Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KASUS PELANGGARAN KODE ETIK KEPERAWATAN

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan

OLEH : NAZAR SYAIKHANI (P17320121051)


Dosen: Bapak Nandang Ahmad Waluya, SKp, M.Kep., Sp, KMB

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN BANDUNG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Saya
panjatkan puji dan syukur kehdirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyesaikan laporan makalah ini.

Makalah ini telah saya susun secara maksimal atas bantuan dari berbagai pihak
sehingga laporan makalah ini bisa selesai dengan lancar. Untuk itu, saya selaku
penyusun, banyak berterimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu atas segala bantuan dan supportnya selama ini.

saya menyadari, makalah yang saya buat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca, guna menghasilkan laporan makalah yang lebih baik. Semoga makalah
sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun saya pribadi.

Bandung, 27 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................


Daftar isi ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan Penulisan...............................................................................
BAB II ISI .......................................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................
A. Simpulan....................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang


ikut berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang
dilaksanakan pada berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di
komunitas. Keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai
kunci keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit, karena selain jumlahnya yang
paling besar jika dibandingkan dengan profesi lain, juga karena selama duapuluh empat
jam perawat harus selalu berada di smaping klien. Sebagai seorang profesional, perawat
bertanggung jawab dan mengemban tanggung gugat untuk membuat keputusan dan
mengambil langkah-langkah tentang asuhan keperawatan yang diberikan.

Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus
memahami dan mampu menerapakan pelayanan keperawatan sesuai dengan filosofi yang
dianut. Pada dasarnya dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas ada tiga pokok
penting, antara lain: pendekatan sikap berkaitan dengan kepedulian pada klien, upaya
untuk melayani dengan tindakan terbaik, serta tujuan untuk memuaskan klien yang
berorientasi pada standar pelayanan. Pelayanan dapat dikatakan berkualitas apabila dapat
memnuhi hak-hak klien yang telah disepakati oleh komunitas profesi itu sendiri, dan
pemenuhan hak-hak klien sangat bergantung pada kompetensi profesional tenaga
keperawatannya. Perawat dapat dikatakan profesioanl apabila telah memiliki kompetensi
yang diharapkan, yaitu kompetensi intelektual, interpersonal, dan tehnikal, serta
berlandaskan pada etika profesi.

Oleh karena itu, seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar
praktik, dan kode etik untuk melindungi masyarakat, serta memajukan profesinya.

Hal ini perlu dipahami mengingat dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma
etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa
yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaanperbedaan yang mendasar
menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk
menentukan adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga
berbeda.
Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan
tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice. untuk
menghindari terjadinya malpraktek ini, perlu di adakan kajian-kajian etika dan hukum yang
menyangkut malpraktek khususnya dalam bidang keperawatan sehingga sebagai perawat
nantinya dalam menjalankan praktek keperawatan senantiasa memperhatikan kedua aspek
tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa masalah. Adapun


masalah itu adalah sebagai berikut.

1. Pelanggaran kasus kode etik Keperawatan


2. Mal Praktek dalam Keperawatan

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini sesuai dengan masalah di atas. Adapun tujuan tersebut adalah
sebagai berikut
1. Untuk mengetahui Pelanggaran kode etik Keperawatan

BAB II
ISI

A. DEFINISI MALPRAKTEK

Malpraktek mempakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek” mempunyai arti
pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang
salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan
untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter atau
perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati
dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama.

Malpraktek juga dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang
tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip
transparansi atau keterbukaan, dalam arti, harus menceritakan secarajelas tentang pelayanan
yang diberikan kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya
yang diberikan. Dalam memberikan pelayanan wajib bagi pemberi jasa untuk
menginformasikan kepada konsumen secara lengkap dan komprehensif semaksimal mungkin.
Namun, penyalahartian malpraktek biasanya terjadi karena ketidaksamaan persepsi tentang
malpraktek.

Berikut beberapa definisi malpraktek:

1. Guwandi (1994) mendefinisikan malpraktik sebagai kelalaian dari seorang dokter atau
perawat untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan
pelayanah pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam
mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.

2. Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang
spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau
berpendidikan. yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.
Ada dua istilah yang sering dibiearakan secara bersamaan dalam kaitannya dengan
malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan sesuatu
dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna, melindungi orang lain yang
bertentangan dengan tindakan-tindakan yaag tidak beralasan dan berisiko melakukan
kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan Kizilay, 1998) Malpraktik. sangat spesifik dan
terkait dengan status profesional dan pemberi pelayanan dan standar pelayanan profesional.
Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya, dokter dan perawat) untuk
melakukan praktik sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena
memiliki keterampilan dan pendidikan (Vestal, K.W, 1995). Malpraktik lebih luas daripada
negligence karena selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-
tindakan yang dilakukan dengan sengaja (criminal malpractice) dan melanggar undang-
undang. Di dalam arti kesengajaan tersirat adanya motif (guilty mind) sehingga tuntutannya
dapat bersifat perdata atau pidana.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah :

a. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan;

b. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya.


(negligence); dan

c. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundangundangan.

B. MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN

Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik. Malpraktik lebih
spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau
penasihat hukum. Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti
malpraktik, apabila pengguagat dapat menunujukkan hal-hal dibawah ini :

a. Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban
mempergunakan segala ilmu fan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya
meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.

Hubungan perawat-klien menunjukkan, bahwa melakukan kewajiban berdasarkan standar


keperawatan.
b. Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya
menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh
pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar
keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.

c. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kemsakan (damage) yang dapat
dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran.
Kelalalian nyeri, adanya penderitaan atau stres emosi dapat dipertimbangkan sebagai, akibat
cedera jika terkait dengan cedera fisik.

d. Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk


dengan cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung
berhubungan. dengan pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien).

Sebagai penggugat, seseorang harus mampu menunjukkan bukti pada setiap elemen dari
keempat elemen di atas. Jika semua elemen itu dapat dibuktikan, hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi malpraktik dan perawat berada pada tuntutan malpraktik. Bidang Pekerjaan
Perawat Yang Berisiko Melakakan Kesalahan :

Caffee (1991) dalam Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan
perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment
errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan
(intervention errors). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Assessment errors, termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang


pasien secara adekuat atau kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan, seperti
data hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan pasien yang
membutuhkan tindakan segera. Kegagalan dalam pengumpulan data akan berdampak pada
ketidaktepatan diagnosis keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau
ketidaktepatan dalam tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat seharusnya dapat
mengumpulkan data dasar secara komprehensif dan mendasar.

b. Planning errors, termasuk hal-hal berikut :

1. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana


keperawatan.
2. Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang telah dibuat,
misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak dimahami perawat
lain dengan pasti.

3. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang disebabkan


kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.

4. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk mencegah
kesalahan tersebut, jangan hanva menggunakan perkiraan dalam membuat rencana
keperawatan tanpa mempertimbangkannya dengan baik. Seharusnya, dalam penulisan harus
memakai pertimbangan yang jelas berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan
modifikasi rencana berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana harus realistis
berdasarkan standar yang telah ditetapkan, termasuk pertimbangan yang diberikan oleh
pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan tulisan. Lakukan
tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi yang ada. Setiap
pendapat perlu divalidasi dengan teliti.

c. Intervention errors, termasuk kegagalan menginteipretasikan dan melaksanakan


tindakan kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati, kegagalan
mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau dari penyelia. Kesalahan pada tindakan
keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca pesan/order,
mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi
pembatasan (restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya
pada tindakan pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di antara
anggota tim kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya. Untuk menghindari
kesalahan ini, sebaiknya rumah sakit tetap melaksanakan program pendidikan berkelanjutan
(Continuing Nursing Education). Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi
dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yaitu : a. Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala


perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana,yaitu :

1. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.

2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan
(pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi
tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness) misalnya melakukan
tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Atau kealpaan (negligence)
misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan
klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggungjawaban didepan hukum pada
criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat
dialihkan kepada orang lain atau kepada badan yang memberikan sarana pelayananjasa
tempatnya bernaung.

b. Civil malpractice

Seorang tenaga jasa akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan
kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar
janji). Tindakan tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :

1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat


melakukannya.

3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.

4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.


Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula
dialihkan pihak lain berdasarkan principle ofvicarius liability. Dengan prinsip ini maka badan
yang menyediakan sarana jasa dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
karyawannya selama orang tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

c. Administrative malpractice

Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala orang tersebut
telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan,
misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin
Kena, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila
aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan
melanggar hukum administrasi
Kronologi Kasus Kejadian yang Diduga Mal Praktik

Menurut DPW-PPNI Provinsi Lampung, menjelaskan kejadiannya dimulai 18 Desember


2018, ketika itu Alex Sandra, 19 tahun, pergi ke rumah Jumraini, Amd.Kep., perawat di
RSUD Riyacudu Kotabumi (11 tahun bekerja), untuk mencari pengobatan, namun dia pulang
kembali karena tidak menerima pelayanan. Alex meminta Jumraini, untuk mengobati kakinya
membengkak dan memerah karena tertusuk paku di kandang ayam, beberapa waktu lalu.
Alex dan Jumraini bertetangga.

Keesokan harinya, sekitar pukul 16.00 WIB, Alex dan Arena mendatangi rumah Jumraini
lagi, Arena memohon kepadanya agar dapat mengobati luka pada kaki kakaknya, karena
tidak sembuh meski sudah berobat ke Puskesmas. Arena sempat menunjukkan kepada
Jumraini obat-obatan yang diterima dari Puskesmas, terdiri Amoxicillin, Paracetamol,
Vitamin C, dan CTM. Jumraini merasa iba begitu melihak kondisi Alex, terlihat pucat, dan
tidak berhenti merintih. Jumraini akhirnya memeriksa luka Alex. Ternyata sudah terinfeksi
parah, lukanya membengkak, berwarna biru, serta mengeluarkan darah dan nanah. Jumraini
juga mengecek suhu tubuh Alex mencapai 39,5oC.

‘Jumraini sempat bertanya mengapa luka itu sampai parah. Arena mengatakan kakanya sering
menusuk luka itu menggunakan jarum, karena setelah ditusuk kondisinya jauh lebih enak.
Jumraini lantas menyarankan Alex berobat ke RS atau dokter. Namun Arena mengatakan
tidak memiliki biaya untuk melakukan hal itu, Arena memohon untuk dilakukan pengobatan
dan Alex rebahan di teras rumah Jumraini. Akhirnya Jumraini melakukan tindakan perawatan
luka dengan membersihkan dengan air hangat dan menekan luka untuk mengeluarkan nanah
dan darah dengan menggunakan pinset anatomis yang sudah dilindungi oleh kasa steril.
Perawatan luka dilakukan sekitar 30 menit. Alex meminta obat karena susah tidur dan
badannya panas. Jumraini memberikan Paracetamol, Antasida, Asam Mefenamat, dan
Allergen (CTM). Jumraini menutup luka Alex dengan kain kasa karena sedang musim hujan.
Jumraini juga tetap menyarankan Alex ke RS dan ronsent. Sambil menyerahkan uang Rp50
ribu ke Jumraini, lagi-lagi Arena mengaku tak punya uang untuk berobat ke RS atau dokter.

Tanggal 21 Desember 2019 Alex masuk RSUD Riyacudu Kotabumi, karena lukanya makin
parah, dan sekitar pukul 16.00 WIB Alex akhirnya meninggal dunia. Sepeninggal Alex,
keluarga dengan bantuan Samsi Eka Putra (kuasa hukum kurban), melaporkan Jumraini ke
Polres Lampung Utara dengan tuntutan kelalaian berat yang mengakibatkan kematian.
Setelah kepolisian melakukan pemeriksaan, bahwa kasus tersebut cukup bukti untuk
ditindaklanjuti, di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) selanjutnya dilimpahkan ke Kejaksaan
Negeri Lampung Utara. Kemudian disidangkan di PN Lampung Utara. Sebelum disidangkan
di PN, kuasa hukum Jumraini melakukan perlawanan dengan mengajukan pra peradilan.

Sidang perdana, Selasa 8 Oktober 2019 sekitar pukul 13.20 WIB, dipimpin oleh hakim Ketua
Eva M.T Pasaribu, Jaksa penuntut hukum dalam membacakan dakwaannya, Jumraini
didakwa karena lalai melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap Alex yang menyebabkan
meninggal dunia.

Analisis Kasus

Berdasarkan uraian kasus di atas, apa yang dilakukan olehnya sepanjang yang terungkap saat
ini belum dapat dikatakan menyalahi hukum berat (mengakibatkan matinya orang lain).
Argumennya adalah:

1. Pasien datang ke Jumraini, meminta bantuan untuk melakukan perawatan lukanya


pada kaki yang terkena paku dengan alasan tidak memiliki dana untuk mencari pelayanan
kesehatan memadai (Dokter/RS). Disini dapat disimpulkan sesungguhnya pasien dapat
dikategorikan dalam situasi darurat, karena pasien tidak dapat mencari pelayanan lain selain
ke Jumraini

2. Jumraini melakukan tindakan itu semata-mata memberi pertolongan (imbalannya


bukan atas dasar profesionalisme) dengan melakukan serangkaian tindakan.

3. Penyebab kematian pasien adalah infeksi tetanus yang berasal dari paku. Namun, hal
ini perlu dibuktikan lebih mendalam.

4. Dalam situasi darurat, pelayanan kesehatan diwajibkan untuk memberikan pertongan


pada pasien/siapa saja yang perlu diberi pertolongan. Hal ini sesuai dengan pasal 32UU No.
36/2009.

Tindakan yang dilakukan Jumraini semata-mata untuk membantu siapa saja yang
memerlukan bantuan, bukan sematamata atas dasar profesionalisme. Oleh karena itu Jumraini
tidak bisa dikenakan dakwaan seperti apa yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum.
Jumraini memberikan saran untuk segera mencari pelayanan kesehatan yang memenuhi
persyaratan.
Jika dicari kesalahannya, Jumraini, mungkin hanya melakukan mal administrasi, karena tidak
memiliki SIPP, bukan karena pertolongannya yang salah (mal praktik), sehingga akan
berbeda dalam penerapan hukumnya. Meninggalnya pasien diduga karena infeksi tetanus
yang sudah menjalar ke seluruh tubuh korban karena keterlambatan dalam pencarian
pelayanan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Malpraktik bersifat sangat kompleks

2. Perawat diperhadapkan pada tuntutan pelayanan profesional.

3. Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik. Malpraktik


lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang, misalnya perawat, dokter, atau
penasihat hokum

4. untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila pengguagat dapat menunujukkan hal-
hal dibawah ini :

a. Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban
mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya
meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.

b. Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya


menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya.

c. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kerusakan (damage) yang dapat dituntut
secara hukum

d. Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk dengan


cedera yang dialami pasien.

5. Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko Melakakan Kesalahan yaitu tahap pengkajian
keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan
intervensi keperawatan (intervention errors).

6. yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yaitu:

a. Criminal malpractice

b. Civil malpractice

c. Administrative malpractice
B. Saran

1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan , hendaknya berpedoman pada kode etik


keperawatan dan mengacu pada standar praktek keperawatan

2. perawat diharapkan mampu mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat berisiko


melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment errors), perencanaan
keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan (intervention errors)
sehigga nantinya dapat menghindari kesalahan yang dapat terjadi.

3. perawat harus memiliki kredibilitas tinggi dan senantiasa meningkatkan kemampuannya


untuk mencegah terjadinya malpraktek
DAFTAR PUSTAKA

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/hukummalahayati/article/download/393
4/pdf

https://lampung.tribunnews.com/2019/10/04/kronologi-lengkap-kasus-perawat-
lampura-yang-jadi-tersangka-malapraktik

Anda mungkin juga menyukai