Anda di halaman 1dari 14

FONOLOGIS BAHASA MINANGKABAU DIALEK TABIANG TINGGI

KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA


(KAJIAN DIALEKTOLOGI)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)

RAYA SURATMAN
NPM 11080158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
FONOLOGIS BAHASA MINANGKABAU DIALEK TABIANG TINGGI
KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA
(KAJIAN DIALEKTOLOGI)

Raya Suratman1, Trisna Helda, M.Pd2, dan Suci Dwinitia, M.Pd3,


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2,3
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK
Dialek merupakan suatu ragam bahasa yang dapat dibedakan dengan tegas dan pada ragam
bahasa lain berdasarkan ciri-ciri penyebutan, kosakata, dan tata bahasa. Pembeda dialek itu terbagi atas
tiga macam yaitu unsur fonologis, usur morfologis, dan unsur leksikal. Pembeda unsur fonologis yaitu
unsur bahasa yang terdapat dalam bidang fonologis, yang mencakup tiga hal yaitu: (1) berdasarkan fonem
vokal, (2) berdasarkan fonem diftong, dan (3) berdasarkan fonem konsonan. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan bentuk dialek berdasarkan fonem Vokal, fonem Diftong, dan fonem
Konsonan dalam bahasa Minangkabau dialek Tabiang Tinggi Kecamatan Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif
analisis. Data dalam penelitian ini adalah unsur fonologis bahasa Minangkabau dialek Kenagarian
Tabiang Tinggi (KTT). Pengabsahan data dilakukan menggunakan teknik uraian rinci. Data
dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan diolah secara deskriptif dengan tahapan: (1)
mengklasifikasikan data berdasarkan bentuk ujaran dan pola dasarnya, (2) mendeskripsikan data
sesuai dengan konsep yang telah dirumuskan, (3) menganalisis data dengan menggunakan metode
dan teknik yang telah dirumuskan, dan (4) mencatat dan menyimpulkan hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan pembagian dialek berdasarkan unsur fonologis yang ditemukan
dalam bahasa Minangkabau dialek KTT adalah sebagai berikut: berdasarkan fonem vokal, antara lain:
vokal depan tinggi tak bundar yaitu /i/ dan /I/, vokal depan tengah tak bundar yaitu /e/ dan /ɛ /, vokal pusat
tengah tak bundar yaitu /α/, (d) vokal belakang tengah bundar yaitu /o/ dan /O/, vokal pusat rendah tak
bundar yaitu /a/, dan vokal belakang tinggu bundar yaitu /u/ dan /U/, berdasarkan fonem diftong,
antara lain: diftong naik, yaitu: (a) diftong /ai/, (b) diftong /au/, dan diftong turun antara lain: (a) diftong
/ia/, (b) diftong /ua/, dan (c) diftong /ui/; berdasarkan fonem konsonan, antara lain: (1) konsonan hambat,
antara lain: (a) hambat bilabial yaitu fonem /p/ dan /b/, (b) hambat lemino alveolar yaitu fonem /t/ dan /d/,
(c) hambat dorsovelar yaitu fonem /k/ dan /g/, (d) hambat glotal yaitu fonem /?/, (2) konsonan geseran,
antara lain: (a) geseran lamino alveolar yaitu fonem /s/ dan /z/, dan (b) geseran faringal yaitu fonem /h/, (3)
konsonan paduan, antara lain: (a) paduan lamino platal yaitu fonem /c/ dan /j/, (4) konsonan sengauan,
antara lain: (a) sengauan bilabial yaitu fonem /m/, (b) sengauan lamino alveolar yaitu fonem /n/, (c)
sengauan dorsovelar yaitu fonem /Ƞ/, (5) konsonan getaran, antara lain: (a) getaran lamino alveolar
yaitu fonem /r/, (6) konsonan sampingan, antara lain: (a) sampingan lamino alveolar yaitu fonem /l/,
(7) konsonan hampiran, antara lain: (a) hampiran bilabial yaitu fonem /w/, dan (b) hampiran lamino
platal yaitu fonem /y/.

Kata Kunci: Fonologis, Bahasa Minangkabau, dialek.


I. PENDAHULUAN
Bahasa dan penutur tidak dapat dipisahkan, karena tanpa bahasa manusia tidak dapat
berkomunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dan
mengidentifikasi diri antar anggota masyarakat. Bahasa merupakan wujud dari pikiran dan perasaan.
Melalui bahasa, pikiran dan perasaan yang ada pada setiap anggota masyarakat dapat tersampaikan kepada
anggota masyarakat lainnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan alat utama dalam
berkomunikasi.Bahasa yang digunakan oleh masyarakat memiliki keberagaman, baik itu bahasa daerah
maupun bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi di
dalam masyarakat pemakai bahasa itu sendiri. Fakor-faktor itu seperti pendidikan, agama, bidang kegiatan,
profesi, dan budaya. Berdasarkan faktor tersebut, maka bahasa menjadi beragam, salah satunya adalah
ragam bahasa yang bersifat perseorangan atau bisa disebut dengan dialek.
Dialek merupakan suatu ragam bahasa yang dapat dibedakan dengan tegas dari pada ragam
bahasa lain berdasarkan ciri-ciri penyebutan, kosakata, dan tata bahasa. Ragam bahasa itu terdapat di
dalam daerah geografis tertentu dan di dalam suasana sosial tertentu. Ragam bahasa perseorangan atau
dialek ini sering ditemukan dalam pengucapan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan kultur budaya dan geografis dari suatu daerah.
Dharmasraya sebagai salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Barat juga memiliki ragam
dialek. Setiap daerah yang ada di Dharmasraya menggunakan bahasa Minangkabau dengan dialeknya
yang khas antara yang satu dengan lainnya. Salah satunya yaitu daerah Kenagarian Tabiang Tinggi (KTT)
yang terletak di kecamatan Pulau Punjung. Kenagarian Tabiang Tinggi, pada selanjutnya hanya akan
disebut KTT, memiliki ragam dialek yang berbeda dengan kenagarian lainnya yang ada di kabupaten
Dharmasraya khususnya di kecamatan Pulau Punjung. Dengan demikian, dialek Minangkabau KTT
memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan dialek Minangkabau lainnya. Perbedaan antara
dialek ini dapat dilihat dari tiga unsur yaitu: (1) unsur fonologis, (2) unsur morfologis, dan (3) unsur
leksikal. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dibatasai pada unsur fonologis. Unsur fonologis yaitu
pembagian dialek berdasarkan fonem vokal, dialek berdasarkan fonem diftong, dan dialek berdasarkan
fonem konsonan.

II. METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2011:54), metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Dalam hal ini, digambarkan secara sistematis,
faktual, dan akurat tentang fonologis bahasa Minangkabau dialek KTT dilihat dari pembagian fonem
vokal, fonem diftong, dan fonem konsonan.

III.HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berjumlah 201 kata. Data ini dikumpulkan
dengan menggunakan teknik pancing dengan cara memancing informan untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan yang berhubungan dengan data yang dikumpulkan. Data yang diperoleh
dapat dipaparkan sebagai berikut: berdasarkan fonem vokal, antara lain: (a) vokal depan tinggi tak
bundar yaitu /i/ dan /I/, terdapat pada 81 data, (b) vokal depan tengah tak bundar yaitu /e/ dan /ɛ /,
terdapat pada 30 data, (c) vokal pusat tengah tak bundar yaitu /α/, terdapat pada 81 data, (d) vokal
belakang tengah bundar yaitu /o/ dan /O/, terdapat pada 58 data, (e) vokal pusat rendah tak bundar yaitu
/a/, terdapat pada 88 data, dan (f) vokal belakang tinggu bundar yaitu /u/ dan /U/, terdapat pada 72
data; berdasarkan fonem diftong, antara lain: diftong naik, yaitu: (a) diftong /ai/, terdapat pada 8 data,
(b) diftong /au/, terdapat pada 2 data, dan diftong turun antara lain: (a) diftong /ia/, terdapat pada 18
data, (b) diftong /ua/, terdapat pada 12 data, dan (c) diftong /ui/, terdapat pada 2 data; berdasarkan fonem
konsonan, antara lain: (1) konsonan hambat, yaitu: (a) hambat bilabial yaitu fonem /p/ dan /b/, terdapat
pada 72 data, (b) hambat lemino alveolar yaitu fonem /t/ dan /d/, terdapat pada 70 data, (c) hambat
dorsovelar yaitu fonem /k/ dan /g/, terdapat pada 56, (d) hambat glotal yaitu fonem /?/, terdapat pada 48
data, (2) konsonan geseran, antara lain: (a) geseran lamino alveolar yaitu fonem /s/ dan /z/, terdapat pada
32 data, dan (b) geseran faringal yaitu fonem /h/, terdapat pada 7 data, (3) konsonan paduan, antara lain:
(a) paduan lamino platal yaitu fonem /c/ dan /j/, terdapat pada 17 data, (4) konsonan sengauan, antara lain:
(a) sengauan bilabial yaitu fonem /m/, terdapat pada 45 data, (b) sengauan lamino alveolar yaitu fonem /n/,
70 data, dan (c) sengauan dorsovelar yaitu fonem /Ƞ/, terdapat pada 35 data, (5) konsonan getaran,
antara lain: (a) getaran lamino alveolar yaitu fonem /r/, terdapat pada 21 data, (6) konsonan
sampingan, antara lain: (a) sampingan lamino alveolar yaitu fonem /l/, terdapat pada 40 data, (7)
konsonan hampiran, antara lain: (a) hampiran bilabial yaitu fonem /w/, terdapat pada 15 data, dan (b)
hampiran lamino platal yaitu fonem /y/ terdapat pada 13 data.
B. Analisis Data
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data, maka data tersebut
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang diperoleh berdasarkan fonem vokal akan
dianalisis sesuai dengan teori yang merujuk pada hasil penelitian.
1. Fonem Vokal bahasa Minangkabau dialek KTT
a. Vokal depan tinggi tak bundar yaitu fonem vokal /i/, dan/I/.
Pada transkripsi fonetis vokal /i/ dibagi menjadi fonetis [i], dan [I]. Fonetis [i] ciri-
cirinya: tinggi, depan, tak bulat, contohnya [bila] dari kata ‘bila’. Sedangkan [I] ciri-cirinya: agak
tinggi, tak bulat, contohnya [adI?] dari kata ‘adik’. Dari hasil pengengumpulan data yang
dilakukan pada penelitian ini, terdapat fonetis [i], dan [I], antara lain:
1) Uni
Pada data 5, Kakak perempuan dalam bahasa Indonesia disebut ‘uni’ dilafalkan dalam bahasa
Minangkabau dialek KTT menjadi ‘uni’. Pada kata ‘uni’ pelafalan vokal /i/ menggunakan fonetis
[i] yaitu [uni] dari kata ‘uni’.
2) Adiak
Pada data 11, orang yang lebih kecil dari kita dalam bahasa Indonesia disebut ‘adik’ dilafalkan
dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘adiak’. Pada kata ‘uni’ pelafalan vokal
/i/menggunakan fonetis [i] yaitu [adiɑ ?] dari kata ‘adiak’.
b. Vokal depan tengah tak bundar yaitu fonem vokal /e/,dan /E/
Pada transkripsi fonetis vokal /e/ dibagi menjadi fonetis [e], [ɛ ] dan [ə]. Fonetis [e] ciri-
cirinya: tengah, depan, tak bulat, contohnya [ide] dari kata ‘ide’. Sedangkan [ɛ ] ciri-cirinya: agak
rendah, depan, tak bulat, contohnya [nɛ nɛ ?] dari kata ‘nenek’,dan [ə] ciri-cirinya: tengah, pusat,
tak bulat, contohnya [əmas] dari kata ‘emas. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini, terdapat fonetis [e], [ɛ ] dan [ə], antara lain:
1) Gayek
Pada data 8, orangtua laki-lakidari ibu dalam bahasa Indonesia disebut ‘kakek’ dilafalkan dalam
bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘gayek’. Pada kata ‘gayek’ pelafalan vokal /e/
menggunakan fonetis [e] yaitu [gaye?] dari kata ‘gayek’.
2) Pak etek
Pada data 14, adik laki-laki dari ayah dalam bahasa Indonesia disebut ‘pak etek’ dilafalkan dalam
bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘pak etek’. Pada kata ‘pak etek’ pelafalan vokal /e/
menggunakan fonetis [e] yaitu [pa? ete?] dari kata ‘pak etek’.
c. Fonem pusat tengah tak bundar yaitu fonem vokal /α/
Pada transkripsi fonetis vokal /α/ciri-cirinya: pusat, tengah, tak bundar, contohnya [Allαh]
dari kata ‘Allah’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat
fonetis [α], antara lain:
1. Apak
Pada data 2, Suami orang yang melahirkan kita dalam bahasa Indonesia disebut ‘ayah’ dilafalkan
dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘apak’. Pada kata ‘apak’ pelafalan vokal /a/
menggunakan fonetis [α] yaitu [apα?] dari kata ‘apak’.
2. Mamak
Pada data 3, Adik atau kakak laki-laki dari ibu dalam bahasa Indonesia disebut ‘paman’ dilafalkan
dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘mamak’. Pada kata ‘mamak’ pelafalan vokal /a/
menggunakan fonetis [α] yaitu [mαma?] dari kata ‘mamak’.
d. Vokal belakang tengah bundar yaitu fonem vokal /o/
Pada transkripsi fonetis vokal /o/ dibagi menjadi fonetis [o], dan [O]. Fonetis [o] ciri-
cirinya: tengah, belakang, bulat, contohnya [toko] dari kata ‘toko’. Sedangkan [O] ciri-cirinya:
agak rendah, belakang, bulat, contohnya [tOkOh] dari kata ‘tokoh’. Dari hasil pengengumpulan
data yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat fonetis [o], dan [O], antara lain:
1) Pak tuo
Pada data 12, kakak laki-laki dari ayah dalam bahasa Indonesia disebut ‘pak tuo’ dilafalkan dalam
bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘pak tuo’. Pada kata ‘pak tuo’ pelafalan vokal /o/
menggunakan fonetis [O] yaitu [pa? tuwO] dari kata ‘pak tuo’
2) Mak tuo
Pada data 13, kakak perempuan dari ayah dalam bahasa Indonesia disebut ‘mak tuo’ dilafalkan
dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘mak tuo’. Pada kata ‘mak tuo’ pelafalan vokal
/o/ menggunakan fonetis [O] yaitu [ma? tuwO] dari kata ‘mak tuo’
e. Vokal pusat rendah tak bundar yaitu fonem vokal /a/
Pada transkripsi fonetis vokal /a/ dibagi menjadi fonetis [a] dan [α]. Fonetis [a] ciri-
cirinya: rendah, depan, tak bulat, contohnya [cari] dari kata ‘cari’. Sedangkan [α] ciri-cirinya:
rendah, belakang, bulat, contohnya [Allαh] dari kata ‘Allah’. Dari hasil pengengumpulan data
yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat fonetis [a] dan [α], antara lain:
1. Amak
Pada data 1, orang yang melahirkan kita dalam bahasa Indonesia disebut ‘ibu’ dilafalkan dalam
bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘amak’. Pada kata ‘amak’ pelafalan vokal /a/
menggunakan fonetis [a] yaitu [ama?] dari kata ‘amak’.
2. Padi
Pada data 85, ‘padi’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘padi’. Pada kata
‘padi’ pelafalan vokal /a/ menggunakan fonetis [a] yaitu [padi] dari kata ‘padi’.
f. Vokal belakang tinggi bundar yaitu fonem vokal /u/
Pada transkripsi fonetis vokal /u/ dibagi menjadi fonetis [u], dan [U]. Fonetis [u] ciri-
cirinya: tinggi, belakang, bulat, contohnya [buku] dari kata ‘buku’. Sedangkan [U] ciri-cirinya:
agak tinggi, belakang, bulat, contohnya [batU?] dari kata ‘batuk’. Dari hasil pengengumpulan data
yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat fonetis [u], dan [U], antara lain:
1) Cucuang
Pada data 18, ‘anak dari anak’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi
‘cucuang’. Pada kata ‘cucuang’ pelafalan vokal /u/ menggunakan fonetis [u] yaitu [cucuaη] dari
kata ‘cucuang’.
2) Jawuah
Pada data 18, ‘jauh’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘jawuah’. Pada
kata ‘jawuah’ pelafalan vokal /u/ menggunakan fonetis [u] yaitu [jawuɑ h] dari kata ‘jawuah’.
2. Fonem diftong bahasa minangkabau dialek KTT
a. Fonem Diftong Naik
a) Fonem Diftong /ai/
1) Sowai
Pada data 56, ‘serai’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘sowai’. Pada
kata ‘sowai’ pelafalan diftong /ai/, penulisan fonetisnya yaitu [sowaiy] dari kata ‘sowai’.
2) Galamai
Pada data 112, ‘galamai’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘galamai’.
Pada kata ‘galamai’ pelafalan diftong /ai/, penulisan fonetisnya yaitu [galamai] dari kata ‘galamai’.
b) Fonem Diftong /au/
1) Satukau
Pada data 59, ‘pepaya’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘satukau’. Pada
kata ‘satukau’ pelafalan diftong /au/, penulisan fonetisnya yaitu [satukau] dari kata ‘satukau’.
2) Kalilawau
Pada data 104, ‘kelelawar’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi
‘kalilawau’. Pada kata ‘kalilawau’ pelafalan diftong /au/, penulisan fonetisnya yaitu [kαlilαwαu]
dari kata ‘kalilawau’.
b. Diftong turun
a) Fonem Diftong /ia/
1) Niniak
Pada data 7, ‘nenek’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘niniak’. Pada
kata ‘niniak’ pelafalan diftong /ia/, penulisan fonetisnya yaitu [niniɑ ?] dari kata ‘niniak’.
2) Adiak
Pada data 10, ‘adiak’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘adiak’. Pada
kata ‘adiak’ pelafalan diftong /ia/, penulisan fonetisnya yaitu [adiɑ ?] dari kata ‘adiak’.
b) Fonem Diftong /ua/
1) Nyamuak
Pada data 94, ‘nyamuk’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘nyamuak’.
Pada kata ‘nyamuak’ pelafalan diftong /ua/, penulisan fonetisnya yaitu [nyama?] dari kata
‘nyamuak’.
2) Galobuak
Pada data 113, ‘onde-onde’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi
‘galobuak’. Pada kata ‘galobuak’ pelafalan diftong /ua/, penulisan fonetisnya yaitu [galobua?] dari
kata ‘galobuak’.
c. Fonem Diftong /ui/
1) Cipuik
Pada data 89, ‘siput’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘cipuik’. Pada
kata ‘cipuik’ pelafalan diftong /ui/, penulisan fonetisnya yaitu [cipui?] dari kata ‘cipuik’.
2) Tapai sapuluik
Pada data 111, ‘tapai pulut’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘tapai
sapuluik’. Pada kata ‘tapai sapuluik’ pelafalan diftong /ui/, penulisan fonetisnya yaitu [tapay
sapuluwi?] dari kata ‘tapai sapuluik’.
3. Fonem konsonan bahasa Minangkabau dialek KTT
1. Konsonan Hambat
a. Fonem Konsonan bilabial /b/, dan /p/.
a) Fonem Konsonan /b/
Pada transkripsi fonetis konsonan /b/ ciri-cirinya: hidup, oral, bilabial, plosif, contohnya
[baru] dari kata ‘baru’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [b] antara lain:
1) Ambo
Pada data 17, diri sendiri dalam bahasa Indonesia disebut ‘saya’ dilafalkan dalam bahasa
Minangkabau dialek KTT menjadi ‘ambo’. Pada kata ‘ambo’ pelafalan konsonan /b/ menggunakan
fonetis [b] yaitu [αmbO] dari kata ‘ambo’.
2) Bonaw
Pada data 22, ‘benar’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘bonaw’. Pada
kata ‘bonaw’ pelafalan konsonan /b/ menggunakan fonetis [b] yaitu [bonaw] dari kata ‘bonaw’.
b) Fonem Konsonan /p/
Pada transkripsi fonetis konsonan /p/ ciri-cirinnya,hidup, oral, bilabial, plosif, contohnya
[paku] dari kata ‘paku’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [p] antara lain:
1) Pokat
Pada data 73,‘alpukat’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘pokat’. Pada
kata ‘pokat’ pelafalan konsonan /p/ menggunakan fonetis [p] yaitu [pokat] dari kata ‘pokat’.
2) Potai
Pada data 82,‘petai’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘potai’. Pada kata
‘potai’ pelafalan konsonan /p/ menggunakan fonetis [p] yaitu [potaiy] dari kata ‘potai’.
b. Konsonan lamino-alfeolar /d/, dan /t/.
a) Fonem Konsonan /d/
Pada transkripsi fonetis konsonan /d/ ciri-cirinya: hidup, oral, apiko-dental, plosif,
contohnya [dari] dari kata ‘dari’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian
ini, terdapat fonetis [d] antara lain:
1) Dingin

Pada data 42,‘dingin’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘dingin’. Pada
kata ‘dingin’ pelafalan konsonan /d/ menggunakan fonetis [d] yaitu [diȠin] dari kata ‘dingin’.
2) Duyian
Pada data 69,‘durian’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘duyian’. Pada
kata ‘duyian’ pelafalan konsonan /d/ menggunakan fonetis [d] yaitu [duyian] dari kata ‘duyian’.
b) Fonem Konsonan /t/
Pada transkripsi fonetis konsonan /t/ ciri-cirinnya, hidup, oral, bilabial, plosif, contohnya
[tidUr] dari kata ‘tidur’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [t] antara lain:
1) Katumbau
Pada data 51,‘ketumbar’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘katumbau’.
Pada kata ‘katumbau’ pelafalan konsonan /t/ menggunakan fonetis [t] yaitu [katumbauw] dari kata
‘katumbau’.
2) tantara
Pada data 135,‘tentara’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘tentara’. Pada
kata ‘tentara’ pelafalan konsonan /t/ menggunakan fonetis [t] yaitu [tentara] dari kata ‘tentara’.
c. Fonem Konsonan Dorsovelar /g/, dan /k/.
a) Fonem Konsonan /g/
Pada transkripsi fonetis konsonan /g/ ciri-cirinya: hidup, oral, velar, plosif, contohnya
[gali] dari kata ‘gali’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat
fonetis [g] antara lain:
1) Manggi
Pada data 67,‘manggis’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘manggi’.
Pada kata ‘manggi’ pelafalan konsonan /g/ menggunakan fonetis [g] yaitu [maȠgi] dari kata
‘manggi’.
2) Cigak
Pada data 91,‘monyet’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘cigak’. Pada
kata ‘cigak’ pelafalan konsonan /g/ menggunakan fonetis [g] yaitu [ciga?] dari kata ‘cigak’.
b) Fonem Konsonan /k/
Pada transkripsi fonetis konsonan /k/ ciri-cirinnya,mati, oral, velar, plosif contohnya
[kuku] dari kata ‘kuku’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [k] antara lain:
1) Miktan
Pada data 71, ‘rambutan’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘miktan’.
Pada kata ‘miktan’ pelafalan konsonan /k/ menggunakan fonetis [k] yaitu [rambutan] dari kata
‘miktan’.
d. Konsonan Hambat Glotal /?/
a) Fonem konsonan /?/
Pada transkripsi fonetis konsonan /?/ ciri-cirinnya, mati, oral, glotal,plosif, contohnya
[jara?] dari kata ‘jara?’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [?] antara lain:
2. Konsonan Geseran
a. Konsonan geseran labuiodental /f/, dan /v/
a) Fonem Konsonan /f/
Pada transkripsi fonetis konsonan /f/ ciri-cirinya: mati, oral, labio-dental, frikatif, contohnya [final]
dari kata ‘final’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat
fonetis [f] antara lain:
b. Konsonan Geseran lamino-alveolar /s/, dan /z/
a) Fonem konsonan /s/
Pada transkripsi fonetis konsonan /s/ ciri-cirinnya,mati, oral, apiko-alveolar, afokatif,
contohnya [satu] dari kata ‘satu’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian
ini, terdapat fonetis [s] antara lain:
1) Sowai
Pada data 56,‘serai’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘sowai’. Pada kata
‘sowai’ pelafalan konsonan /s/ menggunakan fonetis [s] yaitu [sowaiy] dari kata ‘sowai’.
b) Fonem Konsonan /z/
Pada transkripsi fonetis konsonan /z/ ciri-cirinnya, hidup, oral, apiko-alveolar,frikatif, contohnya
[zaman] dari kata ‘zaman’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [z] antara lain:
c. Konsonan Geseran dorsovelar /x/
a) Fonem Konsonan /x/
Pada transkripsi fonetis konsonan /x/ ciri-cirinnya, mati, oral, frikatif, contohnya [xas] dari kata
‘khas’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat fonetis [x]
antara lain:
d. Konsonan Geseran Faringal /h/
a) Fonem Konsonan /h/
Pada transkripsi fonetis konsonan /h/ ciri-cirinya: mati, oral, laringal, frikatif, contohnya
[tahan] dari kata ‘tahan’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [h] antara lain:
1) Teh mani
Pada data 118,‘teh manis’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘teh mani’.
Pada kata ‘teh mani’ pelafalan konsonan /h/ menggunakan fonetis [h] yaitu [teh mani] dari kata
‘teh mani’.
2. Konsonan Paduan
a. Konsonan Paduan lamino-palatal /c/, dan /j/
a) Fonem Konsonan /c/
Pada transkripsi fonetis konsonan /c/ ciri-cirinya: hidup, oral, lamino-palatal, afrikatif,
contohnya [ciri] dari kata ‘ciri’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian
ini, terdapat fonetis [c] antara lain:
1) Cucuaang
Pada data 18,‘anak dari anak’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi
‘cucuang’. Pada kata ‘cucuang’ pelafalan konsonan /c/ menggunakan fonetis [c] yaitu [cucuaη]
dari kata ‘cucuang’.
b) Fonem Konsonan /j/
Pada transkripsi fonetis konsonan /j/ ciri-cirinya: hudup,oral, lamino-palatal afrikatif,
contohnya [jara?] dari kata ‘jara?’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini, terdapat fonetis [j] antara lain:
1) Jawuah
Pada data 28,‘penghulu’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘jawuah’.
Pada kata ‘jawuah’ pelafalan konsonan /j/ menggunakan fonetis [j] yaitu [jawuɑ h] dari kata
‘jawuah’.
3. Konsonan Sengauan
a. Konsonan sengauan bilabial /m/
Pada transkripsi fonetis konsonan /m/ ciri-cirinnya, hidup, nasal, bilabial, contohnya
[makan] dari kata ‘makan’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [m] antara lain:
1) Nyamuak
Pada data 94,‘nyamuk’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘snyamuak’.
Pada kata ‘nyamuak’ pelafalan konsonan /m/ menggunakan fonetis [m] yaitu [nyamua?] dari kata
‘nyamuak’.
b. Konsonan sengauan lamini-alveolar /n/
Pada transkripsi fonetis konsonan /n/ ciri-cirinnya, hidup, nasal, apiko-dental, contohnya
[minta] dari kata ‘minta’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [n] antara lain:
1) Ingan
Pada data 33,‘ringan’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘ingan’. Pada
kata ‘ingan’ pelafalan konsonan /n/ menggunakan fonetis [n] yaitu [iȠan] dari kata ‘ingan’.
c. Konsonan sengauan lamino-palatal /ñ/
Pada transkripsi fonetis konsonan /ñ/ ciri-cirinnya, hidup, nasal,lamino-palatal, contohnya [ñala]
dari kata ‘nyala’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat
fonetis [ñ] antara lain:
d. Konsonan sengauan dorsoveolar /η/
Pada transkripsi fonetis konsonan /η/ ciri-cirinnya, mati, oral, glotal,plosif, contohnya [ηilu] dari
kata ‘ngilu’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat fonetis
[η] antara lain:
4. Konsonan Getaran
a. Konsonan Getaran Lamini-alveolar /r/
Pada transkripsi fonetis konsonan /r/ ciri-cirinnya, bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara
ditutup dan dibuka secara berulang-ulangsecara cepat, contohnya [getar] dari kata ‘getar’. Dari
hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, terdapat fonetis [s] antara lain:
5. Konsonan Sampingan
a. Konsonan sampingan lamini-alveolar /l/
Pada transkripsi fonetis konsonan /l/ ciri-cirinnya, hidup, oral, apiko-alveolar, trill
contohnya [lama] dari kata ‘lama’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini, terdapat fonetis [l] antara lain:
1) salak
Pada data 64,‘salak’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘salak’. Pada kata
‘salak’ pelafalan konsonan /k/ menggunakan fonetis [k] yaitu [sala?] dari kata ‘salak’.
6. Konsonan Hampiran
a. Konsonan Hampiran bilabial /w/
Pada transkripsi fonetis konsonan /w/ ciri-cirinnya, mati, oral, bilabial, plosif, contohnya
[waktu] dari kata ‘waktu’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [w] antara lain:
1) Nek wang
Pada data 19,‘mereka’ dilafalkan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘nekwang’.
Pada kata ‘nek wang’ pelafalan konsonan /w/ menggunakan fonetis [w] yaitu [ne? waη] dari kata
‘nek wang’.
b. Konsonan Hampiran lamino-palatal /y/
Pada transkripsi fonetis konsonan /y/ ciri-cirinnya, mati, oral, lamini-palatal, contohnya
[yatim] dari kata ‘yatim’. Dari hasil pengengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini,
terdapat fonetis [y] antara lain:
1) Gayek
Pada data 8, orang tua laki-lakidari ibu dalam bahasa Indonesia disebut ‘kakek’ dilafalkan dalam
bahasa Minangkabau dialek KTT menjadi ‘gayek’. Pada kata ‘gayek’ pelafalan konsinan /y/
menggunakan fonetis [y] yaitu [gaye?] dari kata ‘gayek’.
C. Pembahasan
Dialek merupakan suatu ragam bahasa yang dapat dibedakan dengan tegas dan pada ragam
bahasa lain berdasarkan ciri-ciri penyebutan, kosakata, dan tata bahasa. Ragam bahasa ini terdapat dalam
daerah geografis tertentu dan dalam suasana sosial tertentu. Sesuai dengan pendapat Sumarsono (2007:21)
bahwa dialek merupakan bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Sedangkan
Nadra dan Reniwati, (2009:2) berpendapat bahwa dialek adalah variasi atau perbedaan suatu bahasa, baik
secara gramatikal, leksikal, maupun secara fonologis.
Pembeda dialek itu terbagi atas tiga macam yaitu unsur fonologis, usur morfologis, dan unsur
leksikal. Pembeda unsur fonologis yaitu unsur bahasa yang terdapat dalam bidang fonologis, yang
mencakup tiga hal yaitu: (1) pembagian dialek berdasarkan fonem vokal, (2) pembagian dialek
berdasarkan fonem diftong, dan (3) pembagian dialek berdasarkan fonem konsonan. Pada proses
menganalisis pembeda unsur fonologis pada dialek juga dilakukan transkripsi dialek dalam bentuk tertulis
yang lebih dikenal dengan transkrip fonetis. Transkripsi fonetis merupakan perekaman bunyi dalam
bentuk lambang tulis. Lambang bunyi atau lambang fonetis yang dipakai adalah lambang bunyi yang
ditetapkan oleh The International Phonetic Alphabet yang disingkat IPA (Mansur Muklis, 2008:43-45).
Pertama, pembagian dialek berdasarkan fonem vokal. Klasifikasi vokal biasanya diberi nama
berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal dan horizontal. Secara vertikal
dibedakan adanya vokal tinggi, vokal tengah, vokal rendah, vokal pusat dan vokal belakang. Pada bahasa
Minangkabau dialek KTT ditemukan penggunaan fonem vokal sebagai berikut:
1. Vokal depan tinggi tak bundar yaitu /i/ dan /I/, misalnya pada [uni] dari kata ‘uni’ dan [bαlimbIaη]
dari kata ‘Balimbiang’.
2. Vokal depan tengah tak bundar yaitu /e/ dan /ɛ /, misalnya pada [ete?] dari kata ‘etek’ dan
[bowɛ ?] dari kata ‘bowek’.
3. Vokal pusat tengah tak bundar yaitu /α/, misalnya pada [cogαh] dari kata ‘cogah’.
4. Vokal belakang tengah bundar yaitu /o/ dan /O/, misalnya pada [mudo] dari kata ‘mudo’ dan pada
[barosiɑ ] dari kata ‘barosia’.
5. Vokal pusat rendah tak bundar yaitu /a/, misalnya pada [mαma?] dari kata ‘mamak’.
6. Vokal belakang tinggu bundar yaitu /u/ dan /U/, misalnya pada [gUru] dari kata ‘guru’.
Kedua, pembagian dialek berdasarkan fonem diftong. Diftong atau vokal rangkap bentuk posisi
lidah ketika memproduksi bunyi pada bagian awal dan pada bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan
itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak serta strukturnya. Namun, yang
dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel.
Apabila ada dua buah vokal bertuturan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari
yang kedua, maka disitu tidak ada diftong. Pada bahasa Minangkabau dialek KTT ditemukan penggunaan
diftong sebagai berikut:
1. Diftong Naik
Dikatakan diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua. Diftong
naik yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau dialek KTT antara lain:
a. Diftong /ai/, misalnya pada kata ‘sowai’ transkripsi fonetisnya yaitu [sowaiy].
b. Diftong /au/, misalnya padaa ‘katumbau’ transkripsi fonetisnya yaitu [katumbaw].
2. Diftong Turun
Dikatakan diftong turun karena bunyi pertama posisinya lebih tinggi dari posisi bunyi yang kedua. Diftong
turun yang dalam bahasa Minangkabau dialek KTT antara lain:
a. Diftong /ia/, misalnya pada kata ‘itiak’ transkripsi fonetisnya yaitu [itia?].
b. Diftong /ua/, misalnya pada kata ‘langau’ transkripsi fonetisnya yaitu [laȠauw].
c. Diftong /ui/, misalnya pada kata ‘cipuik’ transkripsi fonetisnya yaitu [cipui?].
Ketiga, pembagia dialek berdasarkan fonem konsonan. Klasifikasi konsonan dapat dibedakan
berdasarkan tiga patokan atau kriteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
Berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara . Bunyi bersuara
terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadi getaran pada pita suara itu, yang termasuk
bunyi bersuara antara lain, bunyi [b], [d], [g], dan [j]. Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka
agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu, yang termasuk bunyi tak bersuara antara lain,
bunyi [s], [k], [p], dan [t].
Tempat artikulasi tidak lain dari pada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu.
Berdasarkan tempat artikulasinya terdapat konsonan: (1) bilabial, yaitu konsonan yang terdapat pada
kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas, contoh /b/, /p/ , dan /m/, (2) labiodental,yaitu
konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas, seperti /f/ dan /v/, (3) laminoalveolar, yaitu
konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, seperti /t/ dan /d/, (4) dorsovelar, yaitu konsonan yang
terjadi pada pangkal lidah dan langit-langit lidah, seperti /k/ dan /g/. Berdasarkan cara artikulasi artinya
bagaimana penggunaan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu, dapat dibedakan adanya
konsonan hambat (letupan, plosif, stop) seperti /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, dan /g/, geseran atau frikatif seperti /f/,
/s/, /z/, paduan seperti /c/, dan /j/, sengauan atau nasal, seperti /m/, /n/, /η/, getaran atau trill, seperti /r/,
sampingan lateral, seperti /l/, dan hampiran seperti/ w/ dan /y/. Berdasarkan cara artikulasi dan tempat
artikulasi, penggunaan fonem konsonan pada bahasa Minangkabau dialek KTT ditemukan sebagai
berikut:
1. Konsonan hambat.
a. Hambat bilabial yaitu fonem /p/ dan /b/, misalnya pada kata ‘padi’ transkripsi fonetisnya yaitu
[padi], dan /b/ misalnya pada kata ‘tobu’ transkripsi fonetisnya yaitu [tobu].
b. Hambat lemino alveolar yaitu fonem /t/ dan /d/, misalnya pada kata ‘pokat’ transkripsi
fonetisnya yaitu [pOkat], dan ‘daun kaladi’ transkripsi fonetisnya yaitu [daun kaladi].
c. Hambat dorsovelar yaitu fonem /k/ dan /g/, misalnya pada kata ‘singkuang’ transkripsi
fonetisnya yaitu [siȠkuaȠ], dan /g/ pada kata ‘manggis’ transkripsi fonetisnya yaitu
[maȠgi].
d. Hambat glotal yaitu fonem /?/, misalnya pada kata ‘salak’ transkripsi fonetisnya yaitu [sala?].
2. Konsonan geseran
a. Geseran lamino alveolar yaitu fonem /s/ dan /z/, misalnya pada kata ‘sawit’ transkripsi
fonetisnya yaitu [sawit].
b. Geseran faringal yaitu fonem /h/, misalnya pada kata ‘jauh’ transkripsi fonetisnya yaitu
[jawuɑ h].
3. Konsonan paduan
a. Paduan lamino platal yaitu fonem /c/ dan /j/, misalnya pada kata ‘gagah’ transkripsi fonetisnya
yaitu [cogαh], dan /j/ pada kata ‘jauh’ transkripsi fonetisnya yaitu [jawuɑ h].
4. Konsonan sengauan
a. Sengauan bilabial yaitu fonem /m/, misalnya pada kata ‘kelapa’ transkripsi fonetisnya yaitu
[kambiuw].
b. Sengauan lamino alveolar yaitu fonem /n/, misalnya pada kata ‘babi’ transkripsi fonetisnya yaitu
[kondia?].
c. Sengauan dorsovelar yaitu fonem /Ƞ/, misalnya pada kata ‘jengkol’ transkripsi fonetisnya
yaitu [joyiaȠ].
5. Konsonan getaran
a. Getaran lamino alveolar yaitu fonem /r/, misalnya pada kata ‘roti’ transkripsi fonetisnya
yaitu [rOti].
6. Konsonan sampingan
a. Sampingan lamino alveolar yaitu fonem /l/, misalnya pada kata ‘belimbing’ transkripsi
fonetisnya yaitu [bαlimbIaη].
7. Konsonan hampiran
a. Hampiran bilabial yaitu fonem /w/, misalnya pada kata ‘bawu’ transkripsi fonetisnya
yaitu [bawu].
b. Hampiran lamino platal yaitu fonem /y/, misalnya pada kata ‘ubi kayu’ transkripsi
fontisnya yaitu [ubi kayu].
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal tentang fonologi bahasa
Minangkabau dialek KTT ditinjau dari pembagian fonem vokal, pembagian fonem diftong, dan
pembagian fonem konsonan sebagai berikut.
1. Pembagian dialek berdasarkan unsur fonologis dibagi atas tiga yaitu: (1) pembagian
berdasarkan fonem vokal, (2) pembagian berdasarkan fonem diftong, dan (3) pembagian
berdasarkan fonem konsonan.
2. Pembagian dialek berdasarkan fonem vokal yang ditemukan pada bahasa Minangkabau dialek KTT
adalah sebagai berikut: (1) vokal depan tinggi tak bundar yaitu /i/ dan /I/, misalnya pada [uni] dari
kata ‘uni’ dan [bαlimbIaη] dari kata ‘Balimbiang’, (2) vokal depan tengah tak bundar yaitu /e/
dan /ɛ /, misalnya pada [ete?] dari kata ‘etek’ dan [bowɛ ?] dari kata ‘bowek’, (3) vokal pusat
tengah tak bundar yaitu /α/, misalnya pada [cogαh] dari kata ‘cogah’, (4) vokal belakang tengah
bundar yaitu /o/ dan /O/, misalnya pada [mudo] dari kata ‘mudo’ dan pada [barosiɑ ] dari kata
‘barosia’, (5) vokal pusat rendah tak bundar yaitu /a/, misalnya pada [mαma?] dari kata ‘mamak’,
dan (6) vokal belakang tinggu bundar yaitu /u/ dan /U/, misalnya pada [gUru] dari kata
‘guru’.
3. Pembagian dialek berdasarkan fonem diftong yang ditemukan pada bahasa Minangkabau
dialek KTT adalah sebagai berikut: (1) diftong naik antara lain: (a) diftong /ai/, misalnya pada
kata ‘sowai’ transkripsi fonetisnya yaitu [sowaiy] dan (b) diftong /au/, misalnya padaa
‘katumbau’ transkripsi fonetisnya yaitu [katumbaw], (2) diftong turun antara lain: (a) diftong /ia/,
misalnya pada kata ‘itiak’ transkripsi fonetisnya yaitu [itia?], (2) diftong /ua/, misalnya pada kata
‘langau’ transkripsi fonetisnya yaitu [laȠauw], dan (3) diftong /ui/, misalnya pada kata ‘cipuik’
transkripsi fonetisnya yaitu [cipui?].
4. Pembagian dialek berdasarkan fonem konsonan yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau
dialek KTT adalah sebagai berikut: (1) konsonan hambat, antara lain: (a) hambat bilabial yaitu
fonem /p/ dan /b/, misalnya pada kata ‘padi’ transkripsi fonetisnya yaitu [padi], dan /b/ misalnya
pada kata ‘tobu’ transkripsi fonetisnya yaitu [tobu], (b) hambat lemino alveolar yaitu fonem /t/ dan
/d/, misalnya pada kata ‘pokat’ transkripsi fonetisnya yaitu [pOkat], dan ‘daun kaladi’ transkripsi
fonetisnya yaitu [daun kaladi], (c) hambat dorsovelar yaitu fonem /k/ dan /g/, misalnya pada kata
‘singkuang’ transkripsi fonetisnya yaitu [siȠkuaȠ], dan /g/ pada kata ‘manggis’ transkripsi
fonetisnya yaitu [maȠgi], dan (d) hambat glotal yaitu fonem /?/, misalnya pada kata ‘salak’
transkripsi fonetisnya yaitu [sala?], (2) konsonan geseran, antara lain: (a) geseran lamino alveolar
yaitu fonem /s/ dan /z/, misalnya pada kata ‘sawit’ transkripsi fonetisnya yaitu [sawit], dan (b)
geseran faringal yaitu fonem /h/, misalnya pada kata ‘jauh’ transkripsi fonetisnya yaitu [jawuɑ h],
(3) konsonan paduan, antara lain: (a) paduan lamino platal yaitu fonem /c/ dan /j/, misalnya pada
kata ‘gagah’ transkripsi fonetisnya yaitu [cogαh], dan /j/ pada kata ‘jauh’ transkripsi fonetisnya
yaitu [jawuɑ h], (4) konsonan sengauan, antara lain: (a) sengauan bilabial yaitu fonem /m/,
misalnya pada kata ‘kelapa’ transkripsi fonetisnya yaitu [kambiuw], (b) sengauan lamino alveolar
yaitu fonem /n/, misalnya pada kata ‘babi’ transkripsi fonetisnya yaitu [kondia?], dan (c) sengauan
dorsovelar yaitu fonem /Ƞ/, misalnya pada kata ‘jengkol’ transkripsi fonetisnya yaitu [joyiaȠ],
(5) konsonan getaran, antara lain: (a) getaran lamino alveolar yaitu fonem /r/, misalnya pada
kata ‘roti’ transkripsi fonetisnya yaitu [rOti], (6) konsonan sampingan, antara lain: (a)
sampingan lamino alveolar yaitu fonem /l/, misalnya pada kata ‘belimbing’ transkripsi
fonetisnya yaitu [bαlimbIaη], (7) konsonan hampiran, antara lain: (a) hampiran bilabial yaitu
fonem /w/, misalnya pada kata ‘bawu’ transkripsi fonetisnya yaitu [bawu], dan (b) hampiran
lamino platal yaitu fonem /y/, misalnya pada kata ‘ubi kayu’ transkripsi fontisnya yaitu [ubi
kayu].
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut. Pertama, bagi guru, menambah pengetahuan siswa tentang keberagaman bahasa
yang digunakan diseluruh wilayah di indonesia. Kedua, bagi siswa, menambah wawasan dan
pengetahuan siswa tentang keberagaman bahasa yang ada di Indonesia. Ketiga, bagi peneliti lain,
hendaknya bisa dijadikan referensi untuk penelitian yang lebih luas lagi tentang penggunaan
variasi bahasa khususnya tentang kajian dialek.

V.KEPUSTAKAAN
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptis Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Nadra. 2006. Rekonstruksi Bahasa Minangkabau. Padang: Andalas University Press.
Nadra dan Reniwati. 2009. Dialektologi: Teori Dan Metode. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sumarsono, dkk. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
MINANGKABAU FHONOLOGICAL LANGUAGE TABIANG TINGGI DIALECT AT
PULAU PUNJUNG DISTRIC IN DHARMASRAYA REGENCY
(DIALECTOLOGY RESEARCH)
By
Raya Suratman1, Trisna Helda, M.Pd2, dan Suci Dwinitia, M.Pd3,
1 Student major indonesian deparment and indonesia literature
2,3 Lecture indonesia deparment and indonesia literature STKIP PGRI
West Sumatra

ABSTRACT
Dialect is a variety of language that can be distinguished by the firm and the range of
other languages based on the characteristics of the denominator, vocabulary, and grammar. The
differentiator dialect was divided into three kinds, namely elements of phonological,
morphological elements, and lexical items. The differentiator phonological elements are elements
of the language contained in phonological field, which includes three things: (1) based on the
vowel phonemes, (2) based on the phonemes diphthongs, and (3) based on the consonant
phonemes. This study aimed to describe the form of dialect based phoneme Vocals, Diphthong
phonemes and consonant phonemes in Tabiang Tinggi Minangkabau language dialects District of
Pulau Punjung at Dharmasraya Regency.
The research is a qualitative study using descriptive analysis method. The data in this
study is an element of Minangkabau dialect phonological at village Tabiang Tinggi (KTT). Data
validation was performed using techniques detailed description. Data were analyzed using
qualitative analysis and processed descriptively phases: (1) classifying data based on the form of
speech and the basic pattern, (2) describe the data according to the concept that has been
formulated, (3) analyzing the data using methods and techniques that have been formulated, and
(4) record and concludes the research results.
The results showed the division of dialects based on the elements phonological found in
Minangkabau language dialects at village Tebing Tinggi (KTT) are as follows: based on the
vowel phonemes, beetwen others: high front vowel unrounded that is / i / and / i /, vocal middle
front unrounded that is / e / and / ɛ /, vocal middle center unrounded that is / α /, (d) back vowel
middle of a round that is, / o / and / O / vocals low center unrounded that is / a /, and back vowel
high round that is / u / and / U /, based phoneme diphthong, beetwen others : rising diphthongs,
that is: (a) the diphthong / ai /, (b) the diphthong / au / and diphthongs down, beetwen others: up
diphthong, that is: (a) the diphthong / ai /, (b) the diphthong / au / and diphthongs down , beetwen
others: (a) the diphthong / he /, (b) the diphthong / ua /, and (c) diphthong / ui /; based on the
consonant phonemes, beetwen others: (1) obstruent, beetwen others: (a) resistor bilabial that is
phoneme / p / and / b /, (b) resistor lemino alveolar that is phonemes / t / and / d /, (c) resistor
dorsovelar that is phonemes / k / and / g /, (d) a glottal resistor that is phoneme /? /, (2) consonants
friction, beetwen others: (a) the slide lamino alveolar that is phonemes / s / and / z /, and ( b) the
slide faringal that is phoneme / h /, (3) consonants blend, beetwen others blend lamino platal that is
phonemes / c / and / j /, (4) consonants nasalized sound, beetwen others: (a) nasalized sound
bilabial that is phoneme / m /, (b) nasalized sound lamino alveolar that is phoneme / n /, (c)
nasalized sound dorsovelar that is phoneme / Ƞ /, (5) consonant vibration beetwen others: (a)
vibration lamino alveolar that is phoneme / r /, (6) consonants sideline, beetwen others: (a) a side
lamino alveolar that is phoneme / l /, (7 ) consonants approximations, beetwen others: (a) that is
approximations bilabial phoneme / w /, and (b) approximation lamino platal that is phoneme / y /.

Key Words : Phonological, Minangkabau language, dialect.


FONOLOGIS BAHASA MINANGKABAU DIALEK TABIANG TINGGI
KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA
(KAJIAN DIALEKTOLOGI)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)

RAYA SURATMAN
NPM 11080158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016

Anda mungkin juga menyukai