Anda di halaman 1dari 31

Makalah

“Agama-Agama besar di era kontemporer

(Agama Shinto & Agama Khong Hu Cu)”

Disusun oleh :

Kelompok 4

Mentari (2169010847)

Nita Yuliana (2169010856)

Nugrah Bakri (2169010849)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat karunia, serta hidayah-Nya kepada kami sebagai penyusun makalah ini
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan juga
tepat waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun tentu saja mengalami
suka ataupun duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai seperti sekarang ini tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak.

Tidak ada manusia yang sempurna, kami menyadari bahwa makalah ini
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat membutuhan kritik dan
saran dari Dosen ataupun teman-teman yang sifatnya membangun.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada
pendengar yang salah satunya adalah menambah pengetahuan mengenai “Agama
Khong Hu Cu dan Agama Shinto.”

Barebbo, 26 Oktober 2021

Penyusun,

(kelompok 4)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Maksud dan Tujuan................................................................................................. 1
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Asal-Usul .................................................................................................................. 3
1. Asal-Usul Kedewaan Agama Shinto................................................................... 3
2. Asal-Usul Agama Khong Hu Cu ........................................................................ 4
B. Konsep ketuhanan dan Kepercayaan ...................................................................... 7
1. Konsep ketuhanan dan kepercayaan Agama Shinto ........................................... 7
2. Konsep ketuhanan dan kepercayaan ajaran Agama Khong Hu Cu ..................... 9
C. Ajaran/ Kepercayaan ............................................................................................. 11
1. Ajaran Agama Shinto ........................................................................................ 11
2. Ajaran Agama Khong Hu Cu ............................................................................ 15
D. Kitab Suci.............................................................................................................. 20
1. Kitab Suci Agama Shinto.................................................................................. 20
2. Kitab Suci Agama Khong Hu Cu ...................................................................... 20
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 26
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 26
B. Saran ..................................................................................................................... 27

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era kontemporer saat ini terdapat banyak Agama-Agama besar seperti


Agama, Islam, Agama Budha, Agama Hindu, Agama Khong Hu Cu, Agama
Shinto dan lain-lain. Namun penulisan kali ini akan menulis mengenai
Agama Khong Hu Cu dan Agama Shinto. Agama yang kalah secara kuantitas
ini, setidaknya memiliki kualitas yang sama dengan Agama-Agama yang
telah diakui oleh masyarakat dunia. Agama- Agama ini dapat disebut sebagai
Agama minoritas di mata dunia, namun sangat berpengaruh di negaranya
masing-masing.

B. Rumusan Masalah

A. Asal-Usul
1. Asal-Usul Kedewaan Agama Shinto
2. Asal-Usul Agama Khong Hu Cu
B. Konsep ketuhanan dan Kepercayaan
1. Konsep ketuhanan dan kepercayaan Agama Shinto
2. Konsep ketuhanan dan kepercayaan ajaran Agama Khong Hu Cu
C. Ajaran/ Kepercayaan
1. Ajaran Agama Shinto
2. Ajaran Agama Khong Hu Cu
D. Kitab Suci
1. Kitab Suci Agama Shinto
2. Kitab Suci Agama Khong Hu Cu

C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama.

1
2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui
dan memahami apa itu Agama Shinto dan Agama Khong Hu Cu baik
secara teoritis maupun secara praktis.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis
Menambah wawasan penulis mengenai Agama Shinto dan Agama
Khong Hu Cu.
2. Pendidikan
Sebagai masukkan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada
didalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta
pemerintah secara umum.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan.
4. Bagi penulis berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal-Usul

1. Asal-Usul Kedewaan Agama Shinto


Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata
“Shin” adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai
arti lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah meninggal
maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao”
dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan
langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam
taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata
“Yang”. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan
besar Shintoisme dipengaruhi Paham keAgamaan dari Tiongkok.

Nama asli Agama itu ialah Kami no Michi yang bermakna jalan dewa.
Pada saat Jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli
itu terdesak kebelakang oleh nama baru, yaitu Shin-To. Nama baru itu
perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna jalan langit. Perubahan
bunyi iitu serupa halnya dengan aliran Chan, sebuah sekte Agama Budha
mazhab Mahayana di Tiongkok, menjadi aliran Zen sewaktu berkembang di
Jepang.

Agama Shinto pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara


Paham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam.
Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu Agama tradisional
warisan nenek moyang yang te lah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan
Paham ini timbul daripada mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya
negara Jepang. Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-
sama dengan latar belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan
bangsa Jepang. Karena yang menyebabkan timbulnya Paham ini adalah

3
budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang
dilandasi kepercayaan animisme, maka Paham ini dapat digolongkan dalam
klasifikasi Agama alamiah.

Pada abad ke-7 Shinto masih berpegang teguh pada sifatnya yang
sederhana dan corak keAgamaannya yang animistis. Akan tetapi karena saat
itu pula bangsa jepang mulai membayangkan sebagai sebuah Negara
kekaisaran yang mampu menyaingi kultur bangsa Cina yang sudah lebih
dulu maju, dan Agama Shinto memeberi kemungkinan diciptakannya suatu
kultus nasional seperti yang pernah dilakukan oleh para penguasa suku
Yamato jauh sebelumnya, maka pemujaan terhadap Dewi Matahari yang
pernah dikembangkan oleh suku tersebut dihidupkan dan digalakkan
kembali.

Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan


ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat
kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti
kepada negara dan politik Negara, kemudian Agama Shinto bercampur
dengan Agama budha demikian pula dengan Agama Khong Hu Cu yang
masuk ke jepang langsung dari tanah asalnya kira kira pada abad
pertengahan ke 7, Tentang pengaruh Agama Buddha yang lain nampak pada
hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara
Buddha (penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai
(cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan Waicana (salah
satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal ini
berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi.

2. Asal-Usul Agama Khong Hu Cu


Agama Khong Hu Cu dalam dialek Hokkian disebut dengan Ru
Jiao atau Ji Kauw yang berarti Agama bagi umat yang lembut hati. Secara
bahasa Awalnya Agama ini bernama Ru jiao (教儒). Huruf Ru (儒) berasal
dari kata (亻-人) „ren‟ (orang) dan (需) „xu‟ (perlu) sehingga berarti „yang

4
diperlukan orang‟, sedangkan „Ru‟ sendiri bermakna (柔) „Rou‟ lembut
budi-pekerti, penuh susila, (优) „Yu‟–Yang utama, mengutamakan
perbuatan baik, lebih baik, .和 He – Harmonis, Selaras, 濡 Ru – Menyiram
dengan kebajikan, bersuci diri,. „Jiao 教 berasal dari kata „xiao‟孝 (berbakti)
dan 文 „wen‟ (sastra, ajaran). Jadi „jiao‟ berarti ajaran/sastra untuk berbakti.
Maka Ru jiao adalah ajaran/Agama untuk berbakti bagi kaum lembut budi
pekerti yang mengutamakan perbuatan baik, selaras dan berkebajikan.

Agama Khong Hu Cu merupakan bimbingan hidup yang diberikan


Thian (Tuhan Yang Maha Esa) yang diturunkan kepada para Nabi dan para
Suci Purba serta digenapkan dan disempurnakan oleh Nabi Khong Hu
Cu. Ru jiao (Agama Khong Hu Cu) ada jauh sebelum Sang Nabi Kongzi
lahir. Dimulailah dengan sejarah (2952 – 2836 SM), Shen-nong (2838 –
2698 SM), Huang-di (2698 Nabi-Nabi suci Fuxi – 2596 SM), Yao (2357 –
2255 SM), Shun (2255 – 2205 SM), Da-yu (2205 – 2197 SM), Shang-tang
(1766 – 1122 SM), Wen, Wu Zhou-gong (1122 – 255 SM), sampai Nabi
Agung Kongzi (551 – 479 SM) dan Mengzi (371 – 289 SM). Para nabi
inilah peletak Ru jiao (Agama Khong Hu Cu). Sedangkan Nabi Kongzi
adalah penerus, pembaharu dan penyempurna Agama Khong Hu Cu. Dalam
Agama Khong Hu Cu setidaknya dikenal ada 29 nabi, mulai dari Fu Xi
sampai Khongcu (dari 2953 Sebelum masehi s/d 551 sebelum masehi). (bila
dihitung dengan tahun sebelum masehi.

Sekitar abad 16 M, Matteo Richi, salah satu misionaris dari Italia


melihat bahwa diantara nabi-nabi dalam Ru Jiao, Nabi Khong Hu Culah
yang terbesar. Sejak saat itu istilah Confuciansm, Konfusianisme lebih
populer dan di indonesia dikenal sebagai Agama Khong Hu Cu. Menurut
kosa katanya sendiri, Ru Jiao berarti Agama yang mengutamakan
kelembutan atau keharmonisan. Di dalam Kitab Yangzi Fa diartikan sebagai
Tong Tian Di Ren atau yang menjalinkan Thian (Tuhan), Di (Alam, Bumi)
dan Ren (Manusia). Agama Khong Hu Cu merupakan Agama Monoteis.

5
Agama tersebut hanya mengenal satu Tuhan, yakni dikenal dengan istilah
THIAN (Tuhan Yang Maha Esa), Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa ).

Agama Khong Hu Cu muncul bukan pada zaman Nabi Khong Hu Cu,


melainkan sudah diturunkan Tuhan puluhan ribu abad/ ribuan tahun
sebelum kehidupan Nabi Khong Hu Cu. Pendiri dinasti Xia (2205-1766
SM) yang dikenal sebagai bapak Agama Ji (Ru Jiao) penulisan terakhir oleh
tokoh penegak Ru Jiao, Meng Zi dalam Kitab Bingcu (Mengzi) Kitab
Keempat Si Shu. Maka perlu digaris bawahi bahwasannya sejarah suci Ji
Kau ini tidak identik sekedar dengan sejarah peradaban dan kebudayaan
umat manusia di era Tiongkok Purba, melainkan kehendak Khalik Yang
Maha Tinggi, Siang Tee (Shang Di) Merupakan sejarah Wahyu WahyuNya
melalui Sheng Ren (Nabi) di dalam Ru Jiao, oleh karenanya merupakan asal
muasal tumbuh kembangnya Agama yang diwayuhkan Tuhan bagi insan,
yang lembut hati, beriman serta bersifat mulia dan abadi, maka disebut
sejarah Suci Ru Jiao beserta Kitab–Kitab SuciNya. Apabila masih terjadi
perdebatan apakah ajaran Konfusius ini suatu Agama atau merupakan suatu
etika jawabannya jelas tergantung pada bagaimana kita merumuskan arti
Agama itu dengan perkataanya.

Adapun mengenai biografi nabi Khong Hu Cu, ia adalah seorang


nabi yang hidup sekitar 2500 tahun yang lalu, lahir pada bulan delapan
tanggal 27 lemlik 551 SM dan wafat pada bulan dua tanggal 18 lemlik, 479
SM beliau lahir di negeri Lo (bagian tengah jazirah Shantung). Ayahnya
bernama Khong Hut, alias Siok Liang seorang perwira keturunan
bangsawan negeri Song. Dia seorang perwira di negeri Lu yang
berperawakan kekar dan perkasa , berwatak jujur, sederhana dan taat kepada
Tuhan, berbakti kepada leluhur dan mencintai tenggang rasa kepada
sesamanya. Ibunya bernama Gan Tien Tjay. Nama beliau yang sebenarnya
ialah Khiu yang berarti bukit, alias Tong Ni yang artinya anak nomor dua
dari bukit Ni. Beliau adalah anak bungsu, mempunyai Sembilan orang
kakak perempuan dan seorang kakak laki – laki.

6
Nabi Kongzi bermarga Kong berawal ada pejabat yang bernama
Kongjia pada masa pemerintahan Kaisar Huang Di (2697-2597) keturunan
Kong Jia ini kemudian menggunakan Kong sebagai marganya Cheng Tang
yang bernama Lu dari dinasti Shang ( 1600-1100 SM ). Ketika Khong Hu
Cu berusia empat tahun, ia bermain dengan teman- teman sebayanya. Dalam
bermain, ia senang memimpin teman-temannya dalam menirukan orang–
orang dewasa melakukan upacara sembahyang. Pada ibunya ia pernah
meminta alat alat sembahyang tiruan yang disebut Coo dan Too.

Konfusius ingin menciptakan suatu tradisi yang baik sehingga orang


yang mengikuti tradisi ini akan dapat hidup lebih baik. Oleh karena itu,
beliau selalu belajar dari hal- hal yang kuno sebagai cermin bagi masa
berikutnya penanggalan dinasti Xia yang dianjurkan Nabi Kongzi akhirnya
benar–benar digunakan hingga masa sekarang ini. Setelah kaisar Han Wu Di
dari dinasti Han, beberapa abad setelah nabi wafat, memutuskan untuk
menggunakan penanggalan dinasti Xia.10 Penanggalan tersebut sekarang
lebih dikenal dengan penanggalan Imlek. Selama 13 tahun (497-484 SM)
beliau bersama dengan sekelompok murid–muridnya melakukan perjalanan
dari satu negeri ke negeri lain. Di dalam perjalanannya tersebut ia seringkali
mengalami kegagalan dan kekecewaan. Walaupun begitu, beliau tidak
pernah kehilangan keyakinannya pada jalan suci Tuhan dan dalam
menjalankan misinya di dunia ini Konfu Zi percaya bahwa Tuhan adalah
tujuan akhir berhubungan dengan masalah–masalah manusiawi.

B. Konsep ketuhanan dan Kepercayaan

1. Konsep ketuhanan dan kepercayaan Agama Shinto


Agama Shinto mempercayai bahwa semua benda, baik yang hidup
maupun yang mati, dianggap memiliki roh atau spirit, bahkan kadang-
kadang dianggap memiliki kemampuan bicara. Dalam keyakinan mereka,
semua roh dianggap memiliki kekuasaan yang berpengaruh terhadap

7
kehidupan penganut Shinto. Daya-daya kekuasaan inilah yang mereka
sebut Kami.

Menurut Agama Shinto, Kami dapat diartikan “di atas” atau “unggul”,
sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual,
maka kata Kami dapat diartikan dengan “dewa”, Tuhan, atau sejenisnya.
Dengan demikian, bagi penganut Agama Shinto, kata Kami berarti suatu
objek pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek
pemujaan yang ada dalam Agama lain. Motoori Norinaga, seorang sarjana
dan pembaharu Agama Shinto pada zaman modern mengatakan bahwa pada
mulanya, istilah Kami diterapkan terhadap dewa-dewa langit dan bumi yang
disebutkan dalam dokumen-dokumen kuno tertulis, dan terdapat spirit-spirit
(mitama) yang mendiami tempat-tempat suci, tempat mereka dipuja. Selain
itu, bukan hanya manusia, tetapi juga burung-burung, binatang-binatang,
tumbuhan dan pohon-pohon, laut dan gunung-gunung, serta semua benda
lain, apapun bentuknya yang patut ditakuti dan dipuja karena memiliki
kekuasaan yang tinggi dan luar biasa, semuanya disebut Kami. Kami juga
tidak memerlukan sifat-sifat yang istimewa karena memiliki kemuliaan,
kebaikan, atau kegunaan yang khusus. Segala kewujudan yang jahat dan
mengerikan juga disebut Kami apabila merupakan objek-objek yang pada
umumnya ditakuti.

Dari penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa konsepsi yang


mendasari kedewaan dalam Agama Shinto terdiri atas empat hal.

1. Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala


alam itu dianggap dapat mendengar, melihat, dan lain sebagainya,
sehingga harus dipuja secara langsung.
2. Dewa-dewa tersebut dapat terjadi atau merupakan penjelmaan dari roh
manusia yang sudah meninggal.
3. Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai spirit (mitama) yang
beremanasi dan berdiam di tempat-tempat suci di bumi sekaligus

8
mempengaruhi kehidupan manusia. Kami ini bisa berasal dari orang
yang telah meninggal dunia atau ada juga yang berasal dari benda alam.
4. Pendekatan manusia terhadap dewa- dewa tersebut bertitik tolak pada
perasaan segan dan takut.

Dalam kepercayaan Agama Shinto, jumlah dewa yang dipuja tidak


terbatas, bahkan senantiasa bertambah, seperti diungkapkan dalam
istilah yao-yarozu no kami, yang berarti “delapan miliun dewa”. Menurut
Agama ini, kepercayaan terhadap begitu banyaknya jumlah tersebut justru
dianggap mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar
berarti menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang Agung, Maha
Sempurna, Maha Suci, atau Maha Murah. Oleh sebab itu, angka-angka
seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100, 500, dan seterusnya, dianggap
sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah para dewa itu
tidak terbatas jumlahnya. Dan, seperti halnya jumlah angka dengan
bilangannya yang besar, maka bilangan itu juga menunjukkan sifat
kebesaran dan keagungan dari Kami.

2. Konsep ketuhanan dan kepercayaan ajaran Agama Khong Hu Cu


Tuhan dalam konsep Khong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan
ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada
nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang
beriman. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan
Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur
(Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan
Maha Abadi Hukumnya (Zhen).

Ajaran-ajaran dalam kitab Su Si tidak begitu banyak memuat hal-hal


yang berkaitan dengan konsep metafisika. Ajaran metafisika justru banyak
bersumber pada kitab klasik, kitab yang sudah ada sebelum Khongcu lahir.
Yang dimaksud dengan ajaran metafisika di sini ialah ajaran yang mencakup
konsep tentang Tuhan, manusia, alam semesta dan konsep tantang hidup
sesudah mati. Tuhan dalam ajaran Khong Hu Cu sering disebut Thian atau

9
Tee, yang artinya Tuhan Yang Maha Besar atau Tuhan Yang Maha
Menguasai Langit dan Bumi. Di dalam kitab Ngo King biasa diberi kata sifat
sebagai berikut:

1. Siang Thian - artinya Thian Yang Maha Tinggi


2. Hoo Thian - artinya Thian Yang Maha Besar
3. Chong Thian - artinya Thian Yang Maha Suci
4. Bien Thian - artinya Thian Yang Maha Pengasih
5. Hong Thian - artinya Thian Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
6. Siang Tee - Tee Yang Menciptakan Alam Semesta.

Kongcu sendiri percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan
dipuja karena Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia
harus melakukan upacara-upacara keAgamaan sederhana dan sekhidmat
mungkin agara mendapatkan berkah dari Thian. Dalama kaitan ini, umat
manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena
menurut ajaran Khong Hu Cu orang tua adalah wakil Thian. Dengan adanya
kepercayaan kepada Thian yang oleh pemeluknya diterjemahkan sebagai
Tuhan Yang Maha Esa, Khong Hu Cu dapat dikelompokkan ke dalam
kepercayaan monotheis. Kepercayaan ini bersifat dogmatik, yang diyakini
umatnya berdasarkan wahyu (Agama langit).

Selain kepercayaan terhadap Thian dalam ajaran Khong Hu Cu


terdapat juga kepercayaan terhadap para malaikat (dewa-dewa), roh-roh suci
dan para nabi. Para penganutnya perlu melakukan penghormatan, sesajian dan
peribadatan mereka.Soal Ketuhanan, soal hari kiamat dan akhirat, soal hidup
sesudah mati tidak pernah disinggung-singgung.

Adapun yang dimuliakan dan dipuja oleh mereka adalah alam


(termasuk roh-roh, dewa-dewa, gunung, sungai-sungai, angin),
leluhur (termasuk kebaktian teman), dan langit (ahli-ahli sejarah Agama
menganggap bahwa dewa langit adalah yang tertua)..

10
Menurut Kong Hu Cu hidup ini ada dua nilai, yaitu Yen dan Li. Yen
artinya cinta atau keramahtamahan dalam hubungan dengan seseorang,
sedangkan Li artinya keserangkaian antara perilaku, ibadah, adat istiadat, tata
krama dan sopan santun. Kong Hu Cu mengatakan bahwa ada tiga hal yang
menjadi tempat orang besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan, kagum
terhadap orang-orang penting, dan kagum terhadap kata-kata orang bijaksana.
Orang yang tidak kagum terhadap tiga hal tersebut atau malah tidak
berperilaku sopan dan menghina kata-kata bijaksana adalah orang-orang yang
picik.

C. Ajaran/ Kepercayaan

1. Ajaran Agama Shinto


 Ajaran tentang KAMI

Istilah “Kami” diartikan “ di atas” atau “unggul”, yang secara


spiritual diartikan dengan “dewa”, Tuhan, God, dan sebagainya. “ bagi
bangsa Jepang istilah “Kami” yang menjadi suatu objek pemujaan
berbeda pengertiannya dengan pengertian objek pemujaan yang ada
dalam Agama lain, dan dimana istilah tersebut bisa berarti tunggal dan
jamak sekaligus, karena dewa dalam Agama Shinto jumlahnya tidak
terbatas, senantiasa bertambah, diungkapkan dalam istilah yao-yarozu
no Kami, “delapan milun dewa”.

Bangsa Jepang kuno menggunakan istilah Kami terhadap kekuatan


dan kekuasaan yang terdapat dalam berbagai objek, tanpa membedakan
apakah objek itu benda hidup atau mati, bersifat baik atau buruk. Semua
yang memiliki sifat-sifat misterius dan menimbulkan rasa segan dan takut
dianggap sebagai Kami.

“Pada mulanya istilah kami diterapkan terhadap dewa-dewa langit


dan bumi yang disebutkan dalam catatan-catatan kuno, dan juga terhadap
spirit mereka (mitama) yang mendiami tempat-tempat suci, tempat

11
mereka di puja. Dan lagi bukan manusia, tetapi burung-burung, bintang,
tetumbuhan dan pohon-pohon, laut dan gunung-gunung dan semua benda
lain, apa pun bentuk nya yang patut ditakuti dan dipuja sebab kekuasaan
yang luar biasa dan tinggi yang mereka miliki, semua disebut kami.
Wujud yang jahat dan mengerikan juga disebut kami. Diantara kami yang
berwujud manusia adalah Mikados, yang diantaranya adalah Guntur
(dalam bahasa jepang kami Naru atau dewa suara); naga, gema (kodama
atau spirit pohon) dan rubah yang dianggap kami karena menakutkan;
harimau dan serigala, laut dan gunung-gunung; wujud yang
menakutkan.”

Berdasarkan kutipan tersebut terdapat empat hal yang mendasari


konsepsi kedewaan dalam Agama Shinto, yaitu:

a. Dewa tersebut merupakan personafikasi gejala alam.


b. Dewa tersebut dapat pula berarti manusia.
c. Dewa tersebut dianggap mempunyai spirit yang mendiami tempat-
tempat dibumi dan mempengaruhi kehidupan manusia.
d. Pendekatan manusia terhadap dewa-dewa tersebut bertitik tolak dari
perasaan segan dan takut.
 Ajaran tentang Manusia

Konsep tentang manusia dapat ditelusuri dari kepercayaan akan


adanya garis kesinambungan antara Kami dan manusia. Kami diyakini
bukan merupakan sesuatu kekuasaan yang mutlak dan transenden atas
manusia. Oya-ku, suatu hubungan antara orangtua dan anak, atau antara
nenek moyang dan keturunannya. Hal ini digambarkan dalam mitologi
garis keturunan kaisar pertama Jepang, yang diyakini sebagai keturunan
Dewa Matahari. Jadi, “Manusia adalah putra Kami”. Ungkapan yang
mengandung dua pengertian: pertama, kehidupan manusia berasal
dari Kami, sehingga dianggap suci; kedua, kehidupan sehari-hari adalah
pemberian dari Kami.

12
Manusia disebut dengan hito yang berarti “tempat tinggal spirit”,
yang dalam bahasa Jepang kuno disebut ao-hito-gusa (rumput-manusia-
hijau) untuk memperbandingkan manusia dengan rumput hijau yang
tumbuh subur. Selain itu, manusia dapat disebut pula ame no masu hit
(manusia langit yang berkembang), maknanya adalah makhluk suci yang
memiliki kemampuan tidak terbatas. Setiap pemeluk Agama Shinto,
idealnya wajib menyadari bahwa ia memiliki asal-usul yang suci, jasmani
yang suci, dan tugas yang suci, dan harus hidup bekerjasama untuk
membangun sebuah dunia yang sejahtera.

 Ajaran tentang Dunia

Agama Shinto termasuk tipe Agama ”lahir satu kali”, dalam arti,
memandang dunia ini sebagai satu-satunya tempat kehidupan bagi
manusia. Dalam pemikiran Shinto ada tiga jenis dunia, yaitu:
(1) Tamano-hara, berarti “tanah langit tinggi”, sebuah dunia suci, rumah,
dan tempat tinggal para dewa langit (Amatsukami); (2) Yomino-kuni,
dunia yang dibayangkan sebagai dunia yang gelap, kotor, jelek,
menyengsarakan, tempat orang-orang yang sudah meninggal dunia;
(3) Tokoyono-kuni, berarti “kehidupan yang abadi”, “negeri yang jauh di
seberang lautan”, atau “kegelapan yang abadi”, yakni dunia yang
dibayangkan penuh dengan kenikmatan orang-orang yang kedamaian,
dianggap sebagai tempat tinggal arwah orang-orang yang meninggal
dalam keadaan suci. Ketiga dunia ini sering disebut kakuriyo (dunia yang
tersembunyi), dan dunia tempat tinggal manusia disebut ut-sushiyo
(dunia yang terlihat atau dunia yang terbuka).

Dalam Agama Shinto, langit bersifat suci. Mitologi menyatakan


ketika terjadinya penciptaan, unsur-unsur alam yang halus berubah
menjadi langit, dan unsur-unsur yang berat berubah menjadi bumi.
Takama-no-hara dianggap sebagai dunia yang cemerlang yang segala
sesuatunya lebih baik dari dunia ini dan menjadi tempat tinggal para

13
Dewa Langit. Adapun dunia ini adalah tempat tinggal para dewa yang
hidup dibumi, disebut kuni-tsu-kami. Dalam mitologi disebutkan bahwa
para dewa turun dari langit untu menciptakan kedamaian dan
kesejahteraan di muka bumi. Meski demikian, bukan berarti bahwa dunia
langit secara esensial berbeda dengan dunia bumi, tetapi hanya
merupakan dunia yang lebih baik dari dunia manusia. Jika dibandingkan
dengan dunia orang mati (Yomi) , maka dunia langit adalah dunia ideal.

Motoori Norinaga menyatakan, bahwa dunia manusia ini akan


senantiasa tumbuh dan berkembang serta berubah terus menerus. Oleh
karena itu, Agama Shinto tidak memiliki ajaran tentang hidup di hari
kemudian atau hidup setelah mati, karena dunia tempat tinggal manusia
tidak akan musnah. Berdasarkan pandangan ini, maka saat-saat
kehidupan manusia di dunia sekarang ini merupakan saat-saat yang
penuh dengan nilai, dan setiap pemeluk Shinto diharuskan bdrperan aktif
dalam perkembangan dunia yang abadi dan harus memanfaatkan setiap
saat dalam kehidupan semaksimal mungkin.

Dengan demikian, Agama Shinto lebih menekankan pada


pandangan yang lebih berorientasi kekinian dan keduniaan, pandangan
keduniaan yang menjadikan kehidupan dunia sekarang adalah satu-
satunya dunia untuk kehidupan manusia.

 Ajaran tentang Etika

Menurut D.C. Holten, ahli sejarah Jepang, menyatakan bahwa


orang-orang Jepang dilahirkan dalam ajaran Shinto, kesetiaannya
terhadap kepercayaan dan pengalaman ajarannya menjadi kualifikasi
pertama sebagai “orang Jepang yang baik”.

Beberapa ajaran yang berkaitan dengan kepribadian terkandung


dalam ajaran kesusilaan yang biasanya dilakukan para bangsawan atau
para ksatria Jepang, antara lain:

14
a) Keberanian dianggap sebagai suatu keutamaan pokok dan ditanamkan
pada anak dalam masa permulaan hidupnya. Sikap keberanian
dinyatakan dengan semboyan: “Keberanian yang benar untuk hidup
ialah bilamana hal itu benar untuk hidup, dan untuk mati bilamana hal
itu benar untuk mati”.
b) Sifat penakut dikutuk, karena sifat ini dipandang dosa. “Semua dosa
besar dan kecil dapat diampuni dengan melalui cara tobat, kecuali
penakut dan pencuri”.
c) Loyalitas, yaitu setia, kesetian pertama kepada Kaisar, kemudian
meluas kepada seluruh anggota keluarga Kaisar, pada masyarakat dan
pada generasi yang akan dating.
d) Kesucian dan kebersihan adalah suatu hal yang sangat penting dalam
Shintoisme, oleh karenanya dalam faham ini terdapat upara-upacara
pensucian. Orang tidak suci adalah berdosa, karena berarti melawan
dewa-dewa.
Atas pengaruh ajaran kebersihan dan kesucian ini, maka soal
“mandi” termasuk perbuatan utama, sehingga dijadikan salah satu
upacara keAgamaan. Kamar atau tempat mandi dipandang sebagai
tempat yang menarik hati bagi semua orang, sedang waktu mandi
ditetapkan sebagai tradisi, misalnya 2 jam di waktu sore antara jam
17.00 dan 19.00 sebelum makan malam. Banyak terdapat upacara-
upacara ditetapkan dengan melalui permandian.

2. Ajaran Agama Khong Hu Cu


Kong Hu cu mengembangkan ajaran-ajaran tentang ketuhanan ,
keimanan , dan tentang kehidupan setelah kematian. Adapun penjelasannya
seperti dibawah ini:

 Ajaran tentang ketuhanan

Dalam Khong Hu Cu sendiri istilah Tuhan disebut dengan Thian.


Dalam kitab-kitab Agama Khong Hu Cu terdapat banyak berbicara

15
tentang Thian atau Tuhan YME. Diantaranya terdapat dalam kitab She
Cing (kitab puisi). Dalam kitab ini banyak berbicara tentang Tuhan
YME. Yang dalam umat Khong Hu Cu disebut dengan Thien dan Shang
Ti. Ada sebuah syair dari kitab She Cing tersebut yaitu : “kekuasaan dan
bimbingan dari Thian (Tuhan YME) sangat luas dan dalam hal ini diluar
jangkauan suara, sentuhan, atau penciuman” (She Cing IV Wen Wang
1/7). “Oh, betapa besarnya Shang Ti (Tuhan Yang Maha Kuasa),
berkahnya tercurahkan kebumi, dengan pandangan yang menyeluruh
dengan perhatian yang seksama mengatur segala makhluk didunia agar
hidup dalam berkecukupan (She Cing IV Wen Wang VII/I)”

Syair diatas, ditulis jauh sebelum Khong Hu Cu lahir, menurut


perkiraan para ahli sejarah, Syair-syair tersebut ditulis kira-kira 1000
tahun sebelum kelahiran Khong Hu Cu atau sekitar tahun 1550 SM. Dari
syair diatas bahwa dapat dikatakan bahwa karya-karya klasik yang ditulis
1000 tahun sebelum kelahiran Khong Hu Cu tersebut, sudah mengenal
konsep Tuhan yang mereka kenal dengan Thien dan Shang Ti.

Istilah Tuhan paling jumpai dalam kitab Su Cing dan She Cing,
bahkan beberapa kali diulang kata Thien dan Shang Ti, didalam kitab
tersebut istilah Thien dijumpai sebanyak 85 kali dan istilah Shang Ti
dijumpai sebanyak 336 kali. Ini menunjukan bahwa umat Khong Hu Cu
juga memiliki konsep theistik. Atau sebelum Khong Hu Cu lahir pun
sudah memiliki konsep Tuhan sendiri, mereka gambarkan konsep Tuhan
sebagai suatu zat maha tinggi yang bisa mengatur kehidupan manusia
dibumi ini atau sebagai zat yang menciptakan adanya alam ini.

Agama Khong Hu Cu adalah Agama monoteis, percaya hanya pada


satu Tuhan, yang biasa disebut Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi
(Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Khong Hu Cu tidak
dapat diperkiarakan dan ditetapkan. Dalam Yijing dijelaskan bahwa
Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin,

16
Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha
Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya
(Zhen). Banyak sekali bahwa Khong Hu Cu berbicara tentang Tuhan, ini
dilihat dari beberapa banyak kitab-kitabnya. Umat Khong Hu Cu pun
juga mengenal istilah Thian Li dan Thian Ming.

Thian Li adalah Tuhan Yang Maha Esa atau sesuatu yang


absolut, yang mutlak dab tidak dijadikan oleh siapa pun. Segala sesuatu
yang ada dialam semesta ini berjalan menurut hukum-hukumnya (Thien
Li), istilah Thian Li ini sebenernya bersumber pada pada pengertian
Thian yang mengalami penafsiran atau perluasan pada masa Neo-
Konfusianisme. Jadi Thian Li itu sendiri bukanlah nama lain dari Thian.
Akan tetapi dekat dengan pengertian firman Thian atau hukum-hukum
dan peraturan yang bersumber dari Thian.

Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dijadikan


atau sesuatu yang telah terjadi. Pangeran Chou pernah mengajarkan
Thien Ming, yang isinya bahwa Thien memberikan ketetapan kepada
seseorang untuk memimpin bangsa atau negara. Artinya bahwa seorang
manusia harus menjalankan tug a dan kewajibannya sesuai dengan
kehendak Tuhan atau Thian. Intinya yaitu melakukan kebajikan, bila
seseorang tidak menjalankan kebajikan tersebut maka ia kehilangan
amanat dan tugas, artinya gagal dalam kehidupan ini, dan sebaliknya bila
menjalankan atau mengembangkan maka ia dikatakan sebagai manusia
yang berhasil dalam kehidupannya, yaitu menjadi keharmonisan dalam
hidupnya.

 Ajaran tentang keimanan

Dalam Agama Kong Hu Cu ada yang disebut pengakuan Iman,


diantaranya ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam
Agama Khong Hu Cu:

17
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang
Tian)
 Sing Sien Hong Thian ( sepenuh iman percaya tehadap Tuhan
Yang Maha Esa).
 Bu Ji Bu Gi ( jangan mendua hati, jangan bimbang).
 Siang Tee Liem Li ( Tuhan Yang Maha Tinggi Besertamu).
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
 Sing Cun Khoat Til ( sepenuh iman menjunjung kebajikan).
 Bu Wan Hut Kai ( tiada jarak jauh tak terjangkau).
 Khik Hiang Thian Siem ( sungguh hati Tuhan merahmati).
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
 Sing Liep Bing-bing ( sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
 Cun Siem Yang Sing ( jagalah hati, rawatlah watak seajati).
 Cik Tu Su Thian ( mengabdi Tuhan)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
 Sing Ti Kwi Sien ( sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh).
 Cien Siu Kwa Yok ( tekunlah membina diri, kurang keinginan).
 Hwat Kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap terbatas
tengah).
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
 Sin Yang Haw Su ( sepenuh iman merawat cinta berbakti).
 Liep Sien Hing Too ( tegakkan didi menempuh jalan suci).
 I Hian Hu Boo ( demi memuliakan Ayah Bunda).
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun
Mu Duo)
 Sing Sun Bok Tok ( sepenuh iman mengikuti genta rohani).
 Ci Cun Ci Sing ( yang terjunjung, Nabi agung).
 Ing Poo Thian Bing ( yang dilindungi firman Tuhan).
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin
Jing Shu)

18
 Sian Khiem Su Si ( sepenuh iman memuliakan SuSi).
 Thian He Tai King ( kitab suci besar dunia).
 Liep Bing Tai Pun ( pokok besar tegakkan firman).
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
 Sing Hing Tai Too ( sepeunuh iman menempuh jalan suci yang
Agung)
 Su Ji Put Li ( sekejap pun tidak terpisah)
 Ajaran tentang hidup setelah mati

Dalam masyarakat Cina yang menganut paham konfucianisme, ide


tentang Tuhan dan kehidupan setelah mati tidak ditolak, dan juga tidak
ditekankan untuk diketahui. Dalam pikiran orang Cina langit dan
kehidupan orang setelah mati tidak begitu dibahas secara terperinci.
Dalam trdisi orang Cina juga dalam kehidupan sehari-hari terutama
dalam upacara kematian, mereka mempersembahkan berbagai korban
untuk para leluhur atau para roh-roh keluarganya. Supaya roh-roh
tersebut mendapat ketenangan dialam surga. Mengingat kuatnya tradisi
pandangan hidup rahaniah yang berlatar belakang pada kepercayaan
kepada ahal-hal ghaib itu. Maka dapat dikatakan bahwa landasan hidup
religius bangsa Cina adalah dalam bentuk pemujaan-pemujaan terhadap
para leluhur (nenek moyang) yang ada di langit dan alam sekitarnya.

Manusia berdo‟a pada nenek moyang atau para leluhur mereka,


karena itu dinamakan perbuatan anak lai-laki yang berbakti (Hau) pada
orang tua. Penyebahan kepada roh-roh hanya berlaku pada lingkungan
keluarga saja yang telah meninggal. Pemujaan arwah nenek moyang
telah merupakan tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung
Fu Tze. Tradisi tersebut dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena
dipandangnya suatu sumber azasi bai nilai-nilai lainnya.

Menurut kepercayaan, ibu-bapak yang telah meninggal tetap hidup


berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya. Perembahan makanan

19
pada waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi
perlambang santap bersama yang dipandang sakral.

D. Kitab Suci

1. Kitab Suci Agama Shinto

Dalam Agama Shinto ada dua kitab suci yang tertua, tetapi di susun
sepuluh abad sepeninggal jimmi temmo (660 SM), kaisar jepang yang
pertama. Dan dua buah lagi di susun pada masa yang lebih belakangan,
keempat empat kitab tiu adalah sebagi berikut :

1. Kojiki - yang bermakna : catatan peristiwa purbakala. Disusun pada


tahun 712 masehi, sesudah kekaisaran jepang berkedudukan di nara,
yang ibukota nara itu di bangun pada tahun 710 masehi menuruti model
ibukota changan di tiongkok.
2. Nihonji - yang bermakna : riwayat jepang. Di susun pada tahun 720
masehi oleh penulis yang sama degan di Bantu oelh seorang pangeran
di istana.
3. Yeghisiki - yang bermakna : berbagai lembaga pada masa yengi, kitab
ini disusun pada abad kesepuluh masehi terdiri atas 50 bab. Sepuluh
bab yang pertama berisikan ulasan kisah kisah yang bersifat kultus,
disusuli dengan peristiwa selanjutnya sampai abad kesepuluh masehi,
tetapi inti isinya adalah 25 norito yakni do‟a do‟a pujaan yang sangat
panjang pada berbagai upacara keAgamaan.
4. Manyosiu - yang bermakan : himpunan sepuluh ribu daun, berisikan
bunga rampai, yang terdiri atas 4496 buah sajak, disusun antara abad
kelima dengan abad kedelapan masehi.

2. Kitab Suci Agama Khong Hu Cu

Kitab suci Agama Konghucu terdapat 3 kelompok, yakni:

1. Su Si / Shi Su / Empat Buku

20
Merupakan kitab suci yang langsung bersumber pada nabi Kongcu
hingga Bingcu. Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi
Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari:

a) Kitab Thai Hak / Da Xue (Kitab Ajaran Besar)

Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi


Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda. Terdiri dari 1 Bab
utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V.Merupakan Kitab
Tuntunan panduan pembinaan diri yang berisi tentang etika dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, negara dan dunia.

Dalam kata pengantar kitab Thai Hak tersebut dikatakan bahwa


Thai Hak ini adalah kitab warisan mulia kaum Khong yang
merupakan ajaran permulaan untuk memasuki pintu gerbang
kebajikan. Dengan mempelajari kitab Thai Hak ini dapat diketahui
cara belajar orang zaman dahulu. Siapa yang akan mempelajari kitab –
kitab lainnya seperti Lun Yu atau Lun Gi (sabda suci), Tiong Yong
atau Zhong Yong (tengah sempurna), dan Bingcu atau Mencius, dapat
mulai dengan mempelajari kitab Thai Hak ini.

b) Kitab Tiong Yong / Zhong Yong (Kitab Tengah Sempurna)

Ditulis oleh Cu Su / Zi Shi alias Khong Khiep, cucu nabi


Kongcu.yang kemudian disusun lagi oleh Zi Hi.Terdiri dari satu bab
utama 32 bab uraian, 3.568 huruf. Merupakan kitab keimanan bagi
Umat Ji. Kitab Tiong Yong ini berarti tengah sempurna. “tangah”
diartikan “tepat sasaran”, ditambahkan lagi bahwa “tengah” itu “jalan
yang lurus di dunia” dan “sempurna” adalah “hukm tetap dunia”.
Dapat juga dikatakan bahwa “tengah sempurna” itu adalah berbuat
sesuai dengan hukum alam.

Disamping membicarakan mengenai Tiong Yong itu sendiri,


kitab ini juga membicarakan tentang arti Agama, Thian (Tuhan Yang

21
Maha Esa), susilawan (Kuncu), Tuhan dan manusia yang susila
(kuncu), serta membicarakan mengenai keperwiraan , ajaran – ajaran
etika, keimanan, jalan suci Tuhan Yang Maha Esa, dan hukum –
hukum yang ada dalam alam ini.

c) Kitab Lun Gi / Lu Yu (Kitab Sabda Suci)

Merupakan kumpulan perkataan Khonghucu, yang disusun para


pengikutnya setelah Khonghucu wafat. Kitab ini ada tiga macam,
yaitu versi Naskah Kuno, versi Shi‟I, dan versi Lu. Yang kebanyakan
dipakai sekarang adalah versi Lu. Antara ketiga versi itu berbeda-
beda.

Secara umum kitab ini berisi tentang Hak Ji (belajar), Wi


Cung (pemerintahan), Pat Let (tarian/ seni), Li Jien (cinta kasih),
nama – nama orang, Hiang Tong (kampong), dan lain- lain. Secara
khusus Lun Yu berisikan hal – hal yang berhubungan dengan
pembicaraan dan nasehat yang diberikan oleh Khonghucu yang
berkaitan dengan kondisi masa itu.

d) Kitab Bingcu / Mencius (Kitab Bingcu)

Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan


Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-
muridnya. Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf.
Merupakan kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu
dalam menjalankan kehidupan masa itu dengan menegakkan ajaran –
ajran Khonghucu. Pendirian Bing Cu adalah mengungkapkan cinta
kasih dan kebenaran, menebarkan jalan suci, kebajikan, dan mengakui
Tuhan Ynang Maha Esa (Thian).

2. Ngo King / Lima Kitab

Kelompok kedua ini, merupakan kitab-kitab suci yang berasal dari


para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan kitab-kitab Suci yang

22
mendasari Agama Khonghucu. Ngo King ini dihimpun, diperbagus,
disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu. Terdiri dari :

a) Kitab Sie King / Shi Jing (Kitab Sajak)

Kitab ini terdiri dari 39.222 huruf yang berisikan kumpulan sajak
ata nyanyian yang bersifat lagu rakyat yang berasal dari berbagai
negeri, sajak ini dibagi ke dalam empat bagian nyanyian untuk
upacara istana dan nyanyian untuk mengiringi uapacara ibadah,
yaitu:Kok Hong ( Nyanyian Rakyat ), Siau Nge ( Pujian kecil ), Tai
Nge (pujian besar), dan Siong ( Pemujaan /Puja).

Sajak yang tertua berasal dari Dinasti Siang 1766-1122 SM,


sedangkan yang termuda berasal dari jaman Raja Muda Ciu Ting Ong
( 605-586 SM).
Sie King dibagi menjadi 4 Bab, yakni :
- Kok Hong / Guo Feng / Nyanyian Rakyat atau Adat Istiadat
15 Buku 160 Sajak
- Siau Nge / Xiau Ya / Pujian Kecil, pengiring upacara di istana.
8 Buku 80 Sajak
- Tai Nge / Da Ya / Pujian Besar kepada Nabi Ki Chiang / Bun Ong
3 Buku 31 Sajak
- Siong / Song untuk mengiringi upacara peribadahan
3 Buku 40 Saja.

b) Kitab Shu King / Shu Jing (Kitab Hikayat)

Kitab ini berisikan teks – teks dokumentasi sabda, peraturan,


nasehat, maklumat para nabi dan raja – raja suci purba. Kitab yang
tertua berasal dari zaman sekitar abad ke-23 S.M. dan yang terakhir
berasal dari zaman pertangahan dinasti Ciu, sekitar abad ke-6 S.M.

Su King terdiri dari 25.700 huruf, tersisa 58 Bab. Terdiri dari 4


Buku 6 Jilid, yaitu :

23
1. Gi su, 5 Bab, Hikayat Tong Giau ( 2357 – 2255 SM ) & Gi Sun (
2255 – 2205 SM ) Didalamnya terdapat Giau Tian ( perundangan
Baginda Giau ) dan Sun Tian ( perundangan Baginda Sun ).
2. He Su, 4 Bab, Naskah-Naskah Dinasti He (2205 – 1766 SM )
3. Siang Su, 17 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Siang ( 1766 – 1122 SM
).
4. Ciu Su; A, B, C; 32 Bab, Naskah - Naskah Dinasti Ciu (1122-255
SM).

c) Kitab Ya King / Ya Jing / I Ching (Kitab Perubahan)

Kitab ini mengemukakan tentang sistem filsafat yang fantastis,


yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).

d) Kitab Li Chi (Kitab tentang Upacara-upacara)

Konfusius menyetujui beberpa upacara tradisional untuk


mendisiplinkan rakyat dan membawa kehalusan budi, keagungan dan
kesopanan ke dalam tingkah laku social mereka. Ia menyoroti asal –
usul dan pentingnya upacara – upacara kuno dan mengingatkan bahwa
Li adalah suatu pernyataan perasaan. Dengan mengkritik praktek –
praktek yang merendahkan derajat, ia menyatakan bahwa Li tanpa
perasaan adalah tidak lain daripada upacara – upacara yang pura –
pura saja.

e. Kitab Chu‟un Chi‟ii / Sejarah Musim Semi dan Musim Rontok

Berisi catatan kronologis tentang peristiwa – peristiwa di negeri Lu


mulai tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 S.M.) hingga
tahun keempat belas dari pemerintahn Pangeran Ai (481 S.M).
menurut Chu Chai, tema pokok kitab ini adalah menempatkan noram
– norma pemerintahan yang baik, menetapkan kembali pangeran –
pangeran yang merebut kekuasaan di tempat mereka semula dan

24
menghukum menteri – menteri yang berbuat salah sehingga
perdamaian dunia dan persatuan dapat dipulihkan.

Selain Kitab Ngo King dan Su Si, ada 1 kitab lagi yang tidak boleh
tidak dipentingkan. Yaitu:

3. Hauw King / Xiao Jing (Kitab Bakti)

Ditulis oleh Cingcu, murid Nabi Khongcu yang terdiri dari 18 Bab.
Berisi percakapan Nabi Khongcu dengan Cingcu. Merupakan Ajaran
tentang Berbakti dan Memuliakan Hubungan. Zaman dahulu, seorang
murid wajib memulai pendidikan dengan belajar Hauw King, baru
kemudian belajar Su Si dan terakhir Liok King / Liu Jing / Enam Untaian
/ Himpunan Kitab ( atau yang dikenal sebagai Ngo King).

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin”

adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti

lafdziah “jalannya roh”, sedangkan Agama Khong Hu Cu/Ru jiao adalah

ajaran/Agama untuk berbakti bagi kaum lembut budi pekerti yang

mengutamakan perbuatan baik, selaras dan berkebajikan.

2. Dalam keyakinan Agama Shinto, semua roh dianggap memiliki kekuasaan

yang berpengaruh terhadap kehidupan penganut Shinto, sedangkan Tuhan

dalam konsep Khong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan,

namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia

3. Ajaran dalam Agama Shinto berupa : (1) Ajaran tentang KAMI, (2) Ajaran

tentang Manusia, (3) Ajaran tentang Dunia, (4) dan Ajaran tentang Etika,

sedangkan ajaran dalam Agama Khong Hu Cu berupa : (1) Ajaran tentang

ketuhanan, (2) Ajaran tentang keimanan, (3) Ajaran tentang hidup setelah

mati.

4. Terdapat 4 kitab dalam Agama Shinto yaitu Kojiko, Nihonci, Yeghisiki,

Manyosiu sedangkan dalam Agama Khong Hu Cu ada 3 kitab yaitu Su Si,

Ngo King, dan hauw King (Kitab Bakti).

26
B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah


ini, hal ini di karenakan minimnya pengetahuan yang dimiliki dan kurangnya
referensi yang di dapat. Untuk itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar makalah ini bisa lebih baik.

27
Daftar Pustaka

Djam‟annuri. Artikel Agama Shinto dalam buku Agama-Agama Di Dunia.


Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga Press.1988.
Jonathan Norton Leonard, Early Japan. Nederland : Time-Life International. 1984
Kitagawa, Joseph M. Religion in Japanese history. New York : Columbia
University Press.1966.
Muchtar, Adeng Ghazali. Ilmu perbandingan Agama. Bandung :Pustaka Setia.
2000.
Sudiarja Dr.A,Dkk., Suatu pencarian makna hidup dalam Zen Buddhisem.
Yogyakarta :
Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)cet-01. 1997
Thalhas, T.H. Pengantar Study Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta : Galura Pase.
2006.
Dikutip dari http://Agama-
Agamadunia2017ih3akelompok7.blogspot.com/2017/11/1.html?m=1

Dikutip dari http://enikustirahayu.blogspot.com/2018/12/makalah-Agama-kong-


hu-cu.html?m=1

Dikutip dari
http://Agamaduniakelompok8iat3f2016.blogspot.com/2016/12/makalah-
Agama-konghucu.html?m=1

28

Anda mungkin juga menyukai