PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota -
kota di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya, serta kawasan
ini merupakan bagian yang terabaikan dalam pembangunan perkotaan. Penyebab
tumbuhnya permukiman kumuh akibat tidak seimbangnya pertambahan jumlah
perumahan yang disediakan di kota dengan pertumbuhan penduduknya. Kekurangan
jumlah rumah ini biasanya diakibatkan karena terjadinya pertumbuhan jumlah penduduk
yang meningkat pesat ataupun karena urbanisasi. Urbanisasi tersebut timbul akibat
adanya perkembangan ekonomi kota yang pesat. Seringkali keberadaan mereka
diperkotaan tidak diimbangi dengan kemampuan ability yang memadahi. Melalui
kompetisi untuk mendapatkan pekerjaan sangat ketat dan jumlah lapangan pekerjaan
sangat terbatas. Hal ini menyebabkan sebagian besar kaum urban mengalami kegagalan.
Para kaum urban yang gagal, biasanya tidak mampu membeli rumah yang layak. Sehingga
mereka terpaksa harus berada di tempat-tempat yang tidak layak.
Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) merupakan salat satu program yang
diarahkan untuk menangani permasalahan permukiman kumuh, melalui peningkatan
akses terhadap pelayanan dasar masyarakat dan infrastruktur lingkungan permukiman
perkotaan. Program ini memiliki target pengurangan kumuh seluas 23.656 hektar dari
38.431 hektar yang menjadi target nasional. Peningkatan kualitas infrastruktur
permukiman dilakukan melalui pendekatan skala lingkungan dan skala kawasan dengan
sumber pembiayaan dari pinjaman luar negeri. Pelaksanaan kegiatan skala kawasan Akan
dilakukan di 94 kota/kabupaten prioritas, salah satunya adalah Kota Samarinda.
Dari data tabel diatas Samarinda memiliki jumlah penduduk cukup banyak
dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya meskipun terjadi penurunan pertumbuhan
penduduk, dengan jumlah penduduk rule cukup banyak hal tersebut tidak setimpang
dengan luas wilayah kota ini sendiri, perbandingan luas wilayah dan penduduk antara
kota samarinda dan kabupaten-kabupaten lain di provinsi Kalimantan Timur sangat tidak
seimbang. Menurut Badan Pusat Statistik, Samarinda memiliki luas wilayah 1,16% dengan
penduduknya yang mencapai 46,60% persen dari seluruh Provinsi Kaltim.
Dengan pertumbuhan penduduk rule tidak diimbangi dengan lahan yang memadai
dan mencukupi, hal tersebut memicu permukimanpermukiman liar yang terbilang kumuh
Akan terbangun, ada beberapa permukiman rule menjadi titik permukiman kumuh di
Samarinda. Maka dari itu Samarinda membutuhkan permukiman untuk mewadahi
penduduk-penduduk tersebut dengan memanfaatkan lahan yang masih ada sehingga
luas wilayah yang lainnya dapat digunakkan dengan hal penting yang menunjang Kota
Samarinda itu sendiri.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut ini :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya permukiman kumuh
di wilayah Kota Samarinda.
2. Untuk mengetahui tingkat kekumuhan permukiman di wilayah Kota Samarinda.
3. Untuk mengetahui konsep pengendalian permukiman kumuh di wilayah Kota
Samarinda.
4. Manfaat Penelitian
Untuk memudahkan dalam penulisan penelitian ini, maka dibuat susunan kajian
berdasarkan metodologinya, dalam bentuk sistematika penulisan:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian dan sistematika pembahasan
Pada bab kedua ini berisi tentang kajian literatur terutama mengenai definisi
Pengertian Permukiman, Faktor Dalam Permukiman, Aspek Permukiman , Faktor-faktor
Penentu Pengadaan Perumahan, Pengertian dan Karakteristik Pemukiman Kumuh ,
Faktor-faktor Penyebab Tumbuhnya Permukiman Kumuh yang meliputi Faktor Prasarana
dan Sarana Dasar, Faktor Sosial Ekonomi, Faktor Sosial Budaya., Faktor Tata Ruang,
Faktor Aksesibilitas, serta Faktor Pendidikan
Pada bab ketiga ini terdiri dari lokasi penelitian serta teknik pengumpulan data
Pada bab keempat ini dipaparkan gambaran umum wilayah studi yang meliputi
gambaran umum WILAYAH YANG DIPILIH Aspek Fisik Dasar, Penggunaan Lahan, Aspek
Kependudukan, Aspek Sosial Budaya.Evaluasi Indikator Tingkat Kekumuhan Lokasi Hasil
Evaluasi Pembahasan Tingkat Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh di lokasi, Konsep
Penataan Kawasan Permukiman Kumuh
BAB V PENUTUP
Pada bab kelima ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sebagai langkah
lebih lanjut
Pada bab Keenam ini berisi sumber yang dijadikan referensi dalam melakukan
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PERMUKIMAN
Kata permukiman merupakan sebuah istilah yang terdiri atas dua kata yang
mempunyai arti yang berbeda, yaitu :
1. Isi, mempunyai implementasi yang menunjuk kepada manusia sebagai penghuni
maupun masyarakat di lingkungan sekitarnya.
2. Wadah, menunjukkan fisik hunian terdiri dari alam dan elemen buatan manusia
Adapun faktor yang berpengaruh terhadap permukiman serta aspek fisik dan
aspek non fisik permukiman merupakan tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam
menentukan variabel-variabel dalam analisis faktor yang akan mempengaruhi arahan
penataan permukiman di Rusunawa Waru Gunung..
1. Faktor kebutuhan
Menyangkut besarnya kebutuhan berkaitan dengan jumlah penduduk yang
membutuhkan perumahan baru untuk menampung kehidupannya termasuk :
2. Faktor minat
Mengetahui minat ini sangat tergantung oleh keinginan masyarakat terhadap adanya
perumahan baru yang sesuai dengan kemampuan mereka, antara lain :
Tingkat Pendapatan
Yang dimaksud dengan tingkat penghasilan ini adalah menyangkut pendapatan
rata- rata yang diterima penduduk dari jenis pekerjaan yang telah dilakukan
dalam setiap bulannya.
Tingkat pengeluaran
Disamping dari tingkat pengahasilan yang diterima penduduk hendaknya kita lihat
juga jumah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya selama satu
bulan dengan pertimbangan untuk membandingkan antara penghasilan yang
diterima terhadap jumlah dari pengeluarannya.
Jumlah penghasilan yang dapat ditabung
Merupakan sisa dari pengahasilan selain untuk kebutuhan sehari- hari yang
disisihkan untuk di tabung dalam setiap bulannya untuk menunjang pengadaan
perumahan.
2. PERMUKIMAN KUMUH
Definisi permukiman kumuh hingga kini beragam hal ini dikarenakan perbedaan
sudut pandang para ahli menilai atau mendefinisikan permukiman kumuh.
3. Ciri-ciri pemukiman kumuh yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi Suparlan
adalah:
Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruanganya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan
ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya
kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara
tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud
sebagai:
Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat
digolongkan sebagai hunian liar,
Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah
RW,
Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW
atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.
Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen,
warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang
beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman
kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan
ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.
Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di
sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal.
4. Perumahan tidak layak huni adalah kondisi dimana rumah beserta lingkungannya
tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik,
kesehatan maupun sosial, dengan kriteria antara lain:
Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m2 sedangkan di desa kurang dari 10
m2
Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya
Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses
Jenis lantai tanah
Tidak mempunyai fasilitas tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK)
Selain hal tersebut di atas, faktor kemiskinan juga sangat berpengaruh pada
kualitas fisik permukiman. Karena dana yang terbatas dan hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, maka masyarakat kurang mampu tidak dapat
memperbaiki maupun memelihara bangunan rumah hunian mereka. Yang akan
berakibat pada kekumuhan permukiman.
Setiap poin dari indikator tersebut diberi nilai dari satu hingga tiga, setiap nilai
tersebut dapat dikualitatifkan. Hasil akhir dari perhitungkan tersebut adalah didapatnya
indeks kekumuhan yang dihitung dari presentase keseluruhan nilai yang didapat.
Sehingga indikator tersebut dapat mengungkapkan kadar kekumuhan suatu
permukiman secara kualitatif dan kuantitatif.
2.4. Faktor-Faktor Fisik Penyebab Perukiman Kumuh
2. Kondisi Drainase
Drainase adalah prasarana yang memiliki fungsi untuk menyalurkan air yang
belebihan dari suatu tempat ke badan air penerima. Drainase perkotaan adalah
drainase di wilayah kota yang berfungsi mengelola atau mengendalikan air
permukaan, sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat.
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT//2014). Karakteristik
permukiman kumuh dapat dilihat dari kondisi drainase lingkungannya (PERMEN
PU NO 2 Tahun 2016). Pengendalian air yang ada di permukaan agar masyarakat
tidak terganggu disebut drainase.
Berdasarkan karakteristik pemukiman Kumuh Oleh peeraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan PerumahannRakyat Republik Indonesia Nomor
02/PRT/M/2016 tentang peningkatan kualitas permukiman kumuh yaitu kriteria
kekumuhan dapat ditinjau dari kondisi drainase lingkungan dimana drainase
lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan
genangan, drainase tidak terhubung dengan drainase kota, tidak dipelihara
dengan baik serta terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya dan
kualitas konstruksi bangunan drainase buruk.
5. Persampahan
Sampah merupakan barang buangan dari sisa rumah tangga. Sampah
dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik contohnya dedaunan, sisa
makanan, buahan dan sebagainya serta sampah non organic contohnya kaleng,
kaca, plastik, keramik. Prosedur pengelolaan sampah dikerjakan menurut
tahapannya, mulai dari sampah dibuang ke tong sampah selanjutnya di angkut
dengan gerobak sampah ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) dan
setelah itu dipindahkan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
karakteristik permkiman kumuh yang tertulis di dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
02/PRT/M/2016 terkait peningkatan kualitas tehadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang digunakan sebagai ciri-ciri kumuh dapat dilihat melalui
cara pengelolaan sampahnya yakni sarana prasarana sampah yang tidak tepat
dengan syarat yang berlaku seperti tempat sampah skala rumahan dan skala
lingkungan.
6. Jaringan Jalan
Prasarana jalan mepunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Jalan memiliki fungsi utama agar memudahkan mobilitas kendaraan dan
manusia. Fungsi penting jalan adalah jalur untuk evakuasi darurat. Sistem
tingkatan jalan dikelompokkan menjadi enam macam, yakni jalan lokal perimer,
jalan lokal sekunder, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan arteri
primer, jalan arteri sekunder. Menurut SNI 03-6891-2004. Mengenai tata cara
perencanaan lingkungan daerah perkotaan, menjelaskan tentang penggunan jalan
sesuai klasifikasinya yaitu pertama Damija (daerah milik jalan), yang ke dua
Damaja (daerah manfaat jalan) dan yang ke tiga Dawasja (daerah pengawasan
jalan).
karakteristik permkiman kumuh yang tertulis di dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
02/PRT/M/2016 mengenai peningkatan kualitas tehadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang digunakan sebagai kriteria kumuh dilihat dari jalan
lingkungannya sebagaimana lingkungan rumah tidak terlayani oleh jaringan jalan
atau mutu permukaan jalan yang jelek.
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam menciptakan situasi
proses belajar mengajar dengan tujuan membuat peserta didik aktif dalam
pengembangan potensinya untuk mempunyai kepribadian, akhlak mulia,
kekuatan spiritual, pengendalian diri, kecerdasan, keagamaan, ataupun
keterampilan yang dibutuhkan bagi peserta didik itu sendiri, masyarakat dan
Negara. Pendidikaan dapat membantu manusia mendapatkan ilmu dan
keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dengan yang lainnya.
Tingkat pendidikan yang rendah akan mengakibatkan rendahnya pengetahuan
serta pemahaman masyarakat akan pentingnya rumah yang sehat. Kebanyakan
yang ditemui pada permukiman kumuh memiliki jenjang pendidikan serta
keterampilan yang rendah.
karakteristik permukiman kumuh menurut Direktorat Jendral Pembangunan
daerah Departemen Dalam Negeri (Ditjen Bina Bangda Depdagri dalam
Nursyahbani & Pigawati, 2015:270) bahwa ciri-ciri dari permukiman kumuh yaitu
sebagian besar penduduknya berpendidikan rendah.
2. Migrasi Masuk
Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain dengan tujuan
menetap ataupun tinggal sementara didarah yang baru disebut migrasi.
Masyarakat migran yang baru datang tanpa bekal dalam hal pengetahuan,
keterampilan dan modal akan menempati ruang-ruang terbuka yang illegal yang
secara umum dalam kondisi yang kumuh.
karakteristik permukiman kumuh yang dikemukan oleh Sadyohutomo
(2008:116) bahwa penghuni permukiman kumuh umumnya berasal dari para
migran luar daerah.
3. Pendapatan
Pendapatan adalah banyaknya uang yang didapat pekerja baik dari sektor
formal maupun sektor informal dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bersama pada suatu keluarga. Mayoritas penghuni permukiman kumuh pada
umumnya memiliki pendapatan kecil, hal ini dikarenakan masyarakat memiliki
akses yang terbatas dari lapangan pekerjaan. Rendahnya tingkat pendapatan
masyarakat otomatis akan mempengaruhi kemampuan membeli masyarakat
tersebut.
Faktor pendapatan memiliki pengaruh terhadap terbentuknya permukiman
kumuh juga dikarenakan ketidakmampuan penghuni untuk memperbaiki kualitas
bangunan dan lingkungan permukimannya. Penduduk yang memiliki pendapatan
rendah biasanya hanya bisa membangun rumah dalam kondisi yang minim. Disisi
lain bertambahnya jumlah pendatang mengakibatkan pemerintah tidak mampu
menyediakan permukiman yang layak sehingga masyarakat yang tidak memiliki
banyak modal akan memilih tinggal di tempat yang tidak layak dan illegal seperti
bantaran rel kereta api, pinggir sungai, dan tempat yang tidak layak lainnya.
karakteristik permukiman kumuh menurut Direktorat Jendral Pembangunan
daerah Departemen Dalam Negeri (Ditjen Bina Bangda Depdagri, 2006 dalam
Nursyahbani & Pigawati, 2015:270) bahwa ciri-ciri dari permukiman kumuh yaitu
sebagian besar penduduknya berpenghasilan rendah.
4. Jenis Pekerjaan
Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan memperoleh
upah demi untuk memenuhi kebutuhan hidup disebut pekerjaan. Pekerjaan dibagi
menjadi 2 jenis yaitu pekerjaan sektor formal dan sektor informal. Pekerjaan pada
sektor formal yaitu pekerjaan yang bekerja di perusahaan sebagai pekerja yang
terlatih (skilled worker). Para pekerja pada sektor formal mendapat pelindungan
hukum yang kuat, memiliki kontrak yang resmi, dan berada dalam organisasi yang
berbadan hukum kuat. Contoh pekerjaan formal seperti guru, dokter, polisi,
tentara, dan lainnya. Pekerjaan pada sektor informal yaitu jenis pekerjaan yang
bertanggung jawab atas perseorangan dan tidak memiliki badan hukum serta
hanya berdasarkan kesepakatan. Contoh dari pekerjaan informal adalah petani,
pembantu rumah tangga, tukang becak, pemulung, pedagang, dan lainnya.
karakteristik permukiman kumuh menurut Direktorat Jendral Pembangunan
daerah Departemen Dalam Negeri (Ditjen Bina Bangda Depdagri, 2006 dalam
Nursyahbani & Pigawati, 2015: 270) bahwa ciri-ciri dari permukiman kumuh yaitu
sebagian besar masyarakatnya berusaha atau bekerja pada sektor informal.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/8283/1/Sri%20Haryati%20Atjo%20Andi%20Lantanratu
%2C%20pdf.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/8246/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
http://kotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/Dokumen%20dan%20Surat%20Penting/larap-
kaltim-samarinda-kawasan-karangmumus-1-202009.pdf
http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/tinjauan-tentang-permukiman.html