Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya ke
dalam aktivitas kepemimpinan. Pendekatan tentang kekuasaan-pengaruh mencoba untuk
memperoleh pengertian tentang kepemimpinan dengan mempelajari proses
mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut. Penelitian tersebut mencoba untuk
menjelaskan efektivitas kepemimpinan dalam kaitannya dengan jumlah dan jenis
kekuasaan yang dimiliki pemimpin serta cara menggunakannya. Di samping itu,
penelitian kekuasaan-pengaruh dimaksudkan untuk melihat pengaruh sebagai akibat
adanya kekuasaan yang merupakan sebuah proses timbal balik antara pemimpin dan
pengikut .Adakalanya, kekuasaan berkaitan dengan pengaruh sehingga disebut sebagai
hubungan pengaruh mempengaruhi. Kalau kekuasaan mensyaratkan adanya
“keterpaksaan”, sedangkan pengaruh (influence), menurut Miriam Budiardjo, merupakan
bentuk lunak dari kekuasaan. Namun begitu, belum tentu dua orang yg memiliki bidang
kuasa yang sama, akan memiliki bidang pengaruh yg sama pula. Sebab pengaruh itu
berkaitan dengan “kepribadian” seseorang. Begitu pula, pengaruh tidak selalu berkaitan
dengan kekuasaan, sebab ada orang yang tidak mempunyai pengaruh. Prinsip pertama
dalam kepemimpinan adalah adanya hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Tanpa yang dipimpin tidak ada orang yang perlu memimpin. Prinsip kedua adalah bahwa
pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan antara
pemimpin dengan yang dipimpin (Richard Beckhard, 1995:125-126). Keberhasilan
seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu
aspek semata-mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan-pengaruh saling
menentukan sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan-pengaruh mempunyai
peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakkan,
dan mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi. Konsepsi
mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan
kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai
kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap
dan perilaku orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl,1996: 183).

Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah
dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power”
(kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang
yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh
atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin – pengikut.Termasuk
dalam position power adalah kewenangan formal, kontrol terhadap sumber daya dan
imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi, kontrol ekologis.
Sedangkan personal power berasal dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan,
kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175).
Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa
sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari :

 Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain


 Sifat dan sikapnya yang unggul sehingga mempunyai kewibawaan terhadap
pengikutnya
 Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas
 Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan
berkomunikasi.
Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan
kondisi dan tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat
menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam
organisasi. Teori tersebut adalah

* Social Exchange Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan


hilang selagi proses mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu
antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari teori ini mengenai expert power dan
kewenangan.

* Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu


subunit organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting,
sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.

Para pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal
itu tidak berarti bahwa lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. Jumlah keseluruhan
kekuasaan yang diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat
organisasi, tugas, para bawahan, dan situasi. Pemimpin yang mempunyai position
power yang cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya
daripada mengembangkan dan menggunakan expert power dan referent power.
Sejarah telah menunjukkan bahwa pemimpin yang mempunyai position power yang
terlalu kuat cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan mengeksploatasi
pengikut. Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai position power yang
cukup akan mengalami kesukaran dalam mengembangkan kelompok yang berkinerja
tinggi dalam organisasi. Pada umumnya, mungkin lebih baik bagi seorang pemimpin
untuk mempunyai position power yang sedang saja jumlahnya, meskipun jumlah yang
optimal akan bervariasi tergantung situasi. Sedangkan dalam personal power, seorang
pemimpin yang mempunyai expert power atau daya tarik karismatik sering tergoda
untuk bertindak dengan cara-cara yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan.
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan
gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi
orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara
kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena
itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan
proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga
akan menentukan efektivitas kepemimpinan.

B. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan atau pengaruh?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk
mempengaruhi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai
kepemimpinan ?
3. Mengapa distribusi pengaruh selalu tidak merata ?
4. Bagaimana mengetahui secara empirik siapa yang berpengaruh atau berkuasa?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Biasanya kekuasaan diartikan sebagai kemampuan seseorang atau sekelompok


orang untuk mempengaruhi pikiran dan tingkah laku orang atau kelompok lain,
sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang
itu enggan melakukannya. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok
manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian
rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang
yang mempunyai kekuasaan (Miriam Budiardjo 1984 :35). Adakalanya, kekuasaan
berkaitan dengan pengaruh sehingga disebut sebagai hubungan pengaruh
mempengaruhi. Kalau kekuasaan mensyaratkan adanya “keterpaksaan”, sedangkan
pengaruh (influence), menurut Miriam Budiardjo, merupakan bentuk lunak dari
kekuasaan.
Namun begitu, belum tentu dua orang yang memiliki bidang kuasa yang sama,
akan memiliki bidang pengaruh yang sama pula. Sebab pengaruh itu berkaitan dengan
“kepribadian” seseorang. Begitu pula, pengaruh tidak selalu berkaitan dengan
kekuasaan, sebab ada org yg tidak mempunyai kekuasaan (kedudukan formal) tetapi
mempunyai pengaruh.
Jadi kekuasaan merupakan hasil dari suatu hubungan, antara seorang atau
sekelompok orang yang satu terhadap yang lainnya. Robert D. Putnam, menambahkan
bahwa kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi proses
pembuatan keputusan kolektif.

2. Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat


dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku
mengenai kepemimpinan.

Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang


proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara lain :

* Persuasi Rasional:

Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk


mempersuasi pengikut bahwa suatu usulan adalah masuk akal dan
kemungkinan dapat mencapai sasaran.
* Permintaan Inspirasional:

Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut


dengan menunjuk pada nilai-nilai, ide dan aspirasi pengikut atau dengan
meningkatkan rasa percaya diri dari pengikut.

* Konsultasi:

Pemimpin mengajak partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran,


aktivitas atau perubahan yang untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan
pengikut atau pemimpin bersedia memodifikasi usulan untuk menanggapi
perhatian dan saran dari pengikut.

* Menjilat:

Pemimpin menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, atau perilaku


yang membantu agar pengikut berada dalam keadaan yang menyenangkan
atau mempunyai pikiran yang menguntungkan pemimpin tersebut sebelum
meminta sesuatu.

* Permintaan Pribadi:

Pemimpin menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan


persahabatan terhadap dirinya ketika meminta sesuatu.

* Pertukaran:

Pemimpin menawarkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi


kesediaan untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian
dari manfaat bila pengikut membantu pencapaian tugas.

* Taktik Koalisi:

Pemimpin mencari bantuan dari orang lain untuk mempersuasi pengikut agar
melakukan sesuatu atau menggunakan dukungan orang lain sebagai suatu
alasan bagi pengikut untuk juga menyetujuinya.

* Taktik Mengesahkan:

Pemimpin mencoba untuk menetapkan validitas permintaan dengan


menyatakan kewenangan atau hak untuk membuatnya atau dengan
membuktikan bahwa hal itu adalah konsisten dengan kebijakan, peraturan,
praktik atau tradisi organisasi.
* Menekan:

Pemimpin menggunakan permintaan, ancaman, seringnya pemeriksaan, atau


peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi pengikut
melakukan apa yang diinginkan.

* Force

Pemimpin menggunakan tekanan nonfisik guna bertindak sesuai dengan


kehendak yang memerintah, seperti rasa takut ataupun membatasi pemenuhan
kebutuhan biologis (makan dan minum) terhadap pihak lain.

* Manipulasi

Pemimpin menggunakan pengaruh, di mana orang yang dipengaruhi tidak


menyadari bahwa tingkah lakunya sebenarnya sedang mematuhi keinginan
pemegang kekuasaan.

* Coercion atau coercive

Peragaan kekuasaan atau ancaman paksaan yang dilakukan oleh seseorang


atau kelompok (biasanya menyertakan tindakan fisik/kekerasan) terhadap
pihak lain agar bersikap dan berperilaku sesuai dengan kehendak pihak
pemilik kekuasaan, termasuk sikap dan perilaku yang bertentangan dengan
kehendak yang dipengaruhi.

* Authority ( kewenangan)

Atau dalam bahasa Max Weber sebagai otoritas legal-formal, di mana


seseorang memiliki kekuasaan oleh karena legalitas yang melekat dalam
dirinya

Pilihan mengenai perilaku mempengaruhi tergantung pada position


power dan personal power yang dimiliki pemimpin terhadap orang yang
dipimpinnya pada situasi tertentu. Perilaku mempengaruhi seorang pemimpin
secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang dipimpin baik
berupa komitmen, kepatuhan maupun perlawanan. Hasil dari proses
mempengaruhi, juga mempunyai efek umpan balik terhadap perilaku
pemimpin.Selain itu, dampak kekuasaan pemimpin pada dasarnya tergantung
pada apa yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi orang yang
dipimpin.Dengan demikian, hasil dari usaha mempengaruhi merupakan
akumulasi dari keterampilan mempengaruhi, perilaku mempengaruhi, dan
kekuasaan pemimpin.

3. Menurut Robert A. Dahl ada 3 faktor:


a. Perbedaan dalam distribusi sumber - sumber daya politik; yaitu sarana
yang bisa dipakai aktor politik untuk mempengaruhi aktor lain,
misalnya kekuatan fisik, harta kekayaan, kepandaian, status sosial,
dlsb.
b. Perbedaan dalam kecakapan dan efisiensi seseorang dalam
memanfaatkan sumber - sumber daya politiknya; karena ada perbedaan
bakat, kesempatan, dan motivasi untuk menggunakan kecakapan
politik.
c. Perbedaan dalam banyaknya sumberdaya politik yang dipakai
seseorang untuk mencapai tujuan - tujuan politiknya. Misalnya si A
gunakan kekayaanya utk menjadi Kepala Daerah, sedangkan si B
untuk meraih sukses menjadi PNS, dan si C untuk meraih sukses
dalam bidang bisnis.

4. Ada 3 pendekatan yang dapat kita gunakan :


a. Pendekatan posisional; misalnya siapa yg menduduki posisi kekuasaan
atau jabatan resmi di daerah tsb? Jadi org yg punya jabatan resmi di
pemerintahan dianggap punya pengaruh dan kekuasaan.
b. Pendekatan reputasional; dg wawancara snowball untuk mengetahui
siapa diantara mereka yg paling berpengaruh. Jadi reputasinya di
tengah masy hanya masyarakat yg menilai bhw ia berpengaruh.
c. Pendekatan pembuatan keputusan; dengan pertanyaan “siapa yang
sebenarnya membuat keputusan dalam masyarakat?” siapa yg
berpengaruh terhadap keputusan tsb? Dsb.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian
rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan
dari orang yang mempunyai kekuasaan (Miriam Budiardjo 1984 :35).
Adakalanya, kekuasaan berkaitan dengan pengaruh sehingga disebut
sebagai hubungan pengaruh mempengaruhi. Kalau kekuasaan
mensyaratkan adanya “keterpaksaan”, sedangkan pengaruh (influence),
menurut Miriam Budiardjo, merupakan bentuk lunak dari kekuasaan.

 Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai


perubahan kondisi dan tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua
teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh,
dipertahankan atau hilang dalam organisasi. Teori tersebut adalah

* Social Exchange Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh


dan hilang selagi proses mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama
beberapa waktu antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari teori ini
mengenai expert power dan kewenangan.

* Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari


suatu subunit organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani
masalah penting, sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat
keahlian dari subunit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai