Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


DIARE

Oleh :
Naidatul Khairiyah 1440119043

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE - BANYUWANGI
2021

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Diare” ini dengan lancar. Atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga
dapat diselesaikannya laporan pendahuluan ini.
Laporan pendahuluan ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder
yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Diare, serta informasi dari media massa yang
berhubungan dengan sikap sebagai dasar perilaku individu terhadap lingkungan
sosial, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah
keperawatan anak dan juga pembimbing.
Penulis harap, dengan membaca laporan pendahuluan ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare, khususnya bagi penulis. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan........................................................................................ii
Kata Pengantar..............................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang......................................................................................1
B.Batasan Masalah...................................................................................2
C.Rumusan Masalah................................................................................2
D.Tujuan....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Penyakit........................................................................4
1.Definisi..............................................................................................4
2.Etiologi..............................................................................................4
3.Tanda dan Gejala............................................................................5
4.Patofisiologi......................................................................................6
5.Klasifikasi.........................................................................................8
6.Komplikasi........................................................................................8
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................................9
1.Pengkajian........................................................................................9
2.Diagnosa ...........................................................................................14
3.Intervensi..........................................................................................23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................24
B. Saran ....................................................................................................24
Daftar Pustaka

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit diare menjadi masalah kesehatan dunia
terutama di negara berkembang. Survei Kesehatan nasional tahun 2006
menempatkan diare pada posisi tertinggi kedua sebagai penyakit paling
berbahaya pada anak. Pada umumnya kasus diare pada anak mengalami
keterlambatan dalam penanganan yang dapat menyebabkan kurangnya cairan
dan elektrolit dalam tubuhnya dan jika di biarkan akan menyebabkan
kematian.
Di dunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare,
sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut WHO
tahun 2005,di negara berkembang pada tahun 2003 di perkirakan 1,87 juta
anak balita meninggal karena dire, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur 2
tahun. Rata – rata anak usia 3 tahun di negra berkembang mengalami episode
diare 3kali dalam setahun.
Berdasarkan hasil survei sub Direktorat Diare dan Infeksi Saluran
Pencernaan (ISP) direktorat jendral pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan (P2PL) Kementrian kesehatan RI, angka kesakitan diare tahun
2010 adalah 411 per 1.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2012 sebesar
214 per 1.000 penduduk. Dan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) TAHUN 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor
empat (13,2 %) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor satu pada post neonatal (31,4 %) dan
pada anak balita juga berdasarkan data kasus diare menurut kabupaten / kota
di jawa timur yaitu banyuwangi pada tahun 2012 di temukan penyakit ini
sebanyak 66,42 % (profil kesehatan provinsi jawa timur tahun : 2012 )
sedangkan angka kesakitan anak yang di rawat di RSUD. Genteng pada tahun
2013 yaitu mencapai 286 orang.

1
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
faktor di antaranya faktor infeksi, adanya tokin bakteri, faktor malabsorbsi
serta faktor psikologis. Dari keempat faktor tersebut mengakibatkan fungsi
usus gagal dalam mengabsorbsi cairan dan elektrolit sehingga berakibatkan
tekanan osmotik meningkat dan menyebabkan pergeseran air dan elektrolit
yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare yang
terus– menerus tanpa mendapatkan penanganan yang baik akan menyebabkan
timbulnya dehidrasi.
Prinsip perawatan diare yaitu dengan pemberian cairan rehidrasi
dilakukan berdasarkan tingkat atau derajat dehidrasi. Apabila terjadi dehidrasi
ringan sampai sedang dapat di lakukan rehidrasi secara oral, kemudian
meningkatkan pemberian makanan untuk anak yang mudah di cerna seperti
pisang, nasi, roti, dan ASI, pemberian oralit juga di berikan serta obat –
obatan anti sekresi.

B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada kasus sepsis yaitu mulai dari pengertian sampai
dengan asuhan keperawatan sepsis pada anak.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diare?
2. Apa saja etiologi dari diare?
3. Apa saja manifestasi klinis dari diare?
4. Bagaimana patofisiologi dari diare?
5. Apa saja klasifikasi dari diare?
6. Apa saja komplikasi dari diare?
7. Bagaimana konsep askep pada klien dengan diare?

D. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diare
2. Untuk mengetahui etiologi dari diare

2
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diare
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari diare
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari diare
6. Untuk mengetahui komplikasi dari diare
7. Untuk mengetahui konsep askep pada klien dengan diare

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diare merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami buang
air dengan frekuensi sebanyak 3 atau lebih per hari dengan konsistensi
tinja dalam bentuk cair. Ini biasanya merupakan gejala infeksi saluran
pencernaan. (Oksfriani, 2017)
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau
tanpa darah dan/atau lendir dalam feses. Secara epidemiologik, biasanya
diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses lunak atau cair tiga kali atau
lebih dalam satu hari, tetapi ibu mungkin menggunakan istilah berbeda
untuk menggambarkan diare. Secara lebih praktis, diare didefinisikan
sebagai peningkatan frekuensi defekasi atau konsistensi feses lebih lunak
pada anak sehingga dianggap abnormal oleh ibu anak tersebut. (Sodikin,
2012, hal.118)
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair ( setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain
memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah. (Amin,
Hardhi, 2013)
2. Etiologi
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,

4
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.
lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
2) Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut,
tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. Disamping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
c. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun, dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
3. Manifestasi Klinis
a. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Pada anak: cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
d. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya defekasi
dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Ada tanda dan gejala dehidrasi,turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan
kesadaran menurun.

5
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

4. Patofisiologi
Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Mukosa usus halus adalah epitel
berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk
mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan
ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit
diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan
isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi
sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan
hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler
kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan
ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare. Gangguan sekresi
akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin,
menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida
disel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul
diare. Hipoglikemia akan sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah
menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan,
sehingga akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
menyebabkan kejang dan koma. Gangguan motilitas usus mengakibatkan
iperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus

6
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare.

Pathway

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang diusus Toksisitas tidak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air &


Hiperperistaltik Malabsorbsi, lemak, protein
elektrolit

Penyerapan makanan Meningkatkan tekanan osmotik


Isi usus
diusus menurun

Pergeseran air &


elektrolit ke usus

DIARE

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Hilang cairan & Gangguan integritas Mual, muntah


elektrolit berlebihan kulit/jaringan

Gangguan Asidosis metabolik Nafsu makan menurun


keseimbangan cairan
& elektrolit
Sesak
Defisit nutrisi
Dehidrasi

Hipovolemia

7
(Amin, Hardhi, 2013, hal: 1)

5. Klasifikasi
Klasifikasi diare sebagai berikut:
a. Lama waktu diare:
1) Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
2) Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik dll
c. Berat ringan diare: kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non infeksi
e. Penyebab rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama
pada anak.
Tabel Kebutuhan Cairan Dehidrasi
Kebutuhan cairan rehidrasi oral selama 4 jam pertama menurut usia
Usia 1 s/d 4 bulan 4-12 bulan 12 bulan s/d 2 2-5 tahun
th
BB < 6 kg 6 - < 12 kg 10 - < 12 kg 12-19 kg
Jumlah 200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900.1400
cairan
rehidrasi
oral

6. Komplikasi
Menurut (Ngastiyah, 2012) komplikasi diare sebagai berikut :
a. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase.

8
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g.    Malnutrisi energi protein, akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi
adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar.
(Susilaningrum, dkk : 2013)
b. Keluhan Utama
Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut
dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi
encer.
c. Riwayat penyakit sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang sering diderita pada anak di bawah dua tahun biasanya
adalah batuk, panas, pilek dan kejang, hal ini untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti otitismedia,
tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia dan ensefalitis. (Susilaningrum,
dkk : 2013)
e. Riwayat nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah

9
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Tingkat kesadaran klien tergantung dari tingkat
penyebaran penyakit bisa normal, latergi, strupor, koma, apatis,
dan mengalami kelemahan fisik.
Tanda tanda vital
TD : Meningkat (sistolik >75 sampai 115, diastolik >45 sampai
80)
Nadi : Meningkat (takikardi relatif >100x/ mnt)
Respirasi : apabila klien tidak ada gangguan pada sistem
pernafasan maka respirasi klien normal.
Suhu : Normal
2) Head to toe
a) Kepala :
Anak yang mengalami diare ringan / sedang ubun – ubunnya
akan cekung dan untuk yang dehidrasi berat ubun – ubunnya
akan sangat cekung
b) Mata :
Bila dehidrasi ringan / sedang, kelopak mata cekung
(cowong), air mata ada tapi sedikit. Sedangkan dehidrasi
berat, kelopak mata sangat cekung, air mata tidak ada atau
kering.
c) Mulut dan lidah :
Untuk anak yang mengalami dehidrasi ringan / sedang mulut
dan lidah kering, anak sering merasa haus, sedangkan yang

10
dehidrasi berat mulut dan lidah sangat kering bahkan sampai
anak tidak bisa minum.
d) Telinga :
Infeksi telinga (OMA) dapat menyebabkan terjadinya diare
diare (Yongky : 2012)
e) Thorak / paru (Muttaqin, Arif & Kumala Sari : 2013)
Inspeksi bila terjai asidosis metabolik pasien akan tampak
pucat dan pernafasan cepat dan dalam (kusmaul)
Palpasi : fokasi premitus sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara wheezhing maupun rhonchi.
f) Jantung (Muttaqin, Arif & Kumala Sari : 2013)
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada oedem
Palpasi : respon akut akibat kehilangan cairan tubuh akan
mempengaruhi volume darah, maka curah jantung pun
menurun sehingga tekanan darah turun, denyut nadi cepat dan
lemah, serta pasien mempunyai resiko timbulnya tanda dan
gejala syok.
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 S2 tunggal
g) Abdomen (Muttaqin, Arif & Kumala Sari : 2013)
Inspeksi : pada pasien dengan dehidrasi berat akan terlihat
lemas, sering BAB, pada anak dengan diare akut mungkin
didapatkan kembung, distensi abdomen.
Auskultasi : didapatkan peningkatan bising usus lebih dari
25kali / menit yang berhubungan dengan peningkatan
motilitas usus dan peradangan pada saluran gastrointestinal.
Perkusi : didapatkan suara timpani abdomen yang mengalami
kembung.
Palpasi : di dapatkan nyeri tekan pada abdomen.
h) Genetalia dan Anus :

11
Daerah sekitar anus biasanya mengalami iritasi karena
frekuensi BAB yang sering (Susilaningrum, dkk : 2013).
Pada kondisi dehidrasi berat akan di dapatkan penurunan
urine. Semakin berat kondisi dehidrasi, maka akan di
dapatkan kondisi oliguria sampai anuria (Muttaqin, Arif &
Kumala Sari : 2013)
i) Integument :
Pada anak yang mengalami dehidrasi ringan / sedang elastis
turgor kulitnya akan kembali lambat, sedangkan yang
mengalami dehidrasi berat elastis turgor kulitnya akan
kembali sangat lambat, CRT kembali lebih dari 2 detik.
j) Musculoskeletal :
Respon dehidrasi dan penurunan volume cairan tubuh akut
akan menyebabkan kelemahan fiik umum. Pada kondisi diare
kronis dengan deplesi nutrisi dan elektrolit akan di dapatkan
kram otot ekstremitas. (Muttaqin, Arif & Kumala Sari : 2013)
h. Pengkajian fungsional gordon
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting,
jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke
pelayanan kesehatan terdekat.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Makan : tidak nafsu makan, makan hanya 3 sendok, tapi sebelum
sakit diare mau menghabiskan 1 porsi makan.
Minum : minumnya tidak terlalu banyak.
3) Pola eliminasi
Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
4) Pola aktivitas dan latihan
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri distensi abdomen.

12
5) Pola istirahat tidur
Pasien sering mengeluh tentang untuk tidur, dan akan terganggu
karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa
tidak nyaman.
6) Pola persepsi sensoris dan kognitif
Pasien mengenal dengan orang- orang di sekilingnya
7) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien sudah saling mengenal orang- orang disekilingnya
8) Pola reproduksi / seksual
Klien tidak mengalami gangguan genetalia
9) Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin sembuh dengan cepat
10) Pola mekanisme koping
Jika pasien tidak enak badan, maka akan mengeluh kesakitan
11) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Keluarga semua beragama islam, keluarga yakin semuanya sudah
diatur oleh Allah SWT.
i. Pemeriksaan penunjang.
Ada 3 pemeriksaan penunjang yaitu :
1) Dilakukan Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH
dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance),
biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2) Pemeriksaan darah : pemeriksaan gas darah, elektrolit, ureum,
kreatinin dan penurunan PH darah disebabkan karena terjadi
penurunan bikarbonas sehingga frekuensi nafas cepat.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui
faal ginjal. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman
penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare
kronik.
2. Diagnosa Keperawatan

13
a. Diare
Definisi: pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
Penyebab
Fisiologis
1) Inflamasi gastrointestinal
2) Iritasi gastrointestinal
3) Proses infeksi
4) Malabsorpsi
Psikologis
1) Kecemasan
2) Tingkat stres tinggi
Situasional
1) Terpapar kontaminan
2) Terpapar toksin
3) Penyalahgunaan laksatif
4) Penyalahgunaan zat
5) Program pengobatan (Agen tiroid, analgesik, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine dan antibiotik)
6) Perubahan air dan makanan
7) Bakteri pada air
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam
24 jam
2. Feses lembek atau cair
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Urgency 1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Nyeri/kram abdomen 2. Bising usus hiperaktif
Kondisi Klinis Terkait
1. Kanker kolon

14
2. Diverticulitis
3. Iritasi usus
4. Crohn’s disease
5. Ulkus peptikum
6. Gastritis
7. Spasme kolon
8. Kolitis ulseratif
9. Hipertiroidisme
10. Demam typoid
11. Malaria
12. Sigelosis
13. Kolera
14. Disentri
15. Hepatitis
b. Hipovolemia
Definisi: penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau
intraselular.
Penyebab
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering

15
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Merasa lemah 1. Pengisian vena menurun
2. Mengeluh haus 2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba tiba
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit Addison
2. Trauma atau perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia
c. Gangguan integritas kulit/jaringan
Definisi: kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/atau ligamen).
Penyebab
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan statsu nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrem

16
7) Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang, gesekan)
atau faktor elektris (eletrodiatermi, energi listrik bertegangan
tinggi)
8) Efek samping terapi radiasi
9) Kelembaban
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/
melindungi integritas jaringan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
Kondisi Klinis Terkait
1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal ginjal
4. Diabetes melitus
5. Imunodefisiensi (mis. AIDS)
d. Defisit nutrisi
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab

17
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Berat badan menurun minimal
10% di bawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Cepat kenyang setelah makan 1. Bising usus hiperaktif
2. Kram/nyeri abdomen 2. Otot pengunyah lemah
3. Nafsu makan menurun 3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amvotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker

18
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
e. Ansietas
Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan 2. Tampak tegang
akibat dari kondisi yang 3. Sulit tidur
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Gejala dan Tanda Minor

19
Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit kronis progresif (mis. kanker, penyakit autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
3. Intervensi Keperawatan
a. Diare
Manajemen diare
Definisi: mengidentifikasi dan mengelola diare dan dampaknya.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
- Monitor tanda hipovolemia
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
- Monitor jumlah pengeluaran diare

20
- Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
- Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmolitik
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b. Hipovolemia
Manajemen hipovolemia
Definisi: mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan
intravaskuler.
Tindakan
Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

21
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
c. Gangguan integritas kulit/jaringan
Perawatan integritas kulit
Definisi: mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan,
kelembaban dan mencegah perkembangan mikroorganisme.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Bersihkan perineal degan air hangat, terutama selama periode
diare
Edukasi
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Defisit nutrisi
Manajemen nutrisi
Definisi: mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
seimbang.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

22
Terapeutik
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Berikan meditasi sebelum makan
- Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
e. Ansietas
Terapi relaksasi
Definisi: menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda
dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau
kecemasan.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi

23
- Jelaskan tujuan, manfaan, batsan, dan jenis relaksasi yang tersedia
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA NIC NOC, Jilid 1, 2. Yogyakarta: MediAction Publising.
Muttaqin, Arif. 2013. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit Edisi II. Jakarta: EGC.
Sodikin. 2012. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC.
Sumampouw, Oksfriani Jufri. 2017. Diare Balita Suatu Tinjauan Dari Bidang
Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.

24
25
1

Anda mungkin juga menyukai