Anda di halaman 1dari 37

Materi KMB I Lahat

ASKEP ANEMIA
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 2006).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan
perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama,
pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium (So, 2005).

2.2. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:


1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah anemia akibat penurunan tingkat sel darah merah yang
disebabkan oleh ketidakmampuan sel induk dalam sumsum tulang belakang untuk
memproduksisel-sel baru.
Penyebab:
a) agen neoplastik/sitoplastik
b) terapi radiasi, antibiotic tertentu
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
infeksi virus (khususnya hepatitis) Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, p
b. Anemia pada penyakit ginjal
Anemia pada penyakit ginjal adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi eritropoietin

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun


defisiensi eritopoitin
Penyebab:
Menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin.
Gejala-gejala:
a) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
b) Hematokrit turun 20-30%
c) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

c. Anemia pada penyakit kronis


Anemia pada penyakit kronis adalah anemia yang terjadi sekuestrasi besi di dalam
system RES karena inflamasi. Sekuestrasi ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dependen besi atau untuk memperkuat aspek
imunitas penjamu.
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan

d. Anemia defisiensi besi


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
tubuh sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis, berkurang. yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.

Penyebab:
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulu
e. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang terjadi karena disebabkan oleh defisiensi
asam folat dan vitamin B12.
Penyebab:
a) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
b) Malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu
alkohol.

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah.
Penyebab:
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria
Tanda dan
gejala:
a) Menggigil
b) Demam
c) Perasaan melayang
d) Nyeri punggung dan nyeri lambung
e) Penurunan tekanan darah
2.3. Etiologi Anemia
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
5. Penyakit Kronik (menahun)
6. Penyinaran
7. Infeksi : hepatitis, cytomedalovirus, malaria, clostridia
8. Genetik
9. Efek fisik : trauma dan luka bakar
10. Obat – obatan dan zat kimia : agen kemoterapi, zat kimia toksik.

2.4. Patofisiologi Anemia


Anemia adalah sebagian akibat produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
dan sebagian lagi akibat sel darah merah yang prematur, kehilangan darah, kurang
nutrisi dan herediter. Semuanya ini mengakibatkan gangguan atau kerusakan pada
sumsum tulang. Sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi seperti pada
berbagai kelainan hemolitik. Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka
lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30%
atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia
dan hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis
(keringat dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau
syok. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah
yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan
stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat,
dapat menimbulkan payah jantung kongestif sebab otot jantung kekurangan oksigen
dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea, nafas pendek dan cepat, lelah
waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman
O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinitus (telinga berdengung) dapat
menggambarkan berkurangnya oksigenisasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang
berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan
keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan
stomatitis. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama
hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri
yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan
penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu terganggu, adalah :

1. Hemoglobinopati : hemoglobin abnormal yang diturunkan misalnya anemia sel sabit.


2. Gangguan sintesis globin, misalnya thalasemia.
3. Gangguan membran sel darah merah, misalnya sterositosis herediter.
4. Defisiensi enzim, misalnya defisiensi G6PD (glucose 6-fosfat dehidogenase).

Infeksi, obat-obatan, kerusakan radiasi, kekurangan nutrisi , penyakit menahun

Mempengaruhi proses erithropoesis

Kegagalan sumsum tulang belakang

Kegagalan pembentukan sel darah merah

Eritrosit menurun

Anemia

2.5. Tanda dan Gejala Anemia


1. Pusing
2. Mudah berkunang-kunang
3. Lesu
4. Aktivitas kurang
5. Rasa mengantuk
6. Susah konsentrasi
7. Cepat lelah
8. prestasi kerja fisik/pikiran menurun
9. Konjungtiva pucat
10. Telapak tangan pucat
11. Anoreksia

2.6. Pemeriksaan Diagnostik


 Pemeriksaan darah lengkap meliputi :
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Retikulosit
4. Bilirubin
5. Eritrosit
6. Trombosit
7. Leukosit.

 Pemeriksaan feses
 Pemeriksaan urine
 BMP hiperplasi pada sumsum tulang
 Rontgen foto cholelithiasis
 Scan liver splan
 Serum vitamin B12

2.7. Penatalaksanaan Anemia


 Secara umum :
1. Pemberian suplemen yang mengandung Zat besi, vitamin B12, dan vitamin-vitamin
lain yang dibutuhkan tubuh.
2. Pada penderita anemia berat bisa dilakukan Transfusi darah
3. Pemberian obat-obatan kortikosteroid yang mempengaruhi sistem imun tubuh
4. Pemberian Eritropoietin, yaitu jenis hormon yang membantu proses hematopoiesis
pada sumsum tulang.
 Secara khusus sesuai klasifikasi anemia
1. Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan
terapi immunosupresif denganantithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui
jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak
berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet (
Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat.Pada defisiensi besi diberikan sulfas
ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %.
Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
6. Anemia pasca perdarahan ;
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan
cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik ;
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
Komplikasi Anemia
Gagal jantung
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
parestesia
parestesia adalah sensasi abnormal berupa kesemutan, tertusuk, atau terbakar pada kulit yang umumn

3. Kejang
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang
berlebihan.
2.9. Pahway Anemia
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANEMIA
3.1. Pengkajian
I. Identitas Klien meliputi :
Nama : An. A
tempat tanggal lahir.: Palembang, 21 maret 2014
Agama : islam
Pekerjaan : -
Alamat:Jl. Melati Raya no 10
suku/bangsa :
nomor RM :
II. Identitas penangung jawab :
Nama : Siti nuryati
Alamat : Jl.Melati Raya no 10
Agama :islam
Pekererjaan :ibu Rumah Tangga
hubungan dengan klien :orang tua
III. Riwayat penyakit
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Klien pernah mendapatkan atau menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi
sumsum tulang dan metabolisme asam folat.
 Riwayat kehilangan darah kronis mis: perdarahan GI kronis, menstruasi
berat(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
 Riwayat endokarditis infektif kronis.
 Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
 Riwayat TB, abses paru.
 Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis: benzene, insektisida,
fenil butazon, naftalen.
 Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
 Riwayat kanker, terapi kanker.
 Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit malabsorbsi, lan
spt: enteritis regional, manifestasi cacing pita, poliendokrinopati, masalah
autoimun.
 Penggunaan anti konvulsan masa lalu / sekarang, antibiotic, agen
kemoterapi, aspirin, obat antiinflamasi, atau anti koagulan.
 Adanya / berulangnya episode perdarahan aktif (DB)
 Pembedahan sebelumnya: splenektomi, eksisi tumor, penggantian katup
prostetik, eksisi bedah duodenum, reseksi gaster, gastrektomi parsial /
total.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keletihan, kelemahan, malaise umum
 Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
 klien mengatakan bahwa Ia Depresi
 Sakit kepala
 Nyeri mulut & lidah
 Kesulitan menelan
 Dispepsia, anoreksia
 Klien mengatakan BB menurun
 Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi
 Penurunan penglihatan
 Kemampuan untuk beraktifitas menurun
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Kecenderungan keluarga untuk anemia.
 Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia congenital.
 Keluarga adalah vegetarian berat.
 Social ekonomi keluarga yang rendah.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Kardiologi
 Kardiomegali , Hepatomegali
 Edema perifer
 Takikardi, palpitasi,\
2. Pernafasan
 Takipnea, orthopnea, dispnea.
3. Sirkulasi
 TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil & tekanan nadi
melebar, hipotensi postural.
 Bunyi jantung murmur sistolik (DB)
 Ekstremitas: pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa,
 Sclera biru atau putih seperti mutiara.
 Pengisisan darah kapiler melambat
 Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika) (DB)
 Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature
4. Gastrointestinal
 Diare, muntah,
 glositis (peradanagan lidah)
 melena/ hematemesis
5. Neurologi
 Parastesia
 Ataksia
 Koordinasi buruk
 Bingung
6. Integumen
 Mukosa pucat,kering
 Kulit kering
Analisa Data Dan Masalah Keperawatan
No Analisa data etiologi masalah
1. DS: Penurunan Gangguan perfusi
 klien mengeluhkan lemah konsentrasi HB dan jaringan
 klien mengeluhkan sakit kepala darah
 klien mengatakan bahwa
terjadi penurunan urinnya
 klien mengatakan ia
sering merasakan
berdebar-debar
 klien mengatakan
bahwa napasnya terasa
sesak
DO:
 kulit klien terlihat pucat
 nafas klien cepat
 rambut klien kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban
secara prematur
 Kuku klien mudah patah
dan berbentuk seperti
sendok (koilonika)
 Terdapat Edema perifer
pada klien
 Membran mukosa klien
tampak kering
 Pada klien Ekstremitas terasa
dingin
2 DS: berkurangnya Intoleransi Aktifitas
 Klien mengatakan bahwa suplay oksigen ke
ia merasakan lemah dan susunan saraf pusat
letih
 Klien mengatakan klien merasa
nyeri dan sakit kepala
 Klien mengatakan bahwa terjadi
penurunan semangat untuk
bekerja
 Klien mengatakan bahwa
klien mudah letih saat bekerja
DO:
 Klien terlihat meringis
menahan nyeri
 Klien terlihat lesu, lemah
 Klien terlihat mengatuk,
ptosis Kehilangan tonus otot
 Palpitasi, takikardi,
peningkatan TD
 Parastesia, ataksia
3 DS: Kegagalan atau Gangguan Nutisi
 Klien mengeluh sulit menelan ketidakmampuan Kurang dari
 Klien mengeluh tidak untuk mencerna kebutuhan tubuh
nafsu makan makanan.
 Klien menyatakan mual
 Klien mengeluh mulutnya
terasa nyeri
DO:
 Mukosa Mulut klien
tampak kering dan pecah-
pecah
 BB klien menurun
 Klien terlihat lemah
 Kulit klien tampak kering
dan pecah-pecah
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan konsentrasi HB dan Darah
2. Intoleransi aktivitas b.d berkurangnya suplay oksigen ke susunan saraf pusat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kegagalan atau
ketidakmampuan mencerna makanan.
3.3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Gangguan Perfusi Perfusi jaringan 1. Monitor tenda- 1. Data dasar
jaringan b.d terpenuhi setelah tanda vital mengetahui
penurunan dilakukan tindakan 2. Atur posisi dengan perkembangan
konsentrasi HB dan perawatan. kepala datar atau pasien
Darah Kriteria Hasil : tubuh lebih rendah 2. Meningkatkan
 Kulit tidak 3. Hindari pergerakan pernafasan
pucat yang berlebihan 3. Mempertahankan
 tanda vital 4. Awasi kesadaran pasokan oksigen
dalam batas dan tanda-tanda 4. Mengetahui status
normal terhadap penurunan kesadaran pasien
 nilai Hb dan kesadaran 5. Meningkatkan sel
eritrosit dalam 5. Manajemen terapi darah
rentang tranfusi sesuai 6. Meningkatkan
normal terapi perfusi
6. Pemberian O2 7. Menjaga
pernasal sesuai keefektifan
program oksigen
7. Monitoring
keefektifan suplai
O2
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Ukur vital sign 1. Data dasar
b.d berkurangnya tindakan 2. Kaji penyebab mengetahui
suplay oksigen ke keparawatan intoleransi aktivitas perkembangan
susunan saraf selama 3x24 jam klien pasien
pusat. klien dapat 3. Latih ROM bila 2. Merencanakan
meningkatkan keadaan klien intervensi secara
toleransi aktivitas memungkinkan tepat
dengan kriteria : 4. Ajarkan klien 3. Imobilisasi yang
 Bebas dari teknik lama akan
kelelahan penghematan menyebabkan
dekubitus
setelah energi 4. Menghemat
beraktivitas untuk beraktivitas energy
 Keseimbangan 5. Tingkatkan 5. Agar tidak
kebutuhan aktivitas kelelahan
aktivitas dan klien sesuai dengan
istirahat kemampuan
 Adanya
peningkatan
toleransi
aktivitas
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat 1. Mengidentifikasi
nutrisi kurang dari tindakan nutrisi, termasuk defisiensi,
kebutuhan b.d keperawatan makanan yang menduga
kegagalan atau selama 3x24 jam disukai. kemungkinan
ketidakmampuan klien terpenuhi 2. Observasi dan catat intervensi
mencerna makanan. kebutuhan masukan makanan 2. Mengawasi
nutrisinya dengan klien. kalori atau
kriteria hasil : 3. Observasi dan catat kualitas
 Intake nutrisi kejadian kekurangan
adekuat. mual/muntah. komsumsi
 Mual, muntah, 4. Timbang BB setiap makanan.
anoreksi hari. 3. Gejala GI dapat
hilang 5. Berikan makanan menunjukan
 Bebas dari sedikit tetapi sering efek anemia
tanda-tanda atau makan pada organ.
malnutrisi. diantara waktu 4. Mengawasi
 Tidak terjadi makan. penurunan BB
penurunan BB 6. Bantu hiegene atau efektifitas
mulut yang baik. intervensi nutrisi
7. Kolaborasi dengan 5. Makan sedikit
ahli gizi tapi sering dapat
menurunkan
kelemahan dan
meningkatkan
pemasukan juga
mencegah
distensi gaster.
6. Meningkatkan
nafsu makan dan
pemasukan oral.
7. Membantu
dalam rencana
diet untuk
memenuhi
kebutuhan
individual.
3.4. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawtan Implementasi Keperawtatan
1 Perfusi jaringan in efektif 1. Memonitoring tenda-tanda vital
b/d.penurunan konsentrasi HB 2. Mengatur posisi dengan kepala datar atau
dan Darah tubuh lebih rendah
3. Menghindari pergerakan yang berlebihan
4. Mengawasi kesadaran dan tanda-tanda terhadap
penurunan kesadaran
5. Memanajemen terapi tranfusi sesuai terapi
6. Memberikan O2 pernasal sesuai program
7. Memonitoring keefektifan suplai O2
2 Intoleransi aktivitas b.d 1. Mengukur vital sign
berkurangnya suplay oksigen 2. Mengkaji penyebab intoleransi aktivitas klien
ke susunan saraf pusat. 3. Melatih ROM bila keadaan
klien memungkinkan
4. Mengajarkan klien teknik penghematan
energi untuk beraktivitas
5. Meningkatkan aktivitas klien sesuai dengan
kemampuan
3 Ketidakseimbangan nutrisi 1. Meng kaji riwayat nutrisi, termasuk
kurang dari kebutuhan b.d makanan yang disukai.
kegagalan atau 2. Mengobservasi dan catat masukan
ketidakmampuan mencerna makanan klien.
makanan. 3. Mengobservasi dan catat kejadian mual/muntah.
4. Menimbang BB setiap hari.
5. Memberikan makanan sedikit tetapi sering
atau makan diantara waktu makan.
6. Membantu hiegene mulut yang baik.
7. Kolaborasikan dengan ahli gizi

3.5. Evaluasi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawtatan
1 Gangguan perfusi jaringan S:
b/d.penurunan konsentrasi HB  Klien mengatakan bahwa ia tidak
dan Darah sesak lagi
 Klien mengatakan bahwa
kepalanya sudah kurang sakit
O:
 Klien tampak tidak sesak napas lagi
 Mukosa klien tampak
lembab A : Masalah
teratasi
2 Intoleransi aktivitas b.d S:
berkurangnya suplay oksigen  Klien mengatakan adanya
ke susunan saraf pusat. peningkatan semangat untuk bekerja
 Klien mengatakan tidak letih dan
lesu lagi
O:
 Klien tidak tampak letih dan lesu
 Klien tampak ceria
A: Masalah teratasi
3 Ketidakseimbangan nutrisi S:
kurang dari kebutuhan b.d  Klien mengatakan sudah mudah
kegagalan atau untuk menelan
ketidakmampuan mencerna  Klien mengatakan adanya
makanan. peningkatan napsu makan
O:
 Makanan yang dimakan klien
tampak habis
 Klien tidak mual dan muntah lagi
A : Masalah teratasi

BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah. Anemia
terbagi atas anemia hipoproliferatif meliputi anemia aplastik, defisensi besi, megaloblastik,
penyakit kronik, dan penyakit ginjal dan anemia hemolitik.

4.2. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Anemia dengan tepat sehingga dapat mencegah terjadinya
kegawatdaruratan dan komplikasi yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., & Hckley, J.C. (2004) Keperawatan medikal-bedah : buku


saku untuk brunner dan suddarth. alih bahasa : yasmin asih. Editor : Monica Ester.
Jakarta : EGC.

Harrison (2007) prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor edisi bahasa Indonesia :
Asdie, A.
H. Jakarta : EGC.

Hayes, P. C., & mackay, T.W. (2009). Buku saku diagnosis dan terapi. Alih
bahasa : devy. H. Jakarta : EGC

Hidayat, A, A, A. ( 2008 ) Pengantar konsep dasar keperawatan, edisi kedua.


Jakarta : salemba medika.

Pedersen, G. W. (2006) Buku Ajar praktis bedah Mulut. Alih bahasa : drg.
Purwanto & drg Basoeseno. Jakarta : EGC.

Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2003) Buku ajar asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sitem hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

24
ASKEP Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


siastoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.Pada populasi
manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal..

A. KLASIFIKASI

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.


Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-169 100-109
Stadium 3 (berat) 160-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120

B. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medulla di otak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis keluar dari kolumna medulla spinalis
ke ganglia simpatisdi toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstroktor.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstroksi.Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokonstriksi yang
menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin.Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.Semua
factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan Gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh darah perifer bertangguangjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

25
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

C. MANIFESTASI KLINIS

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapunselain tekanan


darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema
pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang
paling menyertai hipertensi.Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menhan peningkatan beban kerja, maka
dapat terjadi gagal jantung kiri.Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi
sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin).Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralysis
sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.Pada penderita
stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak
mencapai 80%.

D. EVALUASI DIAGOSTIK

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting.Retina harus


diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya
kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan tingginya tekanan
darah.Hipertropi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urine
dapat dideteksi dengan urinalisa.Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi
urin dan peningkatan nitroden urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram,
pielogram intravena, arteriogram retinal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan
penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan
penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.

E. PENATALAKSANAAN

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg.Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk
penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau; latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi.
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pris, perokok) atau bila
tekanan darah diastoliknya menetap, di atas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130
sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

26
Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh Joint National on Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter memilih kelompok obat yang

mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil, dan penerimaan serta kepatuhan

pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam pilihan pertama; diuretic dan penyekat beta.Apabila

pasien dengan hipertensi ringan sudah terkontrol selama setahun, terapi dapat diturunkan.Agar

pasien mematuhi regimen terapi yang diresepkan, maka harus dicegah dengan pemberian jadual

terapi obat-obatan yang rumit.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. BIODATA PASIEN

1.      Nama                                       : Ny. T
2.      Umur                                       : 70 tahun
3.      Jenis Kelamin                          : Wanita
4.      Agama                                     : Islam
5.      Pendidikan                              : SD
6.      Pekerjaan                                 : Tani
7.      Golongan Darah                     : -
8.      No Register                             : 02.98.01
9.      Alamat                                     : Damuli
10.  Status                                      : Kawin
11.  Keluarga Terdekat                  : Anak
12.  Diagnosa Medis                      : Hipertensi

B.BIODATA PENANGGUNG JAWAB

1.      Nama                                       : Mi’an
2.      Umur                                       : 25 tahun
3.      Hubungan dengan pasien    : Anak
4.      Pendidikan                              : SD
5.      Pekerjaan                                 : Tani
6.      Alamat                                     : Selorejo ampel gading

C. ANAMNESIS

a.    Keluhan Utama(alasan MRS)


-          Keluhan saat masuk : klien mengatakan badannya lemah, kepalanya pusing, dadanya sesak dan

27
nafsu amkan menurun.
-          Keluhan saat pengkajian : klien mengatakan dadanya sesak ketika bernafas,kepalanya pusing.

b.     Riwayat penyakit sekarang


Paliatif             : klien datang dengan riwayat HT dan gastritis
Quality             : klien dengan keadaan pingsan
Regio               : kepala pusing dan dada sesak
Saverity           : skala nyeri 5
Time                : ± 1 minggu yang lalu

NO Intensitas Nyeri Diskripsi


Menurut numeric = 5 -      Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan atau
sedang
-      Pasien nampak gelisah
-      Pasien nampak sedikit berpartisipasi dalam
perawatan

c.      Riwayat penyakit yang lalu


Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi ± 3 bulan dan hanya berobat di PUSKESMAS
saja.    
 
d.    Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang
sama seperti klien.

C. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN

a.      Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

NO Pemenuhan Di rumah Di Rumah Sakit


Makan/Minum
1. Jumlah/waktu -Pagi : Klien makan porsi - Pagi     : klien makan
sedang dengan nasi, sayur, sesuai dengan diet yang
lauk dan minum air putih. diberikan   
-Siang : Klien makan porsi
sedang dengan nasi, sayur, - Siang   : Klien makan
lauk dan minum air putih. sesuai dengan diet yang
-Malam : Klien makan diberikan.
porsi sedang dengan nasi,
sayur, lauk dan minum air - Malam : Klien makan
putih. sesuaidengan diet yang
diberikan.
2. Jenis -      Nasi : putih. -      Nasi : bubur
-       Lauk : Ikan, tahu, tempe,-      Lauk : Ayam
daging -      Sayur : Sop
-       Sayur : bayam. -      Minum: air putih.

28
-       Minum : air putih.
3. Pantangan - Rendah garam

b.      Pola eliminasi
NO Pemenuhan Eliminasi Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB/BAK
1. Jumlah/Waktu -    Pagi     : BAB -      Pagi : belum BAB,
1x/hari, BAK 2x/hari. belum BAK
-    Siang   : BAK -      Siang : Belum BAB,
2x/hari. sudah BAK 1x
-    Malam : BAK -      Malam : Belum BAB
2x/hari. dan sudah BAK 1x
2. Warna -    BAB : kuningan. -BAB : -
-    BAK : jernih. -BAK : kuning jernih
3. Bau BAB : khas -BAB : -
BAK : khas -BAK : -

4. Konsistensi BAB : lembek -

c.       Plola istirahat tidur


     
NO Pemenuhan Istirahat Tidur Dirumah Di Rumah Sakit
1. Jumlah/waktu           Pagi : ± 1 jam.           Pagi : ±  2 jam.
          Siang : ± 1 jam.           Siang :  ± 2 jam.
          Malam : ± 7 jam.           Malam : ± 4 jam.
2. Gangguan Tidur Tidak mengalami Klien tidak bisa tidur karena
gangguan tidur. sesak nafas, muntah-muntah
dan pusing.

d.      Pola kebersihan diri/personal Hygiene


     
NO Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit
Hygiene
1. Frekuensi mencuci rambut 2 x/minggu Belum pernah
2. Frekuensi mandi 2x/hari Diseka 2x/hari
3. Ftekuensi gosok gigi 2x/hari Belum pernah
4. Warna Rambut. Putih beruban Putih beruban
5. Bau - -
6. Konsistensi Kusam Kusam

29
D. PEMERIKSAAN KEPALA,WAJAH DAN LEHER

1.      Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala Dolicephalus,kesimetrisan +, luka -.
Palpasi   : Nyeri tekan +, pusing.

2.      Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a.       Kelengkapan dan kesimetrisan +.
b.      Warna iris merah.
c.       Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -, benjolan -.
d.      Pemeriksaan Visus
Tanpa Snelen Card : kurang jelas.
e.       Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis dn scera coklat.

3.      Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi : Pembengkokan -, sekret -, perdarahan -, kotoran -, polip -.

4.      Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, lesi -, peradangan -, penumpukan serumen -, perdarahan -, perforasi -.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

5.      Pemeriksaan Mulut dan Faring


Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal labio -, warna bibir merah muda, lesi -, caries +,
kotoran +,gigi palsu +,gingi vitis +, waarna lidah kotor, perdarahan -, abses -.

6.      Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu dan letih, kelumpuhan otot-otot facialis
-.

7.      Pemeriksaan Leher
inspeksi dan palpasi:
a.       Bentuk leher simetris, peradangan -, perubahan warna -, masa -.
b.      Pembesaran kelenjar tiroid -.
c.       Pembesaran vena jugularis +.
8.      Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan kepala, wajah, leher:
      klien mengeluh kepalanya terasa pusing.

E. PEMERIKSAAN THORAKS DAN PARU

a.       Inspeksi
-          Bentuk thoraks: normal chest,susunan ruas tulang belakang, bentuk dada simetris.
-          Retraksi otot Bantu pernapasan : retraksi intercoste +, retraksi suprasternal-, pernapasan
cuping hidung +.
-          Pola nafas : Takipneu.
b.      Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal vermitus: -, getaran antara kanan dan kiri sama, cianosis -.

30
c.       Perkusi
Area paru sonor
d.      Auskultasi
1.      Suara nafas: Area vesikuler bersih, area bronchial bersih,area bronchovasikuler bersih.
2.      Suara ucapan : Eghophoni –.
3.      Suara tambahan : Rales +.
e.       Kelainan lain yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan thoraks dan paru yaitu klien
merasa dadanya sesak ketika bernafas.

G. PEMERIKSAAN JANTUNG
a.       Inspeksi
Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks lemah.
b.      Palpasi
Palsasi pada dinding thoraks teraba: tidak teraba/tidak terkaji.
c.       Perkusi
Tidak ada pembesaran.
-          Batas atas              : ICS II.
-          Batas bawah          : ICS V.
-          Batas kiri               : ICS VMid Clavikula.
-          Batas kanan          : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
d.      Auskultasi
-          BJ I           : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
-          BJ II          : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
e.       Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung : tidak ada kelainan.

H. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a.       Inspeksi
-          Bentuk abdomen datar.
-          Masa atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan pembuluh darah vena -.
b.      Auskultasi
Frekuensi peristaltik usus 15x/menit.
c.       Palpasi
-          Hepar : Perabaan lunak.
-          Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran.
-          Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri menjalar kontralateral -.
d.      Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan abdomen : tidak ada kelainan.

I.  PEMERIKSAAN GENETALIA


            Tidak Dikaji.

J. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
(EKSTREMITAS)
a.   Inspeksi
                        Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -, terpasang gips -.
b.      Palpasi
-          Oedem - -/- -/-

31
-          Uji kekuatan otot 5/5 5/5

K. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
            Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon motorik 6.Kesimpulan compor
mentris.
            Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +, kaku kuduk
-, mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran -.
            Memeriksa nervus cranialis :
-          Nervus III    : Ocumua latorius reaksi pupil terhadap cahaya +.
-          Nervus VIII : Ketajaman pendengaran +.
-          Nervus XII  : Gerakan lidah menjulur dan menonjolkan lidah +.
            Pemeriksaan fungsi motorik :Ukuran otot simetris, atropi -.
            Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda tumpul +.

L.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a.       Darah Lengkap :
Leukosit : 6,250 / µℓ
Hemoglobin : 15,4
b.      Kimia darah
Ureum       : 50 mg/dl
      Creatinin   : 0,89 mg/dl
       SGDT        : 20
      SGPT        : 16
       Gula darah : 95 mg/dl

M. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Tidak dilakukan pemeriksaan radiology.

N. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


-          Acran 3 x 1
-          Amino drip ½ ampul
-          Cairan RL 20 tetes/menit

ANALISA DATA

No Data Etiologi Prolem


Ds1 : Medulla Peningkatan
Klien mengatakan klien Saraf simpatis tekanan darah
mempunyai riwayat hipertensi Ganglia simpatis
Do : Tekanan darah
Tekanan darah klien meningkat Kontriksi
TD : 175/100 mmHg Peningkatan tekanan darah
2 Ds : Nyeri/Sakit kepala
Keluarga klien mengatakan klien Saraf simpatis
merasa sakit kepala yang sangat Saraf pasca ganglion
hebat Kontriksi
Do : Sakit kepala

32
Klien meringis menahan sakit
kepala yang dirasakan TD :
175/100 mmHg.
ADL : Klien sakit terhambat
3 Ds : Peningkatan tekanan vaskuler Gangguan pola
Keluarga klien mengatakan klien serabral istirahat
tidak tidur semalam dan terus Saraf simpatis
merasakan sakit kepalanya. Tidak mampu mengatasi
Do : nyeri
TD : 175/100 mmHg Gangguan pola istirahat
ASL : Klien sedikit terhambat

Diagnosa keperawatan.
1.      Peningkatan Tekan darah b/d penurunan curah jantung ditandai dengan karena punya riwayat
hipertensi dengan tekanan darah 175/100 mmHg.
2.      Nyeri b/d peningkatan vaskuler d/d kepala sakit yang dirasakan oleh pasien.
3.      Gangguan pola tidur b/dketidak tidak mampuan mengatasi nyeri d/d mata klien tampak cekung,
tekanan darah 175/100 mmHg.

Rencana Keperawatan
No Diagosa Tujuan Rencana Tidakan Rasional
Keprawatan Keperawatan
1 Peningkatan Tekan -     Tekanan darah -       Pantau tekanan darah -       Untuk melihat
darah b/d menurun. perkembangan
penurunan curah -     Nyeri berkurang -       Berikan lingkungan penurunan tekanan
jantung ditandai tenang, nyaman, darah
dengan karena kurangin aktivita. -       Membantu
punya riwayat menurunkan
hipertensi dengan rangsangan
tekanan darah simpatis
175/100 mmHg. meningkatkan
-       Batasi jumlah relaksasi
kujungan -       Mengurangin
stress dan
-       Lakukan tindakan ketegangan yang
yang nyaman seperiti mempengaruhi
pijatan leher dan kepala. tekanan darah.
-       Kolaborasi dalam -       Tiazid mungkin
pemberian obat : tiazid mengunakan untuk
menurunkan
tekanan darah

33
fungsi ginjal relaty
normal.
Nyeri b/d -     Menurunkan -       Mempertahankan tirah-       Tindakan yang
peningkatan skalah rangsangan baring selama fase aktif. menurunkan
vaskuler d/d kepala nyeri dikepala tekanan vaskular
sakit yang serebral dan yang
dirasakan oleh -       Berikan tidakan memperlambat
pasien yang begitu nonfarmakologi untuk respon simpatis
hebat. menhilangakan sakit efektif dalam
kepala seperti kompres langka mengurangi
dingin dan pijat sakit kepala dan
-       Kolaborasi dalam komplikasi.
pemberian analgesik.

-       Mengurangi atau
mengkontrol nyeri
dan menurunkan
rasangan sytem
saraf simpatis
Gangguan pola -     Pola tidur klien -       Batasi jumlah -       Vasudilatasi
tidur b/dketidak terpenuhi. pengunjung dan pada sistem saraf
tidak mampuan -     Klien tidak lamanya tinggal simpatis
mengatasi nyeri d/d terbangun lagi pada -       Kolaborasi dalam -       Memberi
mata klien tampak malam hari pemberian obat ketenangan batin
cekung, tekanan -       Membaca ayat suci Al klen sebagai umat
darah 175/100 – Quran sebelum waktu muslim
mmHg. tidur

Catatan Perkembangan
No Dx dan Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Diagnosa 1 -      Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
21.02.2017 TD : 175/100 mmHg. kepala klien   masih dirasakan
-      Mengurangi aktivitas pasien dan O : TD : 175/100 mmHg.
menghindari keributan di dalam A : Masalah belum teratasi
ruangan. P : Intervensi dilanjudkan
-      Melakukan pijatan pada pungung dan
leher.
-      Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa II -      Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan nyeri
21.02.2017 baring selama nyeri masih terasa. klien masih terasa.
-      Melakukan pijatan ringan pada leher O : klien tampak meringis.
-      Memberikan obat analgesik asam A : masalah belum teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dilanjudkan.
3 Diagnosa III-      Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien masih

34
21.02.2017 berkunjung agar tidak terlalu ramai dan sering terbangun.
ribut. O : mata klien tampak cekung
-      Membacakan ayat – ayat suci Al – A : masalah belum teratasi
Quran sebelum klien istirahat. P : intervensi dilanjudkan.

No Dx dan Implementasi Evaluasi


Tanggal
1 Diagnosa 1 -      Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
22.02.2017 TD : 150/100 mmHg. kepala klien   terkadang masih
-      Mengurangi aktivitas pasien dan dirasakan
menghindari keributan di dalam O : TD : 150/100 mmHg.
ruangan. A : Masalah Sebagian teratasi
-      Melakukan pijatan pada pungung danP : Intervensi dilanjudkan
leher.
-      Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa II -      Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan sekali –
22.02.2017 baring selama nyeri masih terasa. kali nyeri klien masih terasa.
-      Melakukan pijatan ringan pada leher O : klien tampak meringis.
-      Memberikan obat analgesik asam A : masalah sebagian teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dilanjudkan.
3 Diagnosa III-      Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien masih
22.02.2017 berkunjung agar tidak terlalu ramai dan sering terbangun.
ribut. O : mata klien tampak cekung
-      Membacakan ayat – ayat suci Al – A : masalah belum teratasi
Quran sebelum klien istirahat. P : intervensi dilanjudkan.

1 Diagnosa 1 -      Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri


23.02.2017 TD : 140/90 mmHg. kepala klien   sudah hilang
-      Mengurangi aktivitas pasien dan O : TD : 140/90 mmHg.
menghindari keributan di dalam A : Masalah teratasi
ruangan. P : Intervensi dihentikan
-      Melakukan pijatan pada pungung dan
leher.
-      Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa II -      Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan sekali –
23.02.2017 baring selama nyeri masih terasa. kali nyeri klien masih terasa.
-      Melakukan pijatan ringan pada leher O : wajah klien tampak rileks
-      Memberikan obat analgesik asam A : masalah teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dihentikan
3 Diagnosa III-      Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien sudah
23.02.2017 berkunjung agar tidak terlalu ramai dan bisa tertidur.
ribut. O : mata klien tidak tampak cekung
-      Membacakan ayat – ayat suci Al – A : masalah teratasi
Quran sebelum klien istirahat. P : intervensi dihentikan.

35
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1         Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh banyak
faktor risiko.Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial)
dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90%
dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari langsung
(etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer
tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu terapi medis dan non-medis.Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut.

1.2          Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi hendaknya
melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola gaya hidup sehat
seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.

36
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC


Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai