472-Dokumen Artikel Utama-1605-4-10-20200305
472-Dokumen Artikel Utama-1605-4-10-20200305
e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v5i2.472
©Komisi Pemberantasan Korupsi
desca.lidya@gmail.com
Abstract
The purpose of this paper is to explain the role of mass media in Indonesia in framing public
perceptions regarding the eradication of corruption and how the public's perception of the
works in combating corruption and corruption itself. The finding is although press acts as the
watchdog of the state particularly by conducting investigative reporting about corruption so
that it exists to perform check and balance for the public offices, the press cannot simply reduce
corruption's rate. The reasons are the lack of public's memories, the weak link of press exposure
and policy changes, state versus capital interest in the newsroom, and the bias in reporting
corruption. As a result, even though the public considers corruption as a serious problem but
they don't take part in eradicating corruption and let KPK or other law enforcers do the work.
Legal and regulatory environment that allows the media to be an effective watchdog is needed
as well as raising professional and ethical standards for the journalists.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran media massa dalam membentuk
persepsi publik mengenai pemberantasan korupsi di Indonesia dan bagaimana persepsi
masyarakat terhadap kerja pemberantasan korupsi dan korupsi itu sendiri. Penulis
menemukan bahwa meski media memang dapat berperan sebagai watchdog terhadap
pemerintah terutama dengan melakukan liputan investigasi mengenai korupsi sehingga
dapat mengerjakan fungsi sebagai penyeimbang, tapi media tidak dapat begitu saja
mengurangi laju korupsi. Penyebabnya adalah kurangnya daya ingat masyarakat, kontrol
media yang lemah, tarik-menarik kepentingan di ruang redaksi hingga bias pemberitaan
pemberantasan korupsi. Akibatnya, meski masyarakat menganggap korupsi penting untuk
ditangani segera tapi mereka belum tergerak untuk ikut memberantas korupsi dan
menyerahkan pemberantasan korupsi kepada penegak hukum yaitu KPK dan aparat penegak
hukum lain. Perlu ada aturan hukum agar pers sebagai watchdog dalam pemberantasan
korupsi terjaga independensinya sekaligus peningkatan kualitas jurnalis itu sendiri.
Kata Kunci: Korupsi, KPK, Watchdog, Media Massa, Persepsi Publik, Liputan Investigasi
57
Desca Lidya Natalia
Pendahuluan
“One of the objects of a newspaper is (OTT) kerap menjadi headline maupun
to understand the popular feeling and give breaking news oleh media cetak dan
expression to it, another is to arouse among elektronik.
the people certain desirable sentiments, and Keakraban media massa dengan
the third is the fearlessness to expose popular pemberitaan korupsi sendiri dapat
defects.” (Mahatma Gandhi). ditelusuri sejak era reformasi 1998. Media
Pada dini hari bulan September massa lebih bebas memberitakan kasus
2019, penulis berusaha menjelaskan korupsi tanpa khawatir diberedel seperti
mengenai kerja pemberantasan korupsi di masa Orde Baru yang lebih terkendali.
KPK dalam satu whatsapp grup. Sejumlah Setelah reformasi bergulir pada
anggota dalam grup melontarkan 1998, pers Indonesia mengalami perubahan
argumentasi bahwa tindakan KPK selama ini yang luar biasa, terutama dalam
adalah sengaja ingin menggoyang mengekspresikan kebebasan. Hal ini
pemerintah dan bahkan dikuasai aliran ditandai dengan munculnya media-media
budaya tertentu dari luar negeri. Meski baru terutama media elektronik dengan
penjelasan sistematis dan sederhana sudah berbagai kemasannya. Keberanian pers
diberikan tapi diskusi panjang diakhiri dalam mengkritik penguasa juga menjadi
dengan sepakat untuk tidak sepakat. Admin ciri baru kebebasan pers di Indonesia
grup tersebut pun meminta penulis untuk (Martini, 2014).
memberi room for doubt terhadap Pembatasan-pembatasan yang
pemberantasan korupsi ala KPK karena ia dilakukan negara sebelum reformasi dicabut
pun meyakini ada yang ingin menunggangi sehingga tidak ada lagi surat izin usaha
lembaga antirasuah tersebut. penerbitan pers (SIUPP) sehingga siapa saja
Diskusi hangat itu memang terjadi bebas mendirikan perusahaan pers.
saat gencarnya demonstrasi oleh mahasiswa Organisasi pers juga tidak tunggal, ada
di berbagai wilayah Indonesia untuk Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI),
menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)
KUHP dan revisi UU KPK. Namun di dunia Asosiasi Jurnalis Independen (AJI),
maya ramai juga isu menyerang KPK demi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) serta
mendistorsi kepercayaan publik terhadap anggota Dewan Pers dari masyarakat sipil.
KPK. Serangan siber terhadap KPK Selain itu muncul juga UU No 40 tahun 1999
dilakukan di media sosial setiap hari dengan tentang Pers berisi jaminan kebebasan pers.
senjata sejumlah hashtag (Andayani, 2019). Sesungguhnya bukan hanya
Hashtag tersebut misalnya #RevisiUUKPK, kebebasan pers yang lahir dari proses
KPK dan Taliban, #KPKPATUHATURAN, reformasi 1998 namun sejatinya Komisi
#KPKCengeng, #DukungRevisiUUKPK, dan Pemberantasan Korupsi (KPK) juga menjadi
banyak lainnya (Arigi, 2019). anak kandung reformasi. KPK lahir pada
Apakah kerja 16 tahun KPK untuk 2002 melalui UU No 30 tahun 2002 tentang
memberantas korupsi dapat rontok begitu KPK --lalu direvisi menjadi UU No 19 tahun
saja dengan hembusan isu di media sosial? 2019 tentang perubahan UU KPK. Tujuan
Padahal berita seputar korupsi (khususnya pembuat UU pada 2002 adalah ingin
yang ditangani KPK) hampir setiap hari mempercepat penanganan perkara-perkara
mewarnai pemberitaan media arus utama. korupsi di Indonesia. Hal tersebut terjadi
Pemberitaan korupsi yang melibatkan karena kasus korupsi yang begitu banyak
pengusaha maupun penguasa apalagi ketika terjadi dan melibatkan berbagai pihak
KPK melakukan Operasi Tangkap Tangan termasuk pejabat pemerintahan pasca
58
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
reformasi. Padahal lembaga peradilan saat pemberantasan korupsi dan korupsi itu
itu yaitu Kepolisian dan Kejaksaan malah sendiri?
belum dapat berbuat banyak dalam
menjaring para koruptor. Pembahasan
Sejak efektif bertugas pada 2003 A. Peran Media dan Pemberitaan
hingga tulisan ini dibuat, KPK telah Pemberantasan Korupsi
menangani 1.064 perkara dengan tersangka Gagasan media massa sebagai pilar
dari berbagai macam latar belakang. Dari keempat demokrasi dengan tugas utama
perkara-perkara tersebut, ada 123 kali sebagai check and balance terhadap mereka
Operasi Tangkap Tangan (OTT), 432 orang yang memiliki jabatan publik didasari
tersangka yang berasal dari OTT. Adapun premis bahwa jangan sampai suatu
latar belakang perkara yang ditangani KPK kekuasaan melampaui batasannya (Coronel,
per Juni 2019 adalah anggota DPR/DPRD: 2010). Media dapat bisa menjadi lembaga
255 perkara, kepala daerah: 130 perkara, check and balance serta memantau
pimpinan partai politik: 6 perkara dan kepatuhan lembaga eksekutif, legislatif dan
kepala lembaga/kementerian: 27 perkara. yudikatif terhadap hukum, nilai, dan norma
Dengan gencarnya penindakan oleh demokrasi (Starke dkk, 2016). Namun,
KPK, apalagi disertai pemberitaan media berbeda dengan tiga fungsi lembaga negara
yang menyorot pelaku korupsi, seyogyanya lain dalam trias politica, media massa tidak
diikuti dengan surutnya tindak pidana memiliki sarana formal untuk menjatuhkan
korupsi. Ternyata Indeks Persepsi Korupsi sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan
(IPK) Indonesia tidak naik signifikan. Pada pejabat publik yang korup; sehingga media
2018, IPK Indonesia ada di angka 38, naik pun menggunakan kontrol publik mereka
sedikit dari 2017 yaitu mencapai 37. Dalam secara tidak langsung (Stapenhurst, 2000).
skala 0-100, semakin mendekati 100, Media massa bekerja secara
semakin baik posisi sebuah negara. independen terhadap pemerintah meski
Peringkat IPK Indonesia pada 2018 pemerintah jugalah yang menjamin
di antara negara-negara ASEAN ada di papan kebebasan media. Artinya media tetap
tengah yaitu di peringkat ke-4 atau naik 2 menjadi watchdog bukan menjadi lapdog
tingkat dari posisi ke-6 pada 2017. Indonesia (anjing peliharaan) atau attack dog (anjing
berada satu tingkat di atas Filipina. penyerang) (Coronel, 2010). Pers selaku
Indonesia juga kemudian menggeser watchdog memantau pekerjaan pemerintah
Thailand ke urutan ke-6 di ASEAN sehari-hari sehingga membantu warga
(Wendyartaka, 2019). Tentu posisi tersebut negara menilai kinerja pemerintah.
masih jauh dibanding peringkat Singapura Pemberitaan perlu melampaui apa yang
yang masih menjadi negara paling bersih disampaikan pejabat maupun juru bicara
korupsi di kawasan Asia Tenggara dengan mereka, untuk menilai performa pemerintah
skor IPK 85 kemudian diikuti Brunei serta menjadi bentuk pengawasan.
Darussalam (63) dan Malaysia (47). Media selaku watchdog juga dapat
Sedangkan di urutan buncit dihuni Kamboja menampilkan pemberitaan berbagai
dengan IPK 20. penyelewengan mulai dari skandal seks
Lantas bagaimana sesungguhnya pribadi, penyelewenangan keuangan,
peran media massa dalam pemberitaan korupsi politik, proses mengambil
pemberantasan korupsi di Indonesia? Serta keuntungan bagi diri sendiri maupun
bagaimana persepsi masyarakat sebagai kelompok dan berbagai jenis pelanggaran
“korban” korupsi terhadap kerja lain.
59
Desca Lidya Natalia
60
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
warga berperan dalam memperkaya tanpa diperhatikan lagi dan hanya sedikit
diskursus demokratis. yang "diendapkan" dalam pemikiran
Namun demokrasi di seluruh dunia pembaca berita.
tidak ada yang bebas hambatan. Hampir di Meski media menjadi salah satu
semua tempat punya keluhan yang sama: sumber (kalau bukan sumber utama)
sebagian besar media adalah perusahaan informasi dan wujud dari opini publik –
yang mencari untung, peran sebagai check pikiran masyarakat dapat penuh dengan
and balance demokrasi dapat berada di informasi dan impresi dari media. Namun
urutan kedua atau bahkan kesekian masing-masing individu punya persepsi,
dibanding fungsi mencari profit. Liputan entah akurat atau tidak, dengan
korupsi atau penyimpangan mengenai hal pemberitaan maupun kondisi yang ada. Tiap
tertentu memang dapat memberikan orang punya independensi untuk
keuntungan finansial bagi perusahaan tapi menentukan respon mereka terhadap
bila liputan itu tidak lagi memberikan informasi yang disajikan oleh media
keuntungan maka redaksi pun dapat tergantung pada ketertarikan, relevansi
menggeser peliputannya ke topik lain. Bila dengan kehidupan keseharian, tingkat
fungsi watchdog hanya untuk gimmick pendidikan dan faktor-faktor lain mengenai
marketing, maka fungsi itu hanya akan topik tertentu.
bertahan ketika gimmick memberikan Findahl (2001) memperkirakan
keuntungan. dalam situasi normal, orang hanya akan
Liputan investigasi yang layak mengingat kurang dari 5 persen isi berita.
mengasumsikan masyarakat tertarik Apalagi apa yang dipahami seseorang dari
terhadap penyelewenangan yang dibongkar. pemberitaan tersebut telah dibentuk dari
Liputan investigasi memang mahal dan pemilihan dan framing suatu berita yang
membutuhkan waktu. Dibutuhkan investasi disajikan. Tentu saja ketika terjadi breaking
terhadap orang yang mengerjakannya news atau kejadian dramatis lainnya, tingkat
maupun sumber daya penunjang, kadang penerimaan berita akan lebih tinggi
bahkan imbalan politik dan prestis dapat dibanding kondisi normal. Tapi terbuka
menutupi biaya peliputan itu sendiri. Tapi kemungkinan seseorang dapat
bagaimana bila media tersebut tidak dapat menghasilkan persepsi yang berbeda atas
keuntungan dari pemberitannya? stimulus yang sama (Solomon, Marshall, dan
Penulis menemukan setidaknya Stuart 2011),
empat hal masalah dalam pemberitaan Komunikator boleh saja mempunyai
media massa terkait pemberitaan maksud tertentu atas teks yang
pemberantasan korupsi di Indonesia, sesuai ditransmisikan, tetapi persoalan
ulasan di bawah ini. pemahaman terhadap makna akhir dari teks
akan sangat tergantung pada kemampuan
1. Persoalan Daya Ingat Masyarakat pembaca yang punya kebebasan penuh
Pemahaman dan daya ingat menafsirkan. Isi dari media bukan lagi
mengenai isi pemberitaan juga tergantung sebuah produk yang selalu lentur terhadap
kepada isi berita maupun pembuat berita perubahan dan perbedaan makna, karena
dan penerima berita McQuail (2005). Dari setiap reader secara bebas memaknai apa
sisi penerima berita, faktor utamanya yang mereka baca (Eriyanto, 2001).
biasanya motivasi untuk mengetahui isi
berita, keakraban terkait topik yang
diangkat dan tingkat pendidikan, --dan pada
kenyataannya banyak berita "diterima"
61
Desca Lidya Natalia
2. Lemahnya Hubungan Antara adalah media cetak, 674 radio, 523 televisi
Pemberitaan Media dan Perubahan termasuk lokal, dan lebihnya media online.
Kebijakan Berdasarkan data Aliansi Jurnalis
Laporan Bank Dunia Making Politics Independen (2018), pada 2017, peringkat
work for Development pada 2016 mengolah Indonesia di Reporter Sans Frontiers (RSF)
data kebebasan media dari Freedom House atau Reporter Without Borders, organisasi
periode 2000-2013 dengan data Polity IV pemantau media yang berbasis di Paris,
soal korupsi menyimpulkan bahwa berada di posisi 124 dari 180 negara.
meskipun ada hubungan positif antara Indonesia ditandai RSF sebagai zona merah,
kebebasan media dan pemberantasan yang situasinya mirip dengan Rusia tapi
korupsi tapi korelasi tersebut adalah sulit lebih baik dari Cina (zona hitam). Posisi
untuk ditafsirkan dan ditunjukkan dalam Indeks Indonesia di tahun 2018 juga tetap di
hubungan sebab-akibat secara langsung posisi 124.
antara tata kelola pemerintahan yang lebih Kasus kekerasan, dan ancaman dari
baik dengan fungsi pemasaran media yang regulasi, merupakan faktor penting bagi
lebih baik. Studi itu juga menyebutkan peringkat suatu negara dalam
ketidakpastian mengenai bagaimana dan pemeringkatan RSF. Regulasi itu masuk
mengapa media independen efektif untuk dalam kategori “iklim hukum” suatu negara.
mengurangi korupsi. Banyaknya pasal-pasal yang bisa
Memang media dapat melaporkan memenjarakan wartawan, maka itu artinya
pelanggaran yang dilakukan oleh secara iklim hukum negara itu akan
pemerintah atau pihak lain, mengubah mendapatkan nilai rendah dalam skor-nya.
perilaku masyarakat selaku pemilik suara Sedangkan kasus kekerasan masuk kategori
dalam pemilu, membantu mendisiplinkan “iklim politik” yang ikut memengaruhi bebas
pemerintah yang korup atau membentuk tidaknya sebuah negara. Iklim lain yang juga
norma-norma sosial dan politik untuk berpengaruh adalah “iklim ekonomi”. Dalam
mencegah korupsi. Tapi media hanya punya kasus Indonesia, kepemilikan media oleh
sedikit kontrol terhadap arah perubahan politisi atau pengusaha yang punya afiliasi
dan hambatan yang dihadapi media. dengan partai politik, menambah nilai minus
Dampak yang diberikan media kerap indeks kebebasan pers Indonesia.
terhambat dengan kelambanan pemerintah, Secara khusus di Indonesia, banyak
keengganan elit untuk bertindak, budaya media cetak yang tutup, media online
birokrasi yang resisten terhadap perubahan, tumbuh, akuisisi media termasuk televisi
sistem penegakan hukum yang pincang, pun terjadi di sana-sini. Dalam bukunya Ross
serta apatisme serta sinisme publik. Tapsell (Media Power in Indonesia Oligarchs,
Kemampuan media untuk memengaruhi ini Citizens and the Digital Revolution, 2017)
tergantung pada efektivitas masing-masing seperti dibahas oleh Andreas dan Adam
media (cetak, radio, TV, atau online) dalam (2018) menyebutkan perkembangan
situasi apa pun (Coronel, 2010). kepemilikan media saat ini terbagi menjadi
delapan konglomerasi media yang
3. Tarik Menarik Kepentingan di Ruang disebutnya "konglomerat digital" di
Redaksi Indonesia.
Di Indonesia sendiri terdapat 47.000 Delapan perusahaan ini adalah
media massa yang terdiri dari media cetak, Berita satu Media Holding milik Keluarga
radio, televisi dan online di Indonesia, atau Riady; CT Corp milik Chairul Tanjung;
menjadi negara dengan media massa paling EMTEK milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja;
banyak di dunia. Dari jumlah itu 2.000 Global Mediacom milik Hary Tanoesoedibjo;
62
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Jawa Pos milik Dahlan Iskan; Kompas berkembang jadi konglomerat digital sejak
Gramedia milik Jakoeb Oetama; Media membeli SCTV pada 2004. Sariaatmadja juga
Group milik Surya Paloh; dan Visi Media Asia membeli Indosiar dengan kesepakatan
milik Bakrie Group. Rp1,6 triliun pada 2011. Selain ketiga
Tapsell membagi dua konglomerat konglomerat digital ini, ada Visi Media Asia
itu lewat jalur televisi, dan kedua lewat jalur milik Keluarga Bakrie dan Media Group milik
media cetak. Konglomerat jalur televisi Surya Paloh.
membuat mereka mampu lebih cepat Visi Media Asia, lewat akuisisinya
berinvestasi di platform-platform media atas Lativi (kini bernama TVOne) pada 2007
yang sebelumnya tak mereka miliki. CT Corp membentuk konglomerasi dengan ANTV.
misalnya membeli 55 persen saham TV 7 Pada 2008, Bakrie Group membeli ArekTV di
dari Kompas pada 2006, mengganti Surabaya dan koran Surabaya Post. Bersama
namanya menjadi Trans7. Pusat berita Trans pengusaha Erick Thohir, keluarga Bakrie
TV dan Trans7 akhirnya disatukan pada mengonvergensi TVOne, ANTV, dan portal
2018. Pada 2011, Chairul Tanjung membeli berita online baru Viva.co.id.
detik.com disusul Telkomvision cable Sementara Media Group milik Surya
network, yang dinamai ulang jadi Paloh, meski sudah dibangun dari
Transvision pada 2012. investasinya di sejumlah koran sejak 1988
Bekerja sama dengan CNN, pada hingga 1990, baru berubah sebagai kerajaan
2013 ia membentuk CNN Indonesia yang media setelah mendirikan Metro TV pada
kemudian hadir tak cuma sebagai portal 2001. Paloh juga masih punya koran
berita online tapi juga stasiun televisi. Pada 8 nasional Media Indonesia, yang portal
Februari 2018, CT pun meluncurkan televisi onlinenya kini terkonvergensi dengan
CNBC dan portal berita online. metrotvnews.com.
Konglomerat lain, Hary Televisi masih mendapat jatah kue
Tanoesoedibjo, memulai proses meluaskan iklan yang besar. Menurut riset Nielsen
bisnis media pada awal 2000-an. Selain Indonesia tahun 2017, 80 persen dari Rp145
punya tiga televisi (MNCTV, RCTI, dan triliun total belanja iklan habis digunakan di
GlobalTV), Global Mediacom memiliki 34 televisi. TV unggul dibandingkan kanal
radio lokal yang mulai diakuisisi sejak 2005. media lain seperti cetak maupun online.
Koran Sindo News yang lalu juga punya Selama beberapa tahun belakangan, belanja
portal berita sindonews.com dan portal iklan di TV memang stabil menguasai pasar.
berita Okezone juga masuk kelompok ini. Sedangkan Koran-koran lokal
MNC tercatat punya satu satelit sendiri yang bertahan dengan mengandalkan dana dari
dibeli pada 2010, dan punya kapasitas 160 pemerintah daerah bahkan pada beberapa
kanal. media, ketergantungan akan iklan dari
MNC Group punya 19 kanal TV pemerintah hingga 75 persen.
berbayar, 46 stasiun TV lokal dan 2,6 juta Masih ada juga Berita Satu Media
pelanggan lewat IndoVision, TopTV, dan Holding milik James Riady, Jawa Pos milik
OKVision. Pada 2015, ekspansi itu makin Dahlan Iskan, dan Kompas Gramedia milik
besar ketika I-News, stasiun berita 24 jam, Jakoeb Oetama. Jawa Pos yang membentuk
diluncurkan pasca-MNC Group konglomerat Jawa Pos News Network
menghabiskan 250 juta dolar AS untuk (JPPN), Jawa Pos fokus membangun
membeli 40 fasilitas studio di Jakarta Pusat. jaringannya lewat media lokal. Satu-satunya
Emtek Group milik Eddy kegagalan koran milik Jawa Pos, menurut
Sariaatmadja didirikan pada 1983 sebagai Tapsell adalah tutupnya Indo Pos, yang
perusahaan jasa layanan komputer,
63
Desca Lidya Natalia
berbasis di Jakarta, karena tak mampu terhadap korupsi meski tahu korupsi adalah
bersaing dengan Kompas. suatu hal yang berbahaya.
Iskan juga mengekspansi bisnis Bias pertama adalah bias negatif di
televisi dan radio lokal pada 2002, yang mana pemberitaan kasus korupsi lebih
sudah berjumlah 22 pada 2004. Jawa Pos banyak memuat kegagalan-kegagalan
adalah contoh bisnis media yang bergantung pemerintah dan KPK dalam memberantas
pada pemasukan iklan dari pemerintah korupsi, dibanding mengapresiasi
daerah. keberhasilan-keberhasilannya. Kedua,
Berbeda dari Kompas, koran paling skandalisasi liputan korupsi di mana media
panjang umur di Indonesia. Kompas bukan lebih fokus pada skandal korupsi nan seksi
cuma untung via iklan dari pemerintah, tapi dan jarang sekali mengangkat isu perbaikan
punya bentuk bisnis lain seperti Gramedia, sistem yang sebenarnya menjadi salah satu
toko buku yang mendominasi pasar bagian terpenting dalam mata rantai
penerbitan Indonesia. Dalam persaingan pemberantasan korupsi.
bisnis media online, kompas.com dan Ketiga, personalisasi berita korupsi
Tribunnews.com adalah anak usaha Kompas di mana fokus pemberitaan adalah pada
Gramedia yang jadi saingan ketat detik.com. individu pelaku dengan menjadikan ada atau
Pada 2008, Kompas Group meluncurkan tidaknya tokoh besar yang terlibat sebagai
Kompas TV, yang dapur redaksinya tolak ukur utama skala peliputan kasus
digabung dengan kompas.com pada 2016. korupsi. Keempat, bias bahasa di mana
Perusahaan Media Berita Satu media massa lebih mengutamakan
Holding punya Riady dimulai dari produk penggunaan istilah suap dibandingkan
cetak yaitu majalah Globe Asia, dan Suara pemerasan yang membuat nada
Pembaruan yang dibeli pada 2006, kini pemberitaan terkadang kurang adil
mereka punya stasiun televisi dan portal terhadap pihak pemberi uang yang
berita online. Mereka juga punya televisi terkadang berada dalam posisi lebih lemah.
berbayar Big TV yang terkonvergensi Keempat bias tersebut akhirnya
dengan perusahaan LinkNet dan perusahaan mengembangkan "folklore" korupsi atau
internet First Media. persepsi bahwa korupsi itu begitu mewabah
Tak dapat dihindari kepentingan dan sulit diberantas di tengah masyarakat
pemilik modal pun masuk ke ruang-ruang yang membuat masyarakat semakin skeptis
redaksi media, bandul independensi media dan pesimis dengan prospek pemberantasan
dapat bergerak ke sisi keuntungan atau korupsi ke depan.
bahkan penguasa bila pemilik media dekat Aspek penindakan seperti proses
dengan penguasa. Media pun bisa saja tidak penyelidikan, penyidikan, penangkapan, dan
memiliki liputan investigasi dan lebih peradilan kasus korupsi memiliki porsi yang
mengikuti tren pemberitaan yang disukai begitu dominan, dibandingkan aspek
pasar seperti hiburan atau hal-hal pencegahan. Namun aspek penindakan
menghebohkan lainnya sehingga tidak dapat dalam kasus korupsi itu juga merupakan
diandalkan sebagai watchdog karena komoditas yang disukai oleh masyarakat
kerakusan terhadap laba. sebagai konsumen yang nantinya akan
berujung pada profit industri media massa.
4. Bias Pemberitaan Korupsi Sedangkan aspek pencegahan yang memang
Dharmasaputra dalam Wijayanto & tidak umum di masyarakat kurang diangkat
Zachrie (2009) menyebutkan sejumlah bias oleh media padahal aspek pencegahan baik
dalam pemberitaan korupsi yang dapat dari perbaikan sistem maupun perubahan
menyebabkan sikap “cuek” masyarakat mindset juga menyokong kerja-kerja
64
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
65
Desca Lidya Natalia
66
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
67
Desca Lidya Natalia
Sedangkan pada 2018, ICW bekerja Hasil survei tersebut adalah sebagai
sama dengan Lembaga Survei Indonesia berikut:
kembali mengadakan Survei Nasional Tren 1. Saat ini mayoritas warga menilai bahwa
persepsi publik tentang korupsi di Indonesia tingkat korupsi mengalami peningkatan
periode 8-24 Oktober 2018. Rilis Tren (52%). Akan tetapi, dibandingkan
Persepsi Korupsi tersebut dilakukan pada dengan tren korupsi dalam dua tahun
10 Desember 2018. Jumlah sampel basis terakhir, persepsi terhadap korupsi
ditetapkan sebanyak 2.000 responden dari menurun, dari 70% pada 2016 menjadi
enam provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, 52% tahun ini.
Riau, Banten, Jawa Timur, dan Maluku Utara
masing-masing menjadi 380 responden.
68
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
2. Kondisi ini terjadi berkaitan dengan tetapi, dalam dua tahun terakhir, yang
pengetahuan warga bahwa saat ini menilai “tidak wajar” cenderung turun,
lembaga-lembaga yang ada telah sebaliknya yang menilai “wajar” (34%)
melakukan langkah pemberantasan cenderung makin banyak.
korupsi dan langkah tersebut dinilai 6. Mayoritas warga, 55%, berpendapat
efektif, meski dalam derajat yang bahwa kolusi/nepotisme adalah
bervariasi. KPK dinilai sebagai lembaga tindakan yang negatif (12% kejahatan +
yang paling banyak melakukan langkah 43% tidak etis). Sementara sekitar 39%
pemberantasan korupsi dan tinggi warga menilai kolusi/nepotisme bukan
efektivitasnya (81%), disusul Presiden tindakan negatif (9% tindakan yang
(57%), Polisi (54%), BPK (40%), perlu dilakukan+30% normal)
Kejaksaan Agung (36%), Pengadilan 7. Warga paling banyak berurusan dengan
(36%). pegawai pemerintah untuk
3. Mayoritas warga pada 2018 juga memperoleh layanan kesehatan,
menilai pemerintah serius melawan mengurus kelengkapan administrasi
korupsi (69 %) dibanding yang tidak publik, berurusan dengan sekolah
serius (19%), terutama pemerintah negeri, dan urusan dengan polisi.
pusat. Hal itu hanya meningkat sedikit Probabilitas dimintai uang di luar biaya
dibanding pada 2017 dimana resmi paling besar ketika berurusan
keseriusan pemerintah dinilai 68%. dengan polisi (34%). Sedangkan
4. Namun demikian, persepsi terhadap probabilitas memberi uang di luar biaya
tingkat korupsi berbeda terhadap resmi tanpa diminta paling besar ketika
Pemerintah Pusat, Provinsi, Kab/Kota, mengurus kelengkapan administrasi
Kecamatan, dan Desa/Kelurahan. (16%) dan berurusan dengan polisi
Umumnya, warga menilai korupsi (16%). Alasan mayoritas responden
paling tinggi di pemerintah pusat, lalu yang pernah memberi hadiah/uang
menurun hingga yang paling sedikit ketika diminta adalah supaya
korupsinya di tingkat desa/kelurahan. urusannya cepat selesai (61%).
Artinya, semakin jauh dari warga, 8. Tingkat kepercayaan terhadap KPK
makin dipersepsi korup. Sebaliknya, paling tinggi (85%), kemudian Presiden
semakin dekat dari warga, semakin 84%, Polisi 75%, MUI 73%, Pemda 73%,
dipersepsi tidak korup. Hal ini kembali NU 71%, BPK 70%, Pengadilan 70%,
menunjukkan bahwa korupsi masih dan Kementerian 70%, tingkat
dipahami sebagai sesuatu yang terjadi kepercayaan pada Lembaga lain di
di pusat, melibatkan kasus-kasus besar bawah 70%. Sehingga KPK jugalah yang
saja. Sementara suap atau gratifikasi dinilai paling bertanggung jawab
yang dialami dalam hubungan dengan mengatasi korupsi (75%), kemudian
pegawai pemerintah dianggap bukan Polisi 29%, Presiden 28%, BPK 17%,
korupsi. Namun Pemerintah Pusat Kejaksaan Agung 10%, dan Masyarakat
paling banyak dinilai Serius/sangat 10%.
serius (69%) dalam melawan korupsi, Kemudian, Lembaga Survei
baru kemudian Pemerintah Provinsi Indonesia (LSI) pun mengadakan survei
(63%), dan Pemerintah Kab/Kota pada 4-5 Oktober 2019 berjudul "Perppu UU
(62%). KPK dan gerakan mahasiswa di mata
5. Saat ini, mayoritas warga menilai publik". Pada penghujung masa bakti
bahwa suap dan gratifikasi adalah Pimpinan KPK jilid IV mendapat goncangan
sesuatu yang tidak wajar (63 %). Akan dengan kontroversi berkaitan UU No 19
69
Desca Lidya Natalia
Tampak dari sejumlah survei pada dengan membawa basis data informasi,
2015, 2017, 2018 dan 2019 di atas meski beserta konten dan analisisnya yang dapat
kepercayaan masyarakat kepada KPK tinggi menjadi sumber yang berguna bagi pembuat
tapi tingkat keinginan masyarakat untuk hukum untuk membuat undang-undang dan
ambil bagian dalam kerja-kerja kebijakan serta bagi pemilih untuk memilih
pemberantasan korupsi rendah. Masyarakat pemerintah mereka. Tapi dalam kondisi
yang menyadari bahaya korupsi dimana media mendapatkan iklan terbesar
menyerahkan upaya pemberantasan dari lembaga-lembaga pemerintah,
korupsi kepada KPK dan mengambil jarak jurnalisme investigatif menjadi sulit untuk
karena ketidaktahuan untuk mencegah membuktikan akuntabilitas pemerintah.
korupsi yang terjadi. Padahal pemberitaan Ada kemungkinan bias media dalam
media massa begitu derasnya soal korupsi mengungkap korupsi di lembaga-lembaga
maupun KPK. pemerintah di mana pengaruh pemerintah
Meski media berkontribusi pada menggantikan etika jurnalistik, kode etik
keberhasilan demokrasi di dunia saat ini atau kebebasan pers. Kepemilikan media
70
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
71
Desca Lidya Natalia
72
Media Massa dan Pemberitaan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
------- (2019). Temuan Survei Telepon Starke, Christopher dkk. (2016). “Free to
Nasional: Perppu UU KPK dan Expose Corruption: The Impact of
Gerakan Mahasiswa di Mata Publik. 6 Media Freedom, Internet Access, and
Oktober. Governmental Online Service
Delivery on Corruption” dalam
Manan, Abdul. (2018). Laporan Tahunan AJI International Journal of
2018: Ancaman Baru Dari Digital. Communication vol 10.
Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen.
Transparansi Internasional Indonesia.
McQuail, Denis. (2005). Mass Communication (2015). Survei Publik terhadap
Theory 6th edition. London: SAGE Potensi Dukungan dan Kebutuhan
Publications Ltd. terhadap KPK. 15 November.
73