Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PEMBELAJARAN LAPANGAN

KEPERAWATAN KRITIS

ILEUS OBSTRUKTIF

ISMI MAULINA

1018031062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

SERANG 2021
ILEUS OBSTRUKTIF

A. Pengertian
Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus,
dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional. (inayah, 2008)
Ileus obstruktif terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi
usus, bisa juga karena hambatan terhadap rangsangan saraf untuk terjadinya
peristaltik. (barbara, 2008).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya
isi usus (sylvia a, price, 2012).obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai
akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi
justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan
gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila
penderita ingin tetap hidup.
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang dísebabkan
oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan
ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus
tersebut (sjamsuhidajat, 2005).
Ada 2 tipe obstruksi yaitu :
1) Mekanis (ileus) suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat
diatasi oleh peristaltik . Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia
stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari . Misalnya,
intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu
, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2) Neurogenik / fungsional ( ileus paralitik) keadaan dimana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isisnya.
Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit promer usus melainkan akibat
dari berbagai penyakit primer , tindakan operasi yang berhubungan
dengan rongga perut , toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi
kontraksi otot polos usus

B. Etiologi
1) Pertumbuhan jaringan yang tidak normal
2) Adhesi atau jaringan parut yang terbentuk setelah pembedahan ileus
obstruksi yang terjadi karena adhesi umumnya tidak disertai
strangulasi.adhesi adalah pita-pita jaringan fibrosa yang sering
menyebabkan obstruksi pada usus halus pasca pembedahan abdomen.
3) Batu empedu
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari
saluran empedu ke duodenum atau usus halus sehingga menyebabkan
batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.batu empedu yang besar
dapat terjepit diusus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau
katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
4) Hernia
Hernia merupakan suatu kondisi dimana bagian usus menonjol keluar
melewati dinding abdomen. Jika hernia tersebut mengalami strangulasi,
maka akan terjadi obstruksi intestinal atau vaskuler.
5) Feses yang besar (fecalit)
6) Invaginasi/intususepsi
Merupakan keadaan dimana bagian usus yang satu masuk kedalam
bagian usus yang lain (telescoping) sehingga terjadi obstruksi vascular.
7) Tumor yang menutup intestinal tumor pada usus merupakan jaringan
abnormal yang tumbuh kedalam lumen intestinal.obstruksi usus dapat
terjadi karena tumor yang secara langsung menutup intestinal atau
disebabkan oleh invaginasi akibat tumor.
8) Volvulus
Volvulus merupakan suatu keadaan dimana terjadi pemuntiran atau
pemutaran usus yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis
longitudinal usus itu sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
radimesenteri sehingga pasase makanan terganggu.usus melilit atau
memutar sampai 180- 360 derajat.volvulus lebih sering ditemukan pada
usus besar.

Ileus obstruksi yang terjadi pada usus halus, dapat disebabkan oleh
adhesi dari bedah abdomen sebelumnya, hernia yang melibatkan usus,
penyakit crohn’s, neoplasma baik jinak maupun ganas, invaginasi,
volvulus, sindrom arteri mesenterika superior: penekanan duodenum
oleh arteri mesenterika dan aorta abdominal, striktur iskemi, benda asing
(batu empedu dalam ileum, atau benda yang tertelan), atresia
intestinaldan karsinoid.

Sementara penyebab dari ileus obstruksi yang terjadi pada usus besar
diantaranya adalah neoplasma, hernia, ibd (inflammatory bowel disease),
volvulus kolon (sigmoid, sekum kolon tranversum ), adhesi, konstipasi,
penumpukan feses, fekaloma, atresia kolon, pseudo-obstruksi intestinal,
striktur jinak (penyakit divertikular) dan endometriosis.

C. Manifestasi klinis
Menurut saputra (2014), ada beberapa tanda dan gejala dari obstruksi usus yang
penting untuk diperhatikan yaitu:
1) Nyeri yang bersifat kram pada abdomen lokasi dan karakter nyeri dapat
membantu membedakan ileus obstruksi dan ileus paralitik. Pada ileus
obstruksi biasanya rasa nyeri akan lebih hebat, bersifat intermitten dan
terlokalisasi pada daerah abdomen tengah sedangkan rasa nyeri pada
ileus paralitik biasanya menyeluruh dan lebih ringan serta terus
menenerus.
2) Nausea
3) Distensi abdomen
4) Muntah empedu dengan dengan muntahan berwarna hijau
5) Konstipasi dan singultus
6) Kenaikan suhu tubuh
7) Bising usus disebelah distal obstruksi tidak terdengar, bunyi usus
bernada tinggi terdengar disebelah proksimal obstruksi.
8) Penurunan berat badan

D. Patofisiologi
Ada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten,
dan akhirnya hilang sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan kedalam saluran cerna
setiap hari. Sebagaian besar cairan diabsorbsi sebelum mendekati kolon.
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus
yang tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi
akumalsi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan
dapat terjadi dibagian proksimal atau distal usus. Apa bila akumulasi terjadi di
daerah distal mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan intra abdomen dan
intra lumen. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas
kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan
permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga
peritonium mengakibatkan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah.
Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus
sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena mesenterika
yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke
usus menurun, terjadilah iskemia dan nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan
adanya peforasi akan menyebabkan bakteri akan masuk ke dalam sirkulasi
sehingga terjadi sepsis dan peritonitis (peri, 2017)
Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus
dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara
progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga
terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat
menyebabkan syok hipovolemik.kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih
berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga darah yang dipompakan
tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi gangguan
perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel
menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob yang akan meningkatkan asam
laktat dan menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak akan
menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada ginjal
akan merangsang pertukaran natrium dan hydrogen di tubulus proksimal dan
pelepasan aldosteron, merangsang sekresi hidrogen di nefron bagian distal
sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi hco3- dan penurunan kemampuan ginjal
untuk membuang hco3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis
metabolic. (price &wilson, 2007). Kandungan abdomen akibat usus yang
kembung akan menyebabkan ventilasi paru-paru terganggu oleh tekanan pada
diafragma. Tekanan pada kandung kemih dapat menyebabkan retensia urine.
Konstipasi terjadi pada obstruksi mekanik karena sebagian dari feses biasanya
lewat daerah obstruksi. Jika peristaltik berhenti sepenuhnya seperti pada ileus
paralitik atau obstruksi organic yang komplit, maka tidak terjadi defekasi sama
sekali (obstruksi). (dermawan, 2010).
E. Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen.
2) Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia).
3) Pemeriksaan sinar x: untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau
cairan dalam usus.
4) Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah
darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan
volume plasma dan kemungkinan infeksi.
5) Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus.

F. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1) Perawatan koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan kompresi, memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2) Farmakologi obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati
atau mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi
rasa nyeri.
3) Tindakan bedah
a) Kolostomi
Kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan)
antara usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum
memiliki operasi untuk menghapus usus yang tersumbat.
Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan udara atau
cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi
perawatan sebelum operasi.dengan kolostomi, tinja keluar dari
stoma ke dalam kantong tertutup.tinja mungkin berair, tergantung
pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi
tersebut. Stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi
usus setelah sembuh.
b) Stent
Stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah
usus yang tersumbat.dengan menyisipkan stent ke dalam usus
menggunakan ruang lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis).stent
dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan
lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi
gejala sebelum operasi.

G. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat agama, suku bangsa
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dengan ileus obstruksi masuk dengan
keluhan utama adanya nyeri pada abdomen, tidak ada
flatus dan tidak ada bab.
2) Riwayat kesehatan sekarang: biasanya klien mengeluhkan
adanya nyeri pada luka post operasi, sulit untuk
beraktivitas, dan tidak nafsu makan.
3) Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya pasien pernah
mengalami penyakit pada sistem pencernaan, atau adanya
riwayat operasi pada sistem pencernaan
4) Riwayat dalam keluarga : biasanya terdapat keluarga yang
menderita penyakit saluran cerna seperti apendiksitis dll.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: mengukur tingkat kesadaran pasien, nilai
gcs dan keadaan umum pasien.
2) Tanda-tanda vital: mengukur tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan suhu. Pada pasien post operasi akan mengalami nyeri,
oleh sebab itu, selalu perhatikan ttv pasien apakah meningkat
atau sebaliknya c. Pemeriksaan fisik
3) Head to toe
- Kepala
Inspeksi: kesimetrisan kepala, kebersihan rambut dan
kulit kepala, kekuatan rambut, lesi, dan hematoma
palpasi: ada edema atau tidak, adanya nyeri tekan atau
tidak.
- Mata
Inspeksi : kesimetrisan mata, pemeriksaan konjungtiva,
sklera, refleks cahaya, ukuran pupil, palpasi: pemeriksaan
edema di palpebra.
- Hidung
Inspeksi: kesimetrisan, adanya sekret atau tidak, terpasang
ngt atau tidak palpasi: pemeriksaan adanya benjolan atau
massa di dalam hidung.
- Telinga
Palpasi: menilai getaran paru saat mengucapkan “tujuh”
perkusi: menilai paruparu dengan cara mengetuk
auskultasi: mendengarkan suara paru-paru, apakah ada
bunyi tambahan
- Mulut
Inspeksi: kesimetrisan, pemeriksaan mukosa bibir, lidah,
adanya gigi berlubang atau tidak, caries atau tidak,
pemeriksaan tonsil, kesulitan menelan atau tidak
- Leher
Pemeriksaan adanya pembesaran kelenjar getah bening
atau kelenjar thyroid dan peningkatan jvp
- Dada
Inspeksi: melihat kesimetrisan dada, palpasi: menilai
getaran paru saat mengucapkan “tujuh” perkusi: menilai
paruparu dengan cara mengetuk auskultasi:
mendengarkan suara paru-paru dan jantung, apakah ada
bunyi tambahan
- Abdomen
Inspeksi: melihat keadaan perut, distensi, palpasi : meraba
hepar dan limfe apakah mengalami pembesaran atau tidak
perkusi: mengetuk di seluruh kuadran permukaan
abdomen auskultasi: mendengarkan bising usus .
- Ekstremitas
Mengobservasi keadaan kedua ekstremitas atas dan
bawah.menilai kekuatan otot, gangguan pada ekstremitas,
adanya lesi atau luka, dan alat yang terpasang pada
ekstremitas

d. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus lleus obstruksi
adalah
1. Pre operasi
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi)
2) Ansietas b.d krisis situasional
2. Intra operasi
1) Hipovolemia b.d kegagalan mekanisme regulasi
2) Resiko infeksi b.d prosedur invasif
3. Post operasi
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi)
2) Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
e. Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Implementasi


keperawatan kriteria hasil
Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri - Mengidentifika
b/d agen dilakukan Observasi si lokasi,
pencedera intervensi - Identifikasi karakteristik,
fisiologis selama 1 x 24 lokasi, durasi,
(inflamasi) jam maka karakteristik frekuensi,
diharapkan , durasi, kualitas,
tingkat nyeri frekuensi, intensitas nyeri
menurun dengan kualitas, - Mengidentifika
kriteria hasil : intensitas si skala nyeri
- Keluhaan nyeri - Mengidentifika
nyeri - Identifikasi si respon nyeri
menurun skala nyeri non verbal
- Meringis - Identifikasi - Mengidentifika
menurun respon nyeri si faktor yang
- Frekuensi non verbal memperbeat
nadi - Identifikasi rasa nyeri
membaik faktor yang - Memonitor
- Pola nafas memperbeat keberhasilan
membaik rasa nyeri terapi
- Tekanan - Monitor komplementer
darah keberhasilan yang sudah
membaik terapi diberikan
- Pola tidur komplement - Memonitor efek
membaik er yang samping
- sudah penggunaan
diberikan analgetik
- Monitor - Memberikan
efek terapi
samping komplementer
penggunaan untuk
analgetik mngurangi rasa
Terapeutik nyeri
- Berikan - Mengontrol
terapi lingkungan
komplement yang
er untuk memperberat
mengurangi rasa nyeri
rasa nyeri - Memfasilitasi
- Kontrol istirahaat dan
lingkungan tidur
yang - Mengajarkan
memperberat terapi
rasa nyeri komplemneter
- Fasilitasi untuk
istirahat dan mengurangi rsa
tidur nyeri
Edukasi - Mengiformasika
- Ajarkan n penggunaan
terapi analgetik
komplemente - Mengkolaborasi
r untuk pemberian
mengurangi anakgetik, jika
rasa nyeri perlu
- Informasikan
penggunaan
analgetik
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik,
jika perlu

Hipovolemi Setelah Resusitasi cairan - Mengidentifikas


a b.d dilakukan Observasi i kelas syok
kegagalan intervensi - Identifikasi untuk estimasi
mekanisme selama 1 x 24 kelas syok kehilangan
regulasi jam diharapkan untuk darah
statsus cairan estimasi - Memonitor
membaik kehilangan status oksigen
dengan kriteria darah - Memonitor
hasil : - Monitor output cairan
- Kekuatan status tubuh
nadi oksigen - Memasang jalur
meningkat - Monitor iv berukuran
- Output output cairan besar ( 14 atau
urine tubuh 16)
meningkat Terapeutik - Memberikan
- Frekuensi - Pasang jalur cairan kritaloid
nadi iv berukuran 1-2 l pada
membaik besar ( 14 dewasa
- Tekanan atau 16) - Memberikan
darah - Berikan cairan infus
membaik cairan kristaloid
- Intake kritaloid 1-2 20ml/kg bb
cairan l pada pada anak
membaik dewasa - Melakukan
- Berikan cross matching
cairan infus produk darah
kristaloid - Mengkolaborasi
20ml/kg bb penentuan jenis
pada anak dan jumlah
- Lakukan cairan
cross - Mengkolaborasi
matching dalam
produk pemberian
darah produk darah
Kolaborasi
- Kolaborasi
penentuan
jenis dan
jumlah cairan
- Kolaborasi
dalam
pemberian
produk darah
Setelah Pencegahan - Memonitor
dilakukan infeksi tanda dan gejala
intervensi Observasi lokal dan
selama 2x24 - Monitor sistemik
jam maka tanda dan - Memberikan
diharapkan gejala lokal perawatan kulit
tingkat efeksi dan sistemik pada area edema
menurun dengan Terapeutik - Mencuci tangan
kriteria hasil : - Batasi sebelum dan
- Nyeri jumlah sesudah kontak
menurun pengunjung dengan pasien
- Demam - Berikan dan lingkungan
menurun perawatan pasien
- Kultur area kulit pada - Mempertahanka
luka area edema n teknik aseptik
membaik - Cuci tangan pada pasien
sebelum dan beresiko tinggi
sesudah - Mengajarkan
kontak tanda dan gejala
dengan infeksi
pasien dan - Mengajarkan
lingkungan cara mencuci
pasien tangan
- Pertahankan dengannn benar
teknik - Mengajarkan
aseptik pada cara
pasien menghindari
beresiko infeksi
tinggi - Menganjurkan
Edukasi meningkatkan
- Ajarkan asupan nutrisi
tanda dan - Menganjurkan
gejala infeksi meningkatkan
- Ajarkan cara aspan cairan
mencuci -
tangan
dengannn
benar
- Ajarkan cara
menghindari
infeksi
- Anjurkan
meningkatka
n asupan
nutrisi
- Anjurkan
meningkatka
n asupan
cairan
REFERENSI

Chahayaningrum , T. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan Laparatomi Pada


Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah Sentral Rsud Dr Moew Ardi Surakarta. 3-6.
Naskah Publikasi

https://www.google.com/search?
q=pathway+ileus+obstruktif+post+op+laparatomi&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ve
d=2ahUKEwj1j8_Qs_X0AhWoT2wGHV0sDbcQ_AUoAXoECAEQAw&cshid=16401
07490275182&biw=1225&bih=580&dpr=1.1#imgrc=eVJdBXGGNsBiEM

https://id.scribd.com/doc/111529568/Baru-Asuhan-Keperawatan-Dengan-Ileus-
Obstruktif

file:///C:/Users/user/Downloads/pdf-ileus-obstruksi-lp-amilia-c_compress
%20(1)%20(1).pdf

SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai