Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Ilmu Ekonomi Syariah

Dosen pengampu: Lu’liyatul Mutmainah, S.E., M.Si

Disusun Oleh:

Rafel Julio Satriadi (20108020106)

Hayatun Nisa (20108020132)

Salwa Hafizhah (20108020136)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakanekonomi untuk mengendalikan


keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang
lebih baik (Kementerian Keuangan RI, 2018). Kebijakan fiskal merupakan kebijakan
pemerintah yang dilakukan dengan cara mempengaruhi sisi penerimaan maupun sisi
pengeluaran pada APBN. Pemerintah seringkali menghadapi masalah defisit anggaran
sehingga memerlukan suatu kebijakan fiskal untuk menghadapinya (Suparmono, 2004).

Kebijakan fiskal umumnya merepresentasikan pilihan-pilihan pemerintah dalam


menentukan besarnya jumlah pengeluaran atau belanja dan jumlah pendapatan, yang
secara eksplisit digunakan untuk mempengaruhi perekonomian. Berbagai pilihan
tersebut, dalam tataran praktisnya dimanifestasikan melalui anggaran pemerintah, yang
di Indonesia lebih dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Penggunaan anggaran sebagai instrumen utama kebijakan fiskal memberikan
pembenaran (justifikasi) kepada pemerintah untuk melakukan campur tangan
(intervensi) guna mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat aktivitas ekonomi melalui
pemberian stimulus fiskal, baik dari sisi pendapatan (insentif fiskal) maupun dari sisi
belanja (anggaran sektoral). Selain itu, pemerintah dengan menggunakan instrumen ini
juga dapat memainkan peranan dalam rangka memperbaiki distribusi atau mengurangi
kesenjangan pendapatan masyarakat (pemerataan) dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

Terdapat tiga tolak ukur yang perlu dijaga dalam mempertahankan stabilitas kinerja
dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yaitu penerimaan pajak, defisit
anggaran pemerintah dan kondisi keseimbangan primer APBN. Keseimbangan primer
merupakan total penerimaan dikurangi belanja dalam APBN yang tidak termasuk
pembiayaan bunga dan cicilan pokok utang pemerintah. Keseimbangan primer
merupakan salah satu pendekatan untuk menilai kondisi kapasitas fiskal dan kebutuhan
fiskal. Jika keseimbangan primer berada dalam kondisi defisit, maka penerimaan negara
tidak dapat menutup pengeluaran sehingga untuk membayar bunga atau cicilan utang
pokok menggunakan pokok utang baru. Hal tersebut beresiko terganggunya kapasitas
fiskal (fiscal capacity) dan kebutuhan fiskal (fiscal need) karena beban bunga utang

2
harus ditutup dengan penarikan utang baru sehingga perlu dilakukan langkah-langkah
strategis untuk menjaga keberlanjutan fiskal (Hidayat, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi dan konsep kebijakan fiskal?
2. Apa saja bentuk-bentuk kebijakan fiskal?
3. Bagaimana kebijakan fiskal masa rasulullah?
4. Bagaimana kebijakan fiskal masa khulafaurasyidin?
5. Jelaskan pengeluaran pemerintah?
6. Jelaskan utang pemerintah?
7. Sebutkan kasus : analisis kebijakan fiskal?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan definisi dan konsep kebijakan fiskal.
2. Menjelaskan bentuk-bentuk kebijakan fiskal.
3. Menjelaskan kebijakan fiskal masa rasulullah.
4. Menjelaskan kebijakan fiskal masa khaulafaurasyidin.
5. Menjelaskan pengeluaran pemerintah.
6. Menjelaskan utang pemerintah.
7. Menjelaskan kasus analisis kebijakan fiskal.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Konsep Kebijakan Fiskal

Ditinjau secara etimologi, Kebijakan Fiskal berasal dari dua kata, yaitu kebijakan
dan fiskal. Kebijakan berarti “Policy” yang diberi arti yang bermacam-macam. Seorang
ahli, James E. Anderson merumuskan kebijakan adalah sebagai perilaku dari sejumlah
aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu. Sedangkan Fiskal berhubungan dengan “Fisc” yaitu aspek yang
berhubungan dengan finansial pemerintah. Menurut Sadono Sukirno kebijakan fiskal
adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahanperubahan dalam sistem
pajak atau dalam perbelanjaan dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi
yang dihadapi. Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah membuat
perubahan dalam bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat (keseluruhan) dalam perekonomian.

Kebijakan Fiskal bisa diartikan sebagai langkah-langkah pemerintah untuk membuat


perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya yang bertujuan
mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Hal ini dilakukan dengan jalan
memperbesar dan memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah, jumlah transfer
pemerintah, dan jumlah pajak yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi
tingkat pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja. Perbedaan mendasar dari
kebijakan fiskal Islam dengan konvensional atau Modern adalah terkait kesejahteraan yang
akan dicapai. Di mana konsep kesejahteraan hidup yang ingin dicapai dalam kebijakan
fiskal konvensionaal atau modern adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimum bagi
individu dalam kehidupan tanpa memandang kebutuhan spiritual manusia, sementara
dalam sistem Islam konsep kesejahteraannya sangat luas, meliputi kehidupan di dunia dan
di akhirat serta peningkatan spiritual lebih ditekankan daripada pemilikan material.

Terkait Anggaran Penerimaan negara dalam fiskal Islam diperoleh melalui zakat,
kharaj (pajak pertanian), jizyah (pajak perorangan), khums (pajak harta rampasan perang),
usyur (pajak perdagangan), warisan kalalah (orang yang tidak mempunyai ahli waris),
kaffarat (denda), hibah dan pendapatan lain yang bersumber dari usaha yang halal. Adapun
mekanisme penggunaan dana-dana tersebut, ada instrument yang penggunaan dananya
bersifat terikat seperti zakat dan ada pula yang bersifat tidak terikat. Terkait kebijakan

4
anggaran belanja negara, ada suatu perbedaan yang mendasar mengenai sistem anggaran
belanja Islam dengan modern. Islam menitik beratkan pada masalah pelayanan terhadap
urusan ummat, yang telah diserahkan oleh syara’ dan ditetapkan sesuai dengan apa yang
menjadi pandangan agama Islam. Berbeda dengan anggaran belanja modern lebih
menekankan pada suatu campuran rumit antara rencana dan proyek.

B. Bentuk-Bentuk Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal pada umumnya dibagi atas 3 kategori, yaitu:

1. Kebijakan yang Menyangkut Pembelian pemerintah atas Barang dan Jasa


Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur didalam pendapatan
nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas barang dan jasa ini
mencakup pemerintah daerah dan pusat. Belanja pemerintah ini meliputi
pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan,
peralatan kementrian, dan gaji guru sekolah.
2. Kebijakan yang Menangkut Perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar disamping pendapatan yang berasal
dari migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban
melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang
dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan semata-mata untuk pembangunan
negara tersebut. Kebijakan pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan
dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan pajak). Tax reform
yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di dalam masyarakat,
seperti meningkatnya pendapatan.
3. Kebijakan yang Menyangkut Pembayaran Transfer

Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan


sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan bagian
belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam
komponen “G” di dalam perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena
transfer bukan merupakan pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan
pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa. Pembayaran transfer
mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak mencerminkan produksi
perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur pendapatan dari

5
produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa,
pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.

Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan fiskal dapat
dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan peluang kerja.
Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dalam kebijakan fiskal yaitu:

1. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan


pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
2. Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.
3. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
4. Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.
5. Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh baik jangka panjang maupun jangka
pendek. Kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang , sedangkan dalam jangka pendek mempunyai
pengaruh terhadap permintaan agregat barang dan jasa.

C. Kebijakan Fiskal Masa Rasulullah

Kebijakan fiskal dimasa rasulullah yang memegang kekuasaan pemerintahan pertama


di kota Madinah. Ketika itu negara tidak mempunyai kekayaan apapun, karena sumber
penerimaan negara hampir tidak ada. Segala kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah
dalam awal masa pemerintahan dilakukan berdasarkan keikhlasan sebagai bagian dari
kegiatan dakwah yang ada. Dengan adanya perang Badar pada abad ke-2 Hijryah, negara
mulai mempunyai pendapatan dari seperlima rampasan perang (ghanimah) yang disebut
dengan khums. Selain dari khums, akibat peperangan tersebut diperoleh pula pendapatan
dari tebusan tawanan perang bagi yang ditebus (rata-rata 4.000 dirham untuk tiap
tawanan).

Pada masa Rasulullah juga sudah terdapat jizyah yaitu pajak yang dibayarkan oleh
orang nonmuslim khususnya ahli kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, property,

6
ibadah, bebas dari nilai-nilai, dan tidak wajib militer. Tujuan utamanya adalah
kebersamaan dalam menanggung beban negara yang bertugas memberikan perlindungan,
keamanan, dan tempat tinggal bagi mereka dan juga sebagai dorongan kepada kaum kafir
untuk masuk islam. Adapun sumber lain berasal dari kharaj (pajak tanah) yang dipungut
kepada nonmuslim ketika khaibar ditaklukan, jumlah kharaj dari tanah ini tetap yaitu
setengah dari hasil produksi. Kharaj adalah kebijakan fiskal yang diwajibkan atas tanah
pertanian di negara-negara yang baru berdiri.

Sedangkan ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang dibayar
hanya sekali dalam setahun dan hanya berlaku bagi barang yang nilainya lebih dari 200
dirham. Ushr ini diwajibkan pada komoditas perdagangan yang diekspor maupun diimpor
dalam sebuah negara islam. Kewajiban ini termasuk dalam sistem fiskal islam yang
menggunakan dalil muamalah bi al-mitsl (reciprocity in internasional trade). Zakat dan
ushr adalah pendapatan yang paling utama bagi Negara pada masa Rasulullah hidup.

Ditinjau dari sisi keuangan publik maka pengumpulan dan pengeluaran dana zakat
dapat dipandang sebagai kegiatan untuk mencapai sasaran distribusi pendapat yang lebih
merata. Islam tidak menghendaki adanya harta yang “diam” dalam tangan seseorang.
Apabila harta tersebut telah cukup nisabnya maka berdasarkan ketentuan syariah islam
yang ada harta yang ada wajib dikeluarkan zakatnya. Dalam hal ini tujuan “distribusi” dari
kebijakan fiscal dalam hal ini kebijakan zakat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu ada amwal fadhla yaitu harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli
waris, atau berasal dari barang-barang seseorang muslim yang meninggalkan negerinya.

Pada masa Rasulullah dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yakni dari kaum
muslim, dari nonmuslim, dan dari sumber lain. Dari golongan muslimin terdiri atas : zakat,
ushr, zakat fitrah, nawaib, dan tentu saja sedekah seperti kurban dan kafarat. Dari kaum
nonmuslim terdiri atas : jizyah, kharaj, dan ushr. Dan sedangkan dari sumber-sumber lain
misalnya : ghanimah, fay, uang tebusan,hadiah dari pemimpin dan Negara lain, pinjaman
dari kaum muslimin dan nonmuslim.

Untuk mengelola sumber penerimaan Negara dan sumber pengeluaran Negara maka
Rasulullah menyerahkan kepada Baitulmal dengan menganut asas anggaran berimbang
(balance budget) artinya semua penerimaan habis digunakan untuk keperluan pengeluaran
Negara (government expenditure). Begitulah Rasulullah meletakkan dasar-dasar
kebijaksanaan fiskal yang berlandaskan keadilan, sejak masa awal pemerintahan islam.

7
Setelah Rasulullah wafat, kebijaksanaan fiskal itu dilanjutkan bahkan dikembangkan oleh
para penerusnya.

D. Kebijakan Fiskal Masa Khulafaurasyidin


1. Khalifah Abu Bakar As Siddiq ( 51 SH-13 H/573-634M )

Langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam menyempurnakan ekonomi yaitu :

a) Pengembangan pembangunan Baitulmal dan penanggung jawab Baitul Mal (abu


ubaida).
b) Menerapkan konsep balance budget policy pada baitulmal.
c) Melakukan penegakan hukum terhadap pihak yang tidak mau membayar zakat dan
pajak.
d) Secara individu Abu Bakar adalah seorang praktisi akad-akad perdagangan.
2. Khalifah Umar bin Khatab ( 40 SH-23 H/584-644 M )

Kontribusi yang dilakukan kontribusi yang diberikan Umar untuk mengembangkan


ekonomi Islam :

a) Reorganisasi Baitul maal dengan mendirikan di awan Islam yang pertama yang
disebut dengan Al-divan.
b) Pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan makanan dan
pakaian kepada warga negaranya.
c) Diversifikasi terhadap objek zakat (zakat terhadap karet di Semenanjung Yunan),
tarif zakat (misalnya mengenakan dasar advalorem, satu dirham untuk 40 dirham).
d) Pengembangan ushr (pajak) pertanian (misalnya pembebanan sepersepuluh hasil
pertanian).
e) Undang-undang perubahan pemilikan tanah atau land reform.
f) Pengelompokan pendapatan negara dalam empat bagian yaitu :
SUMBER PENDAPATAN PENGELUARAN
Zakat dan Ushr Pendistribusian untuk lokal jika
berlebihan disimpan.
Khums dan Shadaqoh Fakir miskin dan kesejahteraan.
Kharaj, Fay, Jizyah, Ushr, Sewa Tetap Dana pensiunan, dana pinjaman
(allowance)

8
Pendapatan dari semua sumber Pekerja, pemelihara anak terlantar dan
dana social.

3. Khalifah Usman bin Affan ( 47 SH-35H/577-656M )

Pada awal pemerintahan Utsman mencoba melanjutkan dan mengembangkan


kebijaksanaan yang dijalankan Khalifah Umar pada 6 tahun kepemimpinannya hal-hal
yang dilakukan adalah

a) Pembangunan pengairan.
b) Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdagangan.
c) Pembangunan gedung pengadilan guna penegakan hokum.
d) Kebijakan pembagian lahan luas milik Raja Persia kepada individu dan hasilnya
mengalami peningkatan bila dibandingkan pada masa Umar dari 9 juta menjadi 50
juta Dirham.
e) Selama 6 tahun terakhir dari pemerintahan Utsman situasi politik negara sangat
kacau kepercayaan terhadap pemerintahan Utsman mulai berkurang dan
puncaknya rumah Utsman dikepung dan beliau dibunuh pada usia 82 Tahun.
4. Khalifah Ali bin Abi Tholib ( 23 SH-40H/600-661 M )

Beberapa perubahan kebijaksanaan yang dilakukan pada masa khalifah Ali antara lain:

a) Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada Baitul Mal berbeda dengan
Umar yang menyisihkan untuk cadangan.
b) Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.
c) Adanya kebijakan pengetatan anggaran.

Pemerintahan Ali berakhir dengan terbunuhnya beliau ditangan Ibnu muljam dari
kelompok khawarij Dalam usia 63 tahun setelah memerintah selama 5 tahun 3 bulan.

E. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Dalam


neraca anggaran pendapatan dan belanja negara, pengeluaran pemerintah Indonesia secara
garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Klasifikasi penggolongan ini mirip seperti klasifikasi pengeluaran ke dalam pos

9
pengeluaran lancar dan pos pengeluaran kapital. Pengeluaran rutin pada dasarnya berunsur
pos pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintah sehari-hari, meliputi
belanja pegawai, belanja barang, macam-macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga
barang), angsuran dan bunga utang pemerintah (Dumairy, 1996).

Penentu pengeluaran pemerintah ialah Jumlah pengeluaran yang akan dilakukan


dalam suatu periode tertentu tergantung kepada banyak faktor yang penting diantaranya
Jumlah pajak yang akan diterima, tujuan kegiatan ekonomi jangka pendek dan
pembangunan ekonomi jangka panjang serta pertimbangan politik dan keamanan.
Komponen pengeluaran pemerintah terhadap pengeluaran total yang termasuk dalam
klasifikasi fungsi ada beberapa komponen diantaranya Pelayanan umum,Pertahanan,
Ketertiban dan kententraman, Ekonomi, Lingkungan hidup, Fasilitas umum, Pariwisata
dan budaya, Perlindungan sosial, Pertanian, Infrastruktur, Kesehatan dan Pendidikan
(Sukirno, 2010).

Ilustrasi atas rendahnya standar hidup penduduk di negara-negara dunia pada


umumnya yang diuraikan mengenai distribusi kesempatan menikmati pendidikan.
Penyediaan fasilitas pendidikan dasar merupakan prioritas utama bagi semua negara
berkembang. Sebagian besar negara dunia terbesar anggaran pengeluaran pemerintah yang
dialokasikan ke sektor pendidikan. Walaupun jumlah penduduk usia sekolah yang telah
menikmati pendidikan sudah banyak meningkat, namun tingkat buta huruf masih sangat
tinggi, dibandingkan dengan yang ada di negara maju (Todaro, 2000).

Sistem pendidikan seringkali menggambarkan berbagai hal yang esensial dari suatu
masyarakat. Dimana struktur sosial dan ekonomi suatu masyarakat ternyata sangat tidak
merata, maka sistem pendidikan akan dapat mencerminkan keadaan tersebut dalam bentuk
terbatasnya jumlah orang yang bisa menikmati jenjang pendidikan tinggi. Dalam waktu
yang bersamaan, bidang pendidikan dapat pula mempengaruhi bentuk dan arah
perkembangan suatu masyarakat di masa mendatang lewat berbagai jalan miskin (Todaro,
2000).

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu
kesehatan adalah hak bagi setiap penduduk yang di lindungi Undang-Undang Dasar.
Perbaikan layanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya
manusia untuk mencapai taraf kehidupan yang sejahtera. Tingkat kesehatan masyarakat

10
akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan penduduk, karena tingkat
kesehatan memiliki keterkaitan kemiskinan (Todaro, 2000).

Kesehatan yakni permasalahan kedua setelah pendidikan. Selain membanting tulang


untuk mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa banyak penduduk di negara ini yang
harus melawan kekurangan gizi dan hama penyakit. Tidak sedikit yang kemudian terpaksa
menyerah mati karena penyakit atau nutrisi buruk. Hal ini bertentangan dengan pendapatan
umum bahwasanya kekurangan gizi diakibatkan oleh terbatasnya produksi bahan pangan.
Jadi sebenarnya yang menjadi penyebab timbulnya kelaparan dan kurang gizi bukanlah
keterbatasan pangan melainkan garis kemiskinan (Todaro, 2000).

F. Utang Pemerintah

Utang negara atau sovereign debt adalah utang yang dikeluarkan atau dijamin oleh
pihak pemerintah pada suatu negara. Artinya, utang negara adalah surat utang yang
dikeluarkan oleh pemerintahan nasional. Hal tersebut tentunya berbeda dengan municipal
debt yang mana utang tersebut dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Sama seperti jenis
utang pada umumnya, tingkat risiko yang ada dalam surat utang negara terlihat dari tingkat
bunga atau kupon yang diterbitkan. Tingkat resikonya akan semakin tinggi jika tingkat
kuponnya semakin tinggi.

Manfaat Utang Luar Negeri atau bantuan luar negeri sebagai sumber pembiayaan
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari
pembangunan ekonomi dan sosial.satu contoh yang sangat terkenal adalah pembangunan
kembali perekonomian negara-negara Eropa Barat pascaperang dunia (PD II) pada dekade
1950-an melalui bantuan dana yang sangat besar dari Amerika Serikat yang dikenal
(Marshall Plan).

Utang Luar Negeri tersebut, bagaimanapun juga, harus diakui banyak memberikan
hasil bagi pembangunan negara. Pembangunan berbagai proyek prasarana seperti
bendungan, irigasi, listrik, telepon, jembatan, jalan, sarana transportasi darat, laut dan
udara, dan banyak lagi, dilakukan secara berkesinambungan sehingga indonesia pada
akhirnya mencapai tingkat penghasilan perkapita yang meningkat berkali kali lipat.
Indonesia bahkan sempat menjadi salah satu contoh keajaiban dunia.

11
Utang pemerintah problematika kini Tidak bisa dipungkiri, dalam perjalanan tersebut
banyak pula dana pinjaman yang disana sini tidak mecapai sasarannya. Proyek proyek
yang mengalami penggelembungan harga maupun ketidakberesan yang lain pada akhirnya
ikut mewarnai proses pinjaman luar negeri tersebut. Namun demikian, pada dasarnya
jumlah utang luar negeri pemerintah indonesia, meskipun secara absolute cukup besar,
sebetulnya masih berada pada tingkat yang cukup reasonable.

Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negara negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia. Keterbukaan Indonesia terhadap modal asing
baik dalam bentuk pinjaman luar negeri maupun modal asing langsung telah terjadi sejak
menjelang akhir tahun 1960- an. Bantuan luar negeri menjadi suatu kebutuhan mengingat
kondisi perekonomian Indonesia pada waktu itu yang memprihatinkan. Pemerintah
melakukan pinjaman luar negeri karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak
maupun penerimaan lainnya tidak mencukupi untuk membiayai pengeluaran pemerintah,
baik untuk pengeluaran publik maupun pengeluaran aparatur. Dengan demikian pinjaman
menjadi salah satu faktor yang menentukan terjadinya kesinambungan fiskal (fiscal
sustainability) suatu anggaran negara. Pinjaman sebagai alat untuk menutupi defisit
anggaran pemerintah akan memberikan dampak terhadap neraca pembayaran yang
kemudian juga berimplikasi pada kinerja anggaran pemerintah.

G. Kasus : Analisis Kebijakan Fiskal


1. Pengurangan Subsidi BBM

Pemerintah memilki peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi nasional.


Peranan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan,
pembangunan, dan stabilisasi perekonomian. Batasan peranan ini tergantung pada jenis
sistem ekonomi yang dipakai negara tersebut, baik sosialis, kapitalis, atau gabungan
dari dua sistem tersebut. Sebagai aktualisasi dari peran tersebut, pemerintah memilki
hak untuk melakukan intervensi kebijakan melalui kebijakan fiskal dan moneter.

Proses pembangunan ekonomi di segala bidang pada hakikatnya adalah untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Proses perubahan
struktural perekonomian seperti perluasan kesempatan kerja dan pengurangan tingkat
kemiskinan merupakan sasaran pokok pembangunan yang hendak dicapai guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan untuk

12
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah mengadakan kebijakan
memberikan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Subsidi BBM dapat diartikan sebagai
bayaran yang harus dilakukan oleh pemerintah pada Pertamina dalam simulasi di mana
pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan BBM di tanah air adalah
lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Saat ini BBM (Bahan Bakar
Minyak) menjadi salah satu indikator perekonomian Indonesia. Karena peran BBM
sangat penting bagi kelangsungan hidup orang banyak maka dalam pelaksanaannya
dikendalikan oleh pemerintah, mulai dari penetapan harga, alokasi pemakaian, sampai
pembatasan pemakaian (Ahmad, 2015).

Alasan pemerintah melakukan subsidi adalah karena indonesia sejak masa


reformasi sudah menjadi negara pengimpor BBM. Harga BBM dalam negeri sangat
fluktuatif tegantung pada harga minyak dunia. Berbeda saat indonesia masih menjadi
anggota OPEC, saat itu produksi minyak dalam kondisi surplus sehingga Indonesia
menjadi negara pengekspor BBM (Fauzan, 2015).

Tingkat inflasi ini menunjukan pergerakan harga barang secara umum, karena
ongkos produksi dan distribusi yang naik yang menyebabkan produsen memasukan
perhitungan biaya ke dalam harga barang. Sialnya, setelah harga BBM kembali di
turunkan, harga barang dan jasa hasil ‘ulah' kenaikan harga BBM juga tidak pulih
kembali. Kelonggaran ruang fiskal hasil pemangkasan subsidi juga secara otomatis
tergerogoti nilainya oleh kenaikan tingkat inflasi itu sendiri. Ke depan, ada baiknya ini
menjadi catatan penting bagi pemangku kebijakan,agar tidak ‘sembrono' melakukan
pemangkasan subsidi. Terutama jika melihat efek-efek negatif yang terjadi akibatnya.
Ruang fiskal tetap sempit karena digerogoti nilainya oleh inflasi, ‘wong cilik' juga
makin tercekik!

2. Tax Amnesty 2017 Di Indonesia

Yang pertama kebijakan Tax Amnesty harus dilihat sebagai kebijakan ekonomi
yang bersifat mendasar, jadi tidak semata-mata kebijakan terkait fiskal apalagi
khususnya pajak. Jadi ini kebijakan yang dimensinya lebih luas, kebijakan ekonomi
secara umum. APBN lebih sustainable dan kemampuan pemerintah
untuk spending atau untuk belanja juga semakin besar sehingga otomatis ini akan

13
banyak membantu program-program pembangunan tidak hanya infrastruktur tapi juga
perbaikan kesejahteraan masyarakat.

Jadi dari satu sisi adanya Tax Amnesty tahun ini dan seterusnya akan sangat
membantu upaya pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan dan
mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan.
Nah tetapi disisi lain, di sisi yang di luar fiskal atau pajaknya, dengan
kebijakan Amnesty ini yang diharapkan dengan diikuti repatriasi sebagian atau
keseluruhan aset orang Indonesia di luar negeri maka akan sangat membantu stabilitas
ekonomi makro kita. Apakah itu dilihat dari nilai tukar rupiah, apakah itu dilihat dari
cadangan devisa, apakah itu dilihat dari neraca pembayaran kita atau bahkan sampai
kepada likuiditas dari perbankan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim program pengampunan pajak atau tax
amnesty pada periode 2016 hingga 2017 ini menjadi salah satu yang berhasil di dunia.
Karena "Program pengampunan pajak yang dilakukan tahun 2016 dan 2017 menjadi
catatan bersejarah sendiri bagi Ditjen Pajak, termasuk sebagai tax amnesty yang
berhasil di seluruh dunia dengan jumlah deklarasi mencapai Rp 4.884 triliun," ujar
Menkeu dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI dan Menkumham, Amnesty itu
paling lama sampai akhir tahun ini, sangat sebentar, tidak akan lama. Jadi
setelah amnesty sampai menjelang 2018 Sepember kita akan melakukan program yang
namanya “Voluntary Declaration”. Jadi silahkan mereka melaporkan yang sama aset
yang belum terlaporkan secara voluntary tapi tarifnya tarif normal, tapi kita berikan
tahun 2017 tanpa sanksi.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakanekonomi untuk mengendalikan


keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih
baik (Kementerian Keuangan RI, 2018). Kebijakan fiskal merupakan kebijakan
pemerintah yang dilakukan dengan cara mempengaruhi sisi penerimaan maupun sisi
pengeluaran pada APBN. Pemerintah seringkali menghadapi masalah defisit anggaran
sehingga memerlukan suatu kebijakan fiskal untuk menghadapinya (Suparmono, 2004).
Kebijakan Fiskal pada umumnya dibagi atas 3 kategori, yaitu: Kebijakan yang
Menyangkut Pembelian pemerintah atas Barang dan Jasa, Kebijakan yang Menangkut
Perpajakan, dan Kebijakan yang Menyangkut Pembayaran Transfer. Kebijakan fiskal
dimasa rasulullah yang memegang kekuasaan pemerintahan pertama di kota Madinah.
Ketika itu negara tidak mempunyai kekayaan apapun, karena sumber penerimaan negara
hampir tidak ada. Segala kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah dalam awal masa
pemerintahan dilakukan berdasarkan keikhlasan sebagai bagian dari kegiatan dakwah
yang ada. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Dalam
neraca anggaran pendapatan dan belanja negara, pengeluaran pemerintah Indonesia secara
garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Utang
negara atau sovereign debt adalah utang yang dikeluarkan atau dijamin oleh pihak
pemerintah pada suatu negara. Artinya, utang negara adalah surat utang yang dikeluarkan
oleh pemerintahan nasional. Hal tersebut tentunya berbeda dengan municipal debt yang
mana utang tersebut dikeluarkan oleh pemerintah daerah.

B. Saran

Dengan demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat kepada
pembaca. Apabila ada saran atau kritik yang ingin disampaikan,silahkan sampaikan
kepada kami. Apabila terdapat kesalahan,mohon dapat dimaafkan dan memaklumi,karena
kami merupakan hamba allah yang tidak luput dari kesalahan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chapra, M. Umer.2001. Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam. Jakarta: Gema
Insani Press.

Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Anggaran. 2012.” Kerangka


Ekonomi Makro Dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2008”, dikutip dari
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-print-list.asp?ContentId=177. di akses tanggal
10 November.

Dumairy. 1995. “Evaluasi Kebijakan Pemerintah Menanggulangi Masalah Kemiskinan dan


Kesenjangan”, dalam Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia. Yogyakarta: Aditya
Media

Ihda Aini. 2019. Kebijakan Fiskal Dalam Ilmu Ekonomi Islam. Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Hukum. Vol. 17, No. 2, hlm. 49.

Lalu Muhammad Zakaria. 2016. Makalah Tentang Kebijakan Fiskal. Makalah. 18 Oktober,
dikutip dari https://lalumuhammadzakaria.wordpres.com/2016/10/18/makalah-
tentang-kebijakan-fiskal/ diakses pada 16 November 2021.

Mustofa Edwin Nasution, M. M. (2017). Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Depok:


Kencana.

Rais, Sasli. 2002. Kebijakan Publik dalam Tinjauan Ekonomi Islam. Makalah Mata Kuliah
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Magister Universitas Indonesia, Kekhususan
Ekonomi dan Keuangan Syariah, PSKTI, UI.

Royat, Sujana Royat, 2008. Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan, http://
digilib.litbang.deptan. go.id /index.php

Sadano Sikarno,Pengantar Teori Makro Ekonomi,Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010,h.25.

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan dari Reformulasi ke Implementasi


Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara,2005, h.2.

Winardi, Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), Bandung: Alumni,2005, h.210.

16

Anda mungkin juga menyukai