Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG


KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN METODE VIDEO
MODELLING DAN KARTUN ANIMASI
(Penelitian Dilakukan di SDN Mangkura II Kota Makassar)

Kurniaty Pamewa*, Ilmianti**, Shyta Syamsur***


*Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Muslim Indonesia
** Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muslim Indonesia
***Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
Email: syhtasyamss@gmail.com

Pendahuluan : Pendidikan Kesehatan gigi dan mulut harus diperkenalkan kepada anak
sedini mungkin agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kebersihan gigi dan
mulut secara baik dan benar. Video modelling yaitu pemodelan video dimana teknik
pengajarannya melibatkan siswa untuk menonton sehingga cukup efektif digunakan
dalam menyampaikan informasi. Video kartun animasi adalah pengembangan media
audiovisual yang berasal dari sekumpulan gambar dua/tiga dimensi bergerak dan
dikonversikan menjadi video baik secara konvensional maupun digital. Pandemi Covid
-19 saat ini telah terjadi di seluruh dunia untuk di Indonesia sendiri pemerintah telah
memberikan himbauan kepada masyarakat dalam mengatasi wabah ini agar berjalan
efektif dan efisien, dimana segala aktivitas yang mendatangkan banyak orang harus
dihindari termaksud edukasi dalam penelitian ini dilaksanakan secara daring. Tujuan :
Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut
sebelum dan setelah penyuluhan dengan metode video modelling dan kartun animasi di
SDN Mangkura 2 Kota Makassar. Bahan dan Metode : Penelitian ini bersifat Quasi
Experimental dengan desain Pretest-Postest menggunakan metode Total Sampling.
Jumlah sampel yang di gunakan adalah 40 orang dengan rentang usia anak 7-10 tahun.
Uji yang digunakan adalah uji Friedman. Hasil : Perbedaan nilai rata-rata tingkat
pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan edukasi dengan metode video kartun animasi
diperoleh p-value menunjukkan nilai sebesar 0,010 (p<0,05) dan metode video modelling,
diperoleh p-value sebesar 0,015 (p<0,05. Kesimpulan: Video Modelling dan Video
Kartun Animasi memiliki perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan anak
tentang kebersihan gigi dan mulut.

Kata kunci: Pengetahuan; Video Modelling; Video Kartun Animasi; Kebersihan gigi
dan mulut
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain karena akan mempengaruhi kesehatan seluruh tubuh. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
perilaku masyarakat yang kurang peduli akan kebersihan gigi dan mulut yang dijadikan suatu
kebiasaan dan budaya. Rongga mulut yang sehat memungkinkan seseorang berkomunikasi secara
efektif, percaya diri, dan memiliki kehidupan sosial yang baik. 1
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut harus diperkenalkan kepada anak sedini mungkin agar
mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik dan benar. Upaya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Upaya kesehatan gigi dan
mulut ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan
kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. 2
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 angka kejadian karies pada anak masih
sebesar 60-90%. Presentasinya berdasarkan hasil penelitian di Negara-negara Eropa, Amerika, dan
Asia termasuk Indonesia, ditemukan juga bahwa ternyata 90-100% anak di bawah 18 tahun masih
mengalami karies gigi. 3
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 jumlah anak Indonesia yang mengalami karies mencapai
92,6 persen pada anak usia sekolah dasar (usia 5-9 tahun), sedangkan untuk perilaku menyikat gigi
pada anak hanya mencapai 2,4 persen untuk waktu yang tepat, yaitu minimal dua kali sehari saat
sesudah makan pagi dan sebelum tidur. Hal ini yang harus menjadi sebuah peringatan dan perhatian
kita untuk meningkatkan kesehatan gigi khususnya pada anak.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan media audiovisual terbukti efektif
dalam meningkatkan pengetahuan pada anak sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Shorayasari (2017) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sebelum dan
setelah penyuluhan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan media video modelling. 4
Pada media audiovisual lainnya didapatkan bahwa media penyuluhan kartun animasi lebih
efektif dibandingkan media poster dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada
siswa/i kelas 5 di Kota Banda Aceh. Hal ini sejalan dengan Vera (2017) tentang pengaruh penyuluhan
dengan media animasi terhadap pengetahuan dan sikap tentang makanan bergizi, seimbang dan aman
bagi siswa sekolah dasar di Jakarta. Hal yang sama didapatkan pada penelitian Meartriecs (2016)
efektivitas dental health education dengan media animasi kartun terhadap perubahan perilaku menjaga
kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar di manado. 5,6
Seluruh dunia saat ini sedang terjadi pandemic covid-19, oleh karena itu seluruh aktivitas yang
mendatangkan sekumpulan orang, termaksud penyuluhan yang akan dilaksanakan secara daring.
penelitian mengenai perbedaan tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut dengan
metode video modelling dan kartun animasi secara daring belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, dikarenakan kondisi saat ini dimana seluruh
aktivitas dilakukan secara daring menggunakan media internet dengan aplikasi zoom.
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan penelitian terhadap media video modelling
dan kartun animasi yang merupakan media yang banyak digemari oleh anak-anak. Serta dapat lebih
efektif dalam memberikan pemahamam sedini mungkin tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi
dan mulut.
MATERI DAN METODE
Jenis penelitian ini bersifat experimental quasi dengan desain penelitian prettest-posttest design.
Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan uji statistik friedman test. Jumlah
sampel pada penelitian ini sebanyak 40 murid yang berada pada kelas 3 di SDN Mangkura II kota
Makassar. Sampel terbagi menjadi 2 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 20
responden. Kelompok pertama diberikan edukasi dengan menggunakan metode video modelling dan
pada kelompok kedua diberikan edukasi dengan menggunakan video kartun animasi. Sebelum dan
setelah pemberian edukasi kedua kelompok diberikan kuesioner sebagai alat pengukur tingkat
pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut. Adapun seluruh prosedur dalam penelitian ini
dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi zoom dan quiziz.
HASIL
Karateristik sampel penelitian menurut jenis kelamin, pada kelompok video modelling terbagi
menjadi 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Sedangkan pada kelompok video kartun animasi
terbagi menjadi 8 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Sehingga jika dijumlahkan jumlah anak laki-
laki pada penelitian ini sebanyak 18 orang dan jumlah anak perempuan sebanyak 22 orang.
Karakteristik sampel penelitian menurut usia yaitu, pada kelompok video modelling anak
berusia 8 tahun berjumlah 3 orang, anak berusia 9 tahun berjumlah 16 orang, dan anak berusia 10
tahun sebanyak 1 orang. Sedangkan pada kelompok video kartun animasi anak berusia 8 tahun
berjumlah 5 orang, anak berusia 9 tahun berjumlah 15 orang.
Kelompok Video Modelling
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 20 orang anak sebagai responden, kelompok
dengan metode edukasi menggunakan video modelling diperoleh hasil rata-rata tingkat pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut sebelum pemberian edukasi yaitu sebesar 8,40 dengan standar deviasi 1,353.
Sedangkan nilai rata-rata pengetahuan setelah dilakukan edukasi pada posttest-1 yaitu 9,30 dengan
standar deviasi 1,174. Selanjutnya pada pengukuran posttest-2 rata-rata tingkat pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut anak menurun menjadi 9,20 dengan standar deviasi 1,105, dan terakhir pada posttest-3
kembali menunjukkan peningkatan dengan nilai yang sama seperti pada saat posttest-1 yaitu 9,30
dengan standar deviasi 1,174.
Selanjutnya dilakukan uji statistik Friedman test untuk mengetahui perbedaan
tingkat pengetahuan anak dari waktu ke waktu sebelum dan setelah dilakukannya edukasi
dengan metode video modelling, diperoleh p-value sebesar 0,015 (p<0,05) hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata tingkat pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut anak sebelum dan setelah pemberian edukasi menggunakan
metode video modelling.
Tabel 1. Hasil Uji Friedman Kelompok Video Modelling
Rata-Rata Tingkat
Waktu Pengukuran n Pengetahuan Kebersihan
SD p-Value
Gigi dan Mulut
Pretest Modelling 20 8.40 1.353
Posttest 1 Modelling 20 9.30 1.174
0,015
Posttest 2 Modelling 20 9.20 1.105
Posttest 3 Modelling 20 9.30 1.174

Kelompok Video Kartun Animasi


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 20 orang responden kelompok
dengan metode edukasi menggunakan Video Kartun Animasi diperoleh hasil rata-rata
tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum pemberian edukasi yaitu sebesar
9,10 dengan standar deviasi 0,912. Sedangkan nilai rata-rata tingkat pengetahuan setelah
dilakukan edukasi pada postest-1 yaitu 9,75 dengan standar deviasi 0,550. Selanjutnya
pada pengukuran post test 2 rata-rata tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
mengalami penurunan menjadi 9,65 dengan standar deviasi 0,587 dan terakhir pada
postest 3 menunjukkan adanya Kembali penurunan tingkat pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut menjadi 9,60 dengan standar deviasi 0,598.
Selanjutnya dilakukan uji statistik Friedman untuk mengetahui perbedaan tingkat
pengetahuan dari waktu ke waktu sebelum dan setelah dilakukan edukasi dengan metode
video kartun animasi diperoleh p-value menunjukkan nilai sebesar 0,010 (p<0,05) hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata tingkat
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum dan setelah pemberian edukasi dengan
metode video Kartun Animasi.
Tabel 1. Hasil Uji Friedman Kelompok Video Kartun Animasi
Rata-Rata Tingkat
Waktu Pengukuran
Pengetahuan Kebersihan SD p-Value
n Gigi dan Mulut
Pretest Kartun Animasi 20 9.10 0.912
Posttest 1 kartun Animasi 20 9.75 0.550
0,010
Posttest 2 kartun Animasi 20 9.65 0.587
Posttest 3 Kartun Animasi 20 9.60 0.598

Perbedaan Metode Video Modelling dan Kartun animasi


Metode Edukasi p.value Range

Video Modelling 0,015


0,1
Video kartun animasi 0,010
Berdasarkan hasil Uji Friedman menunjukkan bahwa p-value video modelling
menunjukkan nilai sebesar 0,015 (p<0,05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rata-rata tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada saat sebelum dan setelah
pemberian edukasi dengan metode video modelling. Sedangkan p-value video kartun
animasi menunjukkan nilai sebesar 0,010 (p<0,05) hal ini juga menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum dan
setelah pemberian edukasi dengan metode video kartun animasi.

PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan anak
tentang kebersihan gigi dan mulut sebelum dan setelah penyuluhan dengan metode video
modelling dan Kartun Animasi, pengambilan sampel dilakukan pada bulan januari 2021
di SDN Mangkura II Kota Makassar.
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan kebersihan gigi dan mulut sebelum dan setelah pemberian edukasi dengan
metode video modelling. Dimana nilai rata-rata tingkat pengetahuan kebersihan gigi dan
mulut setelah pemberian edukasi mengalami peningkatan terhadap nilai rata-rata
sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Shorayasari (2017) tentang “Perbedaan Pengetahuan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Tentang Menggosok Gigi Dengan Video Modeling” didapatkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sebelum dan setelah
penyuluhan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan media video modelling. 4
Metode video modelling merupakan proses belajar yang dilakukan melalui
pengamatan, di mana perilaku seseorang atau beberapa orang teladan, berperan sebagai
perangsang terhadap pikiran, sikap, atau perilaku subjek pengamat untuk ditiru atau
diteladani. Oleh karena itu peneliti memberikan Pendidikan Kesehatan menggunakan
metode video modelling. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jannah (2020) tentang “Metode Stimulasi dan Metode Modeling Terhadap Cara
Menggosok Gigi yang Benar pada Anak Prasekolah”, didapatkan bahwa metode
modeling dapat meningkatkan perilaku dan keterampilan anak untuk menggosok gigi
yang benar. 7
Nilai rata-rata tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut terjadi
kenaikan dan penurunan pada hasil posttest dari waktu ke waktu, dimana penurunan nilai
rata-rata pada postest-2 dapat disebabkan oleh beberapa faktor, Salah satu faktor
penyebabnya yaitu beberapa siswa mengalami kendala pada jaringan dan pengoperasional
aplikasi quiziz pada saat posttest 2 berlangsung . Hal ini terjadi karena sampel hanya
boleh masuk ke quiziz dengan satu nama, dan tidak boleh masuk kembali apabila
terkeluar dari aplikasi, Jika sampel mencoba masuk dengan nama yang sama akan
otomatis ditolak oleh aplikasi, sehingga hal ini yang dapat membuat anak merasa jenuh
dan bosan dalam mengerjakan kuesioner.
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anita (2020)
tentang ‘’Strategi mengurangi kejenuhan anak dalam pembelajaran jarak jauh’’
didapatkan bahwa kejenuhan merupakan sindrom psikologis yang ditandai dengan
kelelahan, sinisme, dan ketidakberhasilan, Kejenuhan anak juga dipengaruhi oleh
ketidaksesuaian kemampuan dengan tuntutan yang harus dikerjakan atau dipenuhi
sehingga kondisi mental anak dapat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat
yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa lesu, tidak bersamangat untuk melakukan suatu
aktivitas belajar. 8
Nilai rata-rata tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut
Kembali meningkat di posttest ke 3 hal ini disebabkan oleh waktu pengerjaan posttest ke
3 lebih efektif dan kondisi jaringan juga cukup memadai sehingga waktu pelaksanaan
kuis lebih kondusif untuk anak dapat tetap fokus dalam mengisi serta menyelesaikan
kuesioner dengan baik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah
(2013) tentang ‘’Pengaruh waktu belajar dan minat belajar anak ‘’ didapatkan bahwa
minat belajar anak akan tumbuh saat anak merasa senang dan memiliki keinginan untuk
meraih nilai terbaik atau ingin memenangkan persaingan dalam belajar dengan anak
lainnya, tentunya hal ini membutuhkan waktu yang tepat agar lebih efektif untuk
mendapatkan hasil belajar yang sangat memuaskan. 9
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2014)
tentang ‘’Revolusi Gaya Belajar untuk Fungsi Otak’’ didapatkan bahwa terdapat memori
jangka pendek yang berlangsung sedikit lama selama kita menaruh perhatian pada
sesuatu, anak dapat mengingatnya kembali jika terus-menerus mengulang sebuah hal
sampai bisa menuliskannya, maka hal tersebut akan tersimpan dalam memori selama kita
aktif memikirkannya. 10
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan kebersihan gigi dan mulut sebelum dan setelah pemberian edukasi dengan
metode video kartun animasi. Dimana nilai rata-rata tingkat pengetahuan kebersihan gigi
dan mulut setelah pemberian edukasi mengalami peningkatan terhadap nilai rata-rata
sebelumnya.
Tingkat pengetahuan pada kelompok ini mengalami peningkatan pada posttest-1.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriany (2016)
didapatkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dengan menggunakan alat bantu animasi
kartun lebih efektif untuk peningkatan pengetahuan kesehatan siswa kelas V SDN 24
Kota Banda Aceh. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Patonah (2019) bahwa
penggunaan media gambar kartun dapat menjadi salah satu alat bantu pembelajaran bagi
guru untuk meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik karena dengan
menghadirkan gambar-gambar kartun yang disukai peserta didik maka motivasi belajar
peserta didik akan meningkat. 11,12
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Vera (2018) tentang “pengaruh
penyuluhan dengan media animasi terhadap pengetahuan dan sikap tentang makanan
bergizi, seimbang dan aman bagi siswa sekolah dasar di Jakarta”. Ditemukan bahwa
pengetahuan dan sikap siswa SD sesudah pemberian penyuluhan tentang makanan
bergizi, seimbang dan aman dengan animasi lebih baik daripada sebelum pemberian
penyuluhan. 5
Hal tersebut dikarenakan media kartun animasi dinilai efektif digunakan untuk
meningkatkan motivasi belajar dan karakter kerja keras siswa sekolah dasar. media video
animasi juga terbukti dapat meningkatkan daya tarik peserta didik. Hal ini sejalan dengan
penelitian Meartriecs (2016) tentang “efektivitas dental health education dengan media
animasi kartun terhadap perubahan perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut siswa
sekolah dasar di manado”, didapatkan bahwa media ini efektif dalam merubah perilaku
anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. 6
Nilai rata-rata tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut terjadi
penurunan pada hasil posttest 2 dan 3, dimana penurunan nilai rata-rata pada posttest ke
2 dapat disebabkan oleh beberapa faktor, Salah satu faktor penyebabnya yaitu beberapa
siswa mengalami kesulitan pada saat mengakses link quiziz dikarenakan perbedaan sistem
operasi smartphone/laptop (windows/android). Dimana pada sistem windows
mengharuskan penggunanya untuk memasukkan alamat email terlebih dahulu kedalam
website aplikasi quiziz apabila ingin mengakses link kuesioner yang telah diberikan. Hal
ini dapat menimbulkan rasa jenuh serta mengakibatkan penurunan konsetrasi fokus pada
anak dalam mengerjakan kuesioner.
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lastri (2015)
tentang ‘’ Pengaruh kejenuhan terhadap prestasi belajar peserta didik ‘’ didapatkan bahwa
seorang peserta didik yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat
bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses informasi sehingga kemajuan
belajarnya seakan-akan ‘’jalan ditempat’’, Kejenuhan belajar juga sangat mempengaruhi
prestasi belajar anak menjadi rendah sebaliknya anak yang tidak memiliki kejenuhan
dalam belajar maka prestasi belajarnya akan menjadi tinggi. 13
Adapun penurunan nilai rata-rata tingkat pengetahuan anak pada posttest ke 3
disebabkan oleh sikap dan daya ingat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nofindra (2019) tentang “Ingatan, Lupa, dan Transfer Dalam Belajar dan
Pembelajaran” didapatkan bahwa makin lama jarak waktu antara kejadian awal
(pemberian edukasi) dengan saat bercerita (posttest-3), maka makin banyak
perubahannya. Perubahan ini juga dipengaruhi oleh sikap anak, yang kemungkinan terjadi
kecenderungan sikap menolak/sikap negatif dari sampel.14
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rijal (2015)
tentang ‘’ Hubungan antara sikap, kemandirian belajar dan gaya belajar siswa‘’
didapatkan bahwa anak yang mempunyai sikap positif terhadap suatu hal yang disukai
akan cenderung lebih tekun dalam belajar sehingga mencapai hasil yang memuaskan, dan
sebaliknya anak yang mempunyai sikap negatif terhadap sesuatu hal dia tidak akan
bersemangat belajar sehingga dapat memberikan hasil yang kurang memuaskan. 15
Adapun faktor lain yang mungkin menjadi penyebab penurunan nilai rata-rata pada
postetst 2 dan 3, dimana media kartun animasi yang diberikan hanya dalam bentuk dua
dimensi sehingga secara visual kurang nyata hal ini akan berpengaruh terhadap minat dan
sikap anak sehingga proses dan hasil belajarnya akan mengalami penurunan. Hal ini
dikarenakan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal (faktor dari dalam anak) yaitu
aspek fisiologis dan aspek psikologis, dimana aspek psikologis anak terdiri atas
intelegensi, sikap, bakat, dan minat anak dalam proses pembelajaran. 15
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa p-value dari masing-masing metode pemberian
edukasi baik metode video modelling maupun video kartun animasi memiliki nilai
(p<0,05) sehingga terdapat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan kebersihan gigi dan
mulut sebelum dan setelah pemberian edukasi. Berdasarkan uraian dan temuan diatas
dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : pemberian edukasi dengan
menggunakan metode video modelling dan kartun animasi dapat meningkatkan tingkat
pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut, dimana pemberian metode video
modelling juga terbukti lebih efektif dalam mempertahankan tingkat pengetahuan
dibandingkan dengan video kartun animasi.
Hal ini disebabkan karena salah satu kekurangan dari video kartun animasi yaitu
mememerlukan kreatifitas dan keterampilan yang cukup memadai untuk mendesain
animasi yang dapat secara efektif digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lowe dalam Sovia (2019) mengatakan
bahwa penerima informasi yang tidak memiliki pengetahuan awal akan cenderung
memperhatikan perubahan animasi yang menarik secara perseptual dibandingkan dengan
perubahan penting dalam memahami materi, sehingga keefektifan media animasi juga
sangat dipengaruhi oleh perancangan dan pembuatan media animasi. 16

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Mangkura II Kota
Makassar tahun 2021, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tingkat
pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut sebelum dan setelah pemberian
edukasi dengan metode video modelling dan kartun animasi. Serta didapatkan juga bahwa
pemberian metode video modelling terbukti lebih efektif dalam mempertahankan tingkat
pengetahuan dibandingkan dengan video kartun animasi.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu, diharapkan dari hasil
penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai metode pemberian edukasi yang
tepat dan efektif pada anak sekolah dasar dalam meningkatkan pengetahuan kebersihan
gigi dan mulut. Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti bukan hanya mengetahui
tingkat pengetahuan kebersihan gigi dan mulut tetapi juga tingkat kesehatan gigi dan
mulutnya serta dapat membandingkan efektivitas metode video modelling dan kartun
animasi dengan media audiovisual lainnya. Peneliti juga menyarankan untuk penelitian
mengenai tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut dengan metode
video modelling dan kartun animasi ini dapat dilakukan secara langsung (tatap muka),
agar dapat melihat keefektifan dari kedua media penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Agusta R MV, AK AI, Firdausy MD. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi
Dengan Kondisi Oral Hygiene Anak Tunarungu Usia Sekolah. Mendali J.
2015;2(1):67.

[2] Ramadhan A, dkk. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Terhadap Angka Karies Gigi Di SMPN 1 Marabaha. Kedokt Gigi. 2016;1(2):176.

[3] Katli. Faktor-Faktor Kejadian Karies Gigi Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Betungan Kota Bengkulu. J Nurs Public Heal. 2018;6(1):46–52.

[4] Shorayasari S, Effendi D, Puspita S. Perbedaan Pengetahuan Setelah Diberikan


Pendidikan Kesehatan Tentang Menggosok Gigi Dengan Video Modeling. J Ilmu
Kesehat Masy. 2017;8(1):43.

[5] Dewi Haris VS. Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Animasi Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Tentang Makanan Bergizi, Seimbang Dan Aman Bagi
Siswa SD 08 Cilandak Barat Jakarta Selatan Tahun 2017. Qual J Kesehat.
2018;1(1):38–42.

[6] Tandilangi M, Mintjelungan C, Wowor VNS. Efektivitas Dental Health Education


Dengan Media Animasi Kartun Terhadap Perubahan Perilaku Kesehatan Gigi
Dan Mulut Siswa SD Advent 02 Sario Manado. J e-GIGI. 2016;4(2):106–9.

[7] Jannah AR, Khotimah H, Andayani SA, Kholisotin K, Hamid A. Metode


Stimulasi Dan Metode Modeling Terhadap Cara Menggosok Gigi Yang Benar
Pada Anak Prasekolah. J Keperawatan Jiwa. 2020;8(2):139.

[8] Damayanti A, Suradika A, Asmas B. Strategi Mengurangi Kejenuhan Anak


Dalam Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ ) Melalui Aplikasi ICANDO Pada Siswa
Kelas I SDN Pondok Pinang 08 Pagi. Semin Nas Penelit LPPM UMJ [Internet].
2020;1–
10. Available from: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit

[9] Lestari I. Pengaruh Waktu Belajar Dan Minat Belajar. J Form. 2014;3(2):115–25.

[10] Waluyo ME. Revolusi Gaya Belajar Untuk Fungsi Otak. Nadwa. 2014;8(2):209.

[11] Andriany P, Novita CF, Aqmaliya S. Perbandingan Efektivitas Media Penyuluhan


Poster Dan Kartun Animasi Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut. J
Syiah Kuala Dent Soc. 2016;1(1):21–8.

[12] Patonah D, Wijaya WM, Rosalin E, Indonesia UP, Barat J, Pembelajaran M.


Efektivitas Penggunaan Media Gambar Kartun Pada Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Peserta Didik Sekolah Dasar. J Penelit
Pendidik. 2019;19(1):37–45.

[13] Sari LM. Pengaruh Kejenuhan Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Di Sma
Negeri 1 V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Student Guid
Couns STKIP PGRI Sumatera Barat. 2015;1(1):1–6.

[14] Rudi Nofindra. Ingatan, Lupa, Dan Transfer Dalam Belajar Dan Pembelajaran. J
Pendidik Rokania. 2019;5(1):21–34.
[15] Rijal S, Bachtiar S. Hubungan Antara Sikap, Kemandirian Belajar, Dan Gaya
Belajar Dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa. J Bioedukatika. 2015;3(2):15.

[16] Sovia, Suharti, Daryono. Efektifitas Penggunaan Media Animasi Untuk


Meningkatkan Pengetahuan Tentang Hiv/Aids. Jambura J Heal Sci Res.
2019;1(2):37–46.

Anda mungkin juga menyukai