MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Maternitas
yang dibina oleh Ibu Tutik Herawati, S.Kp., MM
Oleh
1. Ida Shiva Ariani (P172111910003)
2. Salma Safinatunnajah (P17211191006)
3. Nimas Ayu (P17211193036)
4. Ummatus Sholehah (P17211193044)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Gangguan Pada Bayi yang Mengalami Acute
Respiratory Distress Syndrome ”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi
matakuliah Keperawatan Maternitas. Tanpa petunjuk-Nya kami tidak dapat
meyelesaikan tugas yang dipertanggung jawabkan kepada kami.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan dan kemampuan yang
kami miliki. Namun, kami berusaha untuk mempersembahkan makalah ini dengan
sebaik-baiknya agar memiliki manfaat untuk berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami menerima segala kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan
makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bimbingan,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dengan harapan
semoga makalah ini bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Dahulu ARDS memiliki banyak nama lain seperti wet lung, shock lung,
leaky-capillary pulmonary edema dan adult respiratory distress syndrome. Tidak
ada tindakan yang spesifik untuk mencegah kejadian ARDS meskipun faktor
risiko sudah diidentifikasi sebelumnya. Pendekatan dalam penggunaan model
ventilasi mekanis pada pasien ARDS masih kontroversial. American European
Concencus Conference Committee (AECC) merekomendasikan pembatasan
volume tidal, positive end expiratory pressure (PEEP) dan hiperkapnea.
ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967.
Ini meliputi peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal, menyebabkan
edema pulmonal nonkardiak. ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi
pulmonal yang berhubungan dengan masalah besar tentang oksigenasi meskipun
diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) kurang
dari 18 mmHg
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan
mungkin menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS
diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya
mekanisme laporan pendukung efektif berdasarkan definisi konsisten, insiden
yang benar tentang ARDS masih belum diketahui. Laju mortalitas tergantung
pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah penyebab utama laju mortalitas
di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh kurang lebih
50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang berbagai etiologi tampak sebagai
manifestasi patogenesis umum tanpa menghiraukan factor penyebab.
1.3.Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan
serta untuk pegangan dalam memberikan bimbingan dan asuhan keperawatan
pada klien dengan ARDS serta untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
maternitas.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan dan tentang ARDS
b. Agar mahasiswa memahami konsep dari ARDS
c. Agar mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada penderita ARDS
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI ARDS
Definisi ARDS pertama kali dikemukakan oleh Asbaugh dkk
(1967) sebagai hipoksemia berat yang onsetnya akut, infiltrat bilateral
yang difus pada foto toraks dan penurunan compliance atau daya regang
paru (Amin & Purwoto, 2009)
Sindrom pernapasan akut yang berbahaya (acute respiratory
distress syndrome ARDS) merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh
kerusakan kapiler dan epitel alveolus difusi Perjalanan penyakit umumnya
ditandai oleh insufisiensi pernapasan mendadak yang mengancam jiwa,
sianosis, dan hipoksemia arteri yang berat dan tidak responsif terhadap
terapi oksigen, dan dapat berlanjut menjadi gagal organ multisistem.
(Kumar et al., 2015)
ARDS adalah kelainan yang progresif secara cepat dan awalnya
bermanifestasi klinis sebagai sesak napas (dyspneu dan tachypneu) yang
kemudian dengan cepat berubah menjadi gagal napas. ARDS pertama kali
dideskripsikan pada tahun 1967 oleh Asbaugh dkk yang memaparkan 12
kasus dengan gejala gawat napas, gagal napas hipoksemik, dan infiltrat
patchy bilateral pada foto toraks pasien dengan rentang usia 11-48 tahun.
Lee W and Slutsky A. (Bakhtiar & Maranatha, 2018)
Acute Respiratory Distress Syndrome ( Sindrom Distress
Pernafasan Akut ) adalah perkembangan yang immatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disease (HMD). (Suriadi dalam
Ekawati, 2015). Dikatakan penyakit membran hialin karena pada penyakit
ini selalu ditemukan di membrane hialin yang melapisi alveoli.
B. ETIOLOGI
Etiologi RDS pada bayi dihubungkan dengan berat badan bayi
yang lahir kurang dari 2500 gram. Semakin muda bayi dapat
mengakibatkan perkembangan bayi yang immatur pada system pernafasan
atau tidak adekuatan surfaktan dalam paru dan ketidakedkuatan ini
mengakibatkan RDS. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan imaturitas paru sehingga tidak berkembang dengan
baik atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru (Marmi dalam
Dewi, 2020). Kadar surfaktan paru mature biasanya muncul sesudah 35
minggu. Sintesis surfaktan sebagian bergantung pada pH, suhu dan perfusi
normal. Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia paru terutama dalam hubungan
dengan hipovolemik, hipotensi, dan stress dingin, dapat menekan sistesis
surfaktan.
Atelektaksis alveolar, formasi membrane hialin, dan edema
interstisial membuat paru-paru kurang lentur, memerlukan tekanan yang
lebih besar untuk mengembangkan alveolus kecil dan jalan napas. Pada
bayi, dada bawah tertarik kedalam ketika diafragma turun dan tekanan
intratoraks menjadi negatif, dengan demikian membatasi jumlah tekanan
intrathoraks yang dihasilkan; akibatnya muncul kecendrungan atelektaksis.
Dinding dada bayi yang sangat lemah memberi lebih sedikit tekanan
daripada dinding dada bayi matur terhadap kecendrungan paru kolaps.
Faktor resiko utama yang berpengaruh bukanlah usia gestasi, tetapi
kematangan paru (Maryunani dalam Moi, 2019). Beberapa faktor yang
dapat meningkatkan terjadinya RDS adalah :
a. Prematuritas, terutama pada bayi yang lahir kurang dari 35 minggu.
b. Bedah Caesar tanpa persalinan.
c. Bayi dengan ibu diabetes militus.
d. Perdarahan antepartum.
e. Asfiksia neonatorum.
f. Kembar kedua.
Kematian jarang terjadi pada bayi hari pertama sakit, biasanya terjadi
antara hari ke-2 dan ke-7 dan disertai dengan kebocoran udara alveolar
dan perdarahan paru atau interventikuler.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Cecily & Sowden (dalam Moi, 2019) pemeriksaan
penunjang pada bayi dengan RDS yaitu:
1. Kajian foto thoraks
- Pola retikulogranular difus bersama udara yang saling tumpang
tindih.
- Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
- Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena
(bayi dari ibu diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif)
- Bayangan timus yang besar
- Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan
penyakit berat jika muncuk pada beberapa jam pertama
2. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau metabolic
- Hitung darah lengkap
- Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
- Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk
menentukan maturitas paru
- Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksiA
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Menurut Cecily & Sowden (dalam Moi, 2019)penatalaksanaan medis
pada bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom) yaitu:
a. Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
- Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
- Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal
untuk mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
- Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
- Fisioterapi dada
b. Pertahankan kestabilan suhu
c. Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
d. Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
e. Lakukankan transfusi darah seperlunyaHematokrit guna
mengoptimalkan oksigenasi
f. Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan
sampel darah
g. Berikan obat yang diperlukan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Surasmi (dalam Moi, 2019) penatalaksanan keperawatan
terhadap RDS meliputi tindakan pendukung yang sama dalam
pengobatan pada bayi premature dengan tujuan mengoreksi
ketidaknormalan. Pemberian minum per oral tidak diperbolehkan
selama fase akut penyakit ini karena dapat menyebabkan aspirasi.
Pemberian minum dapat diberikan melalui perenteral.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS:
Seorang ibu 2 hari yang lalu pulang setelah melahirkan bayi perempuan secara
premature dengan operasi Sectio Caesaria (SC) di rumah sakit Aryawisata.
Diketahui BB bayi saat baru dilahirkan 2,3 kg dan PB 30 cm. Sang ibu tiba tiba
datang kembali ke rumah sakit dengan keluhan warna kulit bayi AN tampak
pucat dan berwarna agak kebiruan. Ibu mengatakan bahwa sang bayi bernafas
secara cepat dan dangkal, ketika si bayi tidur terdengar nafas mengi. Ditemukan
CRT kurang dari 2 detik Suhu bayi adalah 35,5ᶱC dan berkeringat dingin. Setelah
dikaji secara lebih lanjut ternyata si ibu mempunyai riwayat penyakit diabetes
mellitus. Pemeriksaan penunjang yaitu penurunan pao2 :40 mmhg,paco2:50
mmhg,sao2:93 persen,ph :7,35. Diagnosa utama yaitu Acute Respirastory Distress
Syndrom (ARDS)
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
PASIEN : PENANGGUNG JAWAB
Nama : AN.l Nama : Eko
Sutrisno
Umur : 3 hari Umur : 34 thn
Tgl./Jam Lahir : 12 september pukul 04:00 Agama : Islam
Jenis Kelamin : perempuan Suku/Bangsa : indonesia
BB Lahir : 2,3 kg Pendidikan : S1
Panjang Badan : 30 cm (11,8 inci) Pekerjaan : Guru SMP
Alamat : Jln. Raya
Surabaya no. 31
5. Riwayat Kehamilan
� Riwayat Komplikasi Kehamilan
Perdarahan : -
Preeklampsi/Eklampsi : -
Penyakit Kelamin : -
Lain-Lain : -
� Kebiasaan Ibu Waktu Hamil
Makanan : -
Obat-Obatan : -
Jamu : -
Merokok : -
B. Data Objektif
1. Kebutuhan Bayi
� Intake : 200 ml/hari
� Eliminasi :
� Miksi : belum warna
� Keluar Tanggal : 12 september
� Mekonium : belum warna
� Warna :
� Keluar Tanggal : 12 september
� Aktifitas : aktif
2. Antropometri
� Berat Badan : 2.3 kg
� Panjang Badan : 29 cm
� Lingkar Kepala : 28 cm
� Lingkar Dada : 31 cm
� Lingkar perut : 31 cm
3. Pemeriksaan Umum
� Jenis kelamin : Perempuan
� APGAR Score : 6
� Keadaan Umum Bayi : Tampak sedang sakit ringan, berkeringat
� Suhu : 35.0°C C
� Bunyi jantung : lemah
� Frekuensi :
� Respirasi :
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
� Fontanel anterior : normal
� Sutura sagitalis : normal
� Caput succedanum : normal
� Cepal hematom : normal
b. Mata
� Letak : simestris
� Bentuk : sipit
� Sekret : -
� Conjungtiva : -
� Sklera : Berwarna pucat
c. Hidung
� Bentuk : mancung
� Sekret : Tidak ada
d. Mulut
� Bibir : Kering,pucat kebiruan ( sianosis)
� Palatum : -
e. Telinga
� Bentuk : normal, simetris
� Simetris : +
� Sekret : -
f. Leher
� Pergerakan : +
� Pembengkakan : -
� Kekakuan : -
g. Dada
� Bentuk : normal
� Retrksi dinding dada : Ada retraksi penarikan)
h. Paru-paru
� Suara nafas : Ronkhi
� Respirasi : 60xmenit
i. Abdomen
� Peristaltik usus : Timpani
� Tali pusat : +
j. Punggung
normal atau tidak ada benjolan
l. Reflek
� Reflek moro : lemah
� Reflek rooting : +
� Reflek sucking : lemah
� Reflek walking : -
� Reflek tonic neck : lemah
� Reflek babinski : +
� Reflek graping : +
m. Pemeriksaan Penunjang
� Tanggal : 15 september 2020
� Jenis Pemeriksaan : Labolatorium
� Hasil : penurunan pao2 :40 mmhg,paco2:50 mmhg,sao2:93
persen,ph :7,35
DO :
Imaturitas
- Keadaan saat ini:gerak :aktif
neurologis
Tangis:melemah
Warna kulit: pucat kebiruan
- Pemeriksaan fisik
a. Mata
Simetris,tida ada
pengeluaran Pola nafas
secret,sklerater terlihat tidak efektif
pucat
b. Leher
:
o
t
o
t
m
e
l
m
a
h
c. Kulit:turgor kulit
menurun,warna:pu
cat
- Sianosis (+)
- Pemeriksaan penunjang
labolatorium
penurunan pao2 :40
mmhg,paco2:50 mmhg,sao2:93
persen,ph :7,35
Kamis, 14 DS : ibu pasien mengatakan Proses Hipotermia
september bahwa si bayi demam seharian penyakit
2020
DO :
09.30
- Suhu tubuh dibawah tubuh
normal
Perlambatan
- Kulit terasa dingin
laju
- Pasien dalam incubator
metabolism
Menurunny
a suhu
DS : . Ibu mengeluh warna kulit Kurang Ketidakefektifa
bayi AN tampak pucat dan pengetahua n perfusi
Kamis, 14
berwarna agak kebiruan n ibu jaringan
september
tentang
2020 09.35 DO :
factor yang
- perubahan karakteristik dapat
kulit diubah
- Waktu pengisian kapiler
> 3 detik
- Penurunan nadi perifer
Ibu
memiliki
riwayat
diabete
Bayi lahir
prematur
Penurunan
produksi
surfaktan
Perfusi
jaringan
INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Ketidakefektifan - Suhu kulit - Siapkan alat Agar meconium
perfusi jaringan normal untuk pada jalan napas
perifer - Perfusi resusitasi bayi keluar
jaringan kelahiran
normal - Uji coba alat
- Integritas untuk
kulit normal memastikan
fungsi
- Pasang
laringoskop
untuk
mendapat
gambaran
trakea pada
saat suksion,
cairan
meconium
yang tepat
- Gunakan
suction,
mekanik
untuk
menyingkirk
an
meconium
dari jalan
napas
bagian
bawah
- Monitor
pernapasan
- Monitor
denyut
jantung
Kolaborasi:
- kolaborasi
pemberian
bronkodilat
or
3. Hipotermi Setelah dilakukan Observasi: - Memonitor
b.d terpapar tindakan suhu tubuh
- Monitor
suhu keperawatan - Mengidentifikas
suhu tubuh
lingkungan selama kurang i penyebab
rendah d.d lebih 1x24 jam - Identifikasi
hipotermi
akral teraba diharapkan: penyebab
- Memonitor
dingin hipotermi
- menggigil tanda dan gejala
menggigil - Monitor
menurun - Mengatur suhu
tanda dan
- suhu ruangan
gejala
tubuh - Melakukan
akibat
meningkat kompres hangat
hipotermi
- suhu kulit - Melakukan
meningkat Terapeutik: penghangatan
aktif internal
- mengatur
berupa infus
suhu
cairan hangat,
ruangan
oksigen hangat
- Ganti
pakaian
yang basah
- Lakukan
penghangat
an pasif
berupa
penggunaan
bedong
pada bayi
- Lakukan
penghangat
an aktif
eksternal
berupa
kompres
hangat
- Lakukan
penghangat
an aktif
internal
berupa
infus cairan
hangat,
oksigen
hangat
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada bayi
dengan keluhan mengalami demam seharian dan bernafas secara cepat dan
dangkal, ketika si bayi tidur terdengar nafas mengi. Suhu bayi adalah 35,5ᶱC dan
berkeringat dingin di Rumah Sakit Aryawisata pada tanggal 15 September 2020.
Dalam bab ini, penulis akan membahas meliputi segi pengkajian, diagnosa,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan
mengenai kasus yang penulis angkat.
A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian didapatkan Seorang ibu 2 hari yang lalu pulang
setelah melahirkan bayi perempuan secara premature dengan operasi Sectio
Caesaria (SC) di rumah sakit Aryawisata. Diketahui BB bayi sata baru dilahirkan
2,3 kg dan PB 30 cm. Sang ibu tiba tiba datang kembali ke rumah sakit dengan
keluhan warna kulit bayi AN tampak pucat dan berwarna agak kebiruan. Ibu
mengatakan bahwa sang bayi mengalami demam seharian dan bernafas secara
cepat dan dangkal, ketika si bayi tidur terdengar nafas mengi. Suhu bayi adalah
35,5ᶱC dan berkeringat dingin. Setelah dikaji secara lebih lanjut ternyata si ibu
mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus. Pemeriksaan penunjang yaitu
penurunan pao2 :40 mmhg, paco 2:50 mmhg, sao2:93 persen, ph :7,35. Diagnosa
utama yaitu Acute Respirastory Distress Syndrom (ARDS)
Riwayat kesehatan ibu didapatkan bahwa ibu mempunyai riwayat dibetes
melitus serta operasi sectio caesaria. Dari hasil pemeriksaan didapati retraksi pada
dinding dada, suara napas ronkhi dengan frekuensi napas 60x/menit. Terdapat
sianosis pada tangan dan kaki. Reflek moro lemah, reflek sucking lemah serta
reflek tonic neck lemah.
B. Diagnosa
1. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan d.d pasien terpasang
oksigen,sesak napas, sianosis (+).
C. Intervensi
1. Pada diagnosa Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan d.d
pasien terpasang oksigen, sesak napas, sianosis (+), dilakukan rencana
keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
kurang lebih 1x24 jam diharapkan penguna otot bantu napas menurun, frekuensi
napas membaik, kedalaman napas membaik dengan intervensi berupa monitor
jalan napas, monitor bunyi napas tambahan, lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal, lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik serta
berikan oksigen serta kolaborasi pemberian bronkodilator.
2. Pada diagnosa Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d akral teraba
dingin, mengigil dilakukan intervensi berupa monitor suhu tubuh, ientifikasi
penyebab hipotermi, monitor tanda dan gejala akibat hipotermi, mengatur suhu
ruangan, ganti pakaian yang basah, lakukan penghangatan pasif berupa
penggunaan bedong pada bayi, lakukan penghangatan aktif eksternal berupa
kompres hangat, lakukan penghangatan aktif internal berupa infus cairan hangat,
oksigen hangat.
D. Implementasi
E. Evaluasi
1. Pada diagnosa Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan d.d
pasien terpasang oksigen,sesak napas, sianosis (+), Setelah dilakukan
implementasi ‘Bersihan Jalan Napas’ maka hasil yang didapat :
Data Subjektif :
- Ibu mampu menjelaskan kembali hal hal yang sudah dianjurkan perawat
Data Objektif :
2. Pada diagnosa Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d akral
teraba dingin,mengigil, Setelah dilakukan implementasi pada
‘TermoregulasiNeonatus’maka hasil yang didapat :
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z., & Purwoto, J. (2009). Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit
FK UI, 4072–4079.
Bakhtiar, A., & Maranatha, R. A. (2018). Acute Respiratory Distress Syndrome.
Jurnal Respirasi, 4(2), 51–60.
Dewi, P. P. (2020). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DENGAN POLA NAPAS TIDAK
EFEKTIF DI RUANG NICU RSD MANGUSADA TAHUN 2020.
EKAWATI, R. F. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN
ACUT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME.
https://www.academia.edu/11179621/ASUHAN_KEPERAWATAN_PDA_BAYI
_DENGAN_ARDS
Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J. C., Cornain, S., & Nasar, I. M. (2015). Buku
ajar patologi Robbins. Elsevier (Singapore).
Moi, M. Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. T Dengan Rds
(Respiratory Distress Syndrom) Di Ruangan NHCU RSUD Prof. Dr. WZ Johanes
Kupang.