Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH : DOSEN PENGAMPU :

Pengantar Asuransi Syriah Hetty Hyvia Widiyanti, S.sos, AAJI, AASI

Pertumbuhan dan Perkembangan Asuransi Konvensional dan Asuransi


Syariah

Disusun Oleh:

Abdul Rasyid MS / 180105030598

Andrina Monica / 200105030127

Lita Putri Handoko / 200105030098

Rizky Wildanei Rahman / 200105030096

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN ASURANSI SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunanmakalah ini tepat pada waktunya meskipun dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan petunjuk maupun pedoman, juga membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini dengan lebih baik.

Kami menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah Yang
Maha Kuasa senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Banjaramasin, 20 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
A. Perkembangan Asuransi di Indonesia ......................................................................................... 6
B. Perkembangan Asuransi Syariah Di Indonesia ........................................................................... 7
C. Tujuan Asuransi Konvensional dan Syariah ............................................................................. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah Indonesia yang semakin
membaik, lembaga keuangan seperti Bank, Pasar Modal dan Asuransi semakin pesat
khususnya dalam lembaga keuagan syariah yang semakin gencar dipromosikan oleh
pemerintah. Banyaknya lembaga keuangan konvensional yang membuka cabang syariah
ataupun murni perusahaan syariah khususnya adalah perusahaan asuransi. Perusahaan
asuransi merupakan industri jasa yang sangat membutuhkan faktor kepercayaan.
Keberadaannya tidak hanya sebagai bentuk dari sebuah industri bisnis semata, akan tetapi
merupakan salah satu instrumen finansial kesejahteraan dan ketentraman bagi nasabahnya.
Kesejahteraan dan ketenteraman adalah tujuan utama dari janji berasuransi. Misi ini akan
menjadi absurd manakala hak nasabah atas indemnity menjadi tidak terjamin sebagaimana
yang mereka harapkan (Arjono, 2008).

Peranan industri asuransi nasional adalah memberikan perlindungan proteksi terhadap


risiko yang dihadapi masyarakat sehingga menunjang stabilitas pembangunan dan sebagai
salah satu lembaga penghimpunan dana masyarakat dan penyedia dana untuk pembangunan
ekonomi nasional. Kebutuhan terhadap jaminan-jaminan asuransi timbul sebagai akibat
langsung dari pertumbuhan ekonomi. Dapat dipastikan semakin tumbuh suburnya sistem
perusahaan asuransi di Indonesia menjadikan kesempatan emas di setiap pemegang kendali
perusahaan untuk memberikan penawaran jasa kepada investor agar menginvestasikan
keuangan demi tunjangan masa depan serta bentuk jaminan sosial di perusahaan terkait
(berlabel asuransi).

Perusahaan asuransi akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh manajemen jika
perusahaan memiliki sumber daya memahami sistem yang di terapkan dan mengetahui tujuan
yang ingin dicapai. Sistem yang baik tidak akan efektif, jika sumber daya yang dimiliki tidak
mengerti dengan baik akan sistem tersebut, karena sistem hanya akan berjalan jika sumber
daya memenuhi standar kualitas, jika tidak maka tujuan yang diharapkan sulit untuk dapat
terpenuhi (Martin, 2000).

Praktik asuransi sebagai lembaga keuangan pada awalnya muncul di Italia pada 1347 M
dengan jenis asuransi Keselamatan Pelayaran. Pengelolaanya dilakukan dengan cara

4
konvensional, tanpa mempertimbangkan unsur gharar, maisir dan riba. Adapun undang-
undang yang mengaturnya baru muncul sekitar abad XV di Spanyol dan Portugal yang
dikenal dengan Peraturan Barcelona dan kemudian disahkan pada tahun 1436 M, 1458 M,
1461 M, dan 1484 M. Di Inggris undang-undang yang mengatur tentang praktik asuransi
kelautan (pelayaran) baru keluar pada tahun 1601 M (Saharuddin, 2015).

Perkembangan saat ini terdapat dua jenis asuransi yaitu asuransi konvensional dan
asuransi syariah. Sebenarnya kedua jenis asuransi tersebut tidak terlalu berbeda jauh. Hanya
saja ada beberapa hal yang memang bertolak belakang sehingga perlu adanya penyesuaian
yangdilakukan. Asuransi konvensional dimulai dari masyarakat Babilonia 4.000-3.000 SM
yang dikenal dengan Perjanjian Hammurabi, kemudian tahun 1668 M di Coffe House
London berdirilah Lloyd of London yang merupakan cikal bakal asuransi konvensional
(Amrin, 2006:12). Asuransi masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Keberadaan
asuransi di Indonesia merupakan akibat dari berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor
perkebunan dan perdagangan di Indonesia pada masa tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Asuransi Konvensional Di Indonesia ?


2. Bagaimana Perkembangan Asuransi Syariah Di Indonesia ?
3. Tujuan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Asuransi Konvensional Di Indonesia
2. Mengetahui Perkembangan Asuransi Syariah Di Indonesia
3. Mengetahui Tujuan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Asuransi Konvensional di Indonesia


Berdasarkan data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diketahui bahwa
perkembangan industri perasuransian di Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam
mendukung terjadinya proses pembangunan nasional. Hal ini dilihat atas kontribusi
perusahaan asuransi dalam memupuk dana jangka panjang dalam jumlah yang besar, yang
kemudian digunakan sebagai dana dalam pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Di
dalam layanan yang diberikan oleh perusahaan asuransi, masyarakat juga mendapatkan
dukungan dalam bentuk perlindungan atas berbagai resiko dan juga kerugian yang bisa saja
menimpa mereka sewaktu-waktu, terutama di saat mereka sedang menjalankan usahanya.

Hal ini menunjukkan betapa perkembangan asuransi juga memiliki peran yang cukup
besar di dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang terjadi belakangan ini.
Pemahaman masyarakat yang semakin baik mengenai pentingnya perlindungan sebuah
asuransi juga menjadi sebuah hal yang mempengaruhi kemajuan di dalam bisnis asuransi itu
sendiri. Ketika kepercayaan masyarakat terhadap sebuah produk telah tercipta, maka akan
semakin mudah untuk mengembangkan dan melakukan penjualan produk tersebut. Hal inilah
yang terjadi di dalam bisnis asuransi, di mana semakin banyak orang yang menginginkan
sebuah jaminan/perlindungan terhadap berbagai macam resiko yang akan mereka hadapi di
masa yang akan datang.

Perkembangan industri perasuransian bisa dilihat selama empat tahun belakangan ini,
tepatnya tahun 2011 hingga 2014, di mana aset industri asuransi konvensional mengalami
pertumbuhan rata-rata yang mencapai lebih dari 16%. Hal ini juga terlihat dari pertumbuhan
rata-rata yang terjadi di dalam nilai investasi dan premi yang masing-masing mengalami
peningkatan sebesar 14,4% dan juga 21,0%, seperti diungkapkan oleh Kepala eksekutif
Pengawas IKNB Firdaus Djaelani dalam seminar Insurance Outlook 2016 di Jakarta. Data
tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan positif yang terjadi di dalam bisnis asuransi.
Sedangkan pada tahun 2015, aset dan investasi industri asuransi konvensional hingga akhir
September menunjukkan angka hingga mencapai Rp765,6 triliun dan Rp608,6 triliun.

6
Jika kita membandingkannya dengan posisi yang terjadi hingga akhir tahun 2014, maka
aset industri asuransi memiliki pertumbuhan sebesar 1,36%, sedangkan investasi mengalami
penurunan sebesar 0,24%, hal ini disebabkan adanya gejolak yang terjadi pada beberapa
instrumen investasi pada beberapa waktu yang lalu.

Di lain sisi, pertumbuhan yang terjadi pada premi asuransi hingga bulan September 2015
juga mengalami peningkatan yang cukup memuaskan, yakni sebesar 17,1%. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan Agustus 2015, maka jumlah ini meningkat
sebesar 11,9% dari posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah premi ini
disumbangkan paling tinggi oleh perusahaan asuransi jiwa, diikuti dengan premi asuransi
sosial dan juga premi asuransi umum.

B. Perkembangan Asuransi Syariah Di Indonesia


Asuransi syariah sudah dikenal sejak zaman Rasulullah yang dikenal dengan sistem Al-
Aqilah. Sistem ini merupakan suatu kebiasaan suku Arab sebelum Islam datang yang
kemudian disahkan oleh Rasulullah sebagai hukum Islam yang dibuat oleh Rasulullah dalam
bentuk konstitusi pertama di dunia, yang disebut Konstitusi Madinah (Amrin, 2006:11).
Asuransi syariah di Indonesia diawali pada tahun 1994. Pada saat itu, PT Syarikat Takaful
Indonesia berdiri pada 24 Februari 1994. Berdirinya lembaga ini dimotori oleh Ikatan
Cendikiawan MuslimIndonesia.

Perkembangan bisnis asuransi syariah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat.


Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah pemegang polis asuransi syariah dan dana
premi yang terkumpul cukup signifikan. Masyarakat mulai menyadari pentingnya
perlindungan yang memberikan rasa nyaman secara lahir dan batin yang dilakukan dengan
berlandaskan syariah. Kemajuan transaksi bisnis asuransi syariah seharusnya diimbangi
dengan sistem pencatatan yang benar, adil, dan transparan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihakpihak yang berkepentingan hingga kepada AllahSWT.
Perkembangan asuransi saat ini baik itu asuransi konvensional maupun syariah, diperlukan
kerja sama yang baik antara perusahaan asuransi, regulasi, dan sistem. Meningkatnya
kesadaran masyarakat perlu diimbangi dengan memberikan dan meningkatkan rasa
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi. Hal ini dapat dilakukan dengan

7
menyajikan laporan keuangan yang transparan, objektif, dapat dipercaya, dan disusun
berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.

Perkembangan industri asuransi syariah juga terjadi di Indonesia. Pertumbuhan asuransi


syariah didukung oleh ketentuan regulasi yang menjamin kepastian hukum kegiatan asuransi
syariah. Ketentuan hukum yang mengatur asuransi syariah antara lain: Pertama, Undang-
Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kedua, Peraturan Pemerintah No.
73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1992. Ketiga, Keputusan Menteri Keuangan
Nomor: 421/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Penilaian Kemampuan dan
Kepatutan bagi Direksi dan Komisaris Perusahaan Perasuransian. Keempat, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 422/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Kelima, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 423/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang
Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian. Keenam, Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Ketujuh, Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
426/KMK.06/ 2003 tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Modus operandi pendirian asuransi syariah di Indonesia dilakukan melalui empat bentuk.
Pertama, pendirian baru. Kedua, konversi dari perusahaan asuransi atau perusahaan
reasuransi konvensional. Ketiga, pendirian kantor cabang baru dengan prinsip syariah oleh
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi konvensional. Keempat, konversi kantor
cabang konvensional menjadi kantor cabang dengan prinsip syariah dari perusahaan asuransi
atau perusahaan reasuransi konvensional.

Untuk pendirian baru tidak terlalu banyak masalah yang dihadapi terutama terkait dengan
nasabah. Sedangkan untuk konversi ada ketentuan yang harus dipenuhi menyangkut
kesediaan pemegang polis. Berikut adalah ketentuan khusus konversi. Pertama, tidak
merugikan tertanggung atau pemegang polis. Kedua, memberitahukan konversi tersebut
kepada setiap pemegang polis. Ketiga, memindahkan portfolio pertanggungan ke perusahaan
asuransi konven-

Berjalannya perkembangan asuransi konvensional maupun asuransi syariah dibutuhkan


standar untuk dapat mengakomodasi pelaporan yang harus dilakukan. Selain itu, dengan

8
adanya tujuan yang berbeda berarti ada pelaporan yang harus sesuai dengan tujuan yang ada.
Oleh karena itu, dibutuhkan standar akuntansi yang sesuai dengan tujuan dan transaksi-
transaksi yang terjadi pada masing-masing jenis asuransitersebut. Sebelum Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk asuransi syariah dikeluarkan, perusahaan
asuransi syariah menggunakan PSAK yang sama seperti yang digunakan oleh asuransi
konvensional. Hal ini tidak efektif karena asuransi syariah memiliki beberapa perbedaan
dengan asuransi konvensional. Sehingga dibutuhkan PSAK tersendiri untuk mengaturya.
Untuk menanggapi ketidakefektifan yang terjadi, saat ini sudah diterapkan PSAK untuk
asuransi syariah dan juga untuk penyajian laporan untuk asuransi syariah.

Perbedaan yang dimiliki kedua jenis asuransi tersebut, penulis bertujuan memaparkan
perbedaan-perbedaan dalam asuransi konvensional dan asuransi syariah. Perbedaan yang
akan dipaparkan berkaitan dengan tujuan, prinsip, dan akuntansi kedua asuransi tersebut.
Selain itu, juga memaparkan PSAK yang telah digunakan dalam asuransi konvensional dan
asuransi syariah.

Untuk menghindari gharar, maisir dan riba, di negara-negara yang berpendudukan


mayoritas Muslim mereka melakukan modifikasi sistem asuransi tersebut dengan konsep
syariah. Asuransi syariah atau Asuransi Takaful merupakan fenomena kegiatan ekonomi
yang berbasis pada ajaran Islam. Perkembangan industri asuransi syariah di Indonesia di
awali dengan kelahiran asuransi syariah pertama di Indonesia pada tahun 1994. Saat itu, PT
Syarikat Takaful Indonesia (STI) berdiri pada 24 Februari 1994 sebagai holding company
dari dua anak perusahaan, yaitu oleh Asuransi Takaful Keluarga (ATK) yang berdiri pada 24
Agustus 1994, dan satu tahun kemudian diikuti oleh Asuransi Takaful Umum (ATU) yang
berdiri pada 2 Juni 1995. Hal ini didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT Asuransi Jiwa Tugu
Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha Muslim Indonesia. Dari tahun
ke tahun perkembangannya sangat cepat, dukungan umat Islam Indonesia yang mayoritas
memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangannya. Berdasarkan data statistic
tahun 2006 sebuah hasil penelitian yang di lakukan oleh Standard dan Poor menyebutkan,
bahwa pada tahun 2015 industri asuransi syariah terbesar di dunia akan didominasi oleh
Malaysia dan Indonesia dengan mengalahkan pasar yang ada di negara-negara Timur Tengah
(Saharuddin, 2015).

9
Dilihat dari laporan keuangan setiap tahun per 31 Desember, pertumbuhannya selama
periode 1994 sampai dengan 1995, perkembangan asuransi syariah sangatlah
menggembirakan. Dibanding dengan asuransi konvensional yang hanya mencapai rata-rata
20%, pertumbuhan asuransi syariah bisa mencapai 40% dalam 5 tahun terakhir. Hal itu cukup
menggambarkan bahwa peminat asuransi syariah semakin bertambah setiap tahunnya,
walaupun pada akhir 2005 pangsa pasar asuransi syariah tercatat baru mencapai 1,5% dari
total pasar asuransi di Indonesia. Melihat prospek yang sangat cerah ini, tak heran jika
terutama sejak tahun 2003 banyak perusahaan asuransi konvensional yang membuka cabang
syariah. Situasi ini juga terdorong oleh keluarnya KMK (keputusan menteri keuangan)
terbaru tahun 2003 yang mengatur regulasi syariah.

Pada table dibawah secara keseluruhan total aset perusahaan asuransi syariah pada
tahun 2014 mencapai Rp 22,364.35 miliar. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar
34.23%.

Tabel

Jumlah Aset dan Pertumbuhannya tahun 2014

(Dalam Miliar)

Keterangan 2014 2013 Pertumbuhan


Asuransi Jiwa Syariah 18,051.63 12,792.00 41.12%

Asuransi Umum & 4,312.72 3,869.00 11.47%


Reasuransi Syariah
Jumlah Asuransi & 22,364.35 16,661.00 34.23%
Reasuransi Syariah
Sumber : Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI)

C. Tujuan Asuransi Konvensional dan Syariah


Tujuan utama dari perusahaan asuransi konvensional adalah murni bisnis. Seperti
kebanyakan bisnis lain tujuan tersebut adalah untuk mendapatkan profit yang besar. Hal ini
terlihat dari dana yang diperoleh dari premi nasabah, semuanya menjadi milikperusahaan.
Asuransi syariah, tujuan utamanya bukanlah untuk mendapatkan laba yang besar. Tujuan
utama asuransi syariah adalah mencari keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

10
perjuangan umat. Hal ini terlihat dari visi dan misi yang diemban oleh asuransi syariah, yaitu:
misi aqidah, misi ibadah, misi isghtishodi, dan misi keumatan. Perbedaan tujuan antara
asuransi konvensional dan asuransi syariah akan berpengaruh kepada pelaksanaan usaha
asuransi tersebut. Transaksi yang sama antara kedua asuransi tersebut bisa berbeda cara
pengakuannya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tujuan yang harus dicapai oleh
asuransi konvensional dan asuransi syariah.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan Asuransi Konvensional di Indonesia => Perkembangan industri
perasuransian bisa dilihat selama empat tahun belakangan ini, tepatnya tahun 2011 hingga
2014, di mana aset industri asuransi konvensional mengalami pertumbuhan rata-rata yang
mencapai lebih dari 16%. Hal ini juga terlihat dari pertumbuhan rata-rata yang terjadi di
dalam nilai investasi dan premi yang masing-masing mengalami peningkatan sebesar 14,4%
dan juga 21,0%, seperti diungkapkan oleh Kepala eksekutif Pengawas IKNB Firdaus
Djaelani dalam seminar Insurance Outlook 2016 di Jakarta. Data tersebut menunjukkan
adanya pertumbuhan positif yang terjadi di dalam bisnis asuransi. Sedangkan pada tahun
2015, aset dan investasi industri asuransi konvensional hingga akhir September menunjukkan
angka hingga mencapai Rp765,6 triliun dan Rp608,6 triliun.

Perkembangan Asuransi Syariah Di Indonesia => Perkembangan bisnis asuransi


syariah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut ditandai dengan
meningkatnya jumlah pemegang polis asuransi syariah dan dana premi yang terkumpul cukup
signifikan. Masyarakat mulai menyadari pentingnya perlindungan yang memberikan rasa
nyaman secara lahir dan batin yang dilakukan dengan berlandaskan syariah. Kemajuan
transaksi bisnis asuransi syariah seharusnya diimbangi dengan sistem pencatatan yang benar,
adil, dan transparan sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada pihakpihak yang
berkepentingan hingga kepada AllahSWT. Perkembangan asuransi saat ini baik itu asuransi
konvensional maupun syariah, diperlukan kerja sama yang baik antara perusahaan asuransi,
regulasi, dan sistem. Meningkatnya

12
Daftar Pustaka
Amrin, Abdullah. 2006. Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya diTengah Asuransi
Konvensional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Amrin, Abdullah. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi, dan Keuangan. Jakarta: Grasindo

Anwar, Khoiril. 2007. Asuransi Syariah, Halal dan Maslahat. Solo: Penerbit Tiga Serangkai

Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Paul D. Kimmel. 2007. Pengantar Akuntansi Edisi 7.
Jakarta: Salemba Empat

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 21/DSNMUI/X/2001 tentang
pedoman umum asuransi syari‟ah

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. 2010. Bandung: Citra Umbara

Kristianto, Djoko. 2009. “Implikasi Akuntansi Syariah dan Asuransi Syariah dalam Lembaga
Keuangan Syariah” dalam Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol 7 No. 1

Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama

Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah: Life and General: Konsep dan Sistem
Operasional. Jakarta: Gema Insani Press

13

Anda mungkin juga menyukai