Meisyarah - 21131162 KDP
Meisyarah - 21131162 KDP
A
DI RUANG TRAUMA CENTER DI RSUP Dr.MDJAMIL PADANG
DISUSUN OLEH
MEISYARAH
21131162
KELOMPOK E1
Segala puji hanya miliki Allah Swt, shalawat dalam salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah, berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
keperawatan dasar profesi.
Penulisan tugas ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah keperawatan dasar profesi di STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG.
Dalam penulisan tugas ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan tugas ini.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memahami tentang asuhan keperawatan saya
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Tugas ini
disusun oleh saya dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
tugas ini dapat terselesaikan.
Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. saya
sadar bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada
dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan tugas saya dimasa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP PENYAKIT FRAKTUR
1. Defenisi fraktur
usia antara 1 dan 37 tahun, serta merupakan penyebab kematian nomor empat pada
kejadian yang tinggi. Cedera tersebut dapat menimbulkan perubahan yang signifikan
pada kualitas hidup seseorang sebagai akibat dari pembatasan aktivitas, kecacatan dan
Fraktur adalah gangguan kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi
fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering terganggu. Radiografi (sinar-x)
dapat menunjukan keberadaan cidera tulang, tetapi tidak mampu menunjukan otot
atau ligamen yang robek, saraf yang putus atau pembuluh darah yang pecah yang
seorang perawat akan memulai dengan deskripsi cidera yang ringkas dan tepat
(M.Black, 2014).
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat tekanan
yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu ditanggungnya.
Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbulkan suatu fraktur dapat bervariasi,
Sebagian tergantung pada karakteristik tulang itu sendiri. Seorang klien dengan
gangguan metabolic tulang, seperti osteoporosis dapat mengalami fraktur dari trauma
minor karena kerapuhan tulang akibat gangguan yang telah ada sebelumnya. Fraktur
dapat terjadi karena gaya secara langsung seperti saat sebuah benda bergerak
menghantam sesuatu area tubuh diatas tulang. Gaya dapat terjadi secara tidak
langsung seperti ketika sesuatu kontraksi kuat dari otot menekan tulang. Selain itu,
Dua tipe tulang merespons beban dengan cara berbeda tulang kortikal, lapisan
(longitudinal) lebih kuat dibandingkan jika beban menembus tulang. Tulang kanselus
atau spons ( cancellous, spongy) merupakan materi tulang bagian dalam yang rongga
seperti sarang laba-laba yang terisi oleh sumsum merah yang membuatnya mampu
menyerap gaya lebih baik dibandingkan tulang kortikal. Penonjolan tulang, disebut
Predisposisi fraktur antara lain berasal dari kondisi biologis seperti osteopenia
( penyakit kongenital tulang yang diartikan oleh gangguan produksi kolagen oleh
osteoblast). Tulang menjadi rapu dan mudah patah, neoplasma juga dapat melelahkan
tulang dan berperan pada fraktur. Kehilangan esterogen pasca monopouse dan
resiko fraktur. Bagi orang dengan tulang yang sehat, fraktur dapat terjadi akibat
aktivitas hobi resiko tinggi atau aktivitas terkait pekerjaan (misalnya bermain papan
seluncur, panjat tebing dan lain-lain). Korban-korban kekerasan dalam rumah tangga
a. Anatomi sistem otot (muskolus) menurut Anarkardian Kris Buana Devi (2017)
Otot merupakan organ tubuh yang mengubah energi kimia menjadi energi
respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Otot disebut alat gerak aktif
protein tubuh dan setengahnya tempat terjadinya aktivitas metabolic saat tubuh
istirahat. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar
1) Fascia yaitu jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan lunak. Fungsi
3) Tendon (urat otot) yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari jaringan
ikat dan bersifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon
dibedakan menjadi dua yaitu origo, tendon yang melekat pada tulang yang
tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi dan inersio, tendon yang
kegiatan. Relaksasi otot terjadi Ketika otot sedang beristirahat. Jadi, otot
c) Jenis-jenis otot
Otot rangka
Otot polos
secara tidak sadar). Jenis otot ini, dapat ditemukan pada dinding
Otot jantung
yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung.
Bekerja terus meneruss setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung
sinergis
bergerak.
Saat berkontraksi, otot membutuhkan energi dan oksigen. Oksigen
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang
untuk mempertahankan sikap dan posisi. Tulang merupakan alat gerak pasif
1) Fungsi rangka
e) Penggerak dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak
2) Jenis tulang
Tulang sejati
b) Berdasarkan matriksnya
Tulang kompak
Tulang spons
c) Berdasarkan bentuknya
osteorosit.
tulang
a) Rangka aksial
Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh
Tengkorak (cranium)
Tulang hyoid
b) Rangka apendikuler
tulang bahu, tulang panggul dan tulang anggota gerak atas atau bawah
terdiri atas 126 tulang. Secara umum, rangka apendikuler Menyusun alat
gerak, tangan dan kaki. Tulang apendikuler terbagi atas 2 yaitu ekstremitas
5) Pembentukan tulang
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu
dan berlangsung sampai dewasa. Pada rangka manusia rangka yang pertama
kali berbentuk adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal dari jaringan
pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem
havers.
b) Fisura/retak tulang
d) Osteoporosis
e) Rachitis
f) Kram
g) Hipertropi
h) Atrofi
4. Patofisilogi
Keparahan dari fraktur tergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang
fraktur suatu tulang hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem seperti
tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot
yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan
menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan
spasme yang kuat dan bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur.
Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian
distal dapat bergeser karena gaya penyebab patah maupun spasme pada otot-otot
sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk
sudut) atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah
(M.Black, 2014).
a. Penyembuhan tulang
Hanya ada beberapa jaringan dalam tubuh manusia yang dapat sembuh
memulai regenerasi dan bukan pembentukan jaringan parut. Tulang adalah salah
satunya. Perbaikan fraktur terjadi melalui proses yang sama dengan pembentukan
tulang saat fase pertumbuhan normal dengan mineralisasi dari matriks tulang baru
tindih sering penyembuhan tulang. Jika ada gangguan diantara 5 tahap tersebut,
Faktor seperti adanya penyakit tulang atau sistemik usia dan kesehatan umum
klien, jenis fraktur, serta tetapi juga akan mempengaruhi kecepatan dan
kesuksesan penyembuhan.
a. Perubahan bentuk
b. Luka
c. Nyeri
d. Bengkak
6. Manifestasi klinis
fisik dan temuan radiologis. Beberapa fraktur sering langsung dampak jelas, beberapa
lainnya terdektesi hanya dengan rontgen (sinar-x). Pengkajian fisik dapat menemukan
beberapa hal berikut yaitu deformitas, pembengkakan, memar (ekmosis), spasme otot,
neurovascular, syok.
7. Klasifikasi fraktur
Keparahan dari fraktur biasanya bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur
tersebut. Jika ambang fraktur tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang hanya retak
dan bukan patah. Jika gayanya ekstrem, seperti tabrakan mobil atau luka tembak,
tulang dapat hancur yang menembus keluar kulit atau ada luka luar yang mementrasi
hingga tulang yang patah, fraktur ini disebut fraktur terbuka. Tipe fraktur ini
umumnya serius, karena begitu kulit telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi diluka
dan tulang.
Fraktur yang dapat dijelaskan dengan banyak cara bahkan ada lebih dari 150 tipe
fraktur yang telah dinamai bergantung pada berbagai metode klasifikasi misalnya
fraktur compound, transversal dari femur distal, fraktur femur, fraktur dislokasi,
fraktur distal. Metode klasifikasi paling sederhana adalah fraktur terbuka dan tertutup.
Fraktur terbuka diartikan oleh robekanya kulit diatas cidera tulang dan fraktur
tertutup diartikan oleh kulit yang masih utuh diatas lokasi cidera.
Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka yang dibagi
(M.Black, 2014)
8. Pemeriksaan diagnostik
radiologis yang tepat sangat penting untuk mengkaji kecurigaan fraktur dengan tepat.
Dua posisi (yaitu anterosposterior dan lateral) yang diambil pada sudut yang tepat
merupakan jumlah minimal yang diperlukan untuk pengkajian fraktur dan gambar
tersebut harus mencangkup sendi diatas dan dibawah lokasi fraktur untuk
pergeseran udara karena pergeseran tulang setelag cedera. Radiografi dari tulang yang
patah akan menunjukan perubahan pada kontur normalnya dan disrupsi dari
hubungan sendi yang normal. Garis fraktur akan tampak radiolusens. Radiografi
biasanya dilakukan sebelum reduksi fraktur, setelah reduksi dan kemudian secara
9. Penatalaksanaan
a. Reduksi fraktur
b. Reduksi tertutup
sering kali dikombinasikan dengan fiksasi internal untuk fraktur femur dan sendi.
d. Fiksasi eksternal
Jika kerusakan jaringan lunak menghalangi penggunaan gips fiksasi eksternal
dapat diindikasikan untuk imobilitas fraktur. Alat fiksasi eksternal menjaga posisi
untuk fraktur-fraktur yang tidak stabil dan untuk otot-otot yang melemah.
e. Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cidera atau
f. Traksi kulit
Traksi kulit adalah pemberian gaya tarik secara langsung ke kulit dengan
menggunakan skin gips, sepatu bots dan bidai busa. Untuk traksi kulit ini
g. Traksi skeletal
Traksi skeletal menggunakan pin untuk memberikan gaya pada tulang. Lokasi
yang paling umum adalah di femur distal, tibia dan proksimal. Terapi skeletal
dapat di toleransi untuk waktu yang lama dibandingkan traksi kulit. Biasanya
(M.Black,
2014)
10. Komplikasi
a. Cidera saraf
Fragmen tulang dan edema tulang yang berkaitan dengan cidera dapat
menyebabkan cidera saraf. Hati-hati jika ada pucat dan tungkai klien yang sakit
teraba dingin, perubahan kemampuan klien untuk menggerakan jari, parestesia,
b. Sindroma kompartemen
ruang terbatas.
c. Kontraktur volkman
Sindrom ini terjadi setelah fraktur dari tulang panjang seperti femur, tibia, tulang
Klien dengan cidera tulang memiliki resiko tinggi terjadi kondisi ini. Peningkatan
risiko terjadi karena stasis dari aliran darah vena, peningkatan koagulabilitas dan
f. Sindroma gips
Terjadi pada gips spika badan. Sindrom gips ini dapat terjadi beberapa hari hingga
minggu setelah imobilitas terutama jika klien mengalami penurunan berat badan
Hal ini terjadi karena gangguan sirkulasi lokal. Hal terbaik yang dapat dilakukan
i. Penyatuan nonfungsional
j. Malunion
Malunion terjadi saat fragmen fraktur sembuh dalam kondisi kelurusan tulang
yang tidak tepat sebagai akibat dari tarikan otot yang tidak tepat sebagai akibat
k. Penyatuan terhambat
Terjadi ketika penyembuhan melambat tapi tidak benar berhenti hal ini
disebabkan karena distraksi pada fragmen fraktur atau adanya penyebab sistemik
seperti infeksi.
l. Non union
spontan
m. Penyatuan fibrosa
Suatu sindrom disfungsi dan penggunaan yang salah disertai nyeri yang diberikan
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien
Biasanya meliputi nama, agama, jenis kelamin biasanya terjadi pada laki-laki
remaja dan dewasa awal, pekerjaan biasanya fraktur terjadi pada seseorang
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pada pasien fraktur adanya rasa nyeri, nyeri tersebut bisa akut atau
kronis tergantung lama serangan. Biasanya nyeri yang dirasakan bisa lebih
Biasanya pada pasien fraktur merasakan nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau
kronis tergantung dan lamanya serangan. Nyeri yang dirasakan bisa lebih
hebat dan berlangsung lama. Biasanya fraktur bisa disebabkan oleh trauma
menusuk-nusuk dan terus menerus, biasanya nyeri yang dirasakan pada area
fraktur.
kanker tulang dan penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang
sulit untuk menyambungnya. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka dikaki
sangat beresiko terjadinya osteomilitis akut maupun kronik dan juga penyakit
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker
Biasanya pada pasien fraktur akan terjadi kecacatan pada dirinya dan harus
selain itu, juga dilakukan pengkajian terhadap kebiasaan hidup klien seperti
4. Pola nutrisi/metabolisme
sehari-hari seperti kalsium, zat besi, protein, vit c, dan lainnya. Untuk membantu
tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang
lansia. Selain itu, juga obesitas menghambat degenerasi dan mobilitas pasien.
5. Pola eliminasi
Biasanya pada pasien fraktur tidak ada gangguan eliminasi namun tetap dikaji ada
frekuensi, warna, bau, dan jumlah. Pada pola tersebut juga dikaji ada kesulitan
atau tidak. Biasanya pada pasien fraktur tidak ada masalah pada BAK dan BAB.
6. Pola aktivitas/Latihan
Biasanya pasien dengan fraktur mengalami nyeri keterbatasan gerak maka semua
bentuk kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak
dibantu oleh orang lain dan biasanya pasien juga tidak melakukan pekerjaan
seperti biasa.
gerak sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur pasien.
Biasanya pada pasien fraktur status mental klien sadar dan bicara normal, Bahasa
Biasanya pada pasien dengan fraktur akan kehilangan peran dalam keluarga dan
Biasanya pada pasien dengan fraktur, pasien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena menjalani rawat inap dan mengalami keterbatasan gerak serta rasa
nyeri.
Biasanya pada pasien fraktur timbul rasa cemas mengenai keadaan dirinya yaitu
dengan baik. Hal ini dikarenakan rasa nyeri dan keterbatasan gerak pada pasien.
Gambaran
Tanda-tanda vital Suhu : biasanya meningkat
TD : biasanya meningkat
RR : biasanya meningkat
Tinggi badan Biasanya normal
Berat badan Biasanya normal
LILA Biasanya normal
Kepala :
Reflek patologis
Payudara Normal
Genitalia Normal
Rectal Normal
a. Diagnostic
b. Laboratorium
peradangan
16. Terapi
a. Obat antiinflamasi non steoid contohnya NSAID obat lain seperti aspirin, ibu
profen dan naproksen. Obat- obat ini biasanya diberikan kepada pasien yang
mengalami nyeri
mengalami nyeri.
2) Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis (penekanan pada tonjolan tulang)
INTERVENSI KEPERAWATAN
O
1 Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Meringis, nyeri
rasa nyeri
6. kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
edukasi
7. jelaskan penyebab,
nyeri
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
kolaborasi
9. kolaborasi
pemberian analgesic,
jika perlu
2 Gangguan Integritas kulit dan Perawatan integritas kulit
jaringan, terapeutik
(3/5) Edukasi
4. anjurkan
menggunakan
pelembab
yang cukup
6. anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
3 Resiko infeksi b.d Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
kebersihan terapeutik
(3/5) pengunjung
meningkat edukasi
gejala infeksi
kolaborasi
8. kolaborasi
pemberian imuniasi,
jika perlu.
Sumber : (SDKI, 2017; SIKI, 2018; SLKI, 2019)
C. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Tn. A No.Rek.Medis : 01.11.12.34
Umur : 48 Tahun
Agama : islam
Jenis Kelamin : laki -laki
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : islam
Status perkawinan : kawin
Alamat : jorong batu, dharmasraya
Tanggal masuk : 16 september 2021
Yang mengirim : datang sendiri
Cara masuk RS : poliklinik
Diagnosa medis : femur dextra
Identitas Penanggung Jawab
Nama : herlina
Umur : 45 tahun
Hub dengan pasien : istri
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : damasraya
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Pasien mengeluh nyeri kaki kanan, pasien saat masuk sangat nyeri, pasien
mengatakan setelah operasi merasakan nyeri hebat dengan skala 7 sampai 8. Pasien
terpasang batu dengan berat beban atau traksi 15 kg, pasien tampak gelisah, pasien
mengatakan sulit BAK/BAB, pasien mengatakan semua aktivitas terhambat, pasien
mengatakan cemas, pasien mengatakan ingin segera sembuh, pasien mengatakan sulit
tidur karena cemas, pasien mengatakan saat ini merasakan skala nyeri 6, pasien
mengatakan nyeri rasa tertusuk-tusuk, pasien mengatakan takut terinfeksi saat
pemeriksaan TD 122/70 mmHg, suhu 36,2 c, N 80 X/I, RR 20x/i.
Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengatakan nyeri dan bengkak pada paha rawan
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Atur posisi, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon non nyeri
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan dulu sering sakit kepala
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit turunan.
3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan merasa menyesal
bahwa penyakit ini teguran dari Allah SWT agar dapat bertaubat.
PENGGUNAAN :
Tembakau: ( √ ) Tidak ( ) Berhenti...............(tgl) ( ) Pipa ( ) Cerutu
( ) <1 bks/hari ( ) 1-2 bks/hari ( ) >2 bks/hari
Alkohol : ( √ )Tidak ( ) Ya, Jenis/Jumlah, _______/Hari _______/minggu_______/bulan
Obat lain : ( √ ) Tidak ( ) Ya, Jenis _________________ Penggunaan_____________
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, zat warna): _____tidak ada___Reaksi _______
Obat-obatan warung/tanpa resep dokter : ___paramex, bodrex, amoxilin_________
Kepatuhan terhadap terapi pengobatan : ___________tidak ada_________________
Upaya adaptasi terhadap perubahan status kesehatan : ___tidak ada_____________
Penyesuaian gaya hidup terhadap perubahan status kesehatan :___tidak ada_____________
4. POLA NUTRISI/METABOLISME
BB : 52 kg
TB : 165 cm
IMT : 52 = 19
1,65x1,65
Penurunan BB dalam 6 bulan terakhir :
Pola Makan
Di rumah
Frekuensi : 2x sehari
Makan Pagi : nasi atau lontong
Makan Siang : Nasi
Makan Malam : -
Pantangan/Alergi : tidak ada
Makanan yang disukai : semua disukai
Di rumah sakit
Jenis diet dan jumlah kalori :
Nafsu Makan: ( √ ) Normal ( ) Meningkat ( ) Menurun ( ) Penurunan Sensasi Kecap
Jumlah diet yang dihabiskan :
Keluhan mual / muntah :
Penggunaan NGT : ( √ ) Tidak ( ) Ya
Kesulitan Menelan (Disfagia): ( √ ) Tidak ( )Makanan Padat ( ) Cair
Skrining Nutrisi
Indikator Penilaian Malnutrisi Skor
0 1 2 Nilai
1. Nilai IMT 18,5-22,9 17-18,4 / 23- <17 / 0
24,9 >23
2. Apakah pasien kehilangan BB dalam <5% 5-10% >10% 0
waktu 3 bulan terakhir?
3. Apakah pasien dengan asupan baik kurang Sangat 0
makanan kurang lebih dari 5 hari? kurang
4. Adanya kondisi penyakit pasien tidak Ya 0
yang mempunyai resiko masalah
nutrisi
5. Pasien sedang mendapat diet tidak Ya 2
makanan tertentu
TOTAL SKOR 2
Pola Minum
Di rumah Di rumah sakit
Frekuensi :______5 kali________ Frekuensi :______3-4 kali______
Jenis : ____air putih_______ Jenis : ____air putih______
Jumlah : ____1500 ml________ Jumlah : _____1500ml_______
Pantangan :____tidak ada________ Pembatasan cairan : _________-_________
Minuman : ___semua disukai_____
disukai
Intake cairan 24 jam (uraikan apa saja intake pasien): minum 1500ml
IWL : 15x52/24 jam : 780
Ouput Cairan 24 jam (uraikan apa saja ouput pasien) : urin pasien 500cc
Perhitungan Balance Cairan :
Intake-output : 1500 ml – (500+780)
: 1500-1280
: 220
Perubahan pada kulit
Keluhan pasien terkait masalah kulit (misalnya kering, gatal, adanya lesi) : adanya lesi
Faktor resiko luka tekan :
Instrumen Penilaian Resiko Luka Tekan Norton
Yang dinilai 4 3 2 1
Kondisi fisik Baik Sedang √ Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar √ Apatis Bingung Stupor
Aktivitas Jalan sendiri Jalan dengan Kursi roda Di tempat
bantuan tidur √
Mobilitas Bebas Gerak terbatas Sangat Tidak
bergerak √ terbatas bergerak
Inkontinensia Kontinen √ Kadang Selalu Inkontinen
inkontinen kontinen urin dan alvi
Total skor 15
Kriteria penilaian :
16 – 20 = tidak beresiko
12 – 15 = rentan resiko
< 12 = resiko tinggi
Pengkajian adanya luka/ulcer
Ukuran luka : 5 cm
Kondisi luka : merah pink
Gambar luka :
5. POLA ELIMINASI
a. BAB
Di rumah Di rumah
sakit
Frekuensi :______1x/hari________ Frekuensi :______2x/hari_______
Konsistensi : ______padat_________ Konsistensi : ______padat________
Warna : __kuning kecoklatan__ Warna : ( √ ) kuning ( ) ada
darah
( ) lainnya, .............
Tgl defekasi terakhir_______
Masalah di rumah sakit : ( ) konstipasi ( ) diare ( ) inkontinensia, lama masalah
dialami : _____
Kolostomi : ( ) tidak ( ) ya, jika ya, posisi kolostomi di :_____________
Output kolostomi berupa :
Keluhan pasien terkait kolostomi :
6. PEMERIKSAAN FISIK
Gambaran
Tanda Vital Suhu : ......36,2.......... Lokasi : ................
Nadi : ......80X/I.... Irama : .................Pulsasi................
TD : ........122/70........... Lokasi : ................................
RR : ...........20.......... Irama : ....................................
Tinggi badan 165 CM
Berat badan sebelum masuk RS : ....52..........., rumah sakit :.............
LILA
Kepala :
Rambut Rambut tampak bersih, tidak ada udem
Mata Konjungtiva anemis, pupil isokor
Hidung Tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut Tidak ada pembesaran tonsil
Telinga Tidak ada lesi atau serumen
Leher
Trakea Tidak ada benjolan, adanya reflek menelan
JVP 5cmH2O
Tiroid Tidak ada benjolan
Nodus Limfe Tidak ada kelenjar getah bening
Dada I : tidak ada lesi, luka atau udem
Paru P : pergerakan sama atau simetris, fremitus kiri dan kanan
sama
P : tidak redup ataupun tidak ada suara tambahan
A : vasikuler
Jantung I : tidak tampak ictus cordis
P : tidak teraba pembesaran jantung
P : tidak ada nyeri tekan
A : lup dup
Abdomen I : perut tampak simetris, sedikit buncit
A : peristaltic usus normal
P : hepar tidak teraba
P : suara tympani
Ekstremitas Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 1
Muskuloskeletal/Sendi Inspeksi : ada lesi dibagian ekstremitas bawah kanan
Palpasi : akral teraba dingin
Vaskular Perifer : CRT <2 detik
Integumen Inspeksi : kulit berwarna hitam sawo
Palpasi : nyeri tekan dan tidak ada udem
Neurologi
Status mental/GCS Sadar, gcs 15
Saraf cranial 12 saraf cranial normal
Reflek fisiologi Sulit untuk melakukan refleks bisep pada kaki kanan
Reflek patologis Sedikit refleks ibu jari pada kaki kanan
Payudara -
Genitalia Normal
Rectal Normal
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik
Laboratorium
- Hb : 16,2
- Haematokrit : 47
- Leukosit : 720
- Trombosit : 248.000
- SGOT : 23
- SGPT : 19
- Albumin/globulin : 4,3/2,7
- Na : 137
- K : 4,5
- CI : 109
- GD/GDS : 93/109
8. TERAPI
- Fotofabia 3x
- Ceftriaxone 2x
- Ranitidine 2x
- Reforaksa 3x
PERENCANAAN PEMULANGAN
Rencana Tindak Lanjut:
B. ANALISA DATA
Do :
-pasien tampak gelisah
- N 80x/i
- pasien tampak bersikap
waspada
2 Ds : Gangguan
-pasien mengatakan luka integritas kulit Faktor mekanis
takut infeksi
- pasien mengatakan sulit
untuk perawatan luka
mandiri
Do :
-kedalaman luka pasien
3cm
- kerusakan pada lapisan
kulit
Do :
-pasien tampak gelisah
-pasien tampak tegang
C. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(sesuai dengan prioritas)
16
september
3 Ansietas b.d ancaman 2021
terhadap konsep diri
Kemampuan Observasi
pemicu nyeri
rasa nyeri
kolaborasi
jaringan
3. 1.mengidentifikasi saat S:
tingkat ansietas - Pasien mengatakan
2. mengidentifikasi saat tidak terlalu cemas
mengambil keputusan - Pasien mengatakan
3.memonitor tanda-tanda sulit beraktivitas
ansietas - Pasien mengatakan
4.memahami situasinyang tidur masih sering
membuat ansietas terbangun
5.mendengarkan dengan O:
penuh perhatian - Pasien sudah tidak
6.menggunakan pendekatan gelisah
yang tenang dan - Pasien masih
meyakinkan keadaan tegang
7.menganjurkan A : ansietes belum teratasi
mengungkapkan perasaan P : intervensi dilanjutkan
dan persepsi
8.melatih Teknik relaksasi
kolaborasi pemberian obat
antiansietas
DAFTAR PUSTAKA
Devi, anarkardian kris buana. (2017). Anatomu fisiologi & biokimia KEPERAWATAN.