Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS
“ TITRASI ASAM BASA “

Dosen Pengampu : 1. Dr. Eka Herlina M.Si


2. Dra. Trirakhma Sofihidayati M.Si
3. Cantika Zaddana S.GZ M.Si
4. Rikkit S.Farm
Asisten Dosen : Annisa Fitriyani
Nama Penyusun : Ruzika Nurazizah (066121137)
Kelompok :4
Anggota : 1. Amanda Fatika (066121147)
2. Nur Hidayatu (066121156)
3. Ruzika Nurazizah (066121137)
4. Salsabila Fatikhah Aji (066121128)

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR-2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
- Mengetahui proses titrasi yang baik dan benar
- Melakukan titrasi asam basa untuk melakukan konsentrasi suatu larutan asam

1.2 Dasar Teori

Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi
dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya (Brady, 1988: 178).
Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan dimasukkan ke dalam wadah atau tabung.
Larutan lain yaitu basa, dimasukkan ke dalam buret lalu dimasukkan ke dalam asam, mula-mula
cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Titik pada saat
titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator. Yang
diperlukan adalah memadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam selang pH
yang meliputi pH sesuai dengan titik setara (Ralph H, 2008: 308-310).
Zat yang akan ditentukan kadarnya sendiri disebut dengan titrasi (titran) dan biasanya
diletakan di dalam tabung elenmeyer sedangkan zat yang telah diketahui sendiri konsentrasinya
disebut sebagai (titer) dan biasanya diletakkan didalam buret baik titer ataupun titran biasanya
didalam bentuk larutan (Keenan, 1982: 162).

 Perubahan besar dari pH yang terjadi dalam titrasi agar dapat menentukan kapan titik
ekivalennya akan tercapai. Ada banyak asam dan basa organik dan basa organik lemah yang
bentuk-bentuk tak berdisosiasi dan ionnya menunjukan warna yang berbeda warna. Molekul-
molekul demikian dapat digunakan untuk menentukan kapan cukup titran telah ditambahkan dan
disebut indikator visual.

Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula
berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke
dua, menjadi ion dengan system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah warna merah.
Phenoftalein berubah warna pada kira-kira titik ekivalen dan merupakan indicator yang cocok.
Volume basa yang lebih besar akan diperlukan untuk merubah warna suatu indikator dan titik
ekivalen tidak akan di deteksi dengan ketepatan yang biasa diharapkan (Day, 2002: 141-145).

Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di
netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik
equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator
yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen
berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah
titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus
dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator.
Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang
tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi (Anonimous,  2013).

Sumber ion H- adalah Larutan NaOH encer dan ion H+ adalah larutan asam,mula-mula
disiapkan NaOH 0,1 M kemudian distandarisasikan dengan larutan asam yang lain yang telah
diketahui konsentrasinya, larutan NaOH tidak tersedia dalam keadaan murni dan larutannya
dapat berubah konsentrasinya. NaOH Haruslah distandarisasikan sebelum digunakan untuk
mentitrasi sampel.Pada sumber ion H adalah larutan NaOH kebanyakan pada titrasi asam
basa.Perubahan larutan pada titik equivalen tidak jelas. Oleh karena itu untuk menentukan titik
akhir titrasi digunakan indikator karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada pH
tertentu secara ideal.titik titrasi seharusnya seharusnya sama dengan titik titrasi seharusnya sama
dengan titik akhir titrasi (titik equivalen). Asam dan basa terurai sempurna dalam larutan berat
oleh karena itu,pH pada sebagian titik selama titrasi air dapat dihitung langsung dari jumlah
stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi (Sudarto, 2008: 101).
Untuk menentukan konesntrasi asam digunakan rumus (Kartimi, 2014: 33): V1 N1 = V2 N2
V1 = volume larutan asam
V2 = volume laruatan basa
N1 = molaritas larutan asam
N2 = molaritas lauran basa
BAB II
METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
- Botol semprot
- Buret
- Corong
- Gelas erlenmeyer
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Pipet gondok
- Statip
2.1.1 Bahan
- Aquadest
- Indikator fenomeiin
- Kertas tissue
- Larutan NaOH stok
- Larutan HCl yang akan diuji
- Larutan CH3COOH yang akan diuji

2.2 Cara Kerja

Titrasi Basa kuat dengan Asam kuat


1. Dibuat 100 ml larutan NaOH 0,1 M, 50 ml larutan HCl 0,1 M
2. Siapkanlah alat titrasi. Buret dibersihkan dibilas oleh NaOH 0,1 N. Kemudian dimasukan
larutan NaOH 0,1 (sebagai larutan penitar) kedalam buret, tetapkan titik nol.
3. Dimasukan 10 ml larutan asam klorida dengan pipet gondok kemudian masukan kedalam
Erlenmeyer 100 ml, beri 3 tetes indikator fenolfrein, campur hingga rata.
4. Ditempatkan larutan asam klorida kedalam Erlenmeyer tersebut dibawah buret.
5. Titrasi larutan HCl dengan NaOH yang berada di buret hingga titik akhir titrasi (berwarna
merah muda).
6. Catatlah ml NaOH 0,1 M yang dibutuhkan hingga mencapai titik akhir titrasi.
7. Lakukanlah sampai tiga kali pengulangan
8. Hitunglah kemolaran dan pH dari HCl

Titrasi Basa Kuat dengan Asam Lemah


1. Dibuat 100 ml larutan NaOH 0,1 M, 50 ml larutan CH3COOH 0,1 M
2. Disiapkan peralatan titrasi buret dibersihkan dibilas oleh NaOH 0,1 N. dimasukan larutan
NaOH 0,1 N. Kemudian dimasukan larutan NaOH 0,1 M (sebagai larutan penitar)
kedalam buret, tetapkan titik nol
3. Dimasukan 10 ml larutan asam asetat dengan pipet gondok, kemudian masukan kedalam
Erlenmeyer 100 ml beri 3 tetes indikator fenolftarein, campur hingga rata.
4. Tempatkan larutan asam asetat dalam Erlenmeyer tersebut dibawah buret.
5. Dititrasi larutan asetat dengan NaOH yang diburet dengan titik akhir titrasi (berwarna
merah muda ).
6. Catatlah ml NaOH 0,1 M yang dibutuhkan hingga mencapai titik akhir titrasi.
7. Dilakukan tiga kali pengulangan
8. Hitunglah kemolaran dari pH dan HCl
BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1 Data Pengamatan

Kelompo Bobot Asam Ad Pipet Volume NaOH


k Oksalat (g) (mL) (mL) (mL)

Simplo Diplo Triplo


6 0,6509 100 10 12,2 12,5 12,6

Kelompok Pipet (mL) Volume NaOH


(mL)

Simplo Diplo Triplo


6 10 12,4 12,3 12,4

3.2 Reaksi
2NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + 2H2O

3.3 Perhitungan
12,2=12,5=12,6
Vtotal NaOH = = 12,4
3

mg AsamOksalat
Standarisasi NaOH =
V Peniter x BST AsamOksalat x Fp

650,9
NaOH =
12,4 X 63 X 10

650,9
=
7.830,9
= 0,0831 0,1 N

12,4+12,3+12,4
Vtotal HCl = =12,37
3
Normalitas HCl
V1.N1 = V2.N2
12,37.0,1 = 10.N2

1,237
= = 0,1237 0,1 N
10

3.4 Grafik
-

3.5 Pembahasan
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi
titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Dalam praktikum ini menggunakan senyawa asam
basa yang menjadi titrat dan titrannya. Fungsinya untuk menentukan titik ekuivalen. Setelah
semua larutan siap, praktikan melalui pengujian pembakuan. Pembakuan ini dilakukan untuk
menentukan berapa kadar drai abku sekunder yang akan dilakukan pada saat proses titrasi
selanjutnya. Saat dilakukan pembakuan larutan yang dititrasi adalah larutan oksalat yang telah
dikitahui konsentrasinya. Sehingga setelah mencapai titik akhir titrasi, larutan baku sekunder
dapat diketahui konsentrasinya. Titik akhir yang didapat ditandai dengan perubahan warna merah
muda pada larutan baku primer. Hal ini dikarenakan larutan NaOH yang telah sepenuhnya
berpasangan atau bereaksi dengan asam oksalat dan membentuk larutan netral. Sehingga tetesan
berikutnya akan berpasangan dengan indikator PP.
Garam yang berasal dari asam lemah / basa lemah dapat mengalami hidrolisis dalam air. Sifat garam
ditentukan dari pereaksi yang kuat.

a. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral. Hal ini dikarenakan kedua
komponen garam ini (kation dan anion) tidak mengalami hidrolisis, sehingga pH larutannya sama dengan
pH air yaitu 7.

b. Garam yang berasal asam kuat dan basa lemah bersifat asam. Hal ini dikarenakan kation dari basa
lemah mengalami hidrolisis menghasilkan ion dan pH7.
Larutan baku primer merupakan larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan
untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan
dalam volume tertentu.Contoh larutan baku primer diantaranya larutan kalium dikromat(K2Cr2O7),
natrium klorida (NaCl), asam oksalat dan asam benzoat Asidtrimetri adalah saat kita mengukur berapa
ml larutan asam yang diperlukan untuk menentralkan larutan basa yang belum diketahui kadarnya
sedangkan alkalimetri adalah untuk mengukur berapa ml larutan basa yang diperlukan untuk
menetralkan larutan asam yang belum diketahui kadarnya. BST asam oksalat 63 sedangkan nilai Mr
Asam Oksalat adalah 126 karena BST asam oksalat telah ketetapan dalam rumusnya yaitu setengah dari
Mr asam oksalat. TA adalah titik akhir dimana titik ml penitaran harus diakhiri ketika TE sudah tercapai
sedangkan TE adalah titik ml dimana jumlah titran dan titrat secara stoikiometri sudah ekivalen atau
setara.
BAB VI
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Proses titrasi pada praktikum kali ini menggunakan NaOH sebagai penitrat dan HCl sebagai
tiran
2. Fungsi penambahan indikator pp dalam titrasi adalah untuk menentukan titik ekivalen
DAFTAR PUSAKA

Brady, James E. Kimia Universitas Asas dan Struktur edisi 5 Jakarta: Bina Rupa
Aksara
Keenan. 1982. Kimia Untuk Universitas. Jakarta:Erlangga
Ralph H, Petrucci. 2008. Kimia Dasar II. Jakarta: Erlangga.
Sudarto,Unggul. 2008.  Analisis Kimia Dasar. Yogyakarta: UNY.

Anda mungkin juga menyukai