonesia Corruption Watch. (2017). Survei
Corruption, dalam European Journal Nasional Anti Korupsi.
of Political Economy.
Kresna, Mawa. "Laporan Indonesia Leaks
Coronel, S. (2010). Corruption and the Haram Disengketakan di Luar
watchdog role of the news media Dewan Pers" diakses dari
dalam Public sentinel: News media https://tirto.id/c9ay.
and governance reform. Editor Pippa
Noris. The World Bank, Washington
DC.

72
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Lembaga Survei Indonesia. (2018). Rilis


Survei Nasional: Tren Persepsi Stapenhurst, R. (2000). The Media's Role in
Publik tentang Korupsi di Indonesia. Curbing Corruption. Washington,
10 Desember. D.C.: The World Bank Institutes.

------- (2019). Temuan Survei Telepon Starke, Christopher dkk. (2016). “Free to
Nasional: Perppu UU KPK dan Expose Corruption: The Impact of
Gerakan Mahasiswa di Mata Publik. 6 Media Freedom, Internet Access, and
Oktober. Governmental Online Service
Delivery on Corruption” dalam
Manan, Abdul. (2018). Laporan Tahunan AJI International Journal of
2018: Ancaman Baru Dari Digital. Communication vol 10.
Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen.
Transparansi Internasional Indonesia.
McQuail, Denis. (2005). Mass Communication (2015). Survei Publik terhadap
Theory 6th edition. London: SAGE Potensi Dukungan dan Kebutuhan
Publications Ltd. terhadap KPK. 15 November.

Pramusinto, Agus Pramusinto. (2016). Weak


central authority and fragmented
bureaucracy: a study of policy
implementation in Indonesia dalam
Jon S. T. Quah (ed.). The Role of the
Public Bureaucracy in Policy
Implementation in Five ASEAN
Countries. United Kingdom:
Cambridge University Press.

OECD. (2018), The Role of the Media and


Investigative Journalism in
Combating Corruption retrieved
from
www.oecd.org/corruption/The-
role-of-media-and-investigative-
journalism-in-
combatingcorruption.htm.

Smith, J. (2006). Case Study on The Role of


the Media in Curbing Corruption,
dalam R Stapenhurst, N Johnston,
and R Pelizzo (eds). The Role of
Parliament in Curbing Corruption
Washington DC: World Bank.

Solomon, M. R., G. W. Marshall, & E. W. Stuart.


(2011). Marketing: Real people, real
choices (7th ed.). Hoboken, NJ:
Pearson Prentice Hall.

Srivastava, Charu. (2016). “Role of Media in


Preventing and Combating
Corruption” dalam Imperial Journal
of Interdisciplinary Research (IJIR)
Vol.2, Issue-2.

73

Anda mungkin juga menyukai