Bab 18 Revitalisasi Pertanian
Bab 18 Revitalisasi Pertanian
REVITALISASI PERTANIAN
BAB 18
REVITALISASI PERTANIAN
A. KONDISI UMUM
Hasil pembangunan pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, pada tahun 2004
telah menghasilkan pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,1 persen dan 3,8 persen
pada tahun 2005. Kemampuan sektor pertanian untuk menyerap tenaga kerja sebesar
40,6 juta dan 40,7 juta pada periode yang sama dan kontribusi terhadap PDB sebesar
15,4 persen di tahun 2004 dan 15,3 persen di tahun 2005. Khusus untuk subsektor
perikanan, pada tahun 2003, memberikan kontribusi sebesar 2,5 persen dari PDB
nasional, belum termasuk pengolahan produk perikanannya. Dalam tahun 2004 dan
2005 diperkirakan kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB nasional naik masing-
masing menjadi 2,7 persen dan 2,8 persen.
Sementara itu, dalam penyediaan pangan, produksi padi, pada tahun 2004 mencapai
54,1 juta ton atau mengalami kenaikan sebesar 3,6 persen, dan produksi jagung
mencapai 11,6 juta ton atau naik sebesar 2,5 persen. Produksi padi ini telah mampu
mencukupi sekitar 94 persen dari konsumsi beras nasional. Ketersediaan pangan di
tingkat nasional ini, juga diikuti dengan perbaikan ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga. Konsumsi energi yang pada tahun 1996 sebesar 2.002 kalori/kapita/hari, dan
sempat menurun pada masa krisis menjadi 1.852 kalori/kapita/hari (1999), pada tahun
2002 meningkat cukup signifikan menjadi 1.986 kalori/kapita/hari. Konsumsi protein
yang juga menurun dari 54,4 gram/kapita/hari pada tahun 1996, menjadi 48,7
gram/kapita/hari pada tahun 1999, telah meningkat kembali menjadi 54,4
gram/kapita/hari pada tahun 2002. Peningkatan konsumsi protein ini didukung oleh
peningkatan konsumsi ikan, yang pada tahun 2003 sebesar 24,7 kg/kapita/tahun. Pada
tahun 2004 konsumsi ikan meningkat menjadi sebesar 25,3 kg/kapita/tahun dan pada
tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 26,2 kg/kapita/tahun. Namun demikian,
komposisi konsumsi energi ini masih didominasi oleh beras dan masih kurang pada
protein, sehingga pola konsumsi ini baru mencapai skor pola pangan harapan (PPH)
sebesar 65 dari skor 100 yang dinilai ideal untuk dapat membangun sumberdaya
manusia yang berkualitas.
Sejalan dengan itu, produksi bahan pangan serat berupa sayur mayur dan buah-
buahan pada tahun 2004 meningkat sekitar 3 persen - 7 persen dari tahun sebelumnya,
dan pada tahun 2005 masih akan meningkat lagi. Pada sub sektor perkebunan, produksi
komoditas tebu yang sampai dengan tahun 1999 mengalami pertumbuhan negatif, pada
kurun waktu 2000-2003 mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata sekitar 7,4
persen per tahun. Produksi minyak sawit dan karet pada tahun 2004 mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 13,6 persen dan 4,3 persen dibanding tahun 2003.
Untuk subsektor peternakan, peningkatan produksi ayam broiler dan petelur pada tahun
2002-2003 berturut-turut mencapai sebesar 23,4 persen dan 10,3 persen per tahun.
Selanjutnya, volume produksi dan ekspor hasil perikanan juga terus menunjukkan
peningkatan. Pada tahun 2003 volume produksi perikanan mencapai sebesar 5,9 juta ton
dan perolehan devisa dari hasil ekspor sebesar US$ 1,64 miliar. Produksi perikanan ini
pada tahun 2004 dan 2005 diperkirakan meningkat masing-masing mencapai sebesar
6,2 juta ton dan 6,5 juta ton, atau setara dengan Rp. 51,5 triliun dan Rp. 59,2 triliun.
Produksi perikanan tersebut masih didominasi oleh hasil perikanan tangkap, sementara
usaha perikanan budidaya belum diusahakan secara optimal.
Permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi dalam tahun 2006 adalah
meningkatnya alih fungsi lahan pertanian, terutama pertanian pangan, belum optimalnya
pemanfaatan lahan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia pertanian, masih
terbatasnya akses petani dan nelayan terhadap sumberdaya produktif dan infrastruktur
pertanian. Keterbatasan permodalan juga membatasi berkembangnya peningkatan
pengolahan hasil dan penerapan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas
dan nilai tambah dalam rangka meningkatkan daya saing komoditas pertanian,
perikanan dan kehutanan. Tantangan terbesar untuk dapat mengatasi itu semua adalah
masih lemahnya lembaga petani dan lembaga pendukung pertanian, sehingga kurang
mendukung keberlanjutan dan efektifitas upaya-upaya pembangunan pertanian.
Kelemahan ini juga kurang mendukung peningkatan efisiensi usaha, nilai tambah dan
upaya-upaya untuk meningkatkan posisi tawar petani dalam rangka peningkatan daya
asing komoditas pertanian, yang dapat menghambat peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani dan masyarakat perdesaan pada umumnya. Selanjutnya,
ketergantungan sektor pertanian terhadap sektor lain dan adanya otonomi daerah juga
menuntut koordinasi lintas sektor dan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah yang lebih baik.
II.18 – 2
hasil perikanan dan kemampuan pemasaran produk perikanan sehingga nilai jual produk
perikanan rendah; (3) terbatasnya infrastruktur perikanan, lambatnya perkembangan
teknologi perikanan, sistem hukum, penegakan hukum terutama di laut dan
kelembagaan perikanan yang masih lemah, serta dukungan data dan informasi
perikanan yang masih minim; (4) sebagian besar armada kapal penangkapan ikan
didominasi oleh kapal-kapal ikan dibawah 10 GT, sedangkan kapal dengan tenaga besar
yang beroperasi di perairan Indonesia masih dimiliki oleh asing, yang tidak lepas dari
isu pencurian ikan (illegal fishing) oleh nelayan dan kapal asing; dan (5) masalah-
masalah dalam perdagangan internasional yang berkaitan dengan hambatan tarif dan
nontarif seringkali menghambat laju ekspor komoditas perikanan.
Sementara itu, peran pemanfaatan hutan selama ini masih baru terfokus produksi
kayu. Hasil hutan nonkayu yang telah diusahakan oleh masyarakat secara tradisional
dan pemanfaatan jasa lingkungan dari ekosistem hutan belum dimanfaatkan secara
optimal. Belum berkembangnya kegiatan-kegiatan tersebut antara lain disebabkan
karena belum adanya peraturan perundangan yang mengatur akses masyarakat terhadap
pemanfaatan hutan, belum berkembangnya industri pengolahan hasil hutan skala kecil
dan menengah, serta belum adanya mekanisme pendanaan UKM di bidang kehutanan.
Tercapainya pertumbuhan PDB sektor pertanian, yang terdiri dari sub sektor
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, perikanan, dan kehutanan
sebesar 3,9 persen. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut diharapkan sektor pertanian
secara luas dapat menyerap tenaga kerja sekitar 40,9 juta orang.
Secara rinci, sasaran tahun 2006 adalah sebagai berikut: (1) Terjaganya tingkat
produksi beras dalam negeri dengan tingkat ketersediaan minimal 90 persen dari
kebutuhan domestik; dan (2) Meningkatnya ketersediaan pangan ternak dan ikan dalam
negeri; (3) Diversifikasi produk, ketersediaan dan konsumsi pangan untuk menurunkan
ketergantungan pada beras; (4) Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap protein
hewani yang berasal dari ternak dan ikan; (5) Meningkatnya daya saing dan nilai
tambah produk pertanian, perikanan dan kehutanan; (6) Meningkatnya produksi dan
ekpor hasil pertanian, perikanan dan kehutanan; (7) Meningkatnya pendapatan dan
kemampuan petani dan pembudidaya ikan dalam menghasilkan komoditas berdaya
saing; (8) Termanfaatkannya potensi sumberdaya hutan secara efisien, optimal, adil dan
berkelanjutan; (9) Terjaganya keseimbangan antara daya dukung dan tingkat
pemanfaatan sumberdaya perikanan.
Secara khusus arah kebijakan pembangunan perikanan dalam tahun 2006 adalah
sebagai berikut: (1) Meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya
perikanan secara optimal, adil, dan lestari, sesuai dengan daya dukung ekosistemnya;
(2) Mengembangkan perikanan tangkap di perairan/kawasan yang masih belum/kurang
dimanfaatkan, seperti sumber daya ikan laut dalam, laut lepas, dan ZEE; dan
mengendalikan penangkapan di perairan/kawasan yang telah mengalami overfishing; (3)
Mengembangkan dan menata kembali perikanan budidaya, melalui pola budidaya yang
lebih efisien, berdaya saing, dan berwawasan lingkungan; (4) Mengembangkan usaha
perikanan berbasis kerakyatan, dan memberdayakan masyarakat pesisir dan nelayan
kecil; (5) Mengembangkan dan merehabilitasi sarana dan prasarana produksi dan
pengolahan hasil; (6) Mengembangkan dan meningkatkan mutu produk perikanan, baik
dalam proses produksi maupun pengolahannya; (7) Mengembangkan penelitian dan
Iptek perikanan; dan (8) Mengembangkan kebijakan, perencanaan, dan peraturan
perundangan di bidang perikanan sebagai instrumen penting dalam pembangunan
perikanan.
II.18 – 5
Program/ Program/ Pagu Indikatif
No. Sasaran Program Instansi Pelaksana
Kegiatan Pokok RPJM Kegiatan Pokok RKP 2006 (Juta Rupiah)
masyarakat menuju pola
pangan dengan mutu yang
semakin meningkat, dan
peningkatan minat dan
kemudahan konsumsi pangan
alternatif/pangan lokal; dan
5. Pencegahan dan
penanggulangan masalah
pangan melalui peningkatan
bantuan pangan pada
keluarga miskin/rawan
pangan, peningkatan
pengawasan mutu dan
keamanan pangan dan
pengembangan sistem
antisipasi dini thd kerawanan
pangan
2. Program Pengembangan
Agribisnis
Kegiatan pokok:
1. Pengembangan diversifikasi 1. Pembinaan utk diversifikasi usaha 1. Meningkatnya produksi dan Dep. Pertanian, 1.464.827,0
usaha tani melalui tani utk meningkatkan pendapatan; ekspor komoditas pertanian; Kementerian Koord.
pengembangan usahatani 2. Penyempurnaan standar mutu dan 2. Meningkatnya daya saing dan nilai Bidang Perekonomian
dengan komoditas bernilai perbaikan mutu komoditas tambah produk pertanian; dan
tinggi dan pengembangan pertanian sesuai standar 3. Meningkatnya diversifikasi usaha
kegiatan off-farm utk internasional; petani dan pendapatan petani.
meningkatkan pendapatan 3. Pembinaan penanganan pasca panen
dan nilai tambah; dan perbaikan mutu komoditas
2. Peningkatan nilai tambah pertanian;
produk pertanian dan 4. Pembinaan dan dukungan kepada
perikanan melalui kelompok tani utk meningkatkan
peningkatan penanganan partisipasi dalam pemeliharaan
pasca panen, mutu, infrastuktur usaha tani;
pengolahan hasil dan 5. Pembinaan kemampuan petani
pemasaran dan untuk mengakses perkreditan;
Program/ Program/ Pagu Indikatif
No. Sasaran Program Instansi Pelaksana
Kegiatan Pokok RPJM Kegiatan Pokok RKP 2006 (Juta Rupiah)
pengembangan agroindusri di 6. Identifikasi dalam pengurangan
perdesaan; hambatan pemasaran hasil pertanian
3. Pengembangan dan antar wilayah;
rehabilitasi infrastruktur 7. Identifikasi dan penyusunan
pertanian dan perdesaan, langkah-langkah untuk melindungi
melalui perbaikan jaringan usaha pertanian dari persaingan
irigasi dan jalan usahatani yang tidak sehat;
serta infrastruktur perdesaan 8. Pengembangan iptek dan diseminasi
lainnya; teknologi tepat dan spesifik lokasi;
4. Peningkatan akses terhadap 9. Pengembangan pola pembiayaan
sumberdaya produktif, yang sesuai utk usaha tani;
terutama permodalan; 10. Meningkatkan ketersediaan dan
5. Pengurangan hambatan akses terhadap sarana dan prasarana
perdagangan antar wilayah usaha pertanian;
dan perlindungan dari sistem 11. Meningkatkan teknologi
perdagangan dunia yang tidak pengolahan produk dan hasil
adil; pertanian; dan
6. Peningkatan iptek pertanian 12. Meningkatkan pemanfaatan dan
dan pengembangan riset produktivitas lahan tidur
pertanian melalui
pengembangan dan
pemanfaatan teknologi tepat
dan spesifik lokasi yang
ramah lingkungan; dan
7. Pengembangan lembaga
keuangan perdesaan dan
sistem pendanaan yang layak
bagi usaha pertanian, antara
lain melalui pengembangan
dan penguatan lembaga
keuangan mikro/perdesaan,
insentif permodalan dan
pengembangan pola-pola
pembiayaan yang layak dan
sesuai bagi usaha pertanian.
Program/ Program/ Pagu Indikatif
No. Sasaran Program Instansi Pelaksana
Kegiatan Pokok RPJM Kegiatan Pokok RKP 2006 (Juta Rupiah)
3. Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani
Kegiatan Pokok:
1. Revitalisasi sistem 1. Penguatan dan peningkatan fungsi 1. Meningkatnya kemampuan Dep. Pertanian 1.058.723,6
penyuluhan pertanian, lembaga pelayanan dan penyuluhan penyuluh, fungsi pelayanan dan
perikanan dan kehutanan pertanian; penyuluhan pertanian;
yang secara intensif perlu 2. Penyusunan basis data dan 2. Meningkatnya kemampuan petani
dikoordinasikan dengan informasi pertanian untuk untuk mengelola usaha pertanian
pemerintah daerah baik analisis kebijakan; secara efisien dan berdaya saing;
propinsi maupun kabupaten; 3. Penyusunan langkah-langkah dan
2. Penumbuhan dan penguatan pengembangan lembaga petani; 3. Tersusunnya basis data dan
lembaga pertanian dan 4. Penyempurnaan mekanisme informasi pertanian untuk
perdesaan untuk dukungan kepada pertanian; analisis kebijakan.
meningkatkan posisi tawar 5. Identifikasi instrumen dan upaya
petani dan nelayan; penguatan untuk melindungi petani
3. Penyederhanaan mekanisme dari persaingan yang tidak adil;
dukungan kepada petani dan 6. Diklat penyuluhan, pengembangan
pengurangan hambatan usaha sekolah lapang dan pendampingan
pertanian; kepada petani; dan
4. Pendidikan dan pelatihan 7. Pemberdayaan dan pendampingan
sumberdaya manusia petani skala kecil.
pertanian (a.l. petani, nelayan,
penyuluh dan aparat
pembina);
5. Perlindungan terhadap petani
dari persaingan usaha yang
tidak sehat dan perdagangan
yang tidak adil; dan
6. Pengembangan upaya
pengentasan kemiskinan.