Anda di halaman 1dari 2

PENDIDIKAN ISLAM

(Perspektif Historis, Sosiologi dan Antropologis)

Nama : Nur Hidayat


NIM : 201766013
Kelas : 3 MPAI A
Mata Kuliah : Pendidikan Islam berbasis Qur’an dan Sirah Nabi

Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini. Adanya
pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan peradaban manusia, berkembang pula
isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaraan pendidikan. Ini sejalan dengan kemajuan manusia dalam pemikiran dan ide-
ide tentang pendidikan. Dalam dunia islam pendidikan dibagi memjadi beberapa periode yakni periode Rasululloh, Khulafaur
Rasyidin, Umayyah, Umayyah, dan masa dinasti Ustmaniyah. Dengan mempelajari pendidikan secara historis maka kita akan belajar
seakan-akan seperti mereka. Apa yang sudah ada kita bisa contoh dan apa yang masih belum ada kita bisa mengadakannya dimasa
pendidikan saat ini.
Dalam pendekatan sosiologi dalam studi Islam berfungsi sebagai metodologi untuk memahami corak dan stratifikasi dalam
suatu kelompok masyarakat. Dalam dunia ilmu pengetahuan, makna dari istilah pendekatan sama dengan metodologi, yaitu sudut
atau cara melihat atau memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji. Selanjutnya sosiologi juga berguna
sebagai pengarah dan menambah keyakinan-keyakinan ke-Islaman yang dimiliki oleh kelompok masyarakat sesuai dengan ajaran
agama Islam tanpa menimbulkan gejolak dan tantangan antara sesama kelompok masyarakat. Sosiologi pendidikan sebagai disiplin
ilmu pengetahuan yang mempelajari secara khusus tentang interaksi diantara individu-individu, antar kelompok, institusi-institusi
sosial, proses sosial, relasi sosial dimana di dalam dan dengannya manusia memperolehdan mengorganisi pengalaman. Sosiologi
pendidikan memiliki pendekatan psiko-pedagogis, pendekatan sosiologi sebagai pendekatan sosiologi pendidikan terdiri dari
pendekatan individual, pendekatan sosial, dan pendekatan interaksi.
Dalam perspektif antropologi pendidikan berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya
dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia, khususnya dalam dunia pendidikan, maka
yang disorot oleh antropologi terhadap dunia pendidikan adalah manusia. Hal ini tidak berbeda dengan pendidikan Islam yang dalam
beberapa buku senantiasa mengawali pembahasan tentang manusia. Sehingga dengan demikian, dalam pembahasan ini yang menjadi
pembahasan utama adalah pembahasan tentang manusia. Konsep tentang manusia tersebut sering diistilahkan dengan al-insān, al-
nās, al-basyār, serta bani adam yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda satu sama lain. Kesemuanya merupakan
istilah-istilah yang diambil dari al-Qur’an. Al-Insān berasal dari kata uns yang berarti jinak, harmonis. Kata insan tampak sebagai
lawan dari makna “binatang liar”. Kata insan digunakan al-Qur‟an untuk menunjuk kepada manusia dengan segala totalitasnya, jiwa,
dan raga. Kata al-insan, al-Quran juga menyebut istilah al-nas yang memiliki makna berkaitan dengan interaksi kehidupan manusia
yang bersifat kolektif, seperti kepemimpinan, perubahan sosial, dan perubahan alam. Kata al-basyar yang menunjukkan pada
gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat seperti makan, minum, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan bani adam yang menunjukkan manusia dari sudut keturunannya, yaitu manusia keturunan dari Nabi Adam a.s. Dalam
pandangan antropologi, manusia merupakan makhluk sosial (hayawān ijtimā‟ī), yang berkelompok dan bermasyarakat serta saling
bergantung satu sama lainnya, untuk bertahan hidup dan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya adalah bahwa manusia merupakan makhluk budaya (hayawān tsaqāfī). Manusia menciptakan dan memindahkan
pengetahuan, serta bersama-sama mempertahankan tradisi berpikir dan berperilaku.

Anda mungkin juga menyukai