Anda di halaman 1dari 4

PENGOPTIMALAN BALANCE OF TRADE (BOT) SEBAGAI

STRATEGI ANTISIPASI RESESI EKONOMI NASIONAL DI MASA


PANDEMI COVID-19

Kita belum menang! inilah ujaran yang akhir-akhir ini kerap dituturkan pihak
pemerintah serta tokoh masyarakat. Penyebaran Covid-19 yang semakin hari semakin
ganas membuat keadaan semakin memprihatinkan. Belum lagi melihat sikap dan
perilaku masyarakat yang tidak disiplin dalam melaksanankan protokol kesehatan yang
tentunya dapat memperlambat sterilisasi dan pemulihan akibat pandemi. Siapa yang
menyangka bahwa Indonesia disebut-sebut akan menjadi episentrum baru Covid-19
dunia. Hal ini tak menutup kemungkinan melihat korban jiwa akibat pandemi melonjak
setiap harinya, bahkan per 9 juli 2020 Indonesia mencatat penambahan kasus harian
tertinggi yaitu sebanyak 2.657 orang. Menghadapi problematika saat ini, tentu tak dapat
dibiarkan berlarut begitu saja, diperlukan tindakan preventif maupun represif yang
ampuh dalam menekan jumlah kasus positif setiap harinya.
Dilansir dari laman Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada 30 Juli
2020, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia adalah sebanyak 106.336 kasus,
dengan jumlah kematian 5.058 orang, pasien yang sembuh mencapai 64.292 orang,
sedangkan 36.986 orang lainnya masih menjalani perawatan. Sementara itu, menurut
data Organisasi Kesehatan Dunia WHO, jumlah kasus positif Covid-19 di dunia per
tanggal 30 Juli telah mencapai 16.523.815 pasien. Jumlah kasus meninggal dunia
sebanyak 655.112 jiwa, dan angka kesembuhan telah mencapai 10.937.771 orang.
International Monetary Fund (IMF) yang merupakan lembaga perekonomian
internasional memprediksi ekonomi global minus di angka 3% akibat pandemi Covid-
19.
Sejak ditemukan pertama kali di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019
lalu, virus ini telah menyebar ke 216 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Kemampuan penularannya yang begitu masif mendorong WHO menetapkan situasi
akibat Covid-19 ini sebagai pandemi. Dengan penetapan pandemi Covid-19, diharapkan
semua negara menerapkan langkah serius demi mengurangi penularannya. Langkah
yang ditempuh menggunakan prosedur yang saling berkaitan, mulai dari pengetesan,
isolasi, karantina, pembatasan fisik, penelusuran dan identifikasi kontak, hingga
pencarian pola penyebaran. Langkah-langkah tersebut juga perlu didukung dengan
pemantauan (surveillance) terus-menerus, baik terhadap orang tanpa gejala (OTG),
orang dalam pemantauan (ODP), maupun pasien dalam pengawasan (PDP). Upaya
tersebut diharapkan dapat menekan serta meminimalisir jumlah yang terpapar akibat
virus mematikan yang bernama lengkap SARS-CoV-2 atau biasa dikenal dengan
sebutan viruscorona.
Berbagai upaya penanggulangan Covid-19 oleh sejumlah negara berimbas pada
menyusutnya berbagai sektor yang cukup signifikan, termasuk dari sektor ekonomi.
Sektor ini menjadi yang terparah dampaknya akibat pandemi Covid-19 di seluruh dunia.
Bank dunia sebut ekonomi global berpotensi alami resesi lebih dalam akibat corona.
Siapa sangka negara-negara adidaya seperti China, Inggris, Jerman, Jepang, Rusia
bahkan Amerika tergagap-gagap merespons wabah Covid-19. Mereka tidak
memperkirakan wabah ini akan sangat cepat menyebar ke seluruh dunia dan berdampak
begitu besar terhadap perekonomian. Penyebaran yang lebih luas memiliki potensi
untuk mengganggu perjalanan, perdagangan, dan rantai pasokan lintas benua dengan
efek knock-on, sehingga memicu krisis pada perekonomian dunia. Meskipun lambat
menyadari, semua negara sepakat bila dunia sedang menyongsong sebuah krisis besar.
Mereka kemudian seakan berlomba mengambil kebijakan mengantisipasi krisis
tersebut. Stimulus dikucurkan besar-besaran, hampir tak berbatas. Demikian juga
dengan Indonesia. Pemerintah yang awalnya under estimate akan potensi dampak
wabah Covid-19, secara bertahap mengubah pandangannya.
Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi dampak dari
virus Corona adalah dengan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
sebesar 25 bps menjadi 4.75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps
menjadi 4.00 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5.50
persen. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi
domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global. Bank Indonesia
perlu mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik untuk menjaga agar
inflasi dan stabilitas eksternal tetap terkendali serta sebagai langkah memperkuat
momentum pertumbuhanekonomi.
Alhasil, berbagai kebijakan yang ditempuh sejumlah negara untuk mengatasi
resesi ekonomi akibat pandemi tak sepenuhnya berjalan efektif. Dibeberapa sektor
masih mengalami ketimpangan, bahkan tak sedikit diantaranya berjalan secara non-
komprehensif. Di dalam negeri, permasalahan ekonomi sudah menjadi trending topik
konstan selama pandemi. Bahkan telah mendarah daging sejak masa reformasi.
Ketidakmampuan Indonesia dalam mengoptimalkan sumber daya manusia, kesenjangan
penghasilan masyarakat, hingga hutang luar negeri yang begitu besar menjadi pemicu
tertahannya pertumbuhan ekonomi nasional. Belum lagi melihat kondisi sekarang
dimana jumlah pengangguran telah mencapai lebih dari 3,7 juta jiwa dan jika tidak
segera diantisipasi maka diprediksi jumlahnya dapat mencapai hingga 12 juta jiwa pada
tahun 2021.
Melihat roda perekonomian bangsa yang tidak berjalan mulus membuat
Indonesia berpotensi mengalami resesi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kebijakan
stabilisasi moneter yang transparan dan benar-benar mampu menangkal bayang-bayang
resesi. Salahsatu kebijakan yang dapat ditempuh adalah dengan mengoptimalisasikan
neraca perdagangan (Balance of Trade) pada titik surplus. Neraca perdagangan atau
balance of trade (BoT) merupakan perbedaan antara nilai semua barang dan jasa yang
diekspor serta diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu. Neraca
perdagangan menjadi komponen terbesar dalam neraca pembayaran karena menjadi
indikator dalam mengukur seluruh transaksi internasional.
Keuntungan yang diperoleh bila neraca perdagangan negara surplus diantarnya
terpenuhinya lapangan kerja, permasalahan seperti inflasi dan nilai tukar dapat
dikendalikan, serta meningkatnya devisa negara. Untuk itu, neraca perdagangan negara
perlu digerakkan hingga mencapai titik surplus. Hal yang dapat dilakukan adalah
dengan melindungi industri dalam negeri melalui pengenaan tarif, kuota, dan subsidi
impor. Realisasi neraca perdagangan surplus tentu harus dibarengi dengan peningkatan
ekspor barang maupun jasa ke luar negeri serta pengurangan defisit anggaran oleh pihak
pemerintah. Bank Indonesia mencatat jumlah defiist transaksi pada triwulan III sebesar
7,7 miliar dollar AS atau turun 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih
rendah dibandingkan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2 miliar dollar
AS atau 2,9 persen dari PDB. Penurunan defisit ini tentu tak terlepas dari peranan
neraca perdagangan surplus yang mampu meningkatkan pendapatan serta
memaksimalkan sumber keuangan negara. Bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia
akan menjadi salahsatu yang terkuat di masa depan bila neraca perdagangan dapat
dikendalikan denganbaik.
Dengan sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengembalikan serta
menumbuhkan ekonomi di masa pandemi ini, tentu membutuhkan dukungan dan
perhatian dari masyarakat. Olehnya itu, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan
kerjasama untuk berkolaborasi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Untuk
menekan angka penyebaran virus corona di Indonesia, pemerintah telah menerapkan
pembatasan fisik (physical distancing) hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). Kemudian masyarakat diminta menjaga jarak hingga dua meter serta rajin
membersihkan diri sesuai ketentuan prosedur yang ada. Pemerintah juga akan menindak
tegas orang-orang yang tidak menerapkan pembatasan fisik sesuai aturan yang
ditetapkan. Lebih daripada itu, masyarakat diminta untuk tetap tenang dan waspada
dalam melakukan segala aktivitas di era kenormalan baru.
Meski ekonomi negara saat ini sedang carut-marutnya, akan tetapi hal itu tak
boleh menurunkan semangat kita dalam menggapai kesejahteraan hidup. Tetap lakukan
yang terbaik, berdoa serta bertawakal kepada yang maha kuasa agar keadaan dapat
segera pulih, karena sejatinya di balik setiap peristiwa pasti ada hikmah yang
terkandung didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Puspasari, Rahayu. 2020. “Pemerintah Waspada Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap


Ekonomi Indonesia”. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional. 2020. “Data Terbaru Sebaran Covid-
19”. Jakarta: Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Yuliana. 2020. “Corona Virus Diseases (Covid-19)” dalam Wellness and Healthy
Magazine (hlm. 187-192). Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.

Anda mungkin juga menyukai