Disusun oleh :
Kelompok 4
Mentari (2169010847)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat karunia, serta hidayah-Nya kepada kami sebagai penyusun makalah ini
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan juga
tepat waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun tentu saja mengalami
suka ataupun duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai seperti sekarang ini tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak.
Tidak ada manusia yang sempurna, kami menyadari bahwa makalah ini
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat membutuhan kritik dan
saran dari Dosen ataupun teman-teman yang sifatnya membangun.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada
pendengar yang salah satunya adalah menambah pengetahuan mengenai “Agama
Khong Hu Cu dan Agama Shinto.”
Penyusun,
(kelompok 4)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
A. Asal-Usul
1. Asal-Usul Kedewaan Agama Shinto
2. Asal-Usul Agama Khong Hu Cu
B. Konsep ketuhanan dan Kepercayaan
1. Konsep ketuhanan dan kepercayaan Agama Shinto
2. Konsep ketuhanan dan kepercayaan ajaran Agama Khong Hu Cu
C. Ajaran/ Kepercayaan
1. Ajaran Agama Shinto
2. Ajaran Agama Khong Hu Cu
D. Kitab Suci
1. Kitab Suci Agama Shinto
2. Kitab Suci Agama Khong Hu Cu
1. Maksud
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama.
1
2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui
dan memahami apa itu Agama Shinto dan Agama Khong Hu Cu baik
secara teoritis maupun secara praktis.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah wawasan penulis mengenai Agama Shinto dan Agama
Khong Hu Cu.
2. Pendidikan
Sebagai masukkan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada
didalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta
pemerintah secara umum.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan.
4. Bagi penulis berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul
Nama asli Agama itu ialah Kami no Michi yang bermakna jalan dewa.
Pada saat Jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli
itu terdesak kebelakang oleh nama baru, yaitu Shin-To. Nama baru itu
perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna jalan langit. Perubahan
bunyi iitu serupa halnya dengan aliran Chan, sebuah sekte Agama Budha
mazhab Mahayana di Tiongkok, menjadi aliran Zen sewaktu berkembang di
Jepang.
3
budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang
dilandasi kepercayaan animisme, maka Paham ini dapat digolongkan dalam
klasifikasi Agama alamiah.
Pada abad ke-7 Shinto masih berpegang teguh pada sifatnya yang
sederhana dan corak keAgamaannya yang animistis. Akan tetapi karena saat
itu pula bangsa jepang mulai membayangkan sebagai sebuah Negara
kekaisaran yang mampu menyaingi kultur bangsa Cina yang sudah lebih
dulu maju, dan Agama Shinto memeberi kemungkinan diciptakannya suatu
kultus nasional seperti yang pernah dilakukan oleh para penguasa suku
Yamato jauh sebelumnya, maka pemujaan terhadap Dewi Matahari yang
pernah dikembangkan oleh suku tersebut dihidupkan dan digalakkan
kembali.
4
diperlukan orang‟, sedangkan „Ru‟ sendiri bermakna (柔) „Rou‟ lembut
budi-pekerti, penuh susila, (优) „Yu‟–Yang utama, mengutamakan
perbuatan baik, lebih baik, .和 He – Harmonis, Selaras, 濡 Ru – Menyiram
dengan kebajikan, bersuci diri,. „Jiao 教 berasal dari kata „xiao‟孝 (berbakti)
dan 文 „wen‟ (sastra, ajaran). Jadi „jiao‟ berarti ajaran/sastra untuk berbakti.
Maka Ru jiao adalah ajaran/Agama untuk berbakti bagi kaum lembut budi
pekerti yang mengutamakan perbuatan baik, selaras dan berkebajikan.
5
Agama tersebut hanya mengenal satu Tuhan, yakni dikenal dengan istilah
THIAN (Tuhan Yang Maha Esa), Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa ).
6
Nabi Kongzi bermarga Kong berawal ada pejabat yang bernama
Kongjia pada masa pemerintahan Kaisar Huang Di (2697-2597) keturunan
Kong Jia ini kemudian menggunakan Kong sebagai marganya Cheng Tang
yang bernama Lu dari dinasti Shang ( 1600-1100 SM ). Ketika Khong Hu
Cu berusia empat tahun, ia bermain dengan teman- teman sebayanya. Dalam
bermain, ia senang memimpin teman-temannya dalam menirukan orang–
orang dewasa melakukan upacara sembahyang. Pada ibunya ia pernah
meminta alat alat sembahyang tiruan yang disebut Coo dan Too.
7
kehidupan penganut Shinto. Daya-daya kekuasaan inilah yang mereka
sebut Kami.
Menurut Agama Shinto, Kami dapat diartikan “di atas” atau “unggul”,
sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual,
maka kata Kami dapat diartikan dengan “dewa”, Tuhan, atau sejenisnya.
Dengan demikian, bagi penganut Agama Shinto, kata Kami berarti suatu
objek pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek
pemujaan yang ada dalam Agama lain. Motoori Norinaga, seorang sarjana
dan pembaharu Agama Shinto pada zaman modern mengatakan bahwa pada
mulanya, istilah Kami diterapkan terhadap dewa-dewa langit dan bumi yang
disebutkan dalam dokumen-dokumen kuno tertulis, dan terdapat spirit-spirit
(mitama) yang mendiami tempat-tempat suci, tempat mereka dipuja. Selain
itu, bukan hanya manusia, tetapi juga burung-burung, binatang-binatang,
tumbuhan dan pohon-pohon, laut dan gunung-gunung, serta semua benda
lain, apapun bentuknya yang patut ditakuti dan dipuja karena memiliki
kekuasaan yang tinggi dan luar biasa, semuanya disebut Kami. Kami juga
tidak memerlukan sifat-sifat yang istimewa karena memiliki kemuliaan,
kebaikan, atau kegunaan yang khusus. Segala kewujudan yang jahat dan
mengerikan juga disebut Kami apabila merupakan objek-objek yang pada
umumnya ditakuti.
8
mempengaruhi kehidupan manusia. Kami ini bisa berasal dari orang
yang telah meninggal dunia atau ada juga yang berasal dari benda alam.
4. Pendekatan manusia terhadap dewa- dewa tersebut bertitik tolak pada
perasaan segan dan takut.
9
Tee, yang artinya Tuhan Yang Maha Besar atau Tuhan Yang Maha
Menguasai Langit dan Bumi. Di dalam kitab Ngo King biasa diberi kata sifat
sebagai berikut:
Kongcu sendiri percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan
dipuja karena Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia
harus melakukan upacara-upacara keAgamaan sederhana dan sekhidmat
mungkin agara mendapatkan berkah dari Thian. Dalama kaitan ini, umat
manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena
menurut ajaran Khong Hu Cu orang tua adalah wakil Thian. Dengan adanya
kepercayaan kepada Thian yang oleh pemeluknya diterjemahkan sebagai
Tuhan Yang Maha Esa, Khong Hu Cu dapat dikelompokkan ke dalam
kepercayaan monotheis. Kepercayaan ini bersifat dogmatik, yang diyakini
umatnya berdasarkan wahyu (Agama langit).
10
Menurut Kong Hu Cu hidup ini ada dua nilai, yaitu Yen dan Li. Yen
artinya cinta atau keramahtamahan dalam hubungan dengan seseorang,
sedangkan Li artinya keserangkaian antara perilaku, ibadah, adat istiadat, tata
krama dan sopan santun. Kong Hu Cu mengatakan bahwa ada tiga hal yang
menjadi tempat orang besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan, kagum
terhadap orang-orang penting, dan kagum terhadap kata-kata orang bijaksana.
Orang yang tidak kagum terhadap tiga hal tersebut atau malah tidak
berperilaku sopan dan menghina kata-kata bijaksana adalah orang-orang yang
picik.
C. Ajaran/ Kepercayaan
11
mereka di puja. Dan lagi bukan manusia, tetapi burung-burung, bintang,
tetumbuhan dan pohon-pohon, laut dan gunung-gunung dan semua benda
lain, apa pun bentuk nya yang patut ditakuti dan dipuja sebab kekuasaan
yang luar biasa dan tinggi yang mereka miliki, semua disebut kami.
Wujud yang jahat dan mengerikan juga disebut kami. Diantara kami yang
berwujud manusia adalah Mikados, yang diantaranya adalah Guntur
(dalam bahasa jepang kami Naru atau dewa suara); naga, gema (kodama
atau spirit pohon) dan rubah yang dianggap kami karena menakutkan;
harimau dan serigala, laut dan gunung-gunung; wujud yang
menakutkan.”
12
Manusia disebut dengan hito yang berarti “tempat tinggal spirit”,
yang dalam bahasa Jepang kuno disebut ao-hito-gusa (rumput-manusia-
hijau) untuk memperbandingkan manusia dengan rumput hijau yang
tumbuh subur. Selain itu, manusia dapat disebut pula ame no masu hit
(manusia langit yang berkembang), maknanya adalah makhluk suci yang
memiliki kemampuan tidak terbatas. Setiap pemeluk Agama Shinto,
idealnya wajib menyadari bahwa ia memiliki asal-usul yang suci, jasmani
yang suci, dan tugas yang suci, dan harus hidup bekerjasama untuk
membangun sebuah dunia yang sejahtera.
Agama Shinto termasuk tipe Agama ”lahir satu kali”, dalam arti,
memandang dunia ini sebagai satu-satunya tempat kehidupan bagi
manusia. Dalam pemikiran Shinto ada tiga jenis dunia, yaitu:
(1) Tamano-hara, berarti “tanah langit tinggi”, sebuah dunia suci, rumah,
dan tempat tinggal para dewa langit (Amatsukami); (2) Yomino-kuni,
dunia yang dibayangkan sebagai dunia yang gelap, kotor, jelek,
menyengsarakan, tempat orang-orang yang sudah meninggal dunia;
(3) Tokoyono-kuni, berarti “kehidupan yang abadi”, “negeri yang jauh di
seberang lautan”, atau “kegelapan yang abadi”, yakni dunia yang
dibayangkan penuh dengan kenikmatan orang-orang yang kedamaian,
dianggap sebagai tempat tinggal arwah orang-orang yang meninggal
dalam keadaan suci. Ketiga dunia ini sering disebut kakuriyo (dunia yang
tersembunyi), dan dunia tempat tinggal manusia disebut ut-sushiyo
(dunia yang terlihat atau dunia yang terbuka).
13
Dewa Langit. Adapun dunia ini adalah tempat tinggal para dewa yang
hidup dibumi, disebut kuni-tsu-kami. Dalam mitologi disebutkan bahwa
para dewa turun dari langit untu menciptakan kedamaian dan
kesejahteraan di muka bumi. Meski demikian, bukan berarti bahwa dunia
langit secara esensial berbeda dengan dunia bumi, tetapi hanya
merupakan dunia yang lebih baik dari dunia manusia. Jika dibandingkan
dengan dunia orang mati (Yomi) , maka dunia langit adalah dunia ideal.
14
a) Keberanian dianggap sebagai suatu keutamaan pokok dan ditanamkan
pada anak dalam masa permulaan hidupnya. Sikap keberanian
dinyatakan dengan semboyan: “Keberanian yang benar untuk hidup
ialah bilamana hal itu benar untuk hidup, dan untuk mati bilamana hal
itu benar untuk mati”.
b) Sifat penakut dikutuk, karena sifat ini dipandang dosa. “Semua dosa
besar dan kecil dapat diampuni dengan melalui cara tobat, kecuali
penakut dan pencuri”.
c) Loyalitas, yaitu setia, kesetian pertama kepada Kaisar, kemudian
meluas kepada seluruh anggota keluarga Kaisar, pada masyarakat dan
pada generasi yang akan dating.
d) Kesucian dan kebersihan adalah suatu hal yang sangat penting dalam
Shintoisme, oleh karenanya dalam faham ini terdapat upara-upacara
pensucian. Orang tidak suci adalah berdosa, karena berarti melawan
dewa-dewa.
Atas pengaruh ajaran kebersihan dan kesucian ini, maka soal
“mandi” termasuk perbuatan utama, sehingga dijadikan salah satu
upacara keAgamaan. Kamar atau tempat mandi dipandang sebagai
tempat yang menarik hati bagi semua orang, sedang waktu mandi
ditetapkan sebagai tradisi, misalnya 2 jam di waktu sore antara jam
17.00 dan 19.00 sebelum makan malam. Banyak terdapat upacara-
upacara ditetapkan dengan melalui permandian.
15
tentang Thian atau Tuhan YME. Diantaranya terdapat dalam kitab She
Cing (kitab puisi). Dalam kitab ini banyak berbicara tentang Tuhan
YME. Yang dalam umat Khong Hu Cu disebut dengan Thien dan Shang
Ti. Ada sebuah syair dari kitab She Cing tersebut yaitu : “kekuasaan dan
bimbingan dari Thian (Tuhan YME) sangat luas dan dalam hal ini diluar
jangkauan suara, sentuhan, atau penciuman” (She Cing IV Wen Wang
1/7). “Oh, betapa besarnya Shang Ti (Tuhan Yang Maha Kuasa),
berkahnya tercurahkan kebumi, dengan pandangan yang menyeluruh
dengan perhatian yang seksama mengatur segala makhluk didunia agar
hidup dalam berkecukupan (She Cing IV Wen Wang VII/I)”
Istilah Tuhan paling jumpai dalam kitab Su Cing dan She Cing,
bahkan beberapa kali diulang kata Thien dan Shang Ti, didalam kitab
tersebut istilah Thien dijumpai sebanyak 85 kali dan istilah Shang Ti
dijumpai sebanyak 336 kali. Ini menunjukan bahwa umat Khong Hu Cu
juga memiliki konsep theistik. Atau sebelum Khong Hu Cu lahir pun
sudah memiliki konsep Tuhan sendiri, mereka gambarkan konsep Tuhan
sebagai suatu zat maha tinggi yang bisa mengatur kehidupan manusia
dibumi ini atau sebagai zat yang menciptakan adanya alam ini.
16
Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha
Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya
(Zhen). Banyak sekali bahwa Khong Hu Cu berbicara tentang Tuhan, ini
dilihat dari beberapa banyak kitab-kitabnya. Umat Khong Hu Cu pun
juga mengenal istilah Thian Li dan Thian Ming.
17
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang
Tian)
Sing Sien Hong Thian ( sepenuh iman percaya tehadap Tuhan
Yang Maha Esa).
Bu Ji Bu Gi ( jangan mendua hati, jangan bimbang).
Siang Tee Liem Li ( Tuhan Yang Maha Tinggi Besertamu).
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
Sing Cun Khoat Til ( sepenuh iman menjunjung kebajikan).
Bu Wan Hut Kai ( tiada jarak jauh tak terjangkau).
Khik Hiang Thian Siem ( sungguh hati Tuhan merahmati).
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
Sing Liep Bing-bing ( sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
Cun Siem Yang Sing ( jagalah hati, rawatlah watak seajati).
Cik Tu Su Thian ( mengabdi Tuhan)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
Sing Ti Kwi Sien ( sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh).
Cien Siu Kwa Yok ( tekunlah membina diri, kurang keinginan).
Hwat Kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap terbatas
tengah).
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
Sin Yang Haw Su ( sepenuh iman merawat cinta berbakti).
Liep Sien Hing Too ( tegakkan didi menempuh jalan suci).
I Hian Hu Boo ( demi memuliakan Ayah Bunda).
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun
Mu Duo)
Sing Sun Bok Tok ( sepenuh iman mengikuti genta rohani).
Ci Cun Ci Sing ( yang terjunjung, Nabi agung).
Ing Poo Thian Bing ( yang dilindungi firman Tuhan).
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin
Jing Shu)
18
Sian Khiem Su Si ( sepenuh iman memuliakan SuSi).
Thian He Tai King ( kitab suci besar dunia).
Liep Bing Tai Pun ( pokok besar tegakkan firman).
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
Sing Hing Tai Too ( sepeunuh iman menempuh jalan suci yang
Agung)
Su Ji Put Li ( sekejap pun tidak terpisah)
Ajaran tentang hidup setelah mati
19
pada waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi
perlambang santap bersama yang dipandang sakral.
D. Kitab Suci
Dalam Agama Shinto ada dua kitab suci yang tertua, tetapi di susun
sepuluh abad sepeninggal jimmi temmo (660 SM), kaisar jepang yang
pertama. Dan dua buah lagi di susun pada masa yang lebih belakangan,
keempat empat kitab tiu adalah sebagi berikut :
20
Merupakan kitab suci yang langsung bersumber pada nabi Kongcu
hingga Bingcu. Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi
Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari:
21
Maha Esa), susilawan (Kuncu), Tuhan dan manusia yang susila
(kuncu), serta membicarakan mengenai keperwiraan , ajaran – ajaran
etika, keimanan, jalan suci Tuhan Yang Maha Esa, dan hukum –
hukum yang ada dalam alam ini.
22
mendasari Agama Khonghucu. Ngo King ini dihimpun, diperbagus,
disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu. Terdiri dari :
Kitab ini terdiri dari 39.222 huruf yang berisikan kumpulan sajak
ata nyanyian yang bersifat lagu rakyat yang berasal dari berbagai
negeri, sajak ini dibagi ke dalam empat bagian nyanyian untuk
upacara istana dan nyanyian untuk mengiringi uapacara ibadah,
yaitu:Kok Hong ( Nyanyian Rakyat ), Siau Nge ( Pujian kecil ), Tai
Nge (pujian besar), dan Siong ( Pemujaan /Puja).
23
1. Gi su, 5 Bab, Hikayat Tong Giau ( 2357 – 2255 SM ) & Gi Sun (
2255 – 2205 SM ) Didalamnya terdapat Giau Tian ( perundangan
Baginda Giau ) dan Sun Tian ( perundangan Baginda Sun ).
2. He Su, 4 Bab, Naskah-Naskah Dinasti He (2205 – 1766 SM )
3. Siang Su, 17 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Siang ( 1766 – 1122 SM
).
4. Ciu Su; A, B, C; 32 Bab, Naskah - Naskah Dinasti Ciu (1122-255
SM).
24
menghukum menteri – menteri yang berbuat salah sehingga
perdamaian dunia dan persatuan dapat dipulihkan.
Selain Kitab Ngo King dan Su Si, ada 1 kitab lagi yang tidak boleh
tidak dipentingkan. Yaitu:
Ditulis oleh Cingcu, murid Nabi Khongcu yang terdiri dari 18 Bab.
Berisi percakapan Nabi Khongcu dengan Cingcu. Merupakan Ajaran
tentang Berbakti dan Memuliakan Hubungan. Zaman dahulu, seorang
murid wajib memulai pendidikan dengan belajar Hauw King, baru
kemudian belajar Su Si dan terakhir Liok King / Liu Jing / Enam Untaian
/ Himpunan Kitab ( atau yang dikenal sebagai Ngo King).
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin”
adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti
3. Ajaran dalam Agama Shinto berupa : (1) Ajaran tentang KAMI, (2) Ajaran
tentang Manusia, (3) Ajaran tentang Dunia, (4) dan Ajaran tentang Etika,
ketuhanan, (2) Ajaran tentang keimanan, (3) Ajaran tentang hidup setelah
mati.
26
B. Saran
27
Daftar Pustaka
Dikutip dari
http://Agamaduniakelompok8iat3f2016.blogspot.com/2016/12/makalah-
Agama-konghucu.html?m=1
28