Menurut ahli ushul, sunnah ialah sesuatu yang dinukilkan dari nabi
Muhammad Saw secara kusus. Ia tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an,
tetapi dinyatakan oleh nabi dan sekaligus merupakan penjelasan awal dari
isi Al-Qur’an.3
1 M. Abdul Hadi Al-Mishri, Manhaj dan Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah, Terj. Drs.
As’ad Yasin, Gema Insani Press, Jakarta, 1992, hlm. 68.
2 Ibid.
3 Ibid.
18
17
4 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah ‘Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah, terjemahan
Tim Pustaka Asy-Syafi’I, Pustaka Imam asy-Syafi’I, Jakarta, 2006, hlm. 36.
5 Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia, terj. Muhtarom, Lc, Dpl., Grafindo Khazanah
Ilmu, Jakarta, 2006, hlm. 185.
19
Sunan An-Nasa’i.9
֠!" #
7 Ibid., hlm. 188.
8 Ibid., hlm. 188.
9 Ibid.
21
%’()* $% & #
,876%ִ☺:; 5ִ (34 +, -⌧/⌧1 0
6/D- BA,4+,0 ִ☺:5 ⌧#>= ִ(?@ # <# (֠ ,
HGF C I
Artinya : “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri,
dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang
hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): ‘Kenapa kamu
kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah adzab
disebabkan kekafiranmu itu.” (Q.S Ali Imran: 106)10
modern dalam teologi islam yang dipelopori oleh kaum muktazilah. Untuk
mengimbangi itulah, maka tampilnya Imam Abu Hasan Al-Asy’ari
membela akidah islamiyah dan mengembalikannya kepada kemurnian
yang asli. Pergerakan beliau disebut oleh para pengikutnya ahlussunah wal
jama’ah. Akan tetapi, oleh sebagian kalangan lain yang tidak menyenangi
teologi Imam Asy’ari, mereka menyebutnya aliran ini mazhab Asy’irah
atau Asy’ariah.12
12 Ibid.
13 Yazid bin Abdul Qadir Jawas Syarah ‘Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah, terjemahan
Tim Pustaka Asy-Syafi’I, Pustaka Imam asy-Syafi’I, Jakarta, 2006, hlm. 42-43.
23
5. Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah (hidup th. 164-241 H), beliau
berkata dalam muqaddimah kitabnya, as-Sunnah: “Inilah madzhab
Ahlul ‘Ilmi, Ash-Habul Atsar dan Ahlus Sunnah, yang mereka dikenal
sebagai pengikut Sunnah Rasul dan para Shahabatnya, dari semenjak
zaman para Shahabat Radhiyallahu Ajmai’in hingga pada masa
sekarang ini…”
14
Ibid. 15
Pahmi Haur, http://khzem.blogspot.com/2009/03/sejarah-munculnya-istilah-ahli-
sunah.html, diakses pada tanggal 27 agustus 2010, jam 15.30 WIB.
24
Dari sini kita sepakat, seperti apa yang telah dikatakan Dr. Mustafa
Holmy, "Ahli Sunnah wal-Jamaah adalah pelanjut pemahaman kaum
muslimin pertama yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw. dalam keadaan
beliau rida terhadap mereka, sedangkan kita tidak bisa membuat batasan
permulaan (munculnya mereka) yang kita bisa berhenti padanya,
sebagaimana yang dapat kita lakukan pada kelompok-kelompok yang lain.
Tidak ada tempat bagi kita untuk menanyakan tentang sejarah munculnya
Ahli Sunnah, seperti halnya jika kita bertanya tentang sejarah munculnya
kelompok-kelompok yang lain.17
tersebut, maka dia adalah ahlul bidah menurut (kesepakatan) Ahli Sunnah
wal-Jamaah”.18
Dan, jika pada suatu masa atau pada suatu tempat terjadi penisbatan
mazhab Ahli Sunnah terhadap seorang ulama atau mujaddid (pembaru), hal
itu bukan karena ulama tersebut telah menciptakan (sesuatu yang baru)
atau mengada-ada. Hal itu pertimbanganya semata-mata karena ia selalu
menyerukan manusia agar kembali kepada as-sunnah.
B. Keimanan
1. Pengertian Iman
18
Ibid.
27
Ajaran dasar agama Islam adalah iman dan Islam, orang yang
mempunyai dasar kepercayaan iman yang kuat tanpa ada keragu-raguan
sedikitpun di lubuk hatinya disebut mukmin sedang orang yang pernah
mengucapkan dua kalimat syahadat disebut muslim atau orang yang
beragama Islam. Sebagai seorang muslim harus mempelajari Islam secara
keseluruhan dan mendalam agar dapat menjalankan ajaran agama dengan
baik, benar dan memantapkan kepercayaan agama yang dianutnya dengan
menghilangkan keraguan-keraguan yang melekat di hatinya, atau sengaja
dilekatkan oleh orang-orang yang tidak senang terhadap agama yang
dipeluknya.
Iman adalah bentuk masdar atau kata kerja dari fi’il madhi Aamana
fi’il mudhorik Yu’minu masdar Iimanan yang artinya percaya, setia, aman,
melindungi dan menetapkan sesuatu pada tempat yang aman.
- Menurut Moh. Rifa’i iman adalah percaya dengan yakin dan jazim
disertai dengan pengakuan lisan dan amal perbuatan yang nyata yang
sesuai dengan keyakinan dan pengakuan tersebut.24
Q& -RL
;:UT O:Sִ&-’☺?@ #
26 K.H. Munawar Chalil, Definisi dan Sendi Agama, Bulan Bintang, Jakarta, Cet 1, 1970,
hlm. 49.
27 H. Supan Kusumamiharja, dkk, Studia Islamica, Giri Mukti Pusaka, Jakarta, 1985, hlm.
159 – 160.
28 T.M. Hasbi Ash-Shidiqy, Al-Islam, Bulan Bintang Jakarta, Cet 1 (ed. Kedua), 1998,
hlm. 18.
30
=M ZH B :VQWX
=M # M ,$ִ☺ <
\ ִ ]⌧ ִ⌧1P$S
=
%)* [U %] V S C RL ^? _
Artinya : “ Dan tidaklah kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk
memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang
siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati”. (QS. Al-An’am : 48)29
2. Unsur-Unsur Iman
30 Secara lebih jelas dapat dilihat dalam Yusuf al-Qardhawy, Iman dan Kehidupan, terj.,
Fachruddin H.S., Bulan Bintang, Jakarta, 1993, hlm. 4-5.
31 Zakiah Daradjat, dkk, Dasar-dasar Agama Islam, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Universitas Terbuka, Jakarta, 1995, hlm. 158.
32 Moh. Rifa’i, Pelajara Ilmu Tauhid, pelita Karya, Jakarta, 1971, hlm. 15.
33 H.A. Ludjito, “Keimanan dan Ketaqwaan sebagai Landasan Pembangunan Manusia
Indonesia Seutuhnya”, Laporan Penelitian Individual, IAIN Walisongo, 1995/1996, hlm.
11.
32
ba B @?☺’ 4 # L‘☺ִ:;
"d # - c# c0(:; ֠!" #
#;:c ֠(%e[fg (S QSK$
%] V S $K :S)
5:):n m Z lִ# ִ%e[? ;:☺ִ8B7 8jRiRh # ,
# ap ;H ☺’ ba "!֠ IoF # 0!S(C j
q @srS
?lִ֠%’)8 B Z t☺
@8‘wvִ 1x IuF ;DC B/
4 ’☺?@ # %)*C B ;ִ iִ
ִZ zyR% K\8ִ 37ִ
n:(: 5 Z q - /?
FI |n u-[N {?lZ
a. Sujud kepada selain Allah baik dalam bentuk kebendaan maupun yang
tidak nyata dalam kehendak maupun ikhtiyar.
b. Iman ibadah, yaitu iman yang diikuti dengan ibadah sholat, puasa,
zakat, haji dan ucapan-ucapan atau kalimat-kalimat keagamaan
(dzikir).
c. Iman Al-Birru atau taqwa, yaitu iman yang diikuti dengan ibadat dan
mencampurkan diri ke dalam masyarakat, membantu karib kerabat,
anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil dan lain-lain.
d. Tingkatan iman yang paling tinggi yang disebut juga dengan iman
AlIhsan yaitu iman yang diikuti dengan perasaan cinta yang medalam
kepada Allah SWT. Manusia dengan tingkatan iman ini akan selalu
terbayang-bayang oleh Allah, dimanapun dia berada selalu mengingat
Allah. Ataupun jika dia tidak mampu melihatnya, dia merasa yakin
bahwa Allah SWT melihatnya.38
37 Moh. Rifa’i, Pelajara Ilmu Tauhid, Pelita Karya, Jakarta, 1971, hlm. 16.
35
38 Halimuddin, Kembali kepada Aqidah Islam, Rineka Cipta, Jakarta, Cet. 1. 1990, hlm.
86 – 87.
36
lagi.
5. Buah Keimanan
J% ’☺ C 1 }~?/ B @ C [N
7v8 0 " # IC?c: :5 TU:;
⌧~ ⌧
39 Disarikan dari A. Malik Ahmad, Aqidah Pembahasan Mengenai Allah dan Takdir,
alHidayah, Jakarta, 1980, hlm. 117-125.
38
F Z M ִv 5"# :m #
(ִ )֠? Zl " # m UT:;
ִ*~-; 4Sn(
m: ,0 ִ) ִ
1 O:v gS8 jQN
Artinya : “ Tidak ada sesuatu yang merayap di muka bumi yang tidak
ditentukan Allah rezekinya, Allah itu tahu di mana dia
tinggal dan di mana dia tersimpan sementara dalam
proses kejadiannya. Semua itu tercatat dalam catatan
yang menjelaskan batas ukuran rezeki seluruh makhluk.”
(Q.S Hud : 6).41
<# B # , ֠!" #
֠(n’)R5 (S Im $
>(H0?-u # " 6 1 U] 5: HN -u # " $☺ִm I # @?;DS :5
^ 1L O^ ֠!" # (*
֠(H> (S :m 6Q7q @ #
O B 4 ’☺?@ #
8B7ִ☺:; # ’ /#<ִ -= 4 @
[I 6% 8ִ☺:; \ִ
-[N c M ☯ :S8JP [ ☺ $M
⌦M 4 )* Lx1 4 1
Bq iִ BiRh SB
B < @ B $^u 7 )’n 1 $- *(% 5: i$ JMF N] LR#< (4
☺ִC (S
Artinya : “ Barangsiapa yang berbuat kebaikan baik laki-laki maupun
perempuan dan dia dalam keadaan beriman, sudah pasti
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
berbahagia, dan nanti akan Kami beri lagi upah yang
jauh lebih baik dari harga kerja yang mereka lakukan.”
(Q.S. an-Nahl : 97).45