Anda di halaman 1dari 32

I.

PENDAHULUAN
Setiap tahun, telah diperkirakan terjadi 22 juta kasus aborsi dan sebagian
besar kasus tersebut (98%) terjadi di negara-negara berkembang. Jumlah total
kasus aborsi tidak aman ini meningkat dari sekitar 20 juta kasus pada tahun 2003
menjadi 22 juta kasus pada tahun 2008, walaupun rentang kejadian abortus tetap
tidak berubah sejak tahun 2000. Setidaknya terjadi 47000 kehamilan yang
berhubungan dengan kematian akibat kasus abortus yang terjadi. Selain itu, 5 juta
wanita diestimasikan mengalami kecacatan akibat komplikasi dari abortus.1
Sekitar 208 juta wanita di dunia diestimasikan akan hamil setiap tahunnya,
59% (atau 123 juta) diantaranya merupakan kehamilan yang direncanakan
(diinginkan) dan sekitar 41% (atau 85 juta) merupakan kehamilan yang tidak
diinginkan. Karena peningkatan penggunaan kontrasepsi, angka kehamilan di
dunia dapat turun dari 160 kehamilan per 1000 wanita usia 15-44 tahun pada
tahun 1995 menjadi 134 per 1000 wanita pada tahun 2008. Angka kehamilan yang
diinginkan dan tidak diinginkan juga turun dari 91 dan 69 per 1000 wanita usia
15-44 tahun pada tahun 1995 menjadi 79 dan 55 per 1000 wanita usia 15-44 tahun
pada tahun 2008. Secara lebih signifikan, angka kejadian abortus yang disengaja
menurun dari 35 per 1000 wanita usia 15-44 tahun pada tahun 1995 menjadi 26
per 1000 wanita usia 15-44 tahun pada tahun 2008. Penurunan ini lebih besar
terjadi pada kasus abortus yang aman sementara untuk kasus abortus tidak aman
cenderung pada angka yang relatif konstan sejak tahun 2000 yaitu sekitar 14 per
1000 wanita usia 15-44 tahun. Kebanyakan kasus obortus terjadi di negara-negara
berkembang dimana angka kematian maternal tinggi dan akses untuk penanganan
abortus secara aman sulit ditemukan.1
Di United States, setidaknya 1,2 juta kasus abortus terjadi pada tahun
2008. sedangkan pada United Kingdom, lebih dari 200.000 kasus abortus telah
dilaporkan. Sekitar 1 dari 3 wanita akan memiliki kasus abortus. 2

1
Gambar 1. Persentasi distribusi wanita (usia 15-49 tahun), kelahiran, abortus tidak aman, dan
abortus yang terkait dengan kematian berdasarkan tempat1

II. DEFINISI ABORTUS


Kata abortus berasal dari bahasa latin yaitu aboriri yang berarti keguguran.
Berdasarkan New Shorter Oxford Dictionary (2002), abortus adalah kelahiran
sebelum kelahiran yang seharusnya, dan dalam hal ini memiliki arti yang sama
dengan keguguran. Kata ini juga berarti terminasi kehamilan untuk
menghilangkan fetus. 3
Berdasarkan National Center for Health Statistics, Centers for Disease
Control and Prevention, dan World Health Organization mendefinisikan abortus
sebagai terminasi kehamilan pada usia kehamilan <20 minggu atau kelahiran janin
<500 gram.3 Pada sumber lain mengatakan abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dengan
batasan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.4

III. ETIOLOGI
Penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi dan sering
diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak
diantaranya adalah sebagai berikut:

2
A. Faktor Janin
1. Gangguan kromosom
Lebih dari 80% dari abortus spontan terjadi pada 12 minggu pertama
kehamilan, dan sebagian besar disebabkan oleh anomali kromosom. Setelah
trimester pertama,baik angka abortus dan insiden anomali kromosom berkurang. 3

Gambar 2. Frekuensi dari anomali kromosom dalam abortus selama setian trimester. 3

Abortus spontan dini sering memperlihatkan kelainan perkembangan


zigot, mudigah, janin, atau kadang plasenta. Sekitar 95% kelainan kromosom
disebabkan oleh kesalahan gametogenesis ibu, dan 5% disebabkan oleh kesalahan
ayah.3
Tabel 1. Insiden penemuan anomali kromosom dalam abortus3

Trisomi autosom merupakan anomali kromosom yang paling sering


ditemukan pada keguguran pada trimester pertama. Monosomi X (45X) adalah
kelainan kromosom spesifik tunggal tersering. Kelainan ini menyebabkan sindrom

3
Turner, yang biasanya menyebabkan abortus dan sangat jarang menghasilkan bayi
perempuan lahir hidup. 3
2. . Trombofilia Herediter
Ini merupakan kelainan genetik faktor pembekuan yang dapat
menyebabkan trombosis patologik akibat ketidakseimbangan antara jalur
pembekuan dan antikoagulasi. Penyakit yang paling banyak diteliti antara lain
resistensi terhadap protein C aktif (aPC) akibat mutasi faktor V Leiden;
penurunan atau tidak adanya aktifitas antitrombin III; mutasi gen protrombin; dan
mutasi di gen untuk metilentetrahidrofolat reduktase yang menyebabkan
peningkatan kadar hemosistein serum-hiperhemosisteinemia. 3
Polimorfisme pada gen yang mengkode faktor koagulasi V (G1691A) dan
prothrombin (G20210A) berhubungan dengan thrombophilia (keadaan
hiperkoagulasi) . Dua jenis varian (C677T dan A1298C) dari gen yang mengkode
5,10-methylenetetrahydrofolate reductase (MTHFR) yang dihasilkan dari adanya
mutasi telah berpengaruh pada perkembangan terjadinya hiperhemosisteinemia. 5
Sebagai dasar hipotesis bahwa polimorfisme berhubungan dengan
thrombophilia dapat mengganggu sirkulasi plasenta, telah banyak penelitian case–
control yang dilakukan untuk memperlihatkan hubungan antara polimorfisme
maternal dengan thrombophilia dan kemudian dapat merugikan bagi kehamilan. 5
B. Faktor Maternal
1. Infeksi
Berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists (2001),
infeksi merupakan penyebab yang jarang dalam abortus. Telah dilakukan
penelitian mengenai penyebab infeksi spesifik. Sebagai contoh, Brucella abortus
dan Campylobacter fetus menyebabkan abortus pada hewan ternak, namun tidak
demikian pada manusia Tidak terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau
Chlamydia trachomatis menstimulasi terjadinya abortus pada manusia. Dalam
penelitian prospektif, infeksi akibat virus herpes simplex pada kehamilan muda
juga tidak meningkatkan insiden terjadinya baortus. Fakta bahwa Toxoplasma
gondii menyebabkan abortus sampai saat ini juga masih belum meyakinkan. 3

4
2. Hipotiroid
Defisiensi iodine berat dapat dihubungkan dengan abortus. Defisiensi
hormon thyroid merupakan hal yang umum terjadi pada wanita yang paling sering
disebabkan oleh penyakit autoimun. 3
3. Diabetes Mellitus
Angka abortus spontan dan malformasi kongenital dapat meningkat pada
wanita dengan insulin-dependent diabetes. Risiko ini timbul bersamaan dengan
kontrol metabolik pada kehamilan dini. Hal yang sama dengan sindrom polikistik
ovarium, beberapa wanita dengan abortus berulang telah dilaporkan memiliki
resistensi insulin. Kehilangan kehamilan akibat diabetes tak terkontrol ini
dihubungkan dengan kontrol metabolik yang tidak optimal. 3
4. Defisiensi Progesteron
Defisiensi progesteron juga disebut dengan luteal phase defect,
insufisiensi sekresi progesteron oleh korpus luteum atau plasenta telah diduga
sebagai penyebab abortus. Defisiensi produksi progesteron mungkin merupakan
konsekuensi daripada penyebab kegagalan kehamilan dini. Kriteria diagnosis dan
keberhasilan terapi dari gangguan ini masih memerlukan validitas. Jika korpus
luteum diangkat dalam pembedahan, seperti halnya pada tumor ovarium,
pengganti progesteron diindikasikan pada usia kehamilan <8-10 minggu. 3
5. Abnormalitas Struktur Uterus
Prevalensi dan implikasi reproduktif dari Kejadian anomali uterus pada
populasi umum saat ini belum dapat dibuktikan secara nyata. Namun abortus yang
dihubungkan dengan usia secara epidemiologi telah dilakukan penelitian. 6

Gambar 3. Tingakat kejadian abortus berdasarkan kelompok umur ibu6

5
6. Faktor Obat dan Lingkungan
Penggunaan dari beberapa agen terapi telah dilaporkan memiliki hubungan
dalam peningkatan angka abortus. Baik abortus spontan maupun anomali fetal
dapat disebabkan dari konsumsi alkohol yang tinggi selama usia kehamilan 8
minggu pertama. Risiko ini memperlihatkan adanya hubungan antara tingkat
frekuensi dan jumlah yang dikonsumsi. Konsumsi alkohol dalam jumlah yang
sedikit selama kehamilan tidak berhubungan dengan risiko abortus secara
signifikan. 3
Merokok juga dihubungkan dengan peningkatan risiko terjadinya abortus.
Dua penelitian mencurigai bahwa peningkatan risiko abortus berbanding lurus
dengan jumlah konsumsi batang rokok per hari. 3
Armstrong and associates (1992) melaporkan bahwa wanita yang
mengonsumsi sedikitnya 5 gelas kopi per hari meningkatkan risiko abortus. Hal
yang sama oleh Cnattingius dkk (2000) mengobservasi peningkatan risiko abortus
secara signifikan hanya pada wanita yang mengonsumsi sedikitnya 500 mg kafein
per hari, yang setara dengan 5 gelas kopi. 3
7. Faktor Imunologi
Faktor Autoimun
Abortus paling sering pada wanita dengan lupus eritematosus sistemik.
Banyak dari wanita ini memiliki antibodi antifospolipid, yaitu suatu famili auto-
antibodi yang berikatan dengan fospolipid bermuatan negatif, protein pengikat
fospolipid, atau keduanya. Autoantibodi ini juga ditemukan pada wanita tanpa
lupus. Hampir 5% pada wanita hamil normal, antikoagulan lupus (lupus
anticoagulant, LAC) dan antibodi antikardiolipin (anticardiolipine antibody,
ACA) dilaporkan berkaitan dengan tingkat kematian janin. Karena itu kematian
janin adalah salah satu kriteria diagnosis sindrom antifosfolipid. 3
Dalam dekade terakhir sindrom antifospolipid dikenal sebagai sindrom
Hughes, dan merupakan penyebab yang paling penting pada abortus berulang.
Antibodi antifospolipid (aPL) merupakan bagaian dari setidaknya 20 auto-
antibodi yang berlawanan dengan phospholipids - binding proteins. Dari

6
sejumlah antibodi ini, hanya lupus anticoagulant (LA) dan anticardiolipin
antibodies (aCL) yang memperlihatkan arti yang penting pada bagian reproduksi. 6
Salah satu kriteria diagnosis untuk sindrom antifospolipid adalah:
a. Satu atau lebih kematian yang tidak dapat dijelaskan dari morfologi
normal fetus saat atau setelah usia kehamilan 10 minggu
b. Satu atau lebih kelahiran prematur dari morfologi normal fetus sebelum
usia kehamilan 34 minggu
c. Tiga atau lebih abortus yang terjadi secara berurutan yang tidak dapat
dijelaskan sebelum usia kehamilan 10 minggu. 6
Kebanyakan abortus terjadi pada trimester pertama setelah adanya
aktivitas dari jantung janin. Kegagalan kehamilan berhubungan dengan APS
dideskripsikan sebagai adanya trombosis pada vaskularisasi uteroplasenta.
Trombosis plasenta dan infark juga terlihat pada kehamilan dengan fospolipid
namun temuan ini tidak selamanya spesifik untuk abortus akibat aPL. Pada
penelitian in vitro melaporkan bahwa aPL menyebabkan:
a. Kegagalan mekanisme signal transduksi dalam mengontrol desidualisasi
dari sel endometrium
b. Meningkatkan apoptosis trofoblas
c. Menurunkan fusi trofoblas
d. Menggagalkan invasi trofoblas. 6
The American College of Obstetricians and Gynecologists (2005a)
merekomendasikan aspirin dosis rendah 81 mg per oral per hari, ditambah
unfractionated heparin --5000 unit secara subkutis, 2 kali per hari. Terapi ini
dimulai setelah kehamilan terdiagnosis dan dilanjutkan sampai persalinan. 3
Faktor Aloimun
Kehamilan normal diperkirakan memerlukan pembentukan faktor-faktor
penghambat yang mencegah penolakan antigen asing janin yang berasal dari ayah
oleh ibu. Seorang wanita tidak akan menghasilkan faktor-faktor penghambat
serum ini jika ia memiliki antigen leukosit manusia (HLA) serupa dengan yang
terdapat pada suaminya. Penyakit-penyakit aloimun lain diduga berperan

7
menyebabkan abortus berulang termasuk kelainan natural killer cells dan
peningkatan antibodi limfositotoksik. 3
8. Inkompeten Serviks
Hal ini ditandai oleh adanya nyeri dilatasi serviks pada trimester ke dua.
Keadaan ini dapat diikuti adanya prolaps dan pembesaran membran ke dalam
vagina, dan tentunya pengeluaran dari fetus. 3
Terdapat 2 jenis operasi vagina yang sering digunakan selama kehamilan.
Tindakan yang lebih sederhana dikembangkan oleh McDonald (1963). Operasi
yang lebih rumit adalah modifikasi dari prosedur awal yang dijelaskan oleh
Shiradkar (1955). Cerclage Transabdominal dengan jahitan dipasang di isthmus
uterus digunakan pada sebagian kasus defek anatomis serviks berat atau riwayat
kegagalan cerclage transvaginal. 3

Gambar 4. Cerclage McDonals3

Permulaan tindakan cerclage dengan pemasangan jahitan benang


monofilamen nomor 2 dikorpus serviks sangat dekat dengan level os internus.
Pemasangan jahitan dilanjutkan dikorpus serviks hingga mengelilingi os. Ketika
jahitan telah mengelilingi ostium, jahitan dikencangkan mengelilingi kanalis

8
servikalis sehingga mengurangi garis tengah kanalis menjadi 5 sampai 10 mm,
dan kemudian jahitan diikat. 3

Gambar 5. Cerclage Shiradkar3

Pada cerclage Shirodkar dilakukan insisi transversal di mukosa di atas


serviks anterior, dan kandung kemih didorong ke arah sefal. Kemudian pita
Mersiline 5 mm dilewatkan dari anterior ke posterior dengan menggunakan jarum
Mayo. Pita ini kemudian diarahkan dari posterior ke anterior di sisi serviks yang
berlawanan. Klem Allis dipasang sedemikian untuk mendekatkan jaringan serviks
sehingga jarum tidak perlu berjalan jauh ke subkutis untuk memasangkan pita.
Pita diikat di anterior , setelah memastikan bahwa semua lipatan lenyap. Mukosa
serviks kemudian ditutup dengan jahitan kontinyu untuk menanam simpul
anterior.3
C. Faktor Ayah
Tidak banyak yang diketahui tantang faktor ayah dalam terjadinya abortus.
Yang jelas kelainan kromosom pada sperma berkaitan dengan abortus. Rasio
kelainan kromosom wanita terhadap pria dalam suatu penelitian adalah 2:1.
Meskipun kelainan kromosom pada ayah hanya menyebabkan 2-4% abortus,
evakuasi kariotipe kedua orang tua merupakan bagian penting dalam evaluasi. 3

9
IV. KLASIFIKASI ABORTUS
A. Abortus Spontan
Abortus spontan dapat diklasifikasikan secara klinik dalam beberapa
kelompok. Secara umum digunakan subkelompok yaitu abortus iminens, abortus
insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit dan missed abortion. Sedangkan
abortus septik adalah suatu keadaan ketika hasil dari konsepsi dan uterus
terinfeksi. Akhirnya, abortus berulang dideskripsikan kehilangan hasil konsepsi
secara berulang 3 kali secara berturut-turut dengan etiologi yang sama yang
disebut dengan abortus habitualis. 3,4
1. Abortus Iminens
Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan
ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. 4
Diagnosis klinik dari abortus iminens ditegakkan ketika terjadi
pengeluaran darah pervaginam atau perdarahan muncul saat serviks masih tertutup
selama setengah dari awal kehamilan. 3 Perdarahan pervaginam yang terjadi pada
usia kehamilan <20 minggu dan penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada
keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup,
besarnya uterus masih sesuai dengan usia kehamilan dan tes kehamilan urin masih
positif. 4
2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. 4
Ruptur hebat pada membran, yang di tandai oleh keluarnya cairan amnion
disertai dilatasi serviks, merupakan tanda bahwa abortus hampir pasti terjadi.
Umumnya kontraksi uterus segera dimulai sehingga terjadi abortus, atau terjadi
infeksi.3 Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus masih sesuai usia kehamilan dengan tes urin kehamilan
masih positif. Pada pemeriksaan USG masih didapatkan pembesaran uterus yang

10
masih sesuai dengan usia kehamilan, gerak jantung janin masih jelas walaupun
sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau
pembukaannya. 4
3. Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah abortus yang ditandai dengan terlepasnya
4
sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.
Perdarahan terjadi jika plasenta, secara keseluruhan atau sebagian terlepas dari
uterus. Batasan ini juga masih pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. 4
Pada abortus inkomplit, ostium internum serviks membuka dan menjadi
tempat lewatnya darah. Janin dan plasenta mungkin seharusnya tetap berada
dalam uterus atau sebagian keluar melaui ostium yang terbuka. Sebelum 10
minggu janin dan plasenta sering dikeluarkan bersama-sama tetapi kemudian
mereka dilahirkan secara terpisah. Pada sebagian wanita diperlukan dilatasi
serviks tambahan sebelum kuretase dapat dilakukan. Pada banyak kasus jaringan
plasenta yang tertahan menggantung bebas di kanalis servikalis, memungkinkan
ekstraksi dengan mudah dari ostium eksternum yang terpajan dengan forseps
cincin. 3
Jumlah perdarahan bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok
hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Besar uterus sudah lebih
kecil dari usia kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri
tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan. 4
Perdarahan akibat abortus inkomplit pada kehamilan tahap lebih lanjut
kadang parah tetapi jarang mematikan. Karena itu, pada wanita dengan kehamilan
tahap lebih lanjut atau dengan perdarahan hebat, evakuasi segera dilakukan. Jika
terjadi demam maka pasien diberi antibiotik yang sesuai sebelum kuretase. 3
4. Abortus Komplit
Jenis abortus ini didefinisikan sebagai abortus dengan seluruh hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu

11
atau berat janin kurang dari 500 gram. Ostium uteri telah menutup, uterus sudah
mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari
setelah abortus. 4
5. Missed Abortion
Istilah ini digunakan untuk menjelaskan hasil konsepsi yang telah mati
yang tertahan selama beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan di dalam uterus
dengan ostium serviks tertutup. Karena keguguran spontan hampir selalu
didahului oleh kematian mudigah, maka sebagian sebagian besar disebut sebagai
"missed".3 Abortus ini ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
tertanam dalam kandungan. 4
Penderita biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan diatas
14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin
mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai
menghilang. 4
Terkadang missed abortion diawali dengan abortus iminens yang
kemudian merasa sembuh tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada tes urin
kehamilan biasanya negatif setelah 1 minggu dari terhentinya pertumbuhan
kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil dan
bentuknya tidak beraturan serta gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan. 4
6. Abortus Sepsis
Penatalaksanaan dari infeksi termasuk antibiotik broad-spectrum intravena
diikuti dengan adanya evakuasi uterus. Dengan adanya sindrom sepsis berat,
acute respiratory syndrome atau disseminated intravascular coagulopathy dapat
terjadi kemudian, dan tindakan yang mendukung sangat diperlukan. 3
Pada masa yang lalu, abortus kriminalis dan abortus inkomplit yang
ditelantarkan terinfeksi oleh bakteri komersal vagina yang sebenarnya tidak
virulen, misalnya Clostridium perfringens. Hal ini hampir tidak pernah ditemukan

12
setelah abortus dilegalkan. Namun pada tahun 2005 melaporkan 4 kematian
dengan abortus medisinalis akibat syok toksik yang disebabkan oleh infeksi
Clostridium sordellii. Fischer and dkk. (2005) menjelaskan manifestasi klinis
yang dialami pada 1 minggu setelah abortus medisinalis. Tanda utama adalah
cedera endotel berat disertai kebocoran kapiler dan hemokonsentrasi, hipotensi,
dan leukositosis berat. Selain itu dilaporkan 2 kasus lain akibat syok toksik akibat
infeksi streptococcus grup A. 3
B.Abortus Provokatus
Sebuah tindakan abortus provokatus adalah terminasi secara medikal
ataupun operatif dari kehamilan sebelum janin mampu hidup. Setidaknya 60%
abortus dilakukan selama usia kehamilan 8 minggu pertama, dan 88% selama 12
minggu pertama kehamilan. 3
Pada pengertian lain abortus provokatus adalah abortus yang terjadi secara
sengaja dilakukan. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2 yaitu abortus
provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. 4,7
1. Abortus Terapeutik/Medisinalis
Disebut medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu. Pertimbangan dilakukan minimal oleh 3 dokter yaitu dokter
spesialis Kandungan dan Kebidanan, dokter Spesialis Penyakit Dalam, dan
Spesialis Jiwa. 4
Terdapat sejumlah penyakit medis dan bedah yang merupakan indikasi
untuk mengakhiri kehamilan. Contohnya adalah dekompensasi jantung persisten,
terutama dengan hipertensi pulmo menetap, penyakit vaskular hipertensif stadium
lanjut atau diabetes, dan keganasan. Indikasi tersering saat ini adalah mencegah
lahirnya janin dengan deformitas anatomik, metabolik, atau mental yang
signifikan. 3
2. Abortus Provokatus Kriminalis
Pengakhiran kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan
wanita yang bersangkutan, tetapi bukan atas inidikasi medis, biasanya disebut
abortus provokatus kriminalis. 7

13
V. PATOFISIOLOGI ABORTUS
A. Anatomi dan Fisiologi Kehamilan
Anatomi
Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah alpukat atau buah peer
yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 - 7,5 cm, lebar di tempat
yang paling lebar 5,25 cm dan tebal 2,5 cm. uterus terdiri atas korpus uteri (2/3
bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah).8
Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka
keluar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah
serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis
uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis
uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut isthmus uteri. 8
Bagian atas uterus disebut fundus uteri. Di situ tuba fallopii kanan dan kiri
masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri atas miometrium, yang merupakan otot
polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler,
yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya
dapat berkontraksi dan berelaksasi.8

Gambar 6. Anatomi organ genitalia interna pada wanita9

Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar,
disebut endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar,
dan stroma dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkelok-kelok. Di

14
korpus uteri endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-
kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi
endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon steroid ovarium. 8 Uterus ini
sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dan jaringan ikat dan ligamentum
yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamentum yang
memfiksasi uterus adalah :4
1. Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum (Mackenrodt) yakni ligamentum
yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat
tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding
pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan
arteri uterina.
2. Ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian
belakang, kiri dan kanan, ke arah os sakrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang
menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan
kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang
terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi
kuat, dan ligamentum rotundum menjadi kencang serta mengadakan tarikan
pada daerah inguinal. Pada persalinan ia pun teraba kencang dan terasa sakit
bila dipegang.
4. Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian peritoneum viserale yang meliputi
uterus dan kedua tuba dan berbentuk segitiga lipatan. Di bagian dorsal
ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium sinistrum et dekstrum).
Untuk memfiksasi uterus, ligamentum latum ini tidak banyak artinya.
5. Ligamntum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba
Falloppii berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.

15
Disamping ligamentum tersebut di atas ditemukan pada sudut kiri dan
kanan belakang fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan yang
menahan ovarium. Ligamentum ovarii ini embriologis berasal dari gubernakulum;
jadi sebenarnya asalnya seperti ligamentum rotundum yang juga embriologis
berasal dari gubernakulum.4
Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul
dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan
vagina, sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120o-130o
dengan serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio
(korpus uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan
pengobatan.8
Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam
pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1:2, sedangkan pada wanita
dewasa 2:1.8
Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke
dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium,
dan endometrium.8

Gambar 7. Tampak organa genitaloa interna wanita pada potongan coronal9

16
Uterus diberi darah oleh arteri uterina kiri dan kanan yang terdiri atas
ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh darah ini berasal dari arteri iliaca
interna (disebut juga arteri hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum
masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm diatas forniks lateralis
vagina. 4
Pembuluh darah lain yang memberi darah ke uterus adalah arteri ovarika
kiri dan kanan. Arteri ini berjalan dari lateral dinding pelvis, melalui ligamentum
infundibulo-pelvikum mengikuti tuba fallopii, beranastomosis dengan ramus
asendens arteri uterina disebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Berrsam-sama
arteri-arteri tersebut diatas terdapat vena yang kembali melalui pleksus vena ke
vena hipogastrika. 4
Fisiologi Kehamilan
Fertilisasi terjadi pada tuba fallopi dalam 24-48 jam setelah ovulasi. Fase
inisial dari perkembangan hasil konsepsi dari fertilisasi ovum (zygot) menjadi
sebuah massa 12 sampai 16 sel (morula), kemudian membentuk embrio, yang
dibungkus oleh nonadhesive protective coating yang kenal sebagai zona pellusida,
dan melewati tuba fallopi. Morula memasuki cavum uteri 2-3 hari setelah
fertilisasi. Akan tampak sebuah fluid-filled inner cavity dengan massa sel yang
berubah dari morula ke blastokista dan disertai diferensiasi seluler. Permukaan
luar sel akan menjadi trofoblas (yang akan berubah menjadi struktur
ekstraembrionik, termasuk plasenta), dan inner cell akan menjadi embrio. 10
Implantasi terjadi sekitar 6 atau 7 hari setelah fertilisasi. Implantasi ini
terdiri dari 3 fase. Adhesi blastokista ke dinding uterus, disebut apposition, dan ini
masih tidak utuh. Mikrovili pada permukaan apikal dari sinsitiotrofoblas
memasuki dengan adanya mikroprotrusi permukaan apikal dari epitel uterus, yang
dikenal sebagai pinopodes. 10
Apposition, dan sebagai hasil dari implantasi, terjadi paling sering pada
dinding atas posterior dari uterus. Pada fase selanjutnya, terjadi adhesi yang utuh,
ditandai dengan peningkatan interaksi fisik antara blastokista dan epitel uterus.
Secara singkat, invasi dimulai, dan sinsitiotrofoblas melakukan penetrasi pada
epitel uterus. 10

17
Pada hari ke 10 setelah konsepsi, blastokista secara utuh tertanam dalam
jaringan stromal dari uterus, epitel uterus telah tumbuh kembali untuk menutupi
daerah implantasi, dan sitotrofoblas keluar dari lapisan trofoblas. Saat itu
sitotrofoblas memasuki endometrium dan lapisan ketiga myometrium (suatu
proses yang dinamakan interstitial invasion). Pada proses berikutnya yang mana
merupakan pembentukan sirkulasi uteroplasenta, menempatkan trofoblas yang
langsung berhubungan dengan darah maternal. 10

Gambar 8. Menunjukkan apposition dan adhesi dari blastokista yang mana terjadi fase
preimplantasi dari blastokista (sekitar 6-7 hari setelah fertilisasi). 10

Gambar 9. Menunjukkan suatu invasi dari blastokista (sekitar 9-10 hari setelah fertilisasi) dan
proses ini dibutuhkan dalam invasi trofoblas. 10

18
Gambar 10. Menunjukkan implantasi embrio (sekitar 14 hari setelah fertilisasi) dan proses ini
dibutuhkan untuk mempertahankan hasil konsepsi pada kehamilan dini. 10

Keberhasilan implantasi merupakan hasil akhir dari interaksi molekular


secara kompleks antara uterus dan blastokista. Signal multipel secara terjadi
secara sinkron dengan perkembangan blastokista dan persiapan uterus. Dari
berbagai aspek proses sikronisasi, pengaturan dari hormon steroid merupakan hal
yang paling penting untuk diketahui. Implantasi membutuhkan peningkatan
preovulatori pada sekresi estradiol-17 b, yang menstimulasi proliferasi dan
diferensiasi dari sel epitel uterus. Produksi progesteron yang terus-menerus oleh
korpus luteum menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel stromal. 10
Tabel 2. Faktor yang berhubungan dengan implantasi dan pertahanan dalam kehamilah

19
B. Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian
desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan, meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. 8
Pada kehamilan 8-14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin
yang cacat namun palsenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin
sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum
uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada
kehamilan 14-22 minggu, janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan
keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih
tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. 8

VI. DIAGNOSIS
Perdarahan merupakan gejala yang paling awal muncul, dan diikuti
dengan rasa kram dan nyeri pada perut beberapa saat kemudian. Nyeri tersebut
dapat berupa kram yang ritmik pada perut anterior yang disertai dengan perasaan
tertekan pada pelvik atau terasa sebagai nyeri tumpul di midline, dan rasa tidak
nyaman pada regio suprapubik. Darimanapun asal nyeri tersebut, kombinasi dari
perdarahan dan nyeri memberikan prognosis yang buruk untuk kelangsungan
kehamilan. 3
Diagnosis dari kantong gestational yang kosong hanya dapat terjadi ketika
diameter dari kantong gestational >20 mm, dan crown–rump length harus lebih

20
sama dengan 6 mm sebelum dapat dikatakan terjadi penghentian aktivitas jantung
janin. 6

Gambar 11. Hasil USG dengan kantong gestasi yang kosong dan kantong gestasi yang terisi oleh
janin sehingga dapat diukur crown-rump length6

Penemuan dalam ultrasonografi tidak menjadi temuan diagnostik secara


signifikan pada beberapa wanita dengan kegagalan kehamilan dini, beberapa unit
pelayanan saat ini juga mengembangkan teknik biokemikal sebagai parameter
yang digunakan dalam memberikan prediksi tentang kehamilan. 6

VII. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan World Health Organization terdapat beberapa cara dalam
yang digunakan dalam abortus:
a. Metode yang direkomendasikan saat ini dalam menangani abortus pada
trimester pertama adalah:
 Aspirasi vakum manual atau elektrik, untuk usia kehamilan hingga
12-14 minggu
 Metode abortus medis, khususnya, mifepristone oral diikuti
misoprostol single dose, untuk usia kehamilan hingga 9 minggu
(63 hari)
 Metode abortus medis untuk usia kehamilan lebih dari 9 minggu
(63 hari) diberikan oral mifepristone diikuti misoprostol dosis
berulang

21
 Ketika mifepristone tidak memungkinkan untuk diberikan,
misoprostol tunggal diberikan dalam dosis berulang
b. Dilatasi dan kuretase merupakan metode utama pada abortus dengan
operatif dan harus digantikan dengan aspirasi vakum dan atau metode
medis
c. Untuk kehamilan lebih dari 12-14 minggu, metode yang digunakan adalah:
 Dilatasi dan evakuasi (D&E), menggunakan aspirasi vakum dan
forseps
 Mifepristone diikuti dengan dosis berulang misoprostol
 Ketika mifepristone tidak memungkinkan untuk digunakan dapat
menggunakan misoprostol dalam dosis berulang
d. Persiapan serviks sebelum abortus secara operatif direkomendasikan untuk
semua wanita dengan kehamilan lebih 12-14 minggu, walaupun
penggunaannnya dapat diterapkan pada seluruh usia kehamilan.
Misoprostol 400 μg pervaginal 3-4 jam atau 2-3 jam sublingual sebelum
tindakan. alternatif lain yaitu 200 mg mifepristone peroral 36 jam
sebelumnya.
e. Anestesi lokal, seperti lidokain dapat digunakan pada semua wanita ketika
ada rasa tidak nyaman dimana membutuhkan dilatasi serviks untuk abortus
operatif. 1
Kematian embriofetal saat ini mudah untuk diverifikasi dengan teknologi
ultrasonografi, sehingga manajemen dapat segera dilakukan secara individual.
Terdapat pilihan terapi berupa farmakologi atau operatif. Tindakan operasi
merupakan tindakan definitif dan bersifat invasif sehingga tidak diperlukan pada
semua wanita. Penanganan secara farmakologi mungkin dapat menghindari
keharusan kuretase tetapi berkaitan dengan perdarahan yang tidak dapat
diperkirakan, dan beberapa wanita akan menjalani operasi yang tidak dijadwalkan
sebelumnya. 3
Dari beberapa penelitian dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
a. Keberhasilan bergantung pada jenis atau tipe abortus yang terjadi

22
b. Pada abortus inkomplit spontan, penanganan secara menunggu menjadikan
abortus menjadi komplit pada beberapa kasus
c. Untuk missed abortion, tanpa penjelasan lebih lanjut, PGE1 yang
diberikan intravagina atau peroral efektif pada sekitar 85% kasus untuk
menyebabkan abortus menjadi komplit dalam 7 hari
d. Kuretase adalah resolusi cepat yang hampir 100% berhasil dalam
menuntaskan kegagalan kehamilan dini. 3
Tabel 3. Teknik abortus3

23
Tabel 4. Perbandingan dengan Abortus medisinalis dengan abortus bedah3

A. Farmakologi
. Terdapat terapi untuk abortus yang telah menjalani penelitian dan telah
digunakan antiprogesteron mifepristone dan prostaglandin misoprostol. Agen ini
menyebabkan abortus dengan cara meningkatkan kontraksi uterus disamping
menginhibisi progesteron dalam menghambat kontraktilitas uterus yang
merupakan mekanisme kerja mifepristone atau dengan menstimulasi miometrium
secara langsung yang merupakan mekanisme kerja dari misoprostol. Mifepristone
menyebabkan kolagen serviks berdegenerasi, yang mungkin akibat peningkatan
ekspresi matriks metalloproteinase-2. 3
Mifepristone memblok reseptor progesteron. Sebagai hasilnya, terjadi
influks leukosit dan eritrosit ke lapisan desidua yang diikuti oleh pelepasan
prodtaglandin dan sitokin. Ditambah dengan adanya analog sintetik prostaglandin
E1 yang menyebabkan kontraksi yang kuat, yang diakibatkan oleh kekurangan
progesteron. Proses ini pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya abortus
spontan. 6 Karena misoprostol dapat menurunkan aktivitas glukokortikoid wanita
dengan penyakit adrenal atau gangguan glukokortikoid didapat maka terapi tidak
boleh diberikan. 3
Tabel 5. Macam regimen yang digunakan dalam terminasi kehamilan3

24
B. Tindakan Invasif
Berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists (2005),
pasien dengan terapi medis dan memenuhi syarat untuk melakukan operasi
terpilih jika wanita tersebut dengan usia kehamilan <49 hari berdasarkan
perhitungan menstruasi. Evakuasi secara operasi dibutuhkan dalam
penatalaksanaan jika terdapat perdarahan hebat. Ketidakstabilan tanda vital atau
terjadi infeksi jaringan. 6 Kehamilan dapat diakhiri secara bedah melalui serviks
yang dibuka atau transabdominal dengan histerotomi atau histerektomi. 3
1. Dilatasi dan Kuretase (D&C)
Jika evakuasi secara bedah akan digunakna, kuretase merupakan salah satu
metode dengan sedikit komplikasi. Komplikasi serius termasuk perforasi uterus,
adhesi intrauterin dan perdarahan harus dimasukkan dalam informasi ke semua
pasien. 6
Pendekatan transservikal pada abortus dengan tindakan bedah
mensyaratkan bahwa serviks mula-mula harus dibuka (dilatasi) dan kemudian
kehamilan dievakuasi dengan mengerok keluar secara mekanis (kuretase tajam).
Aspirasi vakum, merupakan bentuk tersering kuretase hisap, memerlukan kanula
kaku yang dihubungkan ke tabung suntik (syringe) sebagai sumber vakumnya.3

25
Kemungkinan penyulit meningkat setelah trimester pertama. Penyulit-
penyulit ini mencakup perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, pengeluaran
janin tak lengkap, plasenta tak lengkap dan infeksi. Karena itu kuretase tajam atau
hisap sebaiknya dilakukan sebelum 14-15 minggu. 3
Setelah pemeriksaan bimanual dilakukan untuk menentukan ukuran dan
orientasi uterus, dilakukan pemasangan spekulum, dan serviks diusap dengan
larutan antiseptik. Bibir serviks dijepit dengan tenakulum bergigi. Anestesi lokal
misalnya 5 ml lidokain 1-2%, dapat disuntikkan di arah jam 4 dan 8 pangkal
serviks. Jika diperlukan serviks dapat diperlebar kembali dengan dilator Hegar,
Hank, atau Pratt sampai kanula penghisap dengan garis tengah yang sesuai dapat
dimasukkan. Jari tangan keempat dan kelima dari tangan yang memasukkan
dilator harus bertumpu pada perineum dan bokong sewaktu dilator didorong
melalui ostium internum. 3

Gambar 12. Pemasangan dilator Hegar3

Cara ini memperkecil dilatasi paksa dan merupakan pengamanan terhadap


perforasi uterus. Pemasangan sonde uterus mengukur kedalaman dan arah rongga
uterus sebelum insersi kanula. Kanula penghisap didorong ke arah fundus dan
kemudian ditarik ke arah ostium dan diputar secara berkeliling untuk mencakup
keseluruhan permukaan rongga uterus. 3

26
Gambar 13. Pemasangan kanula penghisap3

Jika tidak ada lagi jaringan yang terhisap maka dilakukan kuretase tajam
secara hati-hati untuk membersihkan semua potongan jaringan janin atau plasenta
yang tersisa. 3

Gambar 14. Penggunaan kuret tajam3

2. Dilatasi dan Evakuasi (D&E)


Mulai 16 minggu, ukuran dan struktur janin menentukan pemakaian teknik
ini. Dilatasi serviks yang dicapai dengan dilator logam atau higroskopik,
mendahului destruksi mekanis dan evakuasi bagian-bagian janin. Setelah janin
keluar maka plasenta dan jaringan yang tersisa dikeluarkan dengan kuret vakum
berdiameter besar. 3
3. Dilatasi dan Ekstraksi (D&X)
Ini serupa dengan dilatasi dan evakuasi kecuali bahwa evakuasi hisap isi
intrakranium setelah melahirkan tubuh janin melalui serviks yang telah membuka
membantu ekstraksi dan memperkecil kemungkinan cedera uterus atau serviks
akibat instrumen atau tulang janin. Dalam istilah lain tindakan ini disebut partial
birth abortion. Trauma akibat dilatasi mekanis dapat dikurangi dengan
menggunakan alat yag secara perlahan membuka serviks. Alat ini yang disebut

27
dilator higroskopik (laminaria), menyerap air dari jaringan serviks dan
mengembang, secara perlahan membuka serviks. 3

Gambar 15. Pemasangan Laminaria untuk diltasi serviks 3


Salah satu alternatif untuk dilatasi serviks adalah pemberian prostaglandin
di forniks posterior vagina untuk membantu membantu dilatasi selamjutnya. 3

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Jika
terjadi perdarahan pada usia kehamilan muda maka patut dipikirkan adanya
abortus, kehamilan ektopik, atau mola hidatidosa. 4
A. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Pada
kehamilan ektopik penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala kehamilan
muda, dan mungkin merasa sedikit nyeri di perut bagian bawah yang tidak terlalu
dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal didapatkan uterus membesar dan lembek
walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. selain itu dapat dilakukan
usaha menggerakkan serviks uteri yang menimbulkan nyeri yang disebut nyeri
goyang serviks (+) atau slinger pain. Demikian pula kavum douglasi menonjol
dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh darah.4
Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada
tuba tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda yang

28
khas yaitu timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian diikuti dengan syok
atau pingsan. Ini adalah tanda khas terjadinya kehamilan ektopik terganggu. 4
Pada kehamilan ektopik terganggu nyeri adalah keluhan utama. Rasa nyeri
mula-mula terdapat pada satu sisi tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga
perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah
dalam rongga perut dapat merangsang diafragma sehingga menyebabkan nyeri
bahu dan bila membentuk hematokel retrouterina menyebabkan defekasi yang
nyeri. 4
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada KET. Hal ini
menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan
desidua. Perdarahan biasanya berwana coklat tua bila berasal dari uterus. 4
Pada USG didapatkan gambaran uterus yang tidak memiliki kantong
gestasi dan gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah berada diluar uterus.
Apabila sudah terganggu (ruptur) maka kantong gestasi sudah tidak jelas tetapi
akan didapatkan massa hiperekoik yang tidak beraturan , tidak berbatas tegas, dan
disekitarnya didapatkan gambaran cairan bebas (gambaran darah intraabdominal).
Bila tidak tersedia fasilitas USG dapat dilakukan pemeriksaan pungsi kavum
Douglasi (kuldosentesis). 4

B. Mola Hidatidosa
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik mola hidatidosa
mudah dikenali yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2
cm. Secara histopatologi yang khas dari mola hidatidosa adalah edema stroma vili,
tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel
trofoblas. 4
Pada awalnya gejala mola hidatidosa sama pada gejala awal kehamilan
namun kemudian perkembangannya lebih pesat, sehingga didapatkan besar uterus
lebih besar dari usia kehamilan. 4

29
Perdarahan merupakan gejala utama mola hidatidosa yang biasa terjadi
pada bulan pertama sampai ke tujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat
perdarahan bisa intermitten sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga
menyebabkan syok atau kematian. Mola biasanya disertai dengan preeklampsia
hanya perbedaannya preeklampsia pada mola terjadi pada kehamilan lebih muda
dari pada kehamilan biasa. Pada USG didapatkan gambaran yang khas yaitu
berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey
comb). 4
Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik
sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion,
abortus inkomplit, atau mioma uteri. 4

IX. KESIMPULAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan <20
minggu dan atau berat janin <500 gram. Berdasarkan mekanisme terjadinya
abortus dibedakan menjadi 2 yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan jika tidak ada usaha yang dilakukan dalam proses pengeluaran
hasil konsepsi. Berdasarkan derajatnya abortus spontan ini terbagi menjadi
abortus iminens, insipiens, inkomplit, komplit, dan missed abortion. Sedangkan
dikatakan abortus provokatus jika yang terjadi secara sengaja dilakukan. Abortus
provokatus ini dibagi menjadi 2 yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus
provokatus kriminalis.
Terdapat beberapa etiologi yang dapat menyebabkan kejadian abortus
yang dibagi dalam 3 faktor yaitu faktor janin, faktor ibu, dan faktor ayah. Dari
faktor janin sendiri dapat terjadi akibat adanya anomali kromosom dan trombofilia
herediter yang termasuk didalamnya adalah adanya mutasi gen yang mengatur
koagulasi. Dari faktor ibu dapat terjadi jika ditemukan adanya infeksi, penyakit
endokrin (hipotiroid dan diabetes melitus), defisiensi progesteron, anomali
struktur uterus, gangguan imunologi, inkompeten serviks, atau pada penggunaan
obat-obatan.

30
Dapat dicurigai adanya abortus jika dari anamnesis biasa didapatkan
adanya perdarahan pervaginam yang diikuti dengan rasa kram dan nyeri pada
perut beberapa saat kemudian. Nyeri ini juga dapat dipersepsikan sebagai
perasaan tidak nyaman daerah suprapubik. Dari pemeriksaan USG dapat
ditemukan gambarang kantong gestasi yang kosong. Adapun diagnosis banding
pada perdarahan kehamilan muda selain abortus adalah kehamilan ektopik dan
mola hidatidosa.
Terdapat beberapa pilihan terapi dalam penatalaksanaan kasus abortus
yaitu dapat secara farmakologi dan operatif. Jenis obat yang saat ini sering
digunakan adalah mifepristone yang bekerja memblok reseptor progesteron dan
misoprostol yang bekerja dengan merangsang kontraksi uterus. Adapun terapi
operatif yang paling umum digunakan adalah kuretase.

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization.Safe Abortion: technical dan policy guidance
for health system, 2nd ed. WHO Library Cataloguing-in-Publication
Data.2012
2. Templeton,A dan David A. Grimes,DA. A Request for Abortion. New
England Journals of Medicine.2011
3. Cunningham,FG. Williams Obstetrics 23th ed. The mcgraw-Hill
Companies.2011
4. Wiknjosastro H. Kelainan Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007
5. Rivard,CI dkk. Absence of association of thrombophilia polymorphisms
With intrauterine growth restriction. New England Journals of
Medicine.2002
6. Edmonds,K. Dewhurst’s textbook of Obstetrics & gynaecology. Blackwell
Publishing.2007

31
7. Tanuwijaya,F. Abortion on Law and Moral Perpective in Indonesia.
Journal of Law, Policy and Globalization.2014
8. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2008.
9. Netter, F. Atlas Of Human Anatomy,5 th ed. The mcgraw-Hill
Companies.2007
10. Orwitz,ER dkk. Implantation And The Survival Of Early Pregnancy:
Mechanism of Disease. New England Journals of Medicine.2001

32

Anda mungkin juga menyukai