Anda di halaman 1dari 25

TUGAS RISET KEPERAWATAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP

KEJADIAN ABORSI

DISUSUN OLEH :

Suci Ramadhanti (1935050)

Theresia Aura Y. (1935051)

Tri Mustiasasri (1935052)

Widiya Bunga A. (1935053)

Windy Prianto (1935054)

Zainul Alfarizi (1935055)

Zupri Asmadi L. (1935056)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RSPAD GATOT SOEBROTO

PRODI D3 KEPERAWATAN

JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan periode transisi antara anak-anak ke masa dewasa, atau
anak usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu
seperti susuh diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Remaja mulai
mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalam aspek seksualnya.
Dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang bijaksanadari para orang tua,
pendidik dan masyarakat pada umumnya serta tentunya dari remaja itu sendiri, agar
mereka dapat melewati masa transisi itu dengan selamat, (Sarwono, 2011).
Sedangkan menurut WHO remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa
peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami
perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan
keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.
Selanjutnya pada masa remaja mulai berfungsi hormon-hormon seksual. Hal
ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam dorongan seksual. Dorongan seksual
tersebut cenderung untuk dipenuhi pada waktu ini. Apakah dorongan seksual itu
akan dipenuhi pada waktu itu atau tidak tergantung pada individu yang
bersangkutan. Sekarang ini pandangan remaja terhadap seks kian berubah, remaja
dengan sikap keserbabolehan, sebagaian menganggap hubungan seks pranikah
tidak perlu dipersoalkan, dan tidak jarang dikalangan remaja, mahasiswa,
melakukakan hubungan pranikah. Baik pelajar, mahasiswa, pemuda-pemudi tidak
sekolah, mereka tinggal dikota atau di desa. Waktu pacaran tergiur melakukan
cumbu rayu, peluk cium dan bila gejolak nafsu tidak terkendali berlanjutnya ke
hubungan badan, mulai berhubungan seks dengan coba-coba (Tanjung, 2007).
Kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan
hubungan seksual mengakibatkan terjadinya kehamilan sebagian besar tidak
dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba
salah dan memberikan tekanan batin, oleh karena itu untuk menghentikan kehamilan
tersebut dilakukan aborsi. Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan (Manuaba, 1998).
Aborsi pada usia remaja merupakan indikasi bahwa remaja memiliki
kehidupan reproduksi yang tidak sehat serta belum siap dalam memasuki kehidupan
berkeluarga. Padahal, untuk membentuk keluarga yang berkualita diperlukan
kesiapan dalam pengetahuan dan kesesuaian sikap dalam mengatur reproduksiinya,
sehingga pembentukan keluarga adalah proses yang direncanakan dan tidak
dilakukan secara dini serta tanpa rencana atau keluarga prematur. Aborsi tidak aman
dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran reproduksi, sehingga menimbulkan
nyeri panggul yang kronis, infeksi ruang panggul, dan berakibat kemandulan
dikemudian hari. Resiko lebih berat apabila perempuan menginap penyakit menular
seksual (Wilopo, 2005).
Di Indonesia masalah aborsi masih kontroversial, namun terlepas dari
kontorversi tersebut, aborsi diindikasikan merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana
diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan,
infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab
kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis.
Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul
dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis.
(Gunawan, 2000).
Di Indonesia setiap tahunnya ada 2,5 juta aborsi dimana 1,5 juta diantaranya
adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja. Aborsi yang terjadi dikalangan remaja
bisa terjadi karena rasa takut pada orang tua dan masyarakat sekelilingnya, serta
karena peraturan sekolah. Perubahan sikap atau persepsi remaja tentag seksualitas,
seiring dengan itu juga terjadi prilaku seksual dilakangan remaja, ini bisa di
pandang sebagai perubahan pandangan remaja pada nilai-nilai sosial dan nilai
moral. Diperkirakan setiap tahun ada 2,5 juta nyawa tak berdosa melayang sia- sia
akibat aborsi. Angka ini terhitung besar, sebab jumlahnya separuh dari jumlah
kelahiran di Indonesia, yaitu 5 juta kelahiran per tahun. Data dari Ketua Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 21,2 persen remaja
mengaku pernah melakukan aborsi, (Nugroho, Iwan dkk, 2012).
Adapun akar masalah menunjukkan aborsi pada remaja yang disebabkan oleh
pergaulan bebas yang dimulai dengan aktivitas “pacaran”, melihat fenomena yang
terjadi pada saat ini, banyak norma-norma yang telah dilanggar dan seakan- akan
para pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap dirinya sebagai pasangan yang
abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang berlebihan, seringnya berduaan,
saling berkontak secara fisik (sentuhan, ciuman, maupun berpelukan) hingga
berlanjut kepada tindakan asusila, yakni melakukan hubungan seksual pra nikah. Hal
ini bukanlah sesuatu bentuk kekhawatiran saja, melainkan memang sebuah
kenyataan yang terjadi pada masyarakat kita. Kontrol keluarga (orang tua) dan
kontrol sosial masyarakat yang pada era modern ini semakin melemah dan
berkurang. Masing-masing menganggap bahwa itu adalah urusan masing-masing
pribadi yang tak boleh dicampurtangani oleh siapapun. Padahal norma agama telah
jelas memerintahkan untuk mengantisipasi mengenai pergaulan yang bebas di
kalangan manusia. Tingkat pengetahuan yang kurang tentang aborsi dan sikap
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma agama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu
“Adakah hubungan tingkat pengetahuan remaja terhadap kejadian aborsi?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan judul dari penelitian tersebut penulis memiliki tujuan umum yaitu
untuk mengetahui “Adanya hubungan tingkat pengetahuan remaja terhadap
kejadian aborsi”.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Abortus dan jenis-jenisnya.
b. Menjelaskan dampak dan faktor resiko dari Abortus
c. Menjelaskan pentingnya pengetahuan di kalangan remaja tentang aborsi

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Manfaat dari penulisan ini adalah agar penulis mampu memberikan wawasan
tentang pentingnya Pengetahuan Abortus bagi Remaja.
2. Masyarakat
Agar masyarakat mengetahui betapa pentingnya pengetahuan untuk menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan mencegah terjadinya abortus di
kalangan remaja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa yang menunjukkan masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju ke masa selanjutnya yaitu masa dewasa. Pada masa remaja ini
terjadi perkembangan-perkembangan seperti perkembangan fisik, psikologis,
sosial, dan secara moral. Menurut Hall (1994:478), masa remaja merupakan masa
topan badai, di mana pada masa tersebut timbul gejolak dalam diri akibat
pertentangan nilai-nilai akibat kebudayaan yang makin modern. Batasan usia
untuk remaja (adolescence) menurut Hall antar usia 12-25 tahun.
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-20 tahun, hal ini di dasarkan
atas kesehatan remaja yang mana kehamilan pada usia-usia tersebut memang
mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada kehamilan dalam usia-usia
diatasnya.
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting,
yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Yusuf, 2011).
Menurut yusuf masa remaja dapat di bagi ke dalam tiga periode, yaitu:
a. Masa praremaja (12-15 tahun)
Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu yang relative
singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja.
b. Masa Madya (15-18 tahun)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,
kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya,
teman yang dapat turut merasakan duka dan dukanya.
c. Masa remaja akhir (19-22)
Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada sadarnya telah
tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas
perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah
individu ke dalam masa dewasa.

2. Karakteristik remaja
Persoalan remaja yang sering muncul karena karakteristik remaja sendiri menurut
Santrock, 2002, antara lain adalah:
a. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Remaja menggunakan obato-batan terlarang sebagai suatu cara untuk
mengatasi stres. Tampak bahwa hal ini dipengaruhi oleh kurangnya
keterampilan menghadapi masalah secara kompeten dan pengambilan
keputusan yang kurang bertanggungjawab.
b. Kenakalan remaja.
Ini kebanyakan disebabkan oleh karena remaja mempunyai identitas negatif,
pengendalian diri rendah, harapan-harapan bagi pendidikan yang rendah,
komitmen yang rendah, prestasi yang rendah pada kelas-kelas awal, pengaruh
teman sebaya yang tidak dapat ditolak dan mempunyai pengaruh yang berat,
kurangnya pemantauan, dukungan, dan disiplin yang tidak efektif dari orang
tua, serta kualitas lingkungan dengan tingginya kejahatan.
c. Kehamilan pada remaja.
Kurangnya keterbukaan dan pendidikan tentang reproduksi sehat serta
anggapan remaja bahwa orang tua mereka tidak akan memahami mereka,
menyebabkan semua keingintahuan mereka terhadap seks disembunyikan.
Keingintahuan ini malah dibagi dan dicoba-coba dengan teman-teman yang
samasama tidak tahu tentang pendidikan seks dengan dalih kemandirian.
d. Bunuh diri pada remaja.
Umumnya bunuh diri dikaitkan dengan dengan faktor-faktor saat ini yang
menegangkan, seperti: kehilangan pacar, nilai rapor yang rendah, atau
kehamilan yang tidak diinginkan.
e. Gangguan-gangguan makan.
Anoreksia nervosa dan bulimia terutama menimpa perempuan selama masa
remaja dan awal dewasa. Sebab sebabnya meliputi faktor-faktor sosial,
psikologis, dan fisiologis. Faktor sosial yang mendorong adalah tren tubuh
kurus yang digemari akhir-akhir ini. Faktor psikologis meliputi motivasi untuk
menarik perhatian lawan jenis, keinginan akan individualitas, penolakan
seksualitas, dan cara mengatasi kekangan orang tua.

B. ABORTUS
1. Pengerian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan (Elisabeth, 2015).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan (Yulaikha Lily, 2015).
Aborsi adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi yang belum
mmapu hidup di luar tubuh ibu. Aborsi terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau dengan berat badan lebih kurang dari 500 gram (Tukan, 1994).
Sedangkan menurut (Badudu dan Mohammad, 1996), mengartikan aborsi sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu
secara sengaja maupun tidak biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda
(sebelum bulan keempat masa kehamilan).
Pada dasarnya istilah aborsi digunakan untuk menunjukkan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan pandangan
umum, suatu peristiwa dikatakan sebagai aborsi memberikan batas yaitu apabila
feutus itu keluar dari kandungan sebelum 28 minggu hamil dan berat feutus yang
keluar 1000 gram.

2. Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Abortus Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran)
Merupakan ± 20 % dari semua abortus. Abortus spontan adalah setiap
kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. WHO
mendefinisikan sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang
biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu
atau kurang. Abortus spontan terjadi pada sekitar 15%-20% dari seluruh
kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum usia kehamilan
memasuki minggu ke-13 (Fauziyah, 2012).
Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan lahir
adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus spontan.
Berdasarkan gambaran klinisnya, abortus dibagi menjadi:
1) Abortus Imminiens (keguguran mengancam).
Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya. Pada abortus ini terjadinya pendarahan uterus pada
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus,
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi pendarahan melalui
ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar tuanya
kehamilan. Serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung).
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Pada abortus
ini peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mulas
menjadi lebih sering dan kuat, pendarahan bertambah.
3) Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap).
Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya
jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada abortus ini
pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavun uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan
syok.
4) Abortus komplit (keguguran lengkap)
Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada abortus ini,
ditemukan pendarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus sudah
mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila penderita
anemia perlu diberi sulfat ferrosus atau transfusi (Fauziyah, 2012).
5) Missed Abortion (keguguran tertunda)
ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22. Pada
abortus ini, apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8
minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan
sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminiens (Sulistyawati,
2013).
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi: sekurang-
kurangnya 3 x berturut-turut.
7) Abortus infeksiosus
Ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genetalia. Abortus septik ialah
abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh
(Sarwono, 2014).
8) Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan): 80 % dari semua abortus
dibagi atas 2 yaitu:
a) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus ialah
pengguguran kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan
bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya
karena ibu berpenyakit beratmisalnya: penyakit jantung, hypertensi
essentialis, carcinoma dari serviks.
b) Abortus Provocatus criminalis
Abortus buatan kriminal (abortus propocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum (Feryanto,2014).
Abortus provokatus dapat dilakukan dengan pemberian prostaglanding
atau curettage dengan penyedotan (Vacum) atau dengan sendok kuret
(Pudiastusi, 2012).

3. Etiologi Abortus
Menurut sastrawinata, dkk (2005) penyebab abortus antara lain:
a. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni :
Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan
kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi), embrio dengan kelainan local,
dan Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).
b. Faktor maternal
Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang,
terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak
diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang terinfeksi
ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-
penyakit yang dapat menyebabkan abortus :
1) Virus: misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicella
zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomielitis.
2) Bakteri: misalnya salmonella typhi
3) Parasit: misalnya toxoplasma gondii, plasmodium.
4) Penyakit vascular: misalnya hiprtensi vascular
5) Kelainan endokrin
6) Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesterone tidak mencukupi
atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin
c. Faktor imunologis
Ketidakcocokan (inkompabilitas) system HLA (Human Leukocyte Antigen).
1) Trauma
Umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut, misalnya akibat
trauma pembedahan.
2) Kelainan uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa) serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerate.
d. Faktor eksternal
1) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran
2) Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah
dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
3) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung asam dan
benzene.
e. Faktor resiko
1) Umur
Berdasarkan teori S. Prawirahardjo (2002) pada kehamilan usia muda
keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima
kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kahamilannya tidak
dipelihara degan baik, kondisi ini menyebabkan ibu menjadi stres, dan
akan meningkatkan resiko terjadinya abortus. Menurut Kenneth J. Lenovo
et al (2009) pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun
akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk mempunyai anak premature, persalinan lama, perdarahan, dan
abortus. Abortus spontan yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12
% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26% pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun.
2) Paritas
Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila elahirkan,
rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih,
maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan,
persalinan dan nifas.
3) Riwayat abortus sebelumnya
Menurut prawihardjo (2009) riwayat abotus pada penderita upakan
predisposisi terjadinya abortus berulang.
4) Jarak kehamilan
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun keadaan
rahim dan kondisi ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan
ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang
baik, mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus).
Insidensi abortus meningkat pada wanita yang hamil dalam 3 bulan setelah
melahirkan aterm.
5) Sosial ekonomi (pendapatan)
Sosial ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan pendapatan
keluarga, mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan dan
pemenuhan zat gizi. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada kondisi saat
kehamilan yang beresiko pada kejadian abortus.Selain itu pendapatan juga
mempengaruhi kemampuan dan mengakses pelayanan kesehatan, sehingga
adanya kemungkinan resiko terjadinya abortus dapat terdeteksi.
6) Pendidikan
Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri dan
meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual
akan berpengaruh pada wawasan dan cara berfikir baik dalam tindakan dan
pengambilan keputusan maupun dalam membuat kebijaksanaan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang rendah membuat
seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan sehingga mereka
tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi, meskipun sarana kesehatan
telah tersedia namun belum tentu mereka mau menggunakannya.
7) Patofisiologi
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda
asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil
konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis belum
menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 dan 14
minggu, vili korinalis menembus desidua lebih dalam dan umumnya
plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan
banyak pendarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya yang
dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa
waktu kemudian adalah plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta
segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur (Yulaikha, 2015).
f. Komplikasi pada Abortus
Komplikasi yang terjadi pada abortus yang di sebabkan oleh abortus
kriminalis dan abortus spontan adalah sebagai berikut:
1) Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak di berikan pada
waktunya.
2) Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat
menimbulkan kemandulan.
3) Faal ginjal rusak disebabkan karena infeksi dan syok. Pada pasien dengan
abortus diurese selalu harus diperhatikan. Pengobatan ialah sdengan
pembatasan cairan dengan pengobatan infeksi.
4) Syok bakteril: terjadi syok yang berat rupa-rupanya oleh toksin-toksin.
Pengobatannya ialah dengan pemberian antibiotika, cairan, corticosteroid
dan heparin.
5) Perforasi: ini terjadi karena curratage atau karena abortus kriminalis
(Pudiastuti,2012).
g. Faktor Resiko Abortus
Adapun faktor resiko yang berhubungan dengan abortus, diantaranya :
1) Usia untuk kehamilan dan persalinan
Umur dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali
lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29
tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
matang. Selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda
masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan
sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.
Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat
menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi
karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem
transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada
ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi
badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
mempengaruhi janin intra uterine.
2) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan
karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak
dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban
pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3) Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi.

4. Dampak Abortus
Menurut Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dr.
Nurdadi Saleh SpOG, aborsi menyebabkan kanker serviks atau kanker leher
rahim. Kanker serviks bisa pula dari luka dan infeksi di leher rahim akibat
peralatan aborsi. Selain itu, obat-obatan penggugur kandungan dan tindak kuretase
(pembersihan rahim) dapat membuat rahim tipis, bahkan sobek.” Rahim yang
sudah sobek harus diangkat seluruhnya, sehingga perempuan tidak mungkin lagi
mengandung.
Yang masih tergolong ringan akibat aborsi adalah haid jadi tidak teratur
karena lapisan endometrium (lapisan terdalam rahim tempat menempelnya telur
yang sudah dibuahi) rusak atau terluka setelah tindakan aborsi. Lebih parah lagi
kalau aborsi dilakukan secara tidak steril. Infeksi kandungan akibatnya. Infeksi
membuat saluran telur mengalami perlengketan, sehingga sulit terjadi pembuahan
(mandul).
Aborsi juga meningkatkan risiko terkena kanker payudara sampai 40 persen.
Persentase itu akan meningkat jika aborsi dilakukan berulang. Aborsi juga
risikonya menyebabkan kematian. Kematian mendadak terjadi karena pendarahan
hebat dan pembiusan yang gagal (Majalah Detik, Edisi 30, 25 Juni 2012).
Menurut Soetjiningsih (2004) Aborsi yang dilakukan oleh remaja dapat
mengakibatkan dampak negative secara fisik, psikis, dan sosial :
a. Risiko fisik Pendarahan dan komplikasi merupakan salah satu resiko aborsi.
Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa
mengakibatkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa
berakibat fatal yaitu kematian.
b. Risiko Psikis Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut,
panik, tekanan atau stress, trauma mengangat proses abortus dan kesakitan.
Kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung
lama. Selain itu abortus juga sering kehilangan kepercayaan diri.
c. Risiko social ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar
karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan dan aborsi. Selanjutnya remeaja perempuan lebih sukar
menolak ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah pendidikan terputus
atau masa depan terganggu.
d. Risiko ekonomi biaya aborsi cukup tinggi bila terjadi komplikaso maka biaya
semakin tinggi

C. PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui
penginderaan manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa,
dan peraba. Sebagian besar pengetahuan itu diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).

Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan mencakup 6


tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:

a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat


mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran
bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menuraikan,
mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan
dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham
tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, member contoh dan menyimpulkan.

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari


pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hokum-hukum,
rumus-rumus, metode dalam situasi nyata.

d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam


bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek tersebut dan
masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat
menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat
bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi
dan fisologi.

e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian bagian di


dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun
formulasi- formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat
menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan atau rumusan
yang telah ada.

f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.


Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada atau disusun sendiri

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan seseorang


dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor internal :

1) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi


terhadapa sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat
yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan
berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan.

2) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi
dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu

3) Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada


pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau
mengingat suatu pegetahuan akan berkurang.

b. Faktor eksternal :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang


diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan.

2) Ekonomi

Ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dalam


memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan status
ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding dengan keluarga dengan
status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan
informasi termasuk kebutuhan sekunder

3) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai


pemberitahuan seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberika landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
baru tersebut.

4) Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar


terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama
bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal
negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam lingkungan seseorang
akan mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara berfikirnya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah bagian dari penelitian yang menyajikan konsep atau teori,
pembuatan kerangka konsep ini mengacu pada masalah masalah yang akan diteliti
atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam diagram (Alimul, 2007).
Berdasarkan kerangka teori, maka disusun kerangka konsep mengenai Hubungan
Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Kejadian Aborsi.

Judul : Hubungan tingkat pengetahuan remaja terhadap kejadian aborsi

V. Independen V. Dependen

Pengetahuan Aborsi

B. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan (Setiadi, 2007). Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat,
hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis alternatif (Ha): Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap
Kejadian Aborsi
Hipotesis nol (H0): Tidak ada Hubungan Pengetahuan Remaja terhadap Kejadian
Aborsi

C. Definisi Konseptual
Pemahaman yang dimiliki oleh anak remaja atau masyarakat sekitar tentang tingkat
Pengetahuan remaja terhadap kejadian aborsi
D. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Penge Merupakan Responden akan Kuesioner Nilai 1 : ordinal


. tahuan segala sesuatu diberikan salah
yang diketahui pertanyaan melalui Nilai 2 :
oleh responden kuesioner benar
tentang aborsi berjumlah 10
pertanyaan

2. Aborsi Berakhirnya Responden akan Kuesioner Nilai 1 : ordinal


suatu diberikan salah
kehamilan pertanyaan melalui Nilai 2 :
akibat faktor kuesioner benar
tertentu atau berjumlah 10
sebelum pertanyaan
kehamilan
tersebut
berusia 20
minggu atau
buah
kehamilan
belum mampu
untuk hidup
diluar
kandungan.

E. Desain Penelitian
Pada penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
alasannya yaitu karena ingin mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan remaja
terhadap aborsi.

F. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang kejadian, atau benda, yang dijadikan objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pada remaja usia 16 sampai 18 tahun.

G. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili populasi. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah remaja
perempuan tingkat SMA.

H. Kuisioner
Pengetahuan
Petunjuk :
B = benar

S = Salah

No. Pernyataan B S
1. Aborsi adalah suatu penghentian kehamilan yang disengaja atau
tidak disengaja, baik secara medis ataupun non medis
2. Aborsi adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh sebab-sebab
tertentu, sebelum umur kehamilan tersebut berusia 36 minggu atau 9
bulan
3. Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
sehingga banyak remaja yang melakukan aborsi
4. Perilaku seks bebas merupakan penyebab terjadinya aborsi
5. Depresi merupakan salah satu tekanan fisik pada remaja yang
mengalami kehamilan diluar nikah
6. Untuk menutupi permasalahan seks diluar nikah remaja pada
keluarganya seringkali seseorang mengambil jalan pintas
mengakhiri kehamilan dengan melakukan aborsi
7. Resiko kesehatan terhadap wanita melakukan aborsi salah satunya
adalah resiko terhadap kesehatan dan keselamatan janin
8. Tekanan keluarga mengakibatkan pelaku KTD (kehamilan tidak
diinginkan) remaja melakukan aborsi
9. Aborsi merupakan salah satu upaya yang dilakukan remaja pranikah
dalam mengambil keputusan akibat masalah ekonomi
10. Menurut anda pendidikan, dan pekerjaan dapat menentukan tindakan
melakukan aborsi
11. Aborsi secara illegal dapat menyebabkan infeksi pada alat
reproduksi
12. Tindakan aborsi secara illegal dapat mengakibatkan kematian
13. Aborsi merupakan jalan keluar dari permasalahan kehamilan diluar
nikah
14. Aborsi merupakan salah satu solusi permasalahan kehamilan diluar
nikah
15. Permasalahan seks remaja yang berakibat aborsi dan sebagainya
dapat mengganggu kesehatan reproduksi remaja
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan analisa data maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan antara lain:

Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang
aborsi sebanyak 66 orang (78,6%), sebagian besar responden memiliki sikap yang
positif terhadap aborsi yaitu sebanyak 76 (90,5%).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p value = 0,564 > 0,05 artinya tidak
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa/i terhadap aborsi. Bila dilihat
dari nilai OR yaitu 1,5 artinya responden yang pengetahuan kurang baik 1,5 kali
setuju melakukan aborsi dibandingkan siswa/i yang berpengetahuan baik.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p value = 0,001< 0,05 artinya ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa/i terhadap aborsi. Bila dilihat dari
nilai OR yaitu 21,0 artinya responden yang sikap negatif 21,0 kali setuju melakukan
aborsi dibandingkan siswa atau siswi yang mempunyai sikap yang positif.

B. Saran

Diharapkan bagi pihak sekolah agar bekerja sama dengan Diken Kesehatan untuk
melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan reproduksi dan bahaya yang
ditimbulkan apabila melakukan aborsi. Untuk masyarakat agar dapat meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya yang timbul dari aborsi,
sehingga apabila sudah terlanjur terjadi kehamilan pada remaja tidak dengan
mudahnya melakukan hal-hal yang berhaya bagi mereka dan masa depannya.

Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperluas lingkup pengambilan


sampel. Dan meneliti faktor yang lebih kompleks pengaruhnya terhadap aborsi,selain
faktor pengetahuan dan sikap yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan, lembaga agama dan faktor
emosi dalam diri individu.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad & Asrori Mohammad. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bagus, Ida GM. 1998. Memahami Kesehatan Produksi Wanita. Jakarta: Penerbit Arca.

Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoadmojo, S. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

M. Rizal, BahtiR Rivai dkk. 2012. Ngeri 1 dari 5 Remaja Melakukan Aborsi. Jakarta: Majalah
Detik.

Sugeng, Hariyadi. 2003. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Safung
Seto.

Anda mungkin juga menyukai