Anda di halaman 1dari 3

HAK EKONOMI

Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki seorang untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya. Hak
ekonomi pada setiap undang-undang hak cipta selalu berbeda, baik teknologinya, jenis hak yang
diliputinya dan ruang lingkup dari setiap jenis hak ekonomi tersebut. Secara umum setiap negara,
minimal mengenal dan mengatur hak ekonomi yang meliputi jenis hak sebagai berikut.

1. Hak reproduksi atau pengadaan (reproduction right).


2. Hak adaptasi (adaptation right).
3. Hak distribusi (distribution right).
4. Hak pertunjukan (public performance right).
5. Hak penyiaran (broadcasting right).
6. Hak program kabel (cablecasting right).
7. Droid de suite.
8. Hak pinjam masyarakat.

Keterangan:

 Hak reproduksi atau pengadaan (reproduction right)

Hak pencipta untuk penggandakan ciptaannya ini merupakan penjabaran dari hak ekonomi si pencipta.
Dalam istilah undang-undang hak cipta, hak reproduksi sama dengan hak perbanyakan, yaitu menambah
jumlah sesuatu ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir atau menyerupai ciptaan tersebut dengan
mempergunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk pengalihwujudan sesuatu ciptaan.
Bentuk penggandaan atau perbanyakan ini baik bisa dilakukan secara tradisional maupun proses modern.
Hak reproduksi ini juga mencangkup musik, pertunjukan drama, juga pembuatan duplikat dalam rekaman
suara atau film.

HAK MORAL
Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi si pencipta konsep hak moral. Ini berasal dari
sistem hukum kontinental yaitu perancis. Menurut konsep hukum kontinental, hak pengarang (droid
d’aueteur, author right) terbagi menjadi hak ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai
ekonomi seperti uang, dan hak moral yang menyangkut perlidungan atas reputasi si pencipta.
Hak moral dan hak cipta disebut sebagai hak yang bersifat asasi, sebagai natural right yang dimiliki
manusia. Pengakuan serta perlindungan terhadap hak moral selanjutnya menumbuhkan rasa aman bagi
pencipta karena ia tetap merupakan bagian dari hasil karya atau ciptaannya. Pada gilirannya pun
pengakuan dan perlindungan hak moral ini akan mampu menjamin stimulasi untuk memunculkan karya-
karya cipta baru.
Hak moral ini dikenal dalam negara yang menganut sistem hukum Anglosaxon. Undang-undang di
Inggris, misalnya memiliki hukum moral: moral right (1998), yang secara substansial menganut, yaitu:

1. Paternity, yaitu hak untuk diakui sebagai pencipta atau pemegang hak cipta;
2. Privacyright, yaitu hak untuk dilindungi dalam hal berhubungan dengan publikasi atau
pembanyakan film atau fotografi;
3. Integrity right, yaitu hak dari pencipta melekat atas ciptaannya.

Pemilik atas hak cipta dapat dipindahkan kepada pihak lain, tetapi hak moralnya tetap tidak terpisahkan
dari penciptanya. Hak moral merupakan hak khusus, serta kekal yang dimiliki si pencipta atas hasil
ciptaannya, dan hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya. Hak moral ini mempunyai 3 dasar, yaitu hak
untuk mengumumkan (the right of publication), hak paterniti (the right of paternity), dan hak integritas
(the right of integrity). Sementara itu, Komen dan Verkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki
seorang pencipta itu meliputi:

1. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan;


2. Larangan mengubah judul;
3. Larangan mengubah penentuan pencipta; dan
4. Hak untuk mengadakan perubahan.

Sekarang konsep moral ini telah merupakan ketentuan yang tercantum dalam konvensi berne. Ketentuan
tersebut dimasukkan dalam konvensi berne, yaitu pada revisi Roma 1929, dan dicantumkan pada pasal 5
bis. Kemudian, terus disempurnakan pada revisi di Brussel dengan menambahkan keharusan adanya
orisinalitas, dan revisi stockholm dengan menambahkan ketentuan tentang jangka waktu hak moral
tersebut. Pasal 6 bis ayat (2) ditentukan bahwa hak moral perlindungan sama dengan lamanya
perlindungan hak cipta.
Mengenai konsep hak moral, pengaturannya dalam pasal 24 Undang-Undang Hak Cipta menyebutkan
bahwa:
Pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta
tetap dicantumkan dalam ciptaannya. Mencangkup:

 Tidak diperbolehkan melakukan perubahan suatu ciptaan kecuali dengan persetujuan pencipta
atau ahli warisnya;
 Dalam hal pencipta telah menyerahkan hak ciptanya kepada orang lain, selama penciptanya
masih hidup diperlukan persetujuannya untuk mengadakan perubahan termaksud dan apabila
pencipta telah  meninggal dunia, izin harus diperoleh dari ahli waris.

Ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam butir 2 berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak
judul ciptaan, pencantuman  dan perubahan nama atau nama samaran pencipta.
Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam
masyarakat.Berdasarkan hal yang telah disebutkan di atas, dapat dinyatakan bahwa diberikan
perlindungan hukum yang demikian pasti kepada seorang pencipta sehingga terhadap segala bentuk
pengembangan hasil karyanya. Pencipta eksistensinya harus selalu diakomodir dengan tetap
mencantumkan namanya selaku pencipta itu sendiri. Namun, hal ini terhadap pengecualian, yaitu hak
cipta tidak lagi berada di tangan si pencipta apabila kepada pembeli (pemegang hak cipta), diserahkan
seluruh hak cipta dari pencipta itu.

Anda mungkin juga menyukai