PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
upaya dalam menangani berbagai permasalahan dalam pajak, terutama dalam
upaya pencegahan terjadi suatu tindak pidana dalam bidang perpajakan.
Tindak Pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana perpajakan adalah
informasi yang tidak benar mengenai laporan yang terkait dengan
pemungutan pajak dengan menyampaikan surat pemberitahuan (SPT), tetapi yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak
benar sehingga dapat menimbulkan kerugian negara dan kejahatan lain yang
diatur dalam undang-undang perpajakan.
Melihat betapa pentingnya hukum perpajakan dalam suatu negara, tim
penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut terhadap Tindak Pidana Perpajakan
yang ada di negara Indonesia. Agar dapat menambah wawasan tentang hukum
pajak dan pajak yang ditentukan pemerintah dapat terealisasi sesuai target yang
telah ditetapkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa Yang Dimaksud Tindak Pidana Perpajakan Di Indonesia?
2) Bagaimana Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Indonesia?
3) Bagaimana Analisis Sosiologis Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di
Indonesia?
4) Bagaimana Analisis Ekonomi Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di
Indonesia?
5) Bagaimana Bentuk Upaya Preventif dan Upaya Represif dalam Menghadapi
Tindak Pidana Perpajakan Di Indonesia?
6) Bagaimana Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di
Indonesia?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan pajak.
Hukum pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum tertulis yang
memuat sanksi hukum. Hukum pajak sebagai bagian ilmu hukum tidak lepas dari
sanksi hukum sebagai substansi di dalamnya agar Pejabat Pajak maupun Wajib
Pajak menaati kaidah hukum.
1) Undang-Undang No.6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan
2) Undang-Undang No.7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan
3) Undang-Undang No.7 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang-
barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah
4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan.
3
Timbulnya kewajiban pajak (kapan seseorang dapat dikenakan pajak)
dapat dilihat pada undang-undang dari masing-masing pajak; akan tetapi secara
umum ialah jika dipenuhi 2 syarat yaitu :
Kewajiban pajak objektif ialah kewajiban pajak yang melihat pad hal-hal
yang dapat dikenakan pajak (objektif). Seseorang manusia atau badan hukum
memenuhi kewajiban pajak objektif ini jika mendapat penghasilan,
mempunyai kekayaan atau memperoleh laba yang melebihi batas minimun
kena pajak yang disebut dalam undang-undang yang bersangkutan.
4
bidang perpajakan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum,
keadilan, dan pembinaan kepada wajib pajak. Tujuan lainnya adalah dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam hal ini tim penulis melakukan analisa terhadap suatu perkara tindak
pidana perpajakan no perkara 204/Pid.Sus/2015/PN-Mbo yaitu dengan sengaja
menyampaikan Surat Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak benar
atau tidak lengkap sebagaimana tercantum melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf d
5
dan i Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi
Undang-Undang jo. Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.
Dalam kajian yuridis terhadap suatu tindak pidana maka yang akan dikaji
tentu saja segala peraturan yang mengatur mengenai perpajakan. Dimana kita
akan berpatokan kepada peraturan yamg telah ditetapkan oleh pemerintah. Sebut
saja salah satunya ialah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan dan beberapa Peraturan Pelaksana lainnya.
6
Dalam perkara No. 204/Pid.Sus/2015/PN-Mbo, dengan terdakwa Mulyadi
Adli Bin M. Adli Hasyim yang merupakan direktur utama dari PT. Geuruete
Meugah Perkasa bertempat di Jalan T. Umar Km. 135 No. 4 Sentaosa Krueng
Sabee Aceh Jaya Nanggroe Aceh Darussalam. Mulyadi terbukti melakukan
perbuatan melawan hukum yakni dengan sengaja menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
melanggar ketentuan perundang-undang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 39
ayat (1) huruf d dan i Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang
Setelah dilakukan penelitian terhadap SPT Masa PPN Masa Pajak Januari
2011 s/d Desember 2014 oleh Bidang Pemeriksaan Penagihan Intelijen dan
Penyidikan Kanwil DJP Aceh kemudian ditemukan Mulyadi (wajib pajak)
menyampaikan SPT yang isinya NIHIL. Padahal dalam masa pajak nya setelah
melakukan penyelidikan lanjut didapati bahwasanya PT. Geuruete Meugah
Perkasa memungut PPN dari beberapa kontrak kerjasama nya dengan PT. Agro
Sinergi Nusantara dan PT. Potensi Bumi Sakti seluruhnya sebesar Rp
1.076.257.029,00 namun PT. Geuruete Meugah Perkasa tidak melaporkan SPT
sebagaimana mestinya.
7
3. ANALISIS SOSIOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA
PERPAJAKAN
8
Dalam perkara No. 204/Pid.Sus/2015/PN-Mbo dengan terdakwa Mulyadi.
Dengan penjabaran mengenai pandangan masyarakat terhadap pembayaran pajak
bisa saja menjadi salah satu faktor yang melatar belakangi Mulyadi sebagai wajib
pajak tidak melaporkan SPT sesuai dengan semestinya. Namun hal demikian tidak
lah membuat perbuatan yang dilakukan oleh Mulyadi selaku direktur utama dari
PT. Geuruete Meugah Perkasa menjadi benar atau sebagai alasan pemaaf dari
perbuatan yang dilakukannya.
9
Pajak yang merupakan sumber utama pendapatan serta pemasukan kas
negara dalam membiayai berbagai sektor sebut saja sektor pendidikan, kesehatan,
bahkan pembangunan ekonomi. Mengingat semua itu membuat eksistensi pajak
semakin menjadi prioritas. Dari beberapa literatur menyebutkan, apabila ekonomi
suatu negara berkembang pesat maka dengan begitu negara tersebut akan semakin
maju. Hal ini menurut pandangan beberapa ahli kriminologi yang menyatakan
bahwasanya sumber atau yang menjadi faktor utama lahirnya sebuah kejahatan
adalah dikarenakan masyarakat yang kesulitan dalam memenuhi kehidupan
sehari-harinya hingga pada akhirnya memilih melakukan perbuatan yang menurut
undang-undang dilarang untuk bisa memenuhi kehidupannya.
Dengan kata lain dengan adanya tindak pidana dalam bidang perpajakan
akan menyebabkan terhambatnya pembangunan ekonomi sebuah negara.
Menyebabkan negara tidak bisa melaksanakan amanat konstitusi yakni
mensejahterakan seluruh rakyat, termasuk kedalamnya dalam membiayai
pendidikan dan kesehatan masyarakat. Dan karena keadaan tersebut negara
mencari sumber pemasukan lain seperti pinjaman dari luar negeri. Padahal kita tau
sendiri pinjaman dari luar negeri tentunya mempunyai syarat yang akan lebih
memberatkan negara dikemudian hari.
10
kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material di
bidang perpajakan. Selain itu, perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan
administrasi perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak.
Berbicara mengenai upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam
menghadapi permasalahan tindak pidana dalam bidang perpajakan, tentunya kita
akan berbicara menganai hukum pidana. Hukum pidana merupakan sarana yang
penting dalam upaya penganggulangan kejahatan. Dimana penganggulangan
tersebut dilakukan dalam 2 cara yakni secara preventif dan represif.
11
Tindakan represif itu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan melalui cara:
1. Persuasif
Tindakan Persuasif ini merupakan suatu bentuk pengendalian sosial yang
dilakukan dengan cara membujuk atau juga mengarahkan individu atau juga
masyarakat supaya mau mematuhi nilai-nilai serta juga norma yang berlaku.
Hal tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi dan juga pengarahan.
2. koersif
Koersif merupakan suatu bentuk pengendalian sosial yang bersifat keras
serta tegas. Dengan kata lain, tindakan yang dilakukan dalam
mengendalikan sosial ini ialah dengan cara kekerasan serta juga
memberikan sanksi tegas
12
Tindak pidana pajak sudah jelas dilarang oleh undang-undang. Setiap
perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana perpajakan dirumuskan dalam
undang-undang. Perumusan tindak pidana perpajakan ini secara jelas terdapat
dalam undang-undang yang mengatur hukum pajak formal yaitu Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada
Pasal 38, 39, 39A, 41, 41A, 41B, 41C,43A, 44 dan 44B.
13
Tindak lanjut dari pemeriksaan bukti permulaan adalah yaitu diusulkan
dilakukannya penyidikan, atau tindakan lain berupa: penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKP), pembuatan laporan tindak pidana selain tindak pidana
perpajakan yang akan diteruskan kepada pihak yang berwenang, pembuatan
laporan sumir apabila wajib pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya,
pembuatan laporan sumir apabila tidak ditemukan adanya indikasi tindak pidana
perpajakan.
14
Dalam perkara No. 204/Pid.Sus/2015/PN-Mbo, dengan terdakwa Mulyadi
Adli Bin M. Adli Hasyim yang merupakan direktur utama dari PT. Geuruete
Meugah Perkasa bertempat di Jalan T. Umar Km. 135 No. 4 Sentaosa Krueng
Sabee Aceh Jaya Nanggroe Aceh Darussalam. Mulyadi terbukti melakukan
perbuatan melawan hukum yakni dengan sengaja menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
melanggar ketentuan perundang-undang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 39
ayat (1) huruf d dan i Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang.
15
penjara selama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dikurangi masa tahanan yang telah
dijalani oleh terdakwa dengan perintah tetap ditahan ditambah dengan denda Rp.
3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah) Subsidair 1 (satu) tahun kurungan, sesuai
dengan tuntutan pidana dari kami Jaksa Penuntut Umum No. Reg. PDS – 01/
MBO/12/2015 tanggal 19 Februari 2016 yang bersama ini copynya kami
lampirkan dan dibebankan biaya perkara sebesar Rp.2.000.- (dua ribu rupiah).
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan
pajak. Hukum pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum
tertulis yang memuat sanksi hukum. Hukum pajak sebagai bagian ilmu
hukum tidak lepas dari sanksi hukum sebagai substansi di dalamnya agar
Pejabat Pajak maupun Wajib Pajak menaati kaidah hukum.
16
Jadi dapat dikatakan dalam menyelesaikan permasalahan
menghadapi tindak pidana perpajakan dibutuhkan kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat.
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Sumitro, Rocmat. Asas dan Dasar Perpajakan. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
http://www.wikiapbn.org/tindak-pidana-di-bidang-perpajakan/
https://www.pajak.go.id/id/undang-undang-nomor-28-tahun-2007
18