Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PRAKTEK KERJA PUSKESMAS

GAMBARAN PELAKSANAAN PRAKTEK KLINIK SANITASI


DI UPT PUSKESMAS BANJARNEGARA 2
TAHUN 2020

Oleh :
RIZKI NARESWARI
B1703004

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK BANJARNEGARA
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan ini merencanakan bahwa proposal Praktek Kerja Puskesmas


mahasiswa Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara
berjudul GAMBARAN PELAKSANAAN PRAKTEK KLINIK SANITASI DI
UPT PUSKEMAS BANJARNEGARA 2 TAHUN 2020.
Yang disusun oleh : Rizki Nareswari
Nama : Rizki Nareswari
NIM : B1703004
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal ............ Febuari 2020

Banjarnegara ...... Febuari 2020

Dosen Pembimbing

Dwi Atin Faidah, SKM.M.kes (Epid)


NUP. 080290038
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatnya dan karunianya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
proposal Praktek Kerja Puskesmas ini.
Praktek Kerja Puskesmas merupakan salah mata kuliah yang wajib
ditempuh di Politeknik Banjarnegara, Program Studi Kesehatan Lingkungan.
Proposal Praktek Kerja Puskesmas disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan
Praktek Kerja Puskesmas yang akan dilaksanakan kurang lebih 4 minggu di UPT
Puskesmas Banjarnegara 2 khususnya di Klinik Sanitasi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari proposal ini, baik
dari materi maupun pengalaman menulis. Oleh karena itu , Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Terimakasih
Banjarnegara............... Febuari 2020
Penulis

Rizki Nareswari
B1703004
A. Judul
GAMBARAN PELAKSANAAN PRAKTEK KLINIK SANITASI DI
UPT PUSKESMAS BANJARNEGARA 2 TAHUN 2020

B. Tempat dan Alamat


UPT Puskesmas Banjarnegara 2
Jalan Tirtasari , Semarang Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah

C. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Sanitasi yang buruk dapat menjadi media transmisi agen penyakit
berbasis lingkungan, seperti lalat, nyamuk, kecoa, kutu, pinjal, tikus yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti diare, kulit, ISPA, dan
lain-lain (Kemenkes RI.2016). Penanganan sanitasi wajib dilaksanakan
setiap Kabupaten/kota sesuai Permenkes No 13 Tahun 2015, tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
Program sanitasi termasuk program kesehatan lingkungan yang
mengutamakan promotif dan preventif hal ini sesuai Permenkes No 75
Tahun 2014, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Menurut Permenkes No
13 Tahun 2015 kegiatan sanitasi meliputi konseling, inspeksi kesehatan
lingkungan hingga intervensi kesehatan lingkungan. Kebijakan pelayanan
promotif di Puskesmas sudah diatur dalam Kepmenkes No 585 Tahun
2007, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
Tingginya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan
disebabkan masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan
jamban, meningkatnya pencemaran, kurangg hieginisnya cara pengelolaan
makanan, rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
masyarakat, serta buruknya penatalaksanaan bahan kimia dan pestisida
dirumahtangga yang kurang memperhatikan Kesehatan Keselamatan Kerja
(K3). Menanggulangi penyakit berbasis lingkungan (PBL) sangat penting
dilakukan, karena besarnya angka penyakit berbasis lingungan yang di
derita masyarakat di Banjarnegara anatara lain Tubercolosis, Pnumonia,
Kusta, Diare, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Malaria (Profil
Kesehatan Banjarnegara,2018). Kebijakan pemerintah dalam
menanggulangi PBL di Puskesmas sesuai Kepmenkes No 585 Tahun 2007
dan Pemenkes No 13 Tahun 2015 adalah dibentuknya Klinik Sanitasi
(KS). Seperti yang dilakukan oleh Puskesmas Banjarnegara 2.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara tahun 2018 ,
penyakit yang banyak di tangani oleh Puskesmas Banjarnegara 2 antara
lain diare dengan angka kesakitan mencapai 214 penduduk , angka
kesakitan pneumonia pada balita mencapai 215 balita, serta jumlah kasus
DBD yaitu 7 orang.
Klinik sanitasi di Puskesmas menurut M.ichsan Sudjarno (2009)
merupakan wahana untuk mengatasi kesehatan lingkungan. Kegiatan
utama di klinik sanitasi adalah sesuai Permenkes No 13 Tahun 2015 yaitu
konseling, inspeksi kesehatan lingkungan hingga intervensi kesehatan.
Model kegiatan Klinik saniasi merupakan model inofatif program promosi
kesehatan untuk pemberantasan penyakit akibat faktor lingkungan (Sari,
2012).
Manfaat klinik sanitasi di Puskesmas adalah menyadarkan
masyarakat untuk hidup sehat dan menurut Depkes RI (2004), bermanfaat
untuk pemenuhan kebutuhan sanitasi dasar di masyarakat, seperti
meningkatkan kuantitas sarana air bersih dan jamban keluarga di suatu
wilayah. Kepemilikan sanitasi dasar menjadi penting dalam mencegah
penyakit diare. Menurut hasil penelitian Stevan A Tousu dan R Azizahdi
(2013), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya diare
adalah ketersediaan sanitasi dasar di rumah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, seperti sarana air bersih, jamban dan saluran pembuangan air
limbah. (Tousu and Azizahdi, 2013).
Pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas dilakukan dua cara yaitu
Indoor dan Outdoor. Pelaksanan klinik sanitasi dimulai dengan
penjaringan pasien/klien di Puskesmas dengan keluhan penyakit berbasis
lingkungan dan lingkungan yang tidak sehat sebagai media penularan dan
peyebab penyakit yang dialami oleh masyarakat, selanjutnya dilaksanakan
konseling dan kunjungan lapang atau kunjungan rumah untuk mencari
jalan keluar akibat masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis
lingkungan yang muncul dimasyarakat (Depkes RI,2005). Dari latar
belakang diatas, penulis ingin melakukan penelitian tentang “Gambaran
Pelaksanaan Praktek Klinik Sanitasi Di UPT Puskesmas Banjarnegara 2
Tahun 2020”.

2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pelaksanaan Praktek Klinik Sanitasi di UPT
Puskesmas Banjarnegara 2 tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tahapan penjaringan pasien/klien pada
Praktek Klinik Sanitasi di UPT Puskesmas Banjarnegara 2 Tahun
2020.
b. Mengetahui gambaran tahapan konseling pada Praktek Klinik
Sanitasi di UPT Puskesmas Banjarnegara 2 Tahun 2020.
c. Mengetahui gambaran tahapan inspeksi/ kunjungan rumah pada
Praktek Klinik Sanitasi di UPT Puskesmas Banjarnegara 2 Tahun
2020.
d. Mengetahui gambaran tahapan intervensi pada Praktek Klinik
Sanitasi di UPT Puskesmas Banjarnegara 2 Tahun 2020.

3. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Memberikan informasi tentang pelaksanaan Praktek Klinik Sanitasi di
UPT Puskesmas Banjarnegara 2 yang dapat berguna pada kegiatan
pelayanan kesehatan khsusunya dari kesehatan lingkungan.
2. Bagi Pihak Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
evaluasi yang objektif tentang pelaksanaan Klinik Sanitasi di UPT
Puskesmas Banjarnegara 2 .
3. Bagi Program Studi
Memperoleh umpan balik dari tempat Praktek Kerja Puskesmas dalam
rangka pengembangan kurikulum agar lebih sesuai dengan kebutuhan
lapangan.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan peventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No 75, 2014)
2. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di
Puskesmasyang tertera pada Peratuan Menteri Kesehatan RI No 75 Tahun
2014 Pasal 2 yang mana bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan
yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Permenkes No.75 Tahun 2014).
3. Definisi Klinik Sanitasi
Klinik Sanitasi Merupakan suatu upaya/kegiatan yang
mengintegrasikan pelayanan kesehatanantara promotif, preventif, dan
kuratif yang difokuskan pada penduduk yang beresikotinggi untuk
mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah
kesehatanlingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas
puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilakukan secara pasif dan
aktif di dalam dan di luarpuskesmas (Depkes RI, 2005).
Klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi
puskesmas dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan
pemberantasan penyakiT berbasislingkungan dan semua persoalan yang
ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan,khususnya pengendalian
penyakit berbasis lingkungan, guna meningkatkan derajatkesehatan
masyarakat (Depkes RI, 2005).
Pelaksanaan program klinik sanitasi menjaring pasien/klien di
puskesmas dengan keluhan penyakit berbasis lingkungan dan lingkungan
yang tidak sehatsebagai media penularan dan penyebab penyakit yang
dialami oleh masyarakatselanjutnya dilaksanakan konseling dan
kunjungan lapangan atau kunjungan rumahuntuk mencari jalan keluar
akibat masalah kesehatan lingkungan dan penyakitberbasis lingkungan
yang muncul di masyarakat (Depkes RI, 2005).
Kegiatan klinik sanitasi dilaksananakan di dalam gedung dan di
luar gedung Puskesmas (Depkes RI, 2005):
a. Dalam Gedung
Pasien (penderita penyakit berbasis lingkungan) dan Klien
(pengunjung bukan penyakit berbasis lingkungan). Semua pasien/klien
datang berobat ke puskesmas melalui prosedur pelayanan seperti:
mendaftar di loket, selanjutnya akan mendapat kartu status, diperiksa
oleh petugas medis/paramedis di puskesmas (dokter, bidang, perawat).
Apabila diketahui pasien/klien menderita penyakit berbasis lingkungan
maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Pada ruang
klinik sanitasi pasien/klien diberikan penyuluhan dan bimbingan
teknis, petugas mewawancarai pasien tentang penyakit yang diderita
dikaitkan dengan masalah kesehatan lingkungan.
Selanjutnya hasil wawancara dicacat dalam Kartu Status Kesehatan
Lingkungan. Kemudian petugas klinik sanitasi melakukan konseling
tentang penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan
lingkungan. Petugas juga membuat janji dengan pasien dan
keluarganya apabila diperlukan untuk melakukan kunjungan rumah
untuk melihat langsung faktor resiko penyakit yang dialami pasien
tersebut.
Setelah konseling di ruang klinik sanitasi, pasien dapat mengambil
obat di apotik puskesmas (loket obat) kemudian pasien diperbolehkan
pulang. Kegiatan lain di dalam gedung yaitu secara rutin petugas klinik
sanitasi menyampaikan segala permasalahan, cara penyelesaian
masalah, hasil monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik sanitasi
dalam Mini Lokakarya Puskesmas yang melibatkan seluruh
penanggungjawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali.
Dengan demikian diharapkan seluruh petugas puskesmas mengetahui
pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi dapat dilakukan secara integritas.
b. Luar Gedung
Kunjungan rumah (sebagai tindak lanjut kunjungan pasien/klien ke
Puskesmas). Kunjungan rumah/lokasi dilakukan oleh petugas dengan
membawa hasil analisa keadaan lingkungan pasien/klien klinik sanitasi
yang merupakan lanjut dari kesepakatan antara petugas klinik sanitasi
dengan pasien/klien yang datang ke Puskesmas. Kunjungan rumah ini
untuk mempertajam sasarannya karena pada saat kunjungan petugas
telah memiliki data pasti adanya sarana lingkungan bermasalah yang
perlu diperiksa dan fakor-faktor perilaku yang berperan besar dalam
proses terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis
lingkungan.
Pada kunjungan tersebut dapat mengambil partisipasi perawat dari
puskesmas pembantu atau bidan desa, dan kader kesehatan lingkungan
untuk melakukan pengecekan fisik/klinis atas penyakit yang telah
diobati tersebut (semacam kegiatanPerawatan Kesehatan Keluarga).
Petugas klinik sanitasi membawa kartu statuskesehatan
lingkungan/register yang telah diisi saat kunjungan pasien ke ruang
kliniksanitasi di puskesmas sebelumnya. Untuk keperluan
monitoring/surveilans, dalam kunjungan ini petugas klinik sanitasi.
mengisi kartu indeks lingkungan perilaku sehat, selanjutnya kartu ini
secaraberkala (1-3 bulan) diisi oleh kader atau bidan di desa.
Pada kunjungan ke lapangan petugas klinik sanitasi mengajak
kader kesehatan/kesehatan lingkungan, kelompok pemakai air, PKK,
dan berkonsultasi/melibatkan LSM, perangkat desa, tokoh masyarakat,
dan pihak terkaitlainnya. Dengan maksud agar masyarakat turut
berperan aktif memecahkan masalahkesehatan yang timbul di lapangan
mereka sendiri. Diharapkan jika suatu saat timbul masalah penyakit
berbasis lingkungan yang sejenis, mereka dapat menyelesaikan sendiri
masalah tersebut. Petugas klinik sanitasimaupun petugas kesehatan
lain yang mendampinginya dapat memberikan penyuluhankepada
pasien/klien dan keluarganya serta tetangga-tetanggga pasien tersebut.
Pada kunjungan rumah tangga petugas klinik sanitasi bekerjasama
dengan lintasprogram dan lintas sektor, apabila dibutuhkan perbaikan
atau pembangunan saranasanitasi dasar dengan biaya besar, (seperti
pembangunan sistem perpiaaan) yang tidakterjangkau oleh masyarakat
setempat, petugas klinik sanitasi melalui puskesmas dapat
mengusulkan kegiatan tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotauntuk ditindaklanjuti. Jika masalah di lapangan belum
dapat terpecahkan, maka dapat diangkat ke tingkat yang lebih tinggi.
Bila diperlukan koordinasi di Kabupaten/Kota, makapuskesmas dapat
meminta bantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Penyakit Berbasis Lingkungan
1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut,
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute
Respiratory Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri.
Penyakit ini diawali denganpanas disertai salah satu atau lebih gejala:
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.
Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir.
Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur
(41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%),Nusa Tenggara Barat (28,3%),
dan Jawa Timur (28,3%) (Kemenkes RI, 2014).
2. Pneumonia
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri
dengan gejala panas tinggi disertaibatuk berdahak, napas cepat
(frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit
kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Pneumonia ditanyakan
pada semua penduduk untuk kurun waktu 1 bulan atau kurang dan
dalam kurun waktu 12 bulan atau kurang. Period Prevalence
pneumonia di Indonesia tahun 2013 menurun dibandingkan dengan
tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014).
3. Diare
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengankonsistensi tinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lendir.Penyebab dari diare yaitu oleh
bakteri/virus, seperti: Rotavirus, Escherrichia coli enterotoksigenik
(ETEC), Shigella, Compylobacter jejuni,Cryptospondium (Kemenkes
RI, 2014).
4. Malaria
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian
global Penyakit ini masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat
karena sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas
hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ini
dapat bersifat akut, laten atau kronis. Kepada responden yang
menyatakan “tidak pernah didiagnosis malaria oleh tenaga kesehatan”
ditanyakan apakah pernah menderita panas disertai menggigil atau
panas naik turun secara berkala, dapat disertai sakit kepala,
berkeringat, mual, muntah dalam waktu satu bulan terakhir atau satu
tahun terakhir. Ditanyakan pula apakah pernah minum obat malaria
dengan atau tanpa gejala panas. Untuk responden yang menyatakan
“pernah didiagnosis malaria oleh tenaga kesehatan” ditanyakan apakah
mendapat pengobatan dengan obat program
kombinasi artemisinin dalam 24 jam pertama menderita panas atau
lebih dari 24 jam pertama menderita panas dan apakah obat habis
diminum dalam waktu 3 hari.
5. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkanoleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang
dalam darahnya mengandung virus Dengue bila digigit nyamuk akan
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk dan berkembang biak,
kemudian masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu
minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigitorang sehat
akan menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di
dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang sehat
lainnya.
6. Tubercolosis
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah menginfeksi hampir
sepertiga penduduk dunia dan pada sebagian besar negara di dunia
tidak dapat mengendalikan penyakit TBC ini disebabkan banyaknya
penderita yang tidak berhasil disembuhkan.WHO dalam Annual
Report on Global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara
dikategorikan sebagai high burden countris terhadap TBC , termasuk
Indonesia. Indonesia menduduki urutan ke 3 dunia setelah India dan
Cina untuk jumlah penderita TBC di dunia.
Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2001,
menunjukkan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit pernafasan pada
semua kelompok usia, dan nomor 1 dari golongan penyakit nfeksi.2)
Tahun 1999 WHO memperkirakan, setiap tahun terjadi 583.000 kasus
baru tuberkulosis, dengan kematian karena tuberkulosis sekitar
140.000, secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia
terdapat 130 penderita baru tuberkulosis paru BTA positif.
E. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Minggu

0 1 2 3 4

1. Persiapan

2. Kegiatan Praktek Kerja


Puskesmas

Penjaringen pasien

Inspeksi/ kunjungan rumah

intervensi

3. Penyusunan laporan

4. Penyerahan laporan
F. Tahapan Kegiatan Klinik Sanitasi

(Sumber UPT Puskesmas Manis Jaya)


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2004. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik


sanitasi di Puskesmas. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2005. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik


sanitasi di Puskesmas. Jakarta

Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, 2018. Profil Kesehatan Kabupaten


Banjarnegara. Banjarnegara

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/ SK/V2007, Tentang Pedoman


Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas. Jakarta

Purnama SD. 2016. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta

Sudjarno Ichsan M. 2009. Klinik sanitasi Pengantar. Jakarta, Poltekes Kesehatan.

Taosu, S.A., Azizah, R. 2013. Hubungan Sanitasi Dasar Rumah Dan Perilaku Ibu
Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Bena Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan

UPT Puskemas Manis Jaya.(http://siip.menpan.go.id/pelayanan-


publik/banten/kota-tangerang/puskesmas-manis-jaya/upt-puskemas-manis-
jaya---pelayanan-klinik-sanitasi (diakses pada tanggal 29 januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai