Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dibuat Oleh:
Pembimbing:
2. Gunting
Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya
biasanga runcing. Terdapat dua tipe yabg sering digunakan yaitu tipe
Moyo dan tipe Metzenbaum.
• Gunting Benang
• Gunting Pembalut/Perban
3. Pisau Bedah
Pisau bedah terdiri dari dua bagian yaitu gagang dan mata pisau
(mess/bistouri/blade). Kegunaanya adalah untuk menyayat berbagai organ
atau bagian tubuh manusia. Mata pisau disesuaikan dengan bagian tubuh
yang akan disayat.
4. Klem (Clamp)
Ada dua jenis yang lurus dan bengkok. Kegunaanya adalah untuk
hemostatis untuk jaringan tipis dan lunak.
• Klem Kocher
Ada dua jenis bengkok dan lurus. Sifatnya mempunyai gigi pada
ujungnya seperti pinset sirugis. Kegunaannya adalah untuk menjepit
jaringan.
• Klem Allis
• Klem Babcock
• Pinset Sirugis
• Pinset Anatomis
• Pinset Splinter
9. Sonde (Probe)
2.2 Instrumen
1. Instrumen pemotong
Pisau bedah atau skalpel. Terutama digunakan untuk menyayat permulaan
kulit. Tersedia dalam berbagai ukuran sesuai keperluan. Bilah no.10 untuk
pemakaian umum, menyasat sederhana dan untuk pengambilan tandur alih
kulit. Bilah no.11 mempunyai ujung runcing dengan sisi tajam yang lurus
untuk membuat tusukan, misalnya pada abses, sedangkan bilah no.15 untuk
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi misalnya operasi di tangan dan
menyasat jaringan parut.
Gunting.Gunting ada 4 macam yaitu gunting 1. Mayo 2. gunting Metzenbaum,
3. gunting runcing, dan 4. gunting balutan. Gunting Mayo adalah gunting
besar yang dirancang untuk memotong sruktur yang liat, misalnya fascia dan
tendo. Gunting Metzenbaum berukuran lebih kecil dan digunakan untuk
memotong jaringan. Gunting runcing digunakan untuk mendiseksi lebih
cermat dan rapi. Gunting balutan adalah gunting khusus untuk memotong
benang atau kain pembalut.
2. Instrumen pemegang
Pinset. Pinset bergerigi (pinset sirurgis) banyak dipakai untuk memegang
jaringan subkutis, otot, serta fascia pada saat mendiseksi dan menjahit. Pinset
tak bergerigi (pinset anatomis) digunakan untuk memegang jaringan yang
mudah robek, seperti mukosa, dll.
Klem. Klem pengenggam (klem Kocher) dirancang untuk memegang kulit
dengan kuat sehingga dapat ditarik dan tidak menimbulkan kerusakan
jaringan, khususnya pembuluh darah. Klem hemostat (klem Pean) digunakan
untuk menghentikan perdarahan, mempunyai gigi yang lebih halus agar dapat
menjepit dengan cermat. Umumnya mempunyai bilah dengan bentuk
melengkung atau lurus. Klem arteri berujung melengkung amat berguna untuk
menjepit pembuluh darah dan mengikat simpul yang terletak jauh di dalam
luka. Jika dibutuhkan kecermatan tinggi digunakan klem hemostat yang kecil
dan melengkung disebut klem Mosquito.
Pemegang jarum (needle holder). Mempunyai bilah yang kokoh, pendek dan
lebar agar dapat menjepit dengan kuat.
3. Instrumen penarik
Retraktor banyak dipakai untuk menyisihkan jaringan yang menghalangi
gerakan, juga untuk memberikan pemaparan yang lebih baik.
4. Instrumen penghisap
Digunakan bila perdarahan cukup banyak. Alat penghisap untuk prosedur
minor adalah penghisap berujung Frazier.
a) Jarum
Jarum jahit bedah yang lurus atau lengkung, berbeda-beda
bentuknya berdasarkan penampang batang jarum yang bulat atau bersegi
tajam dan bermata atau tidak bermata. Jarum umumnya dapat dibedakan
menurut dua cara yaitu atas dasar traumatis – atraumatis serta menurut
bentuk ujung dan penampangnya yaitu cutting – noncutting.
Yang dimaksud jarum traumatis adalah jarum yang mempunyai
‘mata’ untuk memasukkan benang di bagian ujungnya yang tumpul.
Disebut traumatis karena jarum ini pada bagian yang bermata ukuran
penampangnya lebih besar dari bagian ujungnya yang tajam sehingga akan
menimbulkan bekas luka yang lebih besar. Hal ini kurang menguntungkan
jika digunakan pada jaringan yang halus seperti usus dan pembuluh darah
atau jaringan kritis lainnya. Keuntungannya adalah jarum ini dapat dipakai
berulang kali dan harganya lebih murah. Jarum atraumatis adalah jarum
yang tidak bermata sehingga ujung jarum langsung dihubungkan dengan
benang. Jarum ini mempunyai ukuran penampang yang hampir sama besar
dengan ukuran benangnya. Kerugiannya jarum ini hanya bisa dipakai
sampai benangnya habis dan harganya jauh lebih mahal dari
jarum traumatis.
Jarum cutting adalah jarum yang penampangnya berbentuk segitiga
atau pipih dan tajam, sehingga ketika dipakai dapat menyayat jaringan dan
menimbulkan lubang yang lebih lebar. Jarum ini umumnya dipakai untuk
menjahit kulit dan tendo karena keduanya adalah jaringan yang sangat liat.
Jarum noncutting atautappered adalah jarum yang penampangnya
bulat dan ujungnya saja yang tajam, sehingga tidak menimbulkan sayatan
yang lebar pada kulit. Jarum ini digunakan untuk menjahit jaringan lunak,
fasia, dan otot.
b) Benang
Benang dapat dibagi menurut:
1. Penyerapan
a. Benang yang dapat diserap atau absorbable, contoh: catgut, asam
poliglikolat(Dexon), asam poliglaktik (Vicryl) dan polidioksanone.
Yang paling sering dipakai adalah catgut dan Vicryl.
b. Benang tidak dapat diserap atau non-absorbable. Contoh: sutera,
katun, poliester, nilon, polypropilene (prolene), dan kawat tahan
karat. Yang sering dipakai adalah sutera dan polypropilene.
2. Reaksi jaringan yang timbul terhadap materi yang digunakan untuk
pembuatannya.
a. Benang yang menimbulkan reaksi (besar), misalnya catgut, sutera,
dan benang-benang multifilamen.
b. Benang yang menimbulkan reaksi minimal, misalnya nilon dan
benag-benang monofilamen.
3. Filamen fisik
a. Benang multifilamen yang disusun/kepang (braided), misalnya
sutera.
b. Benang monofilamen yang hanya terdiri dari satu filamen, misalnya
nilon.
1. Jenis Benang yang Dapat Diserap
1. Catgut, terbuat dari usus halus kucing atau domba. Catgut merupakan benda
asing bagi jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Plain catgut memiliki waktu absorbsi sekitar 10 hari. Chromic catgut yang
mengandung garam kromium memiliki waktu absorbsi yang lebih lama
sampai 20 hari. Chromic catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi
yang lebih besar dibandingkan plain catgut. Tidak terbukti bahwa cat gut
dapat menyebabkan reaksi alergi. Catgut digunakan untuk mengikat
pembuluh darah lapisan subkutaneus dan untuk menutup kulit di skortum
dan perineum.
2. Benang sintetis
a. Multifilamen
Asam poliglikolat atau Dexon adalah benang sintetis yang mempunyai
kekuatan regangan sangat besar. Diserap habis setelah 60 – 90 hari.
Efek reaksi jaringan yang dihasilkan lebih kecil daripada catgut.
Digunakan untuk menjahit fasia otot, kapsul organ, tendon dan
penutupan kulit secara subkutikulet Dexon tidak mengandung protein
kolagen, antigen, dan zat pirogen sehingga menimbulkan reaksi
jaringan yang minimal. Karena bentuknya yang berpilin jangan
digunakan untuk menjahit di permukaan kulit karena dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mudah timbul infeksi.
Asam poliglaktik atau vicryl adalah benang sintetis berpilin yang
sifatnya mirip dengan dexon. Benang ini memiliki kekuatan regangan
sedikit di bawah dexon dan dapat diserap habis setelah 60 hari
pascaoperasi. Hanya digunakan untuk menjahit daerah-daerah yang
tertutup dan merupakan kontraindikasi untuk jahitan permukaan kulit.
Vicryl biasanya berwarna ungu. Untuk menghasilkan kekuatan yang
memuaskan Vicryl dan dexon disimpul minimal tiga kali. Vicryl dan
dexon terutama digunakan untuk meligasi pembuluh darah, menautkan
fasia, dan menjahit kulit secara subkutikular.
b. Monofilamen
Polidioksanone (PDS). Kekuatan regangannya bertahan selama 4 sampai
6 minggu dan diserap seluruhnya setelah 6 bulan. Karena monofilamen,
benang ini sangat baik untuk menjahit daerah yang terinfeksi atau
terkontaminasi.
2. Jenis Benang yang Tidak Dapat Diserap
Kata anestesi berasal dari bahasa Yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit.
Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang
meliputi pemberian anestesi maupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien
dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien
gawat, pemberian terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun.
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Pada
anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran, sedangkan pada
anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.
I. DEFINISI
Anestesi regional atau anestesi lokal merupakan penggunaan obat analgetik lokal
untuk menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversible). Fungsi motorik dapat terpengaruh
sebagian atau seluruhnya dan dalam keadaan penderita tetap sadar.
Anestesi/analgesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa
disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dilakukan dengan
teknik :
1. Anestesi permukaan, yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal di
atas selaput mukosa seperti mata, hidung, atau faring. Contohnya Chlorethyl.
2. Anestesi infiltrasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung
diarahkan di sekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering
digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikkan intradermal atau
subkutan.
3. Anestesi blok, yaitu penyuntikan analgetika lokal langsung ke saraf utama
atau pleksus saraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal, misalnya
saraf oksipital dan pleksus brakialis, anestesi spinal, anestesi epidural, dan
anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik lokal disuntikkan ke dalam
ruang subaraknoid di antara konus medularis dan bagian akhir ruang
subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan menyuntikkan zat anestetik
lokal ke dalam ruang epidural. Pada anestesi kaudal, zat analgetik lokal
disuntikkan melalui hiatus sakralis.
4. Anestesi regional intravena, yaitu penyuntikkan larutan analgetik lokal
intravena. Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dari
sirkulasi sistemik dengan turniket pneumatik (Bier Block). Paling baik
digunakan untuk ekstremitas atas.
Atau dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Neurological blockade perifer
Topical
Infiltration
Nerve block
IV regional anestesia
2. Neurological blockade sentral
Anesthesia spinal
Anesthesia epidural
Efek sampingnya yang serius adalah hipertensi, yang kadang-kadang pada dosis
rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian. Efek samping yang
harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap sediaan kombinasi
prokain-penisilin. Berlainan dengan kokain zat ini tidak memberikan adiksi.
Reaksi alergi ini dapat juga terjadi karena pemakaian secara berulang preparat
prokain bagi tubuh. Dosis : anestesi infiltrasi 0,25-0,5 %, blockade saraf 1-2 %.
e. Tetrakain
Tetrakain (pantokain) adalah obat anestesi lokal yang biasanya digunakan
sebagai obat untuk diagnosis atau terapi pembedahan. Akan tetapi, penelitian
pada hewan menunjukkan efek samping pada janin (teratogenik atau
embriosidal lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan
bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial
pada janin. Selain itu, tetrakain yang potensiasinya lebih tinggi dibandingkan
dengan dua jenis obat anestesi lokal golongan ester lainnya ini memiliki efek
samping berupa rasa seperti tersengat. Namun efek ini tidak membuat tetrakain
jarang digunakan, hal ini karena salah satu kelebihannya adalah tidak
menyebabkan midriasis. Tetrakain biasanya digunakan untuk anestesi pada
pembedahan mata, telinga, hidung, tenggorok, rectum, dan kulit.
Salah satu anestesi lokal yang dapat digunakan secara topikal pada mata adalah
tetrakain hidroklorida. Untuk pemakaian topikal pada mata digunakan larutan
tetrakain hidroklorida 0,5%. Kecepatan anastetik tetrakain hidroklorida 25 detik
dengan durasi aksinya selama 15 menit atau lebih.
amobenzoic
acid
Butacaine Chloroprocai Articain centbrucidine
n
Cocaine Procaine Bupivacain
Benzocaine propoxycaine Dibucain
Hexylcaine Tidocain
Piperocaine Lidocain
Tetracaine Mepivacain
Prilocain
Kista ganglion
Kista ganglion adalah benjolan atau tumor jinak yang tumbuh di area
sendi. Benjolan ini juga dapat tumbuh pada jaringan yang
menghubungkan otot dengan tulang (tendon). Benjolan yang berisi
cairan sendi ini paling sering tumbuh di tangan atau pergelangan
tangan. Kista ganglion dapat muncul, menghilang, atau berubah
ukuran dengan cepat. Ukuran kista akan membesar seiring dengan
meningkatnya aktivitas pada sendi tersebut. Kista ganglion dapat
terjadi pada segala usia. Namun, penyakit ini lebih sering dialami oleh
wanita berusia 20 hingga 40 tahun. Kista ganglion bisa
tidak menimbulkan gejala, namun bisa juga terasa sakit, terutama jika
lokasinya mengganggu pergerakan sendi.
Jika penanganan di atas tidak mampu mengatasi kista ganglion, maka akan
menyarankan operasi. Terdapat dua jenis operasi untuk mengangkat kista ganglion,
yakni:
Kista atheroma
Kista ateroma disebut juga kista sebasea karena disebabkan oleh tersumbatnya
kelenjar sebasea (kelenjar minyak). Kelenjar sebasea adalah kelenjar yang
mengeluarkan minyak (sebum) yang berfungsi melapisi kulit dan rambut. Sumbatan
dan kerusakan pada kelenjar sebasea ini disebabkan oleh riwayat cedera, seperti luka
bekas operasi, goresan, dan jerawat. Kista ateroma cenderung tumbuh dengan lamban.
Tumor jinak di kulit yang terbentuk sebagai akibat tersumbatnya muara kelenjar
sabasea/kelenjarminyak sehingga ditemukan puncta sebagai muara kelenjar di kulit
yang tersumbat.Sekret kelenjar sebacea yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dan
berkumpul dalam kantung kelenjar.Lama kelamaan membesar dan terlihat sebagai
massa tumor yang berbentuk lonjong sampai bulat,lunak-kenyal, berbatas tegas,
berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar, umumnya tidak nyeri, tetapimelekat pada
dermis di atasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas
yang disebutpuncta (titik kehitaman yang letaknya biasanya di permukaan kulit tepat
di tengah massa). Isi kistaadalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau
asam.Predileksi di bagian tubuh yang berambut (kepala, wajah, belakang telinga,
leher, punggung,ekstremitas, dan daerah genital).
Terapi
Terapi antibiotik diberikan jika ada tanda infeksi yaitu kemerahan dan inflamasi, yang
tersering olehbakteri staphylococci. Tanpa keadaan terinfeksi kista dapat tetap sangat
berbau.Eksisi menyertakan kulit dan puncta untuk mengangkat seluruh bagian kista
hingga ke dindingnya secarautuh.Bila terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses,
dilakukan insisi, evakuasi dan drainase
Lipoma
FIBROMA DESMOPLASTIK
LIPOSARKOMA
FIBROSARKOMA
Nevus
Nevus pigmentosus adalah lesi kulit melanositik jinak yang terjadi akibat
proliferasi melanosit pada jaringan kulit. Lesi pada nevus pigmentosus
memiliki diameter, warna, dan jumlah yang bervariasi antar individu.Terdapat
beberapa teori mengenai proliferasi melanosit pada nevus pigmentosus,
antara lain terjadi migrasi melanosit selama proses embriogenesis, sebagai
variasi morfologi dari melanosit, dan sebagai akibat proliferasi lentiginosa
pada epidermis. Etiologi nevus pigmentosus hingga saat ini masih belum
jelas. Beberapa faktor risiko, seperti faktor genetik dan paparan sinar
ultraviolet, diduga berhubungan dengan munculnya nevus pigmentosus.
Manifestasi klinis nevus pigmentosus berbeda-beda sesuai dengan jenis
nevus yang dimiliki. Nevus pigmentosus biasanya tidak disertai dengan rasa
gatal, nyeri, bengkak, atau peradangan. Pemeriksaan penunjang umumnya
tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis, kecuali terdapat kecurigaan ke
arah keganasan. Etiologi nevus pigmentosus sampai saat ini masih belum
jelas. Keterkaitan genetik masih belum dapat dipastikan. Namun, pada nevus
displastik multipel, sifat dominan autosomal diduga berkaitan dengan
munculnya nevus. Apabila di keluarga pasien terdapat riwayat sindrom nevus
displastik dan multipel nevus atipikal, maka risiko untuk terjadi melanoma di
kemudian hari akan meningkat.
Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada nevus pigmentosus dilakukan pada kasus-kasus
tertentu, seperti nevus pigmentosus yang mengganggu secara kosmetik dan
fungsional, serta nevus pigmentosus kongenital dengan diameter besar. Jenis
nevus ini memiliki risiko keganasan yang lebih tinggi dibandingkan nevus
dengan ukuran kecil atau sedang.
Komplikasi
Nevus pigmentosus jarang menimbulkan komplikasi. Namun, ada
kemungkinan nevus berevolusi menjadi melanoma atau menimbulkan
komplikasi melanosis neurokutaneus
SIRKUMSISI
1. Introduksi
a. Definisi
Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau
dalam budaya jawa dikenal dengan istilah “sumpit” pada dasarnya adalah pemotongan
sebagian dari preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata
terlihat jelas.
b. Ruang lingkup
Semua anak laki-laki atau pria dewasa melakukan tindakan sirkumsisi karena
alasan agama, kesehatan atau terapi (pada tumor preputium ataau kondiloma
preputium)
c. Indikasi Sirkumsisi:
1. Phymosis : gangguan dimana preputium tidak dapat ditarik melewati glans penis,
1. Sirkumsisi set
2. Spuit 3 cc
4. Duk steril
6. Povidon Iodine
7. Kasa steril
8. Catgut plain
9. Plester
10. Handscoen
5. Tehnik Operasi
a. Penyulit dini:
1. Hematom adalah berkumpulnya darah di mukosa akibat rupturnya pembuluh darah
sehingga menimbulkan tonjolan. Manajemen : segera temukkan sumber
pendarahan,
hentikan pendarahan; bersihkan darah yang terakumulasi tadi.
2. Edema adalah berkumpulnya cairan di ekstra vaskular (di luar pembuluh darah).
Hal ini dapat diakubatkan pemberian anestesi yang berlebihan, sehingga cairan
anestesi tersebut berkumpul di sub-mukosa. Edema ini dapat hilang sendiri dalam 24
jam karena diserap pembuluh limph.
3. Glans penis terluka bisa karena tertusuk atau tersayat. Manajemen : gunakan balut
tekan, atau dikompres andrenalin.
4.Syok anafilaktik/ neurogenik yaitu kurangnya perfusi (suplay) darah ke organ-organ
vital (otak, jantung) sehingga mengakibatkan penurunan kondisi orang tersebut.
Manajemen : segera suntikan adreanlin.
5.Pendarahan pasca operasi yaitu keluarnya darah setelah operasi selesai, baik setelah
beberapa menit atau beberapa jam. Manajemen : segera henikan pendarahan mulai
dari mengunakan balurt tekan hingga kemabli di ligasi.
b. Komplikasi lanjut:
1. Infeksi; karena kontaminasi baik dari perlengkapan yang kurang steril atau dari
lingkungan yang kurang steril, ditandai dengan adanya edema, pus (nanah), dan
demam. Manajemen : berikan antibiotik, kompres cairan NaCl fisiologis, dan jaga
higienitas
2. Preputium tumbuh lagi; hal ini disebabkan pemotongan kulit dan mukosanya terlalu
pendek. Manajemen : dikhitan kembali.
3. Sukar kencing; hal ini dapat diakibatkan oleh adanya sumbatan pada muara saluran
kencing luar oleh bekuan darah. Manajemen : bersihkan sumbatan
4. Meatal stenosis yaitu adanya pengerutan pada saluran kencing. Manajemen : rujuk
kepada urolog untuk dialakuakn pembedahan lebih lanjut.
5. Peyronie disseases yaitu pembengkokan pada batang penis karena terbentuknya
jaringan parut akibat komplikasi infeksi pada bagian dalam batang penis.
7. Mortalitas (tidak ada)
8. Perawatan Pascabedah
-Pelepasan perban hari kedua. Atau bila terkena urine, segera diganti atau
dilepas
9. Follow-up
-Sesuai indikasi