Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KB (KELUARGA BERENCANA)

Di Susun Oleh :

Ilmiatus Soleha(14.401.19.27) Lusi Azizatil A (14.401.19.032)

Indah Kuni Zakia (14.401.19.028) Lutfia Santika (14.401.19.033)

Kamilatul Fitroh K (14.401.19.029) M. Febri Firdausi (14.401.19.035)

Karimah (14.401.19.030) Mifta Wulandari (14.401.19.36)

Lisa Resita (14.401.19.031)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi saya kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini Tanpa pertolongannya saya tidak bisa menyelesaikan tugas
makalah “KB (Keluarga Berencana)” ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang KB (Keluarga Berencana)
bagi para pemabaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Krikilan, 2 September 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5

C. Tujuan ............................................................................................................................ 5

BAB 2 KONSEP TEORI ......................................................................................................... 6

A. Pengertian KB ............................................................................................................... 6

B. Tujuan KB ..................................................................................................................... 6

C. Jenis Kontrasepsi .......................................................................................................... 6

D. Manfaat KB ................................................................................................................... 9

E. Konseling KB ............................................................................................................... 10

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 16

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 16

B. Saran ............................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan program keluarga berencana dinyatakan dengan pemakaian alat


atau cara KB saat ini. Pemakaian alat KB modern yang dinyatakan dengan
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) modern di antara WUS (wanita usia kawin 15-
49 tahun) merupakan salah satu dari indikator universal akses kesehatan reproduksi.
Pemakaian cara/alat KB di Indonesia tahun 2013 adalah 59,7% dengan besar CPR
modern 59,3 %. Pemakaian alat kontrasepsi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP) dan metode kontrasepsi jangka pendek
(non-MJKP).
Peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP)
merupakan salah satu sasaran dari lima sasaran strategis yang ditetapkan BKKBN
dalam rangka pencapaian tujuan strategis. Metode kontrasepsi jangka panjang
memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan non MKJP dalam hal
pencegahan kehamilan.
Pemilihan metode kontrasepsi yang dilakukan oleh suami-istri harus
mengikuti metode kontrasepsi rasional sesuai dengan fase yang dihadapi pasangan
suami-istri meliputi menunda kehamilan pada pasangan muda atau ibu yang belum
berusia 20 (dua puluh) tahun; menjarangkan kehamilan pada pasangan suami-istri
yang berusia antara 20 (dua puluh) sampai 35 (tiga puluh lima) tahun; atau tidak
menginginkan kehamilan pada pasangan suami-istri yang berusia lebih dari 35 (tiga
puluh lima) tahun. Dukungan suami menjadi faktor yang juga dapat mempengaruhi
seseorang dalam pemilihan alat kontrasepsi.
Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang kekuasaan dalam
pengambilan keputusan apakah istri akan menggunakan kontrasepsi atau tidak, karena
suami dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah dan pembuat keputusan. Selain
itu, Suami juga menjadi individu yang berperan sebagai dukungan sosial bagi istri
dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan dipakai istri. Hasil penelitian Anguzu
menyebutkan bahwa persepsi terhadap keputusan pasangan secara positif
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi mereka.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian KB ?
2. Bagaimana tujuan KB ?
3. Apa saja jenis KB ?
4. Apa manfaat KB ?
5. Bagaimana konseling KB ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasaswa atau pembaca lainya dapat memahami teori tentang KB
(Keluarga Berencana )
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian KB
b. Memahami tujuan KB
c. Memahami jenis KB
d. Memahami manfaaat KB

5
BAB 2
KONSEP TEORI

A. Pengertian KB

KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB mencakup layanan,
kebijakan, informasi, sikap, praktik, dan komoditas, termasuk kontrasepsi, yang
memberi wanita, pria, pasangan, dan remaja kemampuan untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan dan memilih apakah dan / atau kapan memiliki anak.
Program KB adalah suatu langkah-langkah atau suatu usaha kegiatan yang disusun
oleh organisasi-organisasi KB dan merupakan program pemerintah untuk mencapai
rakyat yang sejahtera berdasarkan peraturan dan perundang-undangan kesehatan. KB
adalah mengatur jumlah anak sesuai dengan keinginan dan menentukan kapan ingin
hamil. Jadi, KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
B. Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya
yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan
tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase
(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu
untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran
yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua.
C. Jenis Kontrasepsi
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus,
Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan
6
Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan
metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks
dan spermisida.

2. Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant.
Berikutpenjelasan dari masing-masing jenis kontrasepsi hormonal :
a. Kontrasepsi Pil
Pengertian Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama
siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak
dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk
mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar,
dan terasa nyeri.
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
1. Tidak mengganggu hubungan seksual
2. Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
3. Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
4. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
5. Mudah dihentikan setiap saat
6. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
7. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
b. Kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif
sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami

7
kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per
tahun pemakain NET EN.
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi
ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai
perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul.
c. Kontrasepsi Implant
Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant, atau
Implanon
2. Nyaman
3. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
4. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
5. Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
6. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, dan amenorea
7. Aman dipakai pada masa laktasi.

Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:

1. Daya guna tinggi


2. Perlindungan jangka panjang
3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5. Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
6. Tidak mengganggu ASI
7. Klien hanya kembali jika ada keluhan
8. Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
9. Mengurangi nyeri haid
10. Mengurangi jumlah darah haid

8
11. Mengurangi dan memperbaiki anemia
12. Melindungi terjadinya kanker endometrium
13. Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara

3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung
hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20
mengandung Leuonorgestrel.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu
memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat
keluar atau ejakulasi.
D. Manfaat KB
Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut.
1. Mencegah Kesehatan Terkait Kehamilan
Kemampuan wanita untuk memilih untuk hamil dan kapan ingin hamil
memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya. KB
memungkinkan jarak kehamilan dan penundaan kehamilan pada wanita muda
yang memiliki risiko masalah kesehatan dan kematian akibat melahirkan anak usia
dini. KB mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk wanita yang lebih
tua dalam menghadapi peningkatan risiko terkait kehamilan. KB memungkinkan
wanita yang ingin membatasi jumlah keluarga mereka. Bukti menunjukkan bahwa
wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko mengalami kematian ibu. Dengan
mengurangi tingkat kehamilan yang tidak diinginkan, KB juga mengurangi
kebutuhan akan aborsi yang tidak aman.
2. Mengurangi AKB
KB dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang berjarak dekat dan tidak
tepat waktu. Hal ini berkontribusi pada beberapa angka kematian bayi tertinggi di

9
dunia. Bayi dengan ibu yang meninggal akibat melahirkan juga memiliki risiko
kematian yang lebih besar dan kesehatan yang buruk.

3. Membantu Mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired


Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
KB mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan di antara wanita yang
hidup dengan HIV, mengakibatkan lebih sedikit bayi yang terinfeksi dan anak
yatim. Selain itu, kondom pria dan wanita memberikan perlindungan ganda
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan terhadap IMS termasuk HIV.
4. Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan
KB memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan berdasarkan informasi
tentang kesehatan seksual dan reproduksi. KB memberikan peluang bagi
perempuan untuk mengejar pendidikan tambahan dan berpartisipasi dalam
kehidupan publik, termasuk mendapatkan pekerjaan yang dibayar. Selain itu,
memiliki keluarga yang lebih kecil memungkinkan orang tua untuk berinvestasi
lebih banyak pada setiap anak. Anak-anak dengan lebih sedikit saudara kandung
cenderung tetap bersekolah lebih lama daripada mereka yang memiliki banyak
saudara kandung
5. Mengurangi Kehamilan Remaja
Remaja hamil lebih cenderung memiliki bayi prematur atau bayi berat lahir
rendah (BBLR). Bayi yang dilahirkan oleh remaja memiliki angka kematian
neonatal yang lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil harus meninggalkan
sekolah. Hal ini memiliki dampak jangka panjang bagi mereka sebagai individu,
keluarga dan komunitas.
6. Perlambatan Pertumbuhan Penduduk
KB adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan penduduk yang tidak
berkelanjutan dengan dampak negatif yang dihasilkan pada ekonomi, lingkungan,
dan upaya pembangunan nasional dan regional.
E. Konseling KB

Konseling adalah suatu proses dimana seseorang membantu seorang lain


dalam membuat keputusan atau mencari jalan untuk mengatasi masalah, melalui
pemahaman tentang fakta dan perasaan yang terlibat di dalamnya. Konseling juga
berarti relasi atau hubungan timbal balik antara dua orang individu (konselor dengan

10
klien) di mana konselor berusaha membantu klien untuk mencapai pengertian tentang
dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah- masalah yang dihadapinya pada
saat ini dan yang akan datang.

Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara antara


klien dengan konselor, yang diselenggarakan dengan sengaja, dengan tujuan
membantu klien tersebut membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi dan
keinginannya, serta pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat
kontrasepsi. Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan calon
peserta atau peserta KB dalam memilih dan menggunakan alat KB. Dengan proses
konseling KB bisa diketahui, apakah cara KB yang dipilih dan dipakai oleh peserta
KB benar-benar atas kemauan sendiri atau karena mengikuti kehendak orang lain (di-
bujuk, dipaksa). Jika konseling KB dilakukan, maka pilihan dan pemakaian cara KB
bisa lebih mantap dan menjamin kelestarian peserta KB. Mengapa begitu? Karena alat
KB tersebut dipilih secara sadar. Jadi, sewaktu memilih alat KB, peserta sudah
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang manfaat alat KB tersebut. Dia juga tahu
macam-macam kemungkinan yang bisa dialaminya. Dia juga tahu cara-cara
mengatasinya kalau mengalami kesulitan, misalnya keluhan-keluhan efek samping.
Dalam pelaksanaannya.

Konseling KB mempunyai 3 persyaratan, yaitu:

1. suka rela (telah diberi informasi bahwa ada berbagai upaya penyelesaian
yang bisa dipilih).

2. bahagia dan merasa senang karena dibantu.

3. sehat kliennya dan konselornya. Pelaksanaan Konseling juga bertujuan


untuk menghindari pengambilan keputusan yang tidak rasional,
menghindari penyesalan serta agar tidak menghambat program KKB

1. Tujuan konseling

Tujuan umum dilaksanakannya konseling adalah agar tercapai peningkatan


kualitas pelayanan kontrasepsi. Dari penelitian-penelitian yang pernah diadakan,
seseorang yang memilih sendiri cara kontrasepsi yang akan digunakannya akan
menggunakan kontrasepsi yang dipilih tersebut dalam jangka waktu yang lebih

11
lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan konseling pada pelayanan Keluarga
Berencana, walaupun keputusan untuk menentukan pilihan berada pada individu
itu sendiri. Konselor memberikan informasi yang jelas, tepat, dan benar sesuai
dengan kebutuhan klien setelah mendengar apa yang diungkapkan oleh klien.
Konselor harus tau bahwa sebelum menentukan pilihan klien harus memahami
manfaat maupun kekurangan serta efek samping dari cara kontrasepsi yang
dipilihnya (Sulistyawati, 2014).

Secara detail, tujuan pemberian konseling yaitu:

1. memberikan informasi yang tepat, lengkap, serta objektif mengenai


berbagai metode kontrasepsi sehingga klien mengetahui manfaat
penggunaan kontrasepsi bagi diri sendiri maupun keluarganya.

2. mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan negatif, misalnya


keraguan maupun ketakutan-ketakutan yang dialami klien sehubungan
dengan pelayanan KB atau metode-metode kontrasepsi sehingga konselor
dapat membantu klien dalam menanggulanginya,

3. membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi terbaik bagi mereka.


“Terbaik” disini berati metode yang ingin digunakan klien atau metode
yang secara mantap dipilih oleh klien,

4. membantu klien agar dapat menggunakan cara kontrasepsi yang mereka


pilih secara aman dan efektif,

5. memberi informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat


pelayanan KB,

6. menyeleksi calon akseptor dengan risiko tinggi, khususnya untuk


kontrasepsi mantap, dan membantu mereka memilih metode kontrasepsi
alternatif yang lebih sesuai (Sulistyawati, 2014)

2. Jenis konseling

Kenyataan yang ada di lapangan adalah tidak semua sarana kesehatan


dapat dijangkau oleh masyarakat, oleh karena itu tempat pelayanan konseling

12
untuk melayani masyarakat yang membutuhkan dapat dilakukan pada dua jenis
tempat pelayanan konseling berikut.

a. Konseling KB di lapangan (nonklinik)

Dilaksanakan oleh petugas di lapangan yaitu petugas penyuluh lapangan


keluarga berencana (PPLKB), pembina keluarga berencana (PKB), pos
pembina KB desa (PPKBD), sub-PPKBD, dan kader yang sudah
mendapatkan pelatihan konseling standar. Tugas utama dipusatkan pada
pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara
perorangan. Adapun informasi yang diberikan yaitu pengertian dan
manfaat perencanaan keluarga, proses terjadinya kehamilan, informasi
berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat,
kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontraindikasi, tempat
kontrasepsi yang bisa dituju, rujukan, serta biaya).

b. Konseling KB di klinik

Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedis terlatih di klinik seperti


dokter, bidan, perawat, serta bidan di desa. Pelayanan konseling yang
dilakukan di klinik diupayakan agar diberikan secara perorangan di
ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk
melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling di lapangan, yang
mencakup hal-hal sebagai berikut yaitu: memberikan informasi KB yang
lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien, memastikan bahwa pilihan klien
telah sesuai dengan kondisi kesehatannya, membantu klien memilih
kontrasepsi lain apabila kontrasepsi yang dipilih ternyata tidak sesuai
dengan kondisi kesehatannya, merujuk klien apabila kontrasepsi yang
dipilih tidak tersedia di klinik atau membutuhkan bantuan dari ahli medis
jika ditemui masalah kesehatan lain, memberikan konseling pada
kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak mengalami keluhan
dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya (Sulistyawati, 2014).

13
3. Langkah-Langkah konseling

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon peserta KB yang


baru, hendaknya menerapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
“SATU TUJU”. Penerapan “SATU TUJU” tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.
Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibanding dengan langkah yang lainnya. Menurut Sulystiawati (2014) adapun
penjelasan mengenai kata kunci “SATU TUJU” adalah sebagai berikut :

SA: Salam

T :Tanyakan

U : Uraikan

TU: BanTU

J : Jelaskan lebih rinci

U : Ulangan

Adapun uraian mengenai “SATU TUJU” dapat dilihat pada penjelasan berikut:

a. SA: Sapa dan SAlam kepada klien secara sopan dan terbuka. Berikan
perhatian sepenuhnya, tanyakan apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan yang akan diperolehnya. Usahakan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya dan yakinkan klien untuk membangun
rasa percaya diri.

b. T: Tanya klien untuk mendapatkan informasi tentang dirinya, bantu klien


untuk berbicara mengenai pengalaman ber-KB, tentang kesehatan
reproduksi, tujuan, harapannya dan tentang kontrasepsi yang
diinginkannya.

c. U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan


reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/AIDS.

14
d. TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantu klien berfikir
mengenai kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya dan dorong klien untuk mengajukan pertanyaan. Tanggapi
klien secara terbuka, dan bantu klien untuk mempertimbangkan kriteria
dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga
apakah pasangannya memberi dukungan terhadap kontrasepsi yang
dipilihnya. Pada akhirnya yakinkan klien bahwa ia telah membuat suatu
keputusan yang tepat dan kemudian petugas dapat menanyakan “apakah
anda memutuskan pilihan terhadap jenis kontrasepsi yang ingin anda
gunakan?”

e. J: Jelaskan secara lengkap tentang kontrasepsi pilihannya setelah klien


memilih kontrasepsinya, jika perlu tunjukkan dan perlihatkan alat
kontrasepsi yang dimaksud, bagaimana cara penggunaannya dan kemudian
cara kerjanya. Dorong klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara
lengkap dan terbuka. Berikan juga penjelasan tentang manfaat ganda
metode kontrasepsi. Misalnya, kondom selain sebagai alat kontrasepsi juga
dapat mencegah infeksi menular seksual.

f. U: perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat perjanjian


kapan klien perlu kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan
agar kembali bila terjadi suatu masalah (Sulystiawati, 2014).

15
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
KB sangat penting untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di indonesia,
dengan ber-KB mampu menciptakan keluarga kecil bahagia sejahtera sesuai tujuan
program KB. Dalam pelaksanaanya didapatkan rintangan-rintangan atau masalah
yang menghambat program KB. Sehingga perlu peran serta aktif antara, pemerintah,
tenaga kesehatan dan masyarakat. Yang menjadi permasalahan dalam pelayanan KB
adalah bagaimana bentuk pelayanan yang berkualitas apakah terletak pada aspek fisik
yang tampak seperti fasilitas sarana. Suatu tindakan kelalaian yang dilakukan dan
menyebabkan mati atau luka berat maka dapat disebut sebagai malpraktik, perlu
dipertanggung jawabkan dan tidak dapat diwakilkan karena bersifat individual.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan tentang KB, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis, pembaca
maupun seluruh mahasiswa keperawatan dan kebidanan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Friedman. 2010. Buku Ajar keperawatan Keluarga.Jakarta: EGC

Pinem, S. (2009). Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: TIM.

Sulistyawati, A. (2014). Pelayanan keluarga berencana. Jakarta: Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai