BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dan posisi lidah. Dia menemukan bahwa pasien dengan nasofaring yang dangkal
serta posisi lidah pada palatum lunak. Hal ini berkorelasi dengan menegakkan
kepala anak ke belakang dengan masalah aliran udara untuk meningkatkan
kapasitas pernafasan. Bushey menemukan kasus-kasus parah mengenai obstruksi
aliran udara karena adenoid yang menyatu, prosedur pembedahan secara
signifikan dapat meningkatkan pernafasan hidung. Evaluasi diagnostik sangat
penting, sejak banyak pasien dengan tampilan wajah yang baik memiliki
peningkatan aktivitas bernafas melalui hidung dengan reduksi normal pada ukuran
jaringan limfoid selama masa pertumbuhan. Juga pada pasien dengan palatum
yang pendek harus dipertimbangkan untuk prosedur T dan A untuk memudahkan
kemungkinan hipernasal speech setelah pembedahan. Laki-laki biasanya memiliki
kecenderungan 3 kali lebih sering terlibat hipertropik adenoid dan jaringan
limfoid dibandingkan perempuan.2,3,5
BAB II
ANATOMI SALURAN PERNAFASAN
Saluran pernafasan terbagi dua yaitu saluran pernafasan atas yang terdiri
dari :hidung, faring dan laring serta saluran pernafasan bawah yaitu trakea,
bronkus, dan paru-paru.
3
4
2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring
(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan
masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang
terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan,
bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan
gangguan kesehatan.
3. Laring
Pangkal tenggorokan, suatu saluran yang dikelilingi oleh cincin tulang rawan
dan memiliki 2 pasang lipatan: lipatan bawah (pita suara sejati) dan lipatan atas
(pita suara palsu). Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah
yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Udara dari rongga hidung
masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran
pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings)
pada bagian belakang.
5
Anatomi Laring8
Gambar Alveolus8
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura
luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga
berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura
berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura
bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Beberapa masalah oral yang harus diperhatikan pada pasien dengan infeksi
saluran pernafasan atas. Cara penularan infeksi saluran pernafasan atas seperti
kemungkinan penularan secara patogen dari pasien ke petugas kesehatan dan
adanya infeksi berulang karena patogen penyebab yang melekat pada sikat gigi
atau gigi tiruan akrilik. Resistensi antibiotik dapat terjadi karena terapi obat yang
hampir sama pada infeksi saluran nafas atas dan infeksi odontogenik. Perubahan
mukosa oral (seperti mulut kering karena dekongestan dan kebiasaan bernafas
melalui mulut) dan meningkatnya kandidiasis oral pada pasien yang
menggunakan inhaler glukokortikosteroid jangka lama. 2,7
9
10
orofaring. Sekresi hidung dapat serous atau purulen. Gejala lain yang dapat
muncul seperti batuk, demam, malaise, fatigue, sakit kepala dan myalgia. Hasil
pemeriksaan hitung darah lengkap menunjukkan peningkatan sel mononuklear,
limfosit, dan monosit.2
Pemeriksaan laboratorium tidak selalu diperlukan dalam mendiagnosis infeksi
salauran pernafasan atas. Virus dapat diisolasi dalam kultur atau dengan
pengukuran rapid diagnostic. Meskipun begitu test jarang dilakukan.2
Diagnosis
Penegakan diagnosis didapat dari riwayat medis serta pemeriksaan fisik.
Diagnosis dapat termasuk rhinosinusitis bakterial akut, allergic rhintiis, dan
kelompok A. Streptococcal pharyngitis.2
Penatalaksanaan
Pengobatan infeksi saluran pernafasan atas biasanya simptomatik, karena
biasanya self limiting. Analgesik dapat digunakan sakit tenggorokan, dan myalgia.
Antipiretik digunakan untuk demam dan antikolinergik dapat digunakan untuk
mengurangi rhinnorhea. Oral dan topikal dekongestan seperti simtomimetik
amines, efektif untuk mengurangi hidung tersumbat. Minum cukup sangat penting
untuk menjaga homeostatis khususnya selama demam.2
Penggunaan antimikrobial tidak ada dalam aturan pengobatan infeksi saluran
pernafasan atas akut. Antibiotik tidak disarankan untuk mencegah superinfeksi
dari bakteri. Penggunaan antibiotik berlebih dapat menyebabkan resistensi obat
terhadap bakteri.2,5
Prognosis
Umumnya pasien mengalami penyembuhan selama 5-10 hari, prognosis
sangat baik. Meskipun begitu infeksi saluran pernafasan atas beresiko terhadap
asma eksaserbasi, sinusitis bakterial akut, dan otitis media, khususnya pada pasien
anak dan pasien yang memiliki sistem imun yang inkompeten.2
Manifestasi Oral
Manifestasi oral yang paling sering terjadi pada infeksi saluran pernafasan
atas adalah adanya lesi kecil bundar dengan makular eritematous pada palatum
lunak. Lesi ini disebabkan oleh infeksi virus atau merupakan respon dari jaringan
11
limfoid. Pada individu yang mengalami jaringan lingual tonsilar berlebih yang
merupakan pembesaran dari jaringan limfoid, biasanya berlokasi pada batas
lateral dari lidah.2,6
Terapi dari infeksi saluran pernafasan atas dengan dekongestan dapat
menyebabkan penurunan aliran saliva, dan pasien dapat mengalami mulut kering.
Penanganan dengan menganjurkan pasien banyak meminum air putih seta
menjaga oral hygiene..2
Manifestasi Oral
Penggunaan dekongestan dan antihistamin pada pasien dengan rhinitis alergi
menyebabkan penurunan sekresi saliva sehingga menyebabkan xerostomia.
Penanganan untuk mengatasi xerostomia dapat dirawat dengan pemberian
salivary substitute, gel pelembab, stimulasi non-spesifik sekresi saliva dan
stimulasi saliva. Salivary substitute dengan bahan dasar carboxymethylcellulosa
(seperti Glandosane, Luborant, Salivace dan Saliveze), porcine gastric mucine
(seperti Orthana) atau obat kumur bebas alkohol (BioXtra dan Biotene). Gel
pelembab dapat diaplikasikan ke permukaan rongga mulut yang kering seperti
OralBalance dan BioXtra. Stimulasi non-spesifik sekresi saliva dengan
mengunyah permen karet seperti Biotene drymouth gum dan BioXtra chewing
gum atau non sucrose based pastille Salivex. Stimulasi saliva dengan Pilocarpine
(Salagen). 2
Penatalaksanaan Dental
Tipe rhinitis sangat penting diketahui saat perawatan gigi dan penilaian pasien
anak. Anamnesis harus dilakukan dengan hati-hati dengan mendaftarkan semua
alergen dan potesial asosiasi dengan kondisi alergi hingga asma. Hal itu harus
diingat bahwa adanya episode alergi atopik dan atau gangguan infeksius dapat
merupakan respon awal ke serangan asma. Keparahan dari masing-masing kondisi
harus dapat dievaluasi untuk memastikan perawatan dental yang akan dibutuhkan
untuk hari itu. 4,5
Adanya rhinitis bukan hanya kontraindikasi dalam melakukan prosedur
restoratif, meskipun modifikasi sangat diperlukan. Pada kasus yang memiliki
obstruksi nasal penggunaan nitrous okside – oksigen sedasi akan berpengaruh
sangat kecil pada inspirasi nasal sehingga kurang efektif.5
Penggunaan rubber dam disarankan untuk pasien dengan obtruksi nasal
meskipun sedikit modifikasi perlu dilakukan. Modifikasi Young Frame
menggeser dam ke salah satu sisi mulut sehingga memudahkan bernafas melalui
mulut dan evakuasi sekresi pada rongga mulut. Rubber dam juga melindungi
palatal dan faringeal dari iritasi.5
14
3.5 Sinusitis
Sinusitis dapat didefinisikan sebagai inflamasi pada jaringan eptelial dari
sinus paranasal. Inflamasi jaringan ini menyebabkan edema mukosa dan
meningkatkan sekresi mukosa. Penyebab yang paling sering adalah infeksi saluran
pernafasan atas walaupun penyebab lain (seperti eksaserbasi dari rhinitis alergi,
infeksi gigi atau tindakan gigi dan trauma langsung). Jika drainase sinus
18
keadaan tertentu mungkin karena sakit gigi atau sakit ketika mastikasi. Pasien
dengan sinusitis kronis sering muncul dengan gejala vague dan sulit diketahui
lokasinya. Rhinnorea kronis, post nasal drainage, hidung tersumbat, tenggorokan
kering, dan facial “fullness” sering dikeluhkan.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan sinus terderness dan nasal drainage yang
purulen. Pada keadaan tertentu eritema dan pembengkakan pada kulit dapat
terlihat. Pada mukosa nasal dapat tampak edematous dan eritematous dan polip
nasal.
Meskipun tidak selalu diperlukan, plain-film sinus radiografi dapat membantu
dalam mendiagnosis dari maksillaris akut dan frontal sinusitis. Plain-film
radiografi tidak berguna dalam penegakkan penyakit osteomeatal kompleks.
Computed tomography (CT) adalah studi pilihan untuk mendokumentasikan
sinusitis kronis dengan penyakit utama osteometal kompleks dan penggunaan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mengidentifikasi abnormalitas dari
tulang. CT juga dapat menilai polip, reaktif ositis, ketebalan mukosa, dan sinusitis
karena jamur.2
Klasifikasi
Sinusitis dapat diklasifikasikan akut atau kronis, berdasarkan durasi dari
inflamasi dan infeksi utama. Pasien dengan gejala yang menetap selama 3-8
minggu atau lebih dipertimbangkan ke dalam penyakit kronis.
Diagnosis
Diagnosis dari sinusitis akut dibuat berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik.
Seperti sebelumnya dicatat, evaluasi radiografi dapat digunakan untuk membantu
situasi tertentu. Pasien dengan penyakit rekuren memerlukan evaluasi untuk
menentukan faktor utama yang menyebabkan sinusitis. Evaluasi alergi untuk
rhinitis alergi sangat membantu. Faktor predisposisi lain seperti terpapar asap
tembakau, imunodefisiensi, dan penyimpangan septal harus dipertimbangkan.2
CT biasanya membantu mendiagnosi sinusitis kronis. Evaluasi dari
osteomeatal complex sangat penting dalam penatalaksanaan pasien ini. Selain itu,
rhinoskopi dapat dapat berguna untuk melihat langsung dari sinus ostia.2
20
Penatalaksanaan
Terapi medis yang utama terdiri dari antibiotik untuk melindungi dari patogen,
topikal dan oral dekongestan untuk memudahkan sinus drainase. Antibiotik
pilihan yang pertama adalah amoksisilin yang sering efektif meskipun generasi
kedua seperti sefalosporin, klaritromisin, dan amoksisiilin plus klavulanat dapat
membantu pada kasus resisten. Pada pasien yang memiliki masalah utama rhinitis
alergi dapat menggunakan topikal nasal kortikosteroid. Terapi obat biasanya
selama 2-3 minggu. Frontal dan sphenoid sinusitis akut sangat serius karena
berpotensi menyebabkan komplikasi intrakranial. Intravena antibiotik
diindikasikan dan intervensi pembedahan dipertimbangkanberdasarkan kondisi
dan respon terhadap terapi obat.2,7
Penatalaksanaan sinusitis kronis melibatkan antibiotik spektrum luas dan
terapi jangka panjang diperlukan. Topikal kortikosteroid atau oral kortikosteroid
jangka pendek dapat mengurangi pembengkakan dan atau obstruksi dari
osteomeatal complex. Faktor eksaserbasi dihindari seperti alergen atau asap
rokok. Pasien dengan riwayat alergi harus dilakukan evaluasi alergi.2,7
Pasien kronis sinusitis dengan adanya penyakit osteomeatal complex
dimana gagal dalam terapi obat seringkali diperlukan intervensi bedah.2
Manifestasi Oral
Pasien infeksi sinus dengan keluhan sakit gigi umumnya dirujuk melakukan
perawatan gigi. Dokter gigi mengevaluasi pasien sehingga dapat membedakan
antara infeksi odontogenik dan sinus pain. Sinus infeksi biasanya menyebabkan
sakit pada beberapa gigi di maksila yang sama dimana sakit gigi biasanya hanya
pada satu gigi. Infeksi odontogenik dapat tampak dari pemeriksaan dental dan foto
periapikal.2
Infeksi sinus kronis seringkali diikuti dengan bernafas melalui mulut. Kondisi
ini berkaitan dengan mulut kering (pada penderita yang lama) serta peningkatan
kerentanan kondisi mulut seperti gingivitis.2
Pada kondisi dimana penggunaan antibiotik jangka panjang, perkembangan
bakteri yang resisten harus diperhatikan. Pergantian jenis antibiotik yang berbeda
untuk pengobatan infeksi odontogenik diperlukan untuk meningkatkan dosis dari
21
antibiotik dimana pasien baru saja menggunakan obat tersebut untuk kondisi
lain.2,7
Penggunaan dekongestan dapat dikaitkan dengan mulut kering.2 Pada
penggunaan dekongestan yang menyebabkan mulut kering sebaiknya pasien
dianjurkan untuk banyak meminum air putih, dan pada kasus yang menyebabkan
hingga xerostomia diperlukan penanganan lebih serius seperti banyak makan
buah-buahan, permen karet dan saliva buatan. Serta pasien harus menjaga oral
higiene dan rutin kontrol ke dokter gigi.
spasme dari otot laringeal terjadi. Karena proses inflamasi disebabkan oleh infeksi
virus, proses penyakit ini biasanya sembuh sendiri (self limiting).2
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Pasien dengan laringitis biasanya sebelumnya terkena infeksi virus saluran
pernafasan atas. Keluhan paling sering adalah demam dan tenggorokan kering.
Manifestasi paling umum dari laringitis adalah hoarsenes (serak) dengan suara
lemah atau sengau saat berbicara. Batuk merupakan variabel yang pasti tampak
dan biasanya ketika saluran pernafasan bawah terlibat.
Pada anak dengan infeksi virus umumnya sebelumnya didahului dengan
infeksi saluran pernafasan atas dapat disertai dengan adanya demam. Tak lama
kemudian batuk mengginggong “barking cough” dan intermitten “stridor”
berkembang. Stridor saat istirahat, retraksi dan cyanosis dapat terjadi pada anak-
anak dengan inflamasi yang parah. Radiografi leher akan menggambarkan
pelebaran dari subglotis (‘steple sign’) pada tampilan anteroposterior.
Diagnosis
Diagnosis dari laringitis berdasarkan riwayat sugesti. Tidak ada gambaran
fisik yang ditemukan atau tes laboratorium meskipun muncul ‘hoarseness’ yang
merupakan pengalaman subyektif. Diferensial diagnosis penyakit ini yaitu
laringeal edema, obtruksi venous atau lymfatik drainase dari massa atau lesi lain,
penurunan plasma tekaanan oncotik dari malnutrisi atau kehilangan protein,
peningkatan permeabilitas kapiler, myxedema dari hipotiroidism, dan hereditary
angioma. Karsinoma dari laring juga memiliki keluhan hoarseness (serak).
Diagnosis dari laringotracheobronchitis biasanya jelas dan berdasar riwayat
sugesti, dengan dikonfirmasi gambaran radiografi yang sesuai kesan klinis. Pada
anak sangat penting untuk menyingkirkan penyebab lain seperti stridor, termasuk
aspirasi benda asing, epiglotis bakterial akut dan abses retropharingeal.
Penatalaksanaan
Hampir semua kasus laringitis adalah ringan dan self-limited, hanya perawatan
suportif yang dapat diresepkan. Penggunaan kortikosteroid oral pada keadaan
parah dan kasus yang lama dapat dipertimbangkan meskipun penggunaan rutin
obat tersebut masih menjadi kontroversial.2
23
dan petekie oral. Hasil evaluasi laboratorium merupakan sputum dari kultur grup
A. Streptococcus.2
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan riwayat sakit tenggorokan dan ditegakkan berdasarkan
temuan pada pemeriksaan fisik dan kultur sputum. Deteksi antigen rapid test
dgunakan untuk mendiagnosa streptococcal faringitis. Test tersebut memiliki
spesifitas tinggi (95%) tetapi sensitifitas yang rendah (60-95%). Oleh sebab itu
hasil negatif harus dikonfirmasi oleh kultur sputum.2
Antistreptolisin O titers meningkat sekitar 150U selama 2 minggu adanya
infeksi akut. Nilai titer ini sangat berguna untuk didokumentasikan mengenai
infeksi Streptococcal terbaru, terutama pada kasus akut rheumatic fever.2
Penatalaksanaan
Virus yang menyebabkan tonsillofaringitis diterapi berdasarkan gejala
simptomatik. Obat kumur, analgesik, dan antipiretik sangat membantu.
Penyembuhannya selalu self limited.2
Faringitis streptococcal akut diterapi selama 10 hari dengan oral penisilin V
atau eritromisin (untuk individu yang sensitif terhadap penisilin). Alternatif
dengan intramuskular injeksi atau benzathine penisin G atau oral sefalosforin.
Kegagalan dari penisilin bervariasi dari 6-23%, sehingga penggunaan antibiotik
dianggap diperlukan.2
Kaitan antara infeksi GABHS dan terbentuknya komplikasi yang parah
seperti rheumatic fever dan berhubungan dengan kondisi jantung telah diketahui
secara jelas. Meskipun kegagalan hingga keberhasilan perawatan infeksi GABHS
lebih umum pada era sebelum penisilin, pada masa sekarang reinfeksi kasus
terjadi dimana penisilin tidak dapat membunuh mikrorganisme. Pasien dengan
infeksi GABHS diintruksikan untuk membersihkan sikat gigi dan peralatan akrilik
lepasan yang dipakai setiap hari. Hal ini juga dianjurkan pada pasien dengan
infeksi orofaringeal untuk mengganti sikat gigi setelah fase akut seta menjaga oral
hygiene dan kontrol rutin ke dokter gigi.
Menginstruksikan kepada pasien untuk sering minum air putih untuk menjaga
kondisi rongga mulut tetap basah selain itu menginstruksikan kepada pasien
26
menjaga oral higiene seta penggunaan obat kumur dan rutin periksa kondisi
rongga mulut ke dokter gigi. Melakukan koordinasi dengan dokter yang merawat:
kemungkinan mengganti atau membagi dosis pemberian obat yang menimbulkan
xerostomia5,2,
Prognosis
Prognosis untuk tonsillofaringitis karena virus adalah sangat baik dimana
infeksi self-limited. Sekuel lanjut dari grup A.streptococcal tonsilitis dapat
dihindari dengan diagnosis dan terapi yang tepat. Komplikasi yang disebabkan
oleh streptococcal tonsilitis tidak umum seperti servikal adenitis, peritonsilar
abses, otitis media dan septikemia.2
27
BAB IV
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH
4.1 Brokhitis
Meskipun bronchitis sering ditemui, jarang untuk secara klinis diisolasi
penyebarannya., seringkali dihubungkan dengan alergi atau infeksi kronis dari
sinus atau nasopharing.4 Ketika ditemui pada anak yang lebih besar, kelainan ini
seringkali berhubungan dengan herediter defisiensi antitripsin yang berkembang
menjadi emfisema.4
Riwayat penyakit ini harus dievaluasi dari frekuensi muncul serta
kemungkinan peningkatan menjadi parah dari tanda klinis, dimana pada kasus
yang akan menggunakan sedasi N2O2 dengan mengurangi PCO2. Manajemen
klinis melibatkan drainage postural, penatalaksanaan gejala alergi dan
penggunaan antibiotik jika penyebabnya adalah bakteri. Obat supressan untuk
batuk tidak digunakan karena anak harus dapat mengeluarkan dahak sendiri.
Inhalasi bronkodilator biasanya tidak dapat mengatasi sumbatan jalan nafasnya.4
Virus yang umum terlibat adalah Rhinovirus, Coronavirus, virus influenza,
virus parainfluenza, dan adenovirus. Bronkhitis akut yang disebabkan oleh infeksi
bakteri jarang terjadi dan terlihat lebih sering pada pasien dengan penyakit paru-
paru kronis. Penyebab yang lebih umum adalah grup Streptococccus pneumoniae.
Infeksi dengan Haemophillus influenzae umumnya pada pasien dengan penyakit
obstruktif pulmonary kronis. Penyebab lain dari bakterial bronchitis akut termasuk
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Bordetella pertusis, dan
28
29
4.2 Bronchiolitis
Bronchiolitis adalah penyakit yang menjangkit anak dibawah 2 tahun, lebih
sering pada bayi usia 2-12 bulan. Inflamasi pada saluran nafas bawah paling
banyak menginfeksi bronchiolus. Respon inflamasi merupakan penyebab
sekunder dari infeksi, biasanya disebabkan oleh virus pernafasan. Organisme lain
yang berhubungan dengan bronchiolitis adalah virus parainfluenza, virus
influenza, adenovirus, dan Mycoplasma pneumoniae.2
Patofisiologi
Infeksi bronchiolus memegang peranan pada respon inflamasi dikarenakan
infiltrasi sel prominent mononuclear. Respon inflamasi menghasilkan edema
mukosa dengan debris seluler, penebalan mukosa, dan hipersekresi dan plugging
mukosa. Spasme bronchiolar merupakan gambaran pada daerah tertentu. Karena
perubahan itu, lapisan lumina bronchiolus melebar, memimpin daerah emfisema
dan mikrotelektasis. Pernafasan terganggu umumnya karena penurunan oksigen
dalam saturasi darah, hiperkarbia, pernafasan asidosis, dan pada kasus yang parah
yaitu kerusakan saluran pernafasan.2,3
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Tanda dan gejala awal pada bayi yang terinfeksi saluran pernafasan atas yaitu
demam ringan, batuk dan profuse clear rhinnorhea. Tanda infeksi saluran
pernafasan bawah antara lain termasuk takipneu, retraksi, wheezing dan pada
situasi tertentu cyanosis. Crackles (rongki) dan hiper resonansi dari thoraks dapat
terdengar saat perkusi. Biasanya berkaitan dengan konjungtivitis, otitis media dan
pharingitis.1,2
Foto radiografi dada menggambarkan peribronchial cuffing, flattening pada
diafragma, hiperinflation dan marking paru meningkat.1
31
infeksi dan atau alergi, hal itu terjadi lebih konsisten pada anak dibawah usia 2
tahun.4
Diagnosa banding berdasarkan umur pasien sulit sejak kelainan seringkali
disebabkan riwayat keluarga yang memiliki alergi. Asma lebih banyak sering
dikaitkan dengan kelainan atopik lain, bisa dari orang tua maupun anak. Pada
ekspirasi, bronchiolitis sebanding dengan inspirasi dimana asma memiliki
prolonged ekspirasi secara klinis. Penatalaksanaan yang dapat dijadikan
pertimbangan hampir sama, meskipun ephineprin biasanya digunakan pada trial
basis bronchiolitis karena komponen alergi pada kelompok usia ini secara umum
diketahui. Bronchiolitis juga tidak merespon simptomimetik atau hidrokortison.
Lebih sering harus dirawat di rumah sakit dikarenakan serangan pada waktu bayi
sering dikaitkan dengan komponen etiologi virus. Lebih dari 50% bayi dengan
riwayat bronchiolitis berkembang menjadi asma pada dewasa.4
4.3 Pneumonia
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenkim paru yang
terjadi pada anak, yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, benda asing.5,10
Klasifikasi pneumonia:5,10
a) Menurut etiologi
1. Pneumonia bakterial
Dapat terjadi pada semua usia dan penyebab utamanya adalah bakteri
Pneumokokus. Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
lanjut usia. Biasanya karena sistem kekebalan tubuh yang menurun dan malnutrisi
sehingga bakteri pneumonia cepat berkembang dan merusak paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua
di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan
cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.
biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang
ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus
pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia karena mukus
33
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus)
baik kanan maupun kiri. Bila kedua paru terkena disebut pneumonia bilateral atau
ganda.
2. Pneumonia bronkopneumonia (lobularis)
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru..
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen.
Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri.
3. Pneumonia bronkiolitis ( interstitialis)
Proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstitium), peribronkial
dan jaringan interlobular.
Faktor Resiko :5,10
1. Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)
2. Kekurangan nutrisi
3. Umur dibawah 2 bulan
4. Gizi kurang
5. Berat badan lahir rendah
6. Tidak mendapat ASI memadai
7. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal
8. Imunisasi yang tidak memadai
Pemeriksaan Klinis
Tanda dan gejala pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek,
suara serak, nyeri tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin
hebat, pernapasan cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan
penderita menjadi kebiruan (sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri
kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak di atas 5 tahun).5,10
Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik,
tidak selalu ditemukan demam dan batuk.5,10
Pencegahan :
1. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat
keramaian yang berpotensi penularan.
2. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
35
4.4 Asma
Asma adalah penyakit paru obtruktif diffus yang menyebabkan sulit bernafas,
batuk dan wheezing. Hal itu berkaitan dengan hiperaktifitas dari saluran udara ke
berbagai rangsangan dan tingkat reversibilitas tingkat tinggi dari proses obstruktif.
Asma penyebab terbanyak penyakit kronis pada masa anak-anak. Prevalensi data
masih bertentangan, tapi minimal 10 persen anak pada saat yang sama memiliki
tanda dan gejala yang dengan penyakit asma. Sebelum masa pubertas laki-laki
mempunyai kecenderungan 2 kali menderita asma dibanding perempuan, insidensi
jenis kelamin hampir sama. Sekitar setengah dari anak yang terinfeksi dapat
hampir bebas dari gejala saat mereka dewasa. Etiologinya sulit dijelaskan dengan
pasti namun hal itu disebakan karena kerusakan yang melibatkan immunologi
yang kompleks, infeksi, biochemical, genetik, dan faktor psikologi. Episode akut
dari batuk dan wheezing seringkali dicetuskan oleh alergen dan iritan seperti air
dingin atau asap dan stres emosional. Terapi obat untuk saat ini pertama
digunakan disamping profilaksis dan ekasaserbasi selama akut.7
Manifestasi Klinis dan Laboratorium
Gambaran klinis asma adalah rekuren limitation reversible air flow dan
saluran pernafasan yang hiperresponsif. Tanda dan gejala dari asma intermittent
wheezing, batuk, dyspnea, dan sesak nafas. Gejala asma terasa tambah parah pada
malam hari dan pagi hari. Hal ini disebabkan penyebab dapat menjadi pencetus
simptom seperti alergen, olahraga, udara dingin, iritasi saluran pernafasan,
emosional, dan infeksi (terutama infeksi virus). Simptom dapat bekerja lambat
sepanjang waktu atau secara tiba-tiba.2
Spirometry merupakan alat yang digunakan untuk mendiagnosis dan
penatalaksanaan asma. Spirometri untuk mengukur kapasitas dari paru-paru dan
aliran udara.2
Manifestasi Oral
Manifestasi oral seperti kandidiasis, penurunan aliran saliva, peningkatan
kalkulus, peningkatan gingivitis, peningkatan penyakit periodontal, peningkatan
insidensi karies dan efek samping terapi ortodonti2.6
37
40
DAFTAR PUSTAKA
41