Kepuasan Kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber daya manusia (human resource) adalah energi atau potensi yang
dimiliki oleh manusia yang dijadikan sebagai input dalam sebuah organisasi atau
berguna untuk perusahaan atau organisasi tersebut. Sumber daya manusia telah
kontrak kerja , atau telah berhubungan kerja dengan suatu organisasi berdasarkan
suatu kerjasama disebut sumber daya manusia pada status mikro (SDM mikro:
pegawai, karyawan, staf) dan sumber daya manusia yang masih bebas atau belum
terikat kontrak kerja suatu organisasi disebut sumber daya manusia makro
(Ndraha, 1999).
manajemen sumber daya manusia adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan
dan pengontrolan tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
terlebih dulu dengan adanya kepuasan hati dari para pekerja, atau dengan kata
akan lebih baik dan akurat. Hasil penelitian Herzberg menyatakan bahwa faktor
berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada masing-
Salah satu sarana penting pada manjemen sumber daya manusia dalam
Kepuasan kerja menurut Susilo Martoyo (1992), pada dasarnya merupakan salah
yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau
kerja adalah cara pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun negatif.
ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa karyawan dari perusahaan
dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang
bersangkutan. Balas jasa karyawan tersebut, baik berupa financial maupun non
Biasanya seseorang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang
mendambakan sesuatu maka itu berarti seseorang tersebut memiliki suatu harapan
pekerjaan itu sendiri, situasi kerja dan kerja sama antara pimpinan dan karyawan
employee fuels about his or her job artinya kurang lebih cara pegawai merasakan
Wekley dan Yuki tersebut, kepuasan kerja adalah suatu perasaaan yang
dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong pegawai tidak puas.
Dari pendapat tentang kepuasan kerja di atas dapat diambil suatu batasan
kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya
atau values) dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah
diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa
puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas
penelitian yang dilakukan oleh Wanous dan Lawler mengemukakan bahwa sikap
prinsipnya teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas sepanjang
mereka merasa ada keadilan (equity). Perasaan equity dan inequity atas suatu
situasi diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain
yang sekelas, sekantor, maupun di tempat lain. Teori ini mengidentifikasi elemen-
elemen equity meliputi tiga hal.yaitu: (a) input, adalah sesuatu yang berharga yang
dirasakan oleh pegawai sebagai masukan terhadap pekerjaannya; (b) out comes,
adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan sebagai dari hasil
pekerjaannya; (c) comparisons persona, adalah perbandingan antara input dan out
prinsip teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu
pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu: (a) statisfers atau motivator, factor-
faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan yang terdiri dari:
11
dissatifiers atau hygiene factors, yaitu faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber
(As'ad,2003).
dengan menggunakan teori Alderfer (teori “ERG”). Teori Alderfer dikenal dengan
(kebutuhan akan pertumbuhan). Teori ERG dari Clyton Alderfermemiliki dua hal
yang penting. Pertama, teori Alderfer merupakan kelanjutan dari teori Maslow
kebutuhan ini adalah sama dengan tingkatan 1 dan 2 dari teori Maslow.
fisiologis dan material serta kebutuhan rasa aman seperti kebutuhan akan
kebutuhan ini seperti upah/ gaji, kondisi kerja, jaminan sosial, dan
sebagainya.
kebutuhan pada tingkat 5 dari teori Maslow, kebutuhan ini meliputi semua
tersebut tidak bersifat hierarkhi akan tetapi kebutuhan manusia itu diusahakan
merasa tidak seimbang antara yang dia kerjakan dengan yang ia dapat, atau hal
yang harus dia kerjakan dengan hal yang kemudian dapat dihasilkan serta hal
jenis pekerjaannya
sebagainya.
Sebagian besar orang berpendapat bahwa gaji atau upah merupakan faktor
utama untuk dapat menimbulkan kepuasan kerja. Sampai taraf tertentu, hal ini
memang bisa diterima, terutama dalam negara yang sedang berkembang, dimana
uang merupakan kebutuhan yang sangat vital untuk bisa memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari. Akan tetapi kalau masyarakat sudah bisa memenuhi kebutuhan
keluarganya secara wajar, maka gaji atau upah ini tidak menjadi faktor
menyangkut hal gaji/ upah. Moh As’ad (1995) membagi faktor-faktor yang
jenis pekerjaannya
lain :
dengan karyawan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial diantara
2) Keamanan kerja.
Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik karyawan
3) Gaji
perolehnya.
4) Manajemen kerja.
Manajemen kerja yang baik adalah yang memberikan situasi dan kondisi
5) Kondisi kerja.
Dalam hal ini adalah tempat kerja, ventilasi, penyinaran, kantin, dan
tempat parkir.
16
6) Komunikasi.
dipakai untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak
1) Kedudukan
pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada mereka
2) Pangkat (Golongan)
perasaannya.
17
3) Umur
seseorang, pada umur diantara 25 (dua puluh lima) tahun sampai 35 (tiga
puluh lima) tahun dan umur 40 (empat puluh) tahun sampai 45 (empat
kepuasan kerja.
5) Mutu Pengawasan
masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki,
menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
18
keputusan.
Process (AHP) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain:
1) Decomposition (Dekomposisi)
dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan (Gambar 2.2). Untuk
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan
tingkatan di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan
2005) :
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita
pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada
kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut.
Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level
diperlukan).
level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya
4) Menormalkan data
dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum
berpasangan.
matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk
mendapatkan rata-rata.
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks
dari atau sama dengan 10 %. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 1 maka
λ max−N
CI ( Consistency Index )=
N −1
Keterangan :
N = Orde matriks
23
(RI), nilai random indeks ini bergantung pada ordo matriks N (Tabel 2.1.).
CI (Consistency Index)
CR (Consistency Ratio)=
RI (Random Index)
Keterangan:
CR = rasio konsistensi
RI = indeks random