Anda di halaman 1dari 6

Tugas Mata Kuliah Penerapan Kode Etik Psikologi

Dosen Pengampu:
1. Dr. Arlina Gunarya, M. Sc.
2. Dra. Dyah Kusumarini, Psych.
3. Umniyah Saleh, S.Psi., M.Psi., Psikolog

REFLEKSI KESELURUHAN
PENERAPAN KODE ETIK PSIKOLOGI

OLEH:

Nurul Baiti
(Q11113303)
PSIKOLOGI A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
REFLEKSI KESELURUHAN

PENERAPAN KODE ETIK PSIKOLOGI

 What Happen?

Pada awal pertemuan untuk mata kuliah ini telah dijelaskan terlebih dahulu bahwa dalam
mata kuliah ini kita tidak akan mengulik pasal demi pasal yang tertuang dalam kode etik
Psikologi yang diterbitkan oleh HIMPSI pada tahun 2010, melainkan kita akan membahas
mengenai penegakan kode etik Psikologi dari “dalam”. Kemudian kami juga kembali membahas
mengenai 8 gatra Psikologi dalam konteks pembangunan Indonesia Timur. Dimana kedelapan
gatra tersebut kemudian memunculkan issue dan fenomena yang bermatra Psikologi, khususnya
dalam konteks pembangunan Indonesia Timur. Yang pertama yaitu Ruang ~ Geografi dimana
wilayah Indonesia Timur dikenal dengan sifat kepulauannya yang lebih kental yang
mengakibatkan adanya konsekuensi logik dan resikonya sendiri dalam berbagai sendi kehidupan
seperti komunikasi, pembinaan, ataupun pelayanan publik. Ragam kepelbagaian ini
mengakibatkan adanya implikasi pada pembangunan yang dapat menyebabkan rawan konflik.
Yang kedua yaitu demografi dimana kita perlu memahami lebih seksama apakah psikodinamik
masyarakat pesisir, masyarakat kepulauan, serta masyarakat bahari bermakna sama atau tidak
yang kemudian mengakibatkan adanya konsekuensi Bhineka Tunggal Ika. Yang ketiga yaitu
sumber kekayaaan alam dimana SKA di wilayah Timur sendiri belum sepenuhnya dikelola,
sebab paradigma wilayah adalah darat sehingga eksplorasi lebih banyak di wilayah darat. Hal ini
menyebabkan sumber kekayaan alam sebagai ruang hidup belum terhayati dengan memadai,
karena masih dianggap sebagai sumber kehidupan. Hal tersebut kemudian menyebabkan rawan
konflik. Yang keempat adalah ideologi dimana secara kultural masyarakat belum sempat
bertransformasi sehingga sistem nilai dan norma belum sempat terintegrasikan. Yang kelima
yaitu gatra politik dimana dapat diamati dengan jelas adanya kesenjangan power relasi dan
power struggle dalam pemikirian maupun dalam otoritas antara pusat dan pinggiran.
Kesenjangan tersebut kemudian dapat menyebabkan rawan konflik namun persoalan psikologik
tidak terangkat sehingga pembangunan Indonesia Timur belum bermatra psikologik. Yang
keenam yaitu kesejahteraan~ekonomi dimana di Sulawesi Selatan dan Indonesia Timur pada
umumnya banyak dijumpai pengembangan perekonomian pada skala massif sehingga
dibutuhkan adanya katalisator dari “in group”. Yang ketujuh adalah sosial budaya dimana
khasanah bahasa daerah mulai hilang akibat pembangunan dan perubahan sosial sementara
perkembangan bahasa Indonesia belum cukup mampu mengakomodir kehilangan tersebut. Yang
terakhir ada pertahanan dan keamanan dimana wilayah Indonesia bagian timur potensial terjadi
konflik bermatra psikologi budaya. Oleh karena itu mata kuliah ini bertujuan untuk melatih diri
seacara tactful, berkiprah kreatif dalam rambu-rambu etik psikologika. Setelah itu kami
kemudian diperlihatkan sebuah video klip dari Chrisye yang berjudul “Ketika Tangan dan Kaki
Bicara”, kami diminta untuk menghayati video tersebut dengan baik. Setelah itu beberapa dari
kami diminta untuk berbagi mengenai penghayatan setelah menonton video tersebut.

Pada pertemuan selanjutnya kami mengikuti debat setelah diberikan pernyatan “Kesetiaan
kita kepada golongan berakhir pada saat kesetiaan kita kepada negara muncul”. Setelah proses
debat berlangsung cukup a lot, dosen kemudian memberikan komentar terkait proses debat yang
berlangsung sebelumnya. Ibu Umniyah mengatakan bahwa yang sangat menentukan statement
yang akan disampaikan oleh para debator tadi adalah pandangan umum dari para ketua
kelompok. Terkadang dalam proses debat tadi yang membuat argumen tidak kuat adalah karena
terbawa oleh argumen debator sebelumnya. Serta butuh kecepatan berfikir agar tidak mengulangi
statement yang sama dalam sebuah debat. Adapun komentar yang disampaikan oleh Ibu Dyah
adalah bahwa tampaknya kata negara dalam statement pokok debat tadi dipersepsikan sebagai
pemerintah, padahal itu merupakan dua hal yang berbeda. Adapun kesimpulannya adalah sebagai
seorang sarjana Psikologi sebaiknya kita pro dengan statement tersebut karena ikrar yang
disampaikan sejak awal menjadi mahasiswa Psikologi adalah bahwa kita berdiri diatas semua
golongan sehingga kita perlu untuk mengumpulkan kecintaan kepada bangsa Indonesia.

Kemudian dalam mata kuliah ini kami juga membahas mengenai 12 ciri sifat manusia
Indonesia menurut Mochtar Lubis, yaitu hipokrisi, tidak bertanggungjawab, sifat feodal, percaya
takhayul, watak lemah, boros dan maunya instan, malas, tukang menggeruru, cepat cemburu dan
dengki, sok dan sombong, tukang tiru (plagiat), dan artistik. Kami dibagi ke dalam beberapa
kelompok dan saya termasuk ke dalam kelompok 11 bersama Arinil, Indila, dan Ricky yang
kemudian mendapatkan kertas nomor 9 yang berarti ada satu bagian dimana kami harus
membahas lebih dalam mengenai sifat cepat cemburu dan dengki. Kami mengerjakan tugas ini
selama 2 hari yaitu hari Selasa dan Rabu. Pada hari pertama kami bersama-sama mencari materi
mengenai 12 siffat tersebut dan kemudian mendiskusikannya untuk menjawab tugas bagian A
dan B. Kemudian pada hari kedua kami bertemu kembali untuk berdiskusi mengenai jawaban
untuk tugas C dan D. Setelah semuanya selesai terjawab, kami melakukan pembagian tugas dan
hasilnya adalaah saya dan Arinil mendapat tugas untuk finishing tugas tersebut, lalu Indila
membuat PPT sesuai dengan hasil diskusi terlebih dahulu, dan Ricky mendapat tugas untuk print
dan kumpul hardcopy. Pada proses pengerjaan tugasnya ada banyak kesulitan yang kami
temukan, terutama ketika mencari contoh untuk menjelaskan sejauh mana ke-12 sifat tersebut
nampak di komunitas Psikologi Unhas. Kami tidak ingin salah langkah dalam menjawab atau
bahkan jumping conclusion.

Kemudian pada perkuliahan hari ini kami juga diberi kesempatan untuk menganalisis sebuah
film, yaitu The Good Lie yang menceritakan tentang sekelompok anak muda, Mamere (Arnold
Oceng), bersama kakaknya, Theo (Femi Oguns), dan dua anak laki-laki lain Yeremia (Ger
Duany) dan Paul (Emmanuel Jal), yang terjebak dalam konflik perang saudara Sudan,
memutuskan untuk mengungsi dan berjalan sejauh 1000 kilometer menuju sebuah kamp
pengungsi di Kenya. Lebih dari satu dekade kemudian mereka semua memenangkan kesempatan
untuk pindah ke Amerika Serikat, dimana ketika tiba di Kansas mereka bertemu dengan Carrie
(Reese Witherspoon) yang akan membantu The Lost Boys mencari memulai kehidupan yang
baru, yang juga memberikan tantangan baru. Kemudian kami juga banyak belajar tentang kasus-
kasus yang dapat ditelaah dengan menggunakan kode etik Psikologi oleh HIMPSI baik dalam
dunia kesehatan, industri dan organisasi, sosial, dan sebagainya. Pada intinya kami belajar
banyak mengenai bagaimana penegakan kode etik Psikologi “dari dalam”.

 What Happened to Me?

Selama mengikuti perkuliahan Penerapan Kode Etik Psikologi, saya merasa sangat antusias
karena kami tidak hanya diberikan materi mengenai pasal demi pasal, melainkan kami juga
diberikan contoh berdasarkan fakta-fakta kejadian yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Saya
juga sangat menikmati pengerjaan berbagai macam tugas, mulai dari tugas individu sampai tugas
diskusi kelompok. Meskipun kadang terjadi perdebatan yang cukup alot, namun pada akhirnya
kami bisa mendadpatkan pelajaran dari proses tersebut. Ketika mengerjakan tugas mengenai 12
sifat manusia Indonesia, Mengenai saya merasa sedih karena dengan menjawab contoh-contoh
dari ke-12 sifat tersebut saya sadar bahwa hampir semuanya memang pernah saya alami
sebelumnya daan pada kenyataannya sebagian besar memang merupakan sifat-sifat negatif. Tapi
kemudian saya juga merasa senang karena dengan adanya tugas ini saya bisa sadar dan mendapat
kesempatan untuk secara tidak langsung melakukan introspeksi diri terkait sifat-sifat tersebut.
Saya merasa masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk memperbaiki diri saya sendiri
sebelum akhirnya menjadi sarjana Psikologi yang akan bekerja dengan orang lain dimana jika
saya masih memiliki sifat-sifat tersebut saya akan kesulitan untuk bekerja dengan orang lain atau
bahkan tidak dapat menolong klien. Saya juga menikmati segala proses perkuliahan yang
berlangsung meski ada beberapa hari yang saya tidak ikuti, namun saya tetap belajar banyak hal
pada hari itu, dan dari teman-teman. Pada intinya, saya merasa senang telah mendapatkan
kesempatan untuk bertemu dengan mata kuliah satu ini selama satu semester dilengkapi dengan
dosen-dosen yang tentunya memiliki kompetensi untuk membawakan materi di setiap
minggunya.

 So What?

Ada banyak insight yang saya dapatkan selama mengikuti perkuliahan Penerapan Kode Etik
Psikologi. Ternyata peran ilmu Psikologi cukup dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai
masalah bermatra Psikologi di berbagai daerah di Indonesia yang terbukti masih rawan konflik.
Ternyata semua yang kita lakukan selama ini akan dipertanggung jawabkan pada suatu hari nanti
dan seyogyanya kita sudah siap untuk menghadapi hari itu. Terkadang ketika kita melakukan
sesuatu hari ini, kita lupa bahwa masih ada hari esok dan akan ada hari dimana kita akan
mempertanggungjawabkan semua itu. Oleh karena itu, segala perbuatan seperti melanggar kode
etik akan dipertanggungjawabkan pada saatnya nanti. Ternyata untuk dapat mengubah
pandangan kita terhadap sesuatu membuutuhkan waktu yang tidak sebentar, ada banyak proses
yang harus dilalui dalam diri. Ternyata kadang ada momen yang secara tidak sengaja
mengantarkan kita untuk melakukan introspeksi diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Oleh
karena itu kita seyogyanya menikmati setiap momen yang terjadi pada kehidupan kita karena
mungkin momen tersebut dapat mengantarkan kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik,
termasuk proses pengerjaan tugas. Ternyata kita bisa memperbaiki diri jika kita sadar apa yang
jadi kekurangan kita, karena ketika kita tidak menyadari hal tersebut maka kita tidak akan tahu
apa yang harus kita perbaiki dari diri kita atau mungkin kita merasa bahwa kita telah sempurna
(padahal tidak). Ternyata menilai orang lain itu sangatlah sulit, apalagi menilai apakah orang lain
memiliki sifat negatif atau tidak. Jangan sampai kita sendiri merasa mereka memiliki sifat
tersebut, tapi pada kenyataannya orangnya sendiri tidak merasa memiliki sifat seperti itu.
Ternyata integritas diri itu penting ketika kita harus memilih apakah kita harus memilih antara
mengikuti kata hati kita serta godaan lainnya atau mengikuti aturan yang berlaku di situasi
dimana kita berada saat ini. Ternyata membuat keputusan itu tidak mudah, terlebih lagi ketika
kita berada di situasi yang mengharuskan kita memilih apakah harus berbohong atau tidak.
Sebagai seorang calon sarjana Psikologi yang nantinya harus mematuhi kode etik, tidak mudah
untuk mengambil langkah ketika berada pada situasi seperti itu.

 Now What?

Kedepannya saya ingin menjadi sarjana Psikologi yang mengerti dan memahami kode etik
keprofesian sebagai bagian dari komunitas Psikologi di Indonesia. Setelah itu saya akan mampu
memahami batasan-batasan kompetensi yang dapat saya lakukan kedepannya di dunia kerja serta
mampu menghindarkan saya dari pelanggaran kode etik. Kedepannya saya ingin lebih
menegaskan integritas diri saya sebagai bagian dari komunitas Psikologi yang telah belajar
menjadi sarjana Psikologi dengan karakter-karakter yang telah diajarkan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai