Nurul Saifah.a (1935041) Latar Belakang Riset Keperawatan-1
Nurul Saifah.a (1935041) Latar Belakang Riset Keperawatan-1
Disusun Oleh :
NIM 1935041
Tingkat 3A
Tahun 2021
Jl. Abdul Rahman Saleh No.24 6 1, RT.10/RW.5, Senen, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10410
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan
paling banyak disandang masyarakat. Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena
sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang
hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Hipertensi dapat dicegah dengan
mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang
konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas,
kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres.
Penatalaksanaan stres pada pasien hipertensi dapat diatasi dengan terapi tawa. Orang
dengan hipertensi rentan dengan rangsang norepinephrin. Ketika terapi tawa diberikan
maka akan meningkatkan kadar norepinephrin yang dapat menurunkan hormon stres dan
meningkatkan imunitas sehingga dapat menurunkan kondisi stres yang dialami. Tertawa
dapat menstimulus tubuh untuk menekan pengeluaran hormon stres, yaitu hormon
kortisol. Tertawa juga dapat memberikan stimulus kepada otak untuk memproduksi
hormon endorfin yang dapat memperbaiki perasaan atau mood seseorang.
Penelitian yang dilakukan oleh Muawanah, (2012) dengan judul hubungan tingkat
pengetahuan tentang manajemen stres terhadap tingkat kekambuhan pada penderita
hipertensi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu jenis
penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi variabel independen
dan dependen hanya satu kali. Hasil penelitian ini lebih dari 50% responden mengalami
stres dan lebih dari 50% responden mengalami kejadian komplikasi hipertensi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Senoaji (2017) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat stres, maka frekuensi kekambuhan hipertensi akan semakin tinggi.
Responden yang mengalami stres sedang lebih berisiko mengalami kekambuhan
hipertensi dibandingkan stres ringan Sulastri (2016). dapat meningkatkan nafsu makan
dan kebiasaan merokok sehingga dapat memperburuk keadaan hipertensinya. Stres dapat
disebabkan oleh beberapa faktor dan bisa timbul kapan saja.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Priono (2015) menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mempunyai intensitas kekambuhan hipertensi pada kategori kadang-
kadang. Masih banyak lansia yang belum mampu mengendalikan dan melakukan koping.
Sehingga intensitas kekambuhan hipertensi masih terjadi. Namun, sudah ada upaya untuk
mengurangi terjadinya kekambuhan hipertensi dengan diadakannya senam setiap bulan di
Posyandu. Hasil penelitian diketahui bahwa semakin menurun koping stress yang
dilakukan responden maka semakin meningkat intensitas kekambuhan hipertensi.
Bab 2
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Stres merupakan suatu kondisi pada individu yang tidak
menyenangkan dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik
maupun psikologis pada individu. Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan
maupun penampilan individu didalam lingkungan.
Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivitas system saraf simpatis yang
mengakibatkan naiknya tekanan darah secara interminten (tidak menentu). Pada saat
seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan meningkatkan tekanan darah melalui
kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stress berlanjut,
tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi.
B. Etiologi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi disebabkan oleh beberapa faktor
yang sangat mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak sama
sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang sangat berkelainan.
Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi
secara umum. Salah satu mengenai tubub kita maka dengan mudah kita
akan menderita hipertensi:
1. Toksin
Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya dibuang
karena bersifat racun . dalam keadaan biasa, hati kita akan mengeluarkan sisa-sisa
pembuangan melalui saluran usus dan kulit.
2. Faktor genetic
Adanya faktor genetaik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga dengan orang tua hipertensi maupun resiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi atau tekanan darah dari pada individu yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi atau tekanan darah.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada
saraf simpatis yang berlanjut kebawah kekorda spinalis dan keluar dari komula medulla
spinalis ganglia simpatis toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis keganglia
simpatis. Pada titik ini , neuron preganglion melepaskan aetikolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion kepembuluh darah , dimana dengan dilepaskan
nerepaineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriksi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kontison dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah, vasokontriksi
yang mengakibatkan pelepasan renin.
E. Komplikasi
Apabila seseorang mengalami tekanan darah maka dia akan
mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya seperti :
1. ginjal
2. merusak kinerja otak
3. merusak kinerja jantung
4. kerusakan mata
5. resintesi pembuluh darah
F. Penatalaksanaan
Pengobatan bisa dilakukan dengan pengobatan tradisional dan modern. Tujuannya untuk
menghindari terjadinya komplikasi dan dampak yang lebih serius terhadap kesehatan.
1. Pengobatan tradisional (nonfarmakologi)
Pengobatan ini tidak memiliki efek samping tetapi pengobatan ini tidak
bisa secara langsung, perlu sabar, ketelatenan dan manfaatnya baru atau