Anda di halaman 1dari 26

MODEL PENGAMBILAN

KEPUTUSAN
Hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur yang ada
serta relevansinya terhadap masalah yang akan diselesaikan

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Della Oktaviani
(2018.61.003123)
Erika Tika Sari
(2018.61.003132)
Rezal Binanto Pratama
(2018.61.003142)
Rensiana Beni
(2018.61.003144)
1
Annisa Marizki
(2018.61.003145)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................

DAFTAR ISI…………….....................................................................

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN………………......................

1.1. Pengertian Model Pengambilan Keputusan ...............

2...................................................................................

1.2. Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan..................

1.3. Contoh Kasus...............................................................

17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................

26

2
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1.1 Pengertian Model Pengambilan Keputusan

Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat

penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri

merupakan suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara

cepat dan benar.

Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai

berikut:

 Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu

ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.

 Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara

unsur- unsur itu.

 Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar

3
variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.

 Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.

Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system

yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat

disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan

memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan

kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.

Dalam analisis pengambilan keputusan ini ternyata semuanya menggunakan

model paling tidak secara implisit. Mengenai hal ini Hovey, memberikan contoh

mengenai pengecatan gedung sekolah.

1. Pengecatan gedung sekolah yang kotor dan tidak merata, secara tidak

langsung dapat berakibat kurangnya konsentrasi belajar para siswanya.

2. Pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor pun, secara tidak

langsung dapat berakibat kurangnya konsentrasi mengajar para guru sekolah

yang bersangkutan

3. Begitu pula pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor,

akhirnya justru akan menyebabkan sekolah terpaksa mengeluarkan biaya yang

lebih banyak lagi.

4. Pengecatan yang baik dan benar, perlu dilakukkan dengan perubahan warna

setiap dua tahun sekali. Pengecatan dengan cara demikian itu akan

meningkatkan konsentrasi belajar para siswa dan mengajar para guru sekolah

yang bersangkutan.

5. Pengecatan gedung sekolah itu ada dalam keadaan baik dan tepat, apabila

4
dilakukan setiap dua tahun sekali.

Dari uraian tersebut, empat butir pertama masing-masing mendasarkan diri pada model

yang berbeda, tetapi secara implisit menunjukkan adanya hubungan antara pengecatan

dan pendidikan atau pelaksanaan pendidikan. Model kelima merupakan praktik

pengecatan itu sendiri (sebaiknya dilakukan dua tahun sekali).

Alasan-alasan yang dikemukakan pada butir (1) dan (2) dapat dibenarkan oleh

yayasan sekolah. Butir (3) merupakan model penarikan kesimpulan secara teknis

mengenai hubungan antara pengecatan dan struktur, jadi diluar prinsip-prinsip keahlian.

Butir (1) dan (2) menghubungkan antara pengecatan dengan pelaksanaan kegiatan

siswa dan kegiatan guru.

Pada umumnya, semua model itu mempunyai aspek-aspek tertentu masing-

masing adalah idealisasi, atau abstraksi dari bagian dunia nyata (praktik nyata), atau

dengan kata yang lebih tepat dan jelas imitasi dari kenyataan, mengenai hal ini Olaf

Helmer menyatakan bahwa: karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi;

elemen-elemen tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang

menganalisis keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan

abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan konseptual.

Setiap unsure dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran

matematika atau sasaran fisik.

Hubungannya dengan unsur lain mencerminkan adanya kekayaan atau

peralatan dan hubungan lain berupa tiruan. Sebagai contoh, system lalu lintas kota

dapat dibuat tiruannya dengan membuat miniature yang menggambarkan adanya

jaringan-jaringan, jalan-jalan, rambu- rambu lalu lintas, beserta kendaraan persis seperti

5
sesungguhnya.

Jika para analis membuat model, mereka biasanya melakukan hal itu supaya

dapat menetapkan tindakan yang paling tepat dalam situasi tertentu. Kemudian

digunakan untuk memberikan saran bagi pembuat keputusan. Dengan demikian pada

hakikatnya model itu merupakan pengganti hal yang nyata, mewakili kejadian

sesungguhnya, dengan harapan agar dapat mengatasi masalah apabila timbul

masalah yang sesungguhnya. Model ini sendiri dibuat dengan menyesuaikan pada

situasi dimana model itu akan dibuat. Di samping itu, model pun dibuat sesuai dengan

tujuan penggunaan model itu sendiri.

Pembuatan dan penggunaan model menurut Kast, memberikan kerangka

pengelolaan. Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau

system yang kompleks. Jadi dengan menggunakan model situasi yang kompleks

disederhanakan tanpa penghilangan hal- hal yang esensial dengan tujuan untuk

memudahkan pemahaman.

Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah

digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan

lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk

membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan

matematika merupakan bahasa simbolik khusus.

2.2 Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan

Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini

disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan

sebagai berikut:

6
1. Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model

perencanaan, dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti

purpose.

2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model

tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan,

dan sebagainya.

3. Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan

nasional, kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.

4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.

5. Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik,

model non konflik, dan sebagainya.

6. Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika

perlu digunakan; lain-lain.

7. Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model

global, model keseluruhan, dan lain-lain.

8. Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah

direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu

dibicarakan juga.

Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model

kualitatif.

1. Model kuantitatif

Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah

serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan

matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau

7
merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk computer.

Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi,

dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan

pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik) atau permasalahan

yang dibuat model untuk pemecahannya.

2. Model kualitatif

Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak

kurang jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan

melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan

pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang

pemecahannya dibuatkan model.

Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan

keputusan yang kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang

hasilnya kurang diketahui dengan pasti).

8
1. Model Probabilitas

Model probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan konsep

probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability

and expected value).

Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat

terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring). Misalnya

kartu bridge terdiri atas 52 buah kartu; berarti tiap-tiap kartu hanya memiliki

kemungkinan 1/52. Kartu heart 1 (jantung merah 1) hanya memiliki kemungkinan 1/52.

Begitu pula halnya dengan dadu berisi 6, masing-masing sisi hanya memiliki

kesempatan atau kemungkinan 1/6 untuk menang. Demikian juga halnya dengan

probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung

terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut. Sampel itu sendiri

merupakan sebagian yang dianggap mewakili keseluruhan (populasi).

Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu adalah

1/6 itu merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan masing-masing (untuk kartu

adalah 52 dan untuk dadu adalah 6). Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan

keputusan dalam organisasi, yang semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang

diharapkan masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat menanggulangi terhadap

kesulitan-kesulitan dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan pendapatan

masyarakat, lain sebagainya.

2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)

Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam

pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-

9
kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang.

Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwabyang terjadi merupakan

kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai

kondisionalnya adalah nilai dimana terjadinya peristiwa yang diharapkan masih

diragukan.

Sebagai contoh; pemerintah mengeluarkan undian social berhadiah Rp 400 juta.

Jumlah undian yang dijual sebanyak dua juta lembar dengan nilai nominal harga tiap

lembarnya Rp 500,-. Kalau undian sebanyak dua juta lembar itu laku semuanya, maka

pendapatan pemerintah dari hasil penjualan sebesar Rp 1 milyar. Pendapatan bersih

sebesar Rp 600 juta. Kemungkinan memenangkan hadiah dari tiap lembar undian

adalah seperdua juta. Nilai harapannya sebetulnya hanyalah ½ juta x 400 juta = Rp 200

juta.

3. Model matriks

Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected value), ada

juga model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah model matriks (the payoff

matrix model).Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi

antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.

Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a particularly

convenient method of displaying and summarizing the expected values alternative

strategics.Model matriks terdiri atas dua hal, yakni baris dan lajur. Baris (row)

bentuknya mendatar, sedangkan lajur (column) bentuknya menegak (vertikal). Pada sisi

baris berisi macam alternative strategi yang digelarkan oleh pengambil keputusan,

sedangkan pada sisi lajur berisi kondisi dan nilai harapan dalam kondisi dan situasi

yang berlainan. Contoh dibawah ini menggambarkan adanya strategi yang berbeda-

10
beda dalam konsep atau pandangan ekonomi yang bervariasi.

Jika menggunakan strategi investasi yang sifatnya agresif (berani) sebesar Rp

100 juta, hasil yang dimungkinkan dari investasi tersebut akan berkisar antara 5-25%-

nya, tergantung apakah keadaan ekonomi saat itu baru mengalami resesi, atau dalam

keadaan normal, atau malahan baru dalam keadaan baik sekali (boom). Apakah hal

kedua yang dilakukan yakni dengan menggunakan strategi penanaman modal yang

termasuk moderat sebesar Rp 50 juta diharapkan akan mendapat keuntungan sekitar

2-15%, tergantung dari keadaan ekonomi saat itu. Yang ketiga adalah apabila

kebijakan investasi yang ditempuh secara minimal dengan dana Rp 10 juta dan itu

digunakan untuk penggantian bagian mesin beserta pemeliharaannya pada keadaan

ekonomi yang sedang membaik, diperkirakan dapat member keuntungan 1%, tetapi

apabila dalam keadaan resesi atau dalam keadaan normal diperkirakan tidak akan

memberi keuntungan.

4. Model pohon keputusan (Decision Tree Model)

Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan

suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-

komponen, kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi

masing-masing. Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana

yang sekiranya paling tepat untuk dijadikan keputusan.

Pohon keputusan ini biasanya dipergunakan untuk memecahkan masalah-

masalah yang timbul dalam proyek yang sedang ditangani. Selanjutnya Welch dan

Comer memberikan definisi mengenai pohon keputusan (decision tree) sebagai berikut:

“The decision tree is a simple diagram showing the possible

consequences of alternative decisions. The tree includes the decision

11
nodes chance modes, pay offs for each combination, and the probabilities

of each event.”

Menurut Welch, ada 4 komponen dari pohon keputusan yakni : simpul

keputusan, simpul kesempatan, hasil dari kombinasi, dan kemungkinan-kemungkinan

akibat dari setiap peristiwa yang terjadi. Hal yang kiranya penting dalam pohon

keputusan adalah pengambil keputusan itu haruslah secara aktif memilih dan

mempertimbangkanbetul-betul alternative mana yang akan dijadikan keputusan

Tipe analisis pembuatan keputusan mana yang akan digunakan sangat

tergantung pada kemungkinan-kemungkinan yang rasional dapat dikemukakan

terhadap masalah yang dihadapinya. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan informasi

yang lengkap,upto-date dan dap;at dipercaya kebenarannya, sehingga memudahkan

bagi pimpinan untuk mengambil keputusan dengan baik.

Pohon keputusan itu dinamakan juga diagram pohon karena bentuknya berupa

diagram. Diagram ini bentuknya seperti pohon roboh. Diagram pohon ini merupakan

salah satu langkah yang diperlukan, misalnya dalam pengambilan rancangan bangun

proyek. Konsep proses ini pada dasarnya mengikuti teori system, dimana antara

komponen yang satu dengan komponen yang lain merupakan mata rantai proses yang

berkesinambungan, yang saling bergantung.

Adapun langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai

berikut:

1. Mengadakan identifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang

ada yang secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang

nantinya harus dipecahkan melalui diagram keputusan. Masalah tertentu

itulah yang merupakan masalah utama.

12
2. Masalah utama itu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.

3. Masalah yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam

masalah yang lebih kecil lagi. Begitu seterusnya, sehingga merupakan

diagram pohon yang bercabang-cabang.

Itulah sebabnya mengapa keputusan atau proses pengambilan keputusan yang

dilakukan semacam itu dinamakan diagram pohon. Diagram pohon itu sangat

bermanfaat bagi tim yang mengadakan analisi masalah untuk kemudian dipecahkan

bersama-sama dalam tim itu karena masalahnya dan pemecahaanya saling berkaitan.

Tanpa bantuan anggota tim lainnya masalah yang begitu kompleks tidak akan dapat

dipecahkan.

5. Model Kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh).

Kurva Indeferen merupakan kurva berbentuk garis dimana setiap titik yang

berada pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang

sama. Misalnya, penggunaan barang A dan B meskipun kombinasi jumlah masing-

masing berbeda, namun apabila semuanya itu berada pada titik kurva indiferen,

kepuasan sama. Kurva Indeferen mempunyai 4 ciri penting, yakni sebagai berikut.

1. Kurva indeferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang negatif

menunjukan fakta atau asumsi bahwa satu komoditas dapat diganti dengan

komoditas lainnya sedemikian rupa sehingga konsumen mempunyai tingkat

kepuasan yang tetap sama.

2. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka

keduanya tidak akan saling berpotongan.

3. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik melalui

setiap titik sehingga membentuk garis kurva.

13
4. Kurva indeferen di butuhkan bagi pengorbanan tertentu untuk mendapatkan

kepuasan yang optimal.

6. Model Simulasi Komputer.

Menurut model ini, pengambilan keputusan diperlukan rancang bangun

(design) yang biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan apa-

apa yang dilakukan oleh organisasi. Karena dengan menggunakan komputer,

hal ini lebih mudah dihitung dan diketahui besarnya pengaruh variable terhadap

dependen. Sebab dengan menggunakan komputer jangkauan pikiran dan

pemikirannya secara secara operasional menjadi lebih luas dan panjang serta

mampu memecahkan masalah yang kompleks karena komputer dapat

menciptakan simulasi (permainan,tiruan) yang dapat menggambarkan dengan

tepat seperti kegiatan yang sesungguhnya. Sebagai contoh,setiap pilot pesawat

terbang harus dapat memberi keputusan dengan tepat dan cepat apa yang herus

segera dilakukan jika menghadapi situasi yang cukup riskan dalam atau selama

penerbangan. Apabila keputusan dan tindakan itu tepat maka selamatlah

pesawat terbang dengan segala isinya tetapi apabila ternyata keputusan dan

tindakan yang diambil keliru maka akan fatallah penerbangan itu dan pilot

bertanggung jawab atas musibah yang dialaminya. Oleh karena itu,setiap calon

pilot harus banyak latihan memecahkan masalah penerbangan melalui cockpit

tiruan yang bentuk,besar,dan juga instrumennya persis sama dengan cockpit

pesawat sungguhan.

Dari hasil latihan simulasi itu calon pilot mendapat instruksi-instruksi yang

harus dikerjakan dengan tepat dan cepat untuk menyelamatkan pesawatnya.

Jika ia telah cukup mahir menjalankan instruksi, kemudian keteranpilan

14
ditingkatkan dengan memberi masalah kepada calon pilot untuk segera

dipecahkan dengan cepat dan tepat. Simulasi penerbangan tersebut semacam

video game. Dengan melalui latihan bersimulasi yang intensif calon pilot akan

mahir mengemudikan pesawat terbang sungguhan dan barulah di coba dengan

pesawat sesungguhnya.

Selanjutnya Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka

analisis kebijakan pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai

berikut.

1. Model Matematika

Model matematika ini menggunakan teknik seperti misalnya linear

programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula

dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan

sebagai simulator.

2. Model Simulasi Komputer

Model ini merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang

dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang

sesungguhnya misalnya cockpit pesawat dimana calon pilot melatih diri

melalui cockpit tiruan tersebut.

3. Model Permainan Operasional

Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil

keputusan. Informasi diperoleh dari komputer atau video game yang

menyajikan masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan

(war games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang

berupa datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan macam-macam

15
cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan menghancurkan

musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut.

4. Model verbal

Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih

bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang kemudian

diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang nonkuantitatif.

Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau

menyangkut birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang

memiliki 4 ciri,sebagai berikut.

1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat

tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh

anggotanya secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi

masalah administratif substansial.

2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat

menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada

organisasi itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada

pekerjaannya.

3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung

pada prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang

dibuat oleh organisasi tersebut.

4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran.

Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga

ikut menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.

16
Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern

(lingkungan) ikut berperan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian.

Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi

terhadap berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan

pertimbangan.

5. Model fisik

Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting

untuk dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan

bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya

berlaku model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan yang

sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian keputusan dalam program

pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian

mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan

dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya. Ini lebih

merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada

policy maker.

CONTOH KASUS : MASALAH GROSIR

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi grosir adalah bagaimana

menentukan tingkat persediaan (stock) barang agar permintaan konsumen terpenuhi

dan biaya gudang (tempat penyimpanan barang) tersebut tidak terlalu mahal. Hal ini

selalu menjadi tujuan karena ketidakmampuan memberikan solusi yang optimal akan

menghasilkan dua jenis kerugian dalam usaha grosir. Sebagai contoh khusus, diambil

masalah grosir buah yang menjual buah strawbarry. Buah ini mempunyai masa (waktu)

17
jual yang terbatas, dalam arti jika tidak terjual pada hari pengiriman, maka tidak akan

laku dijual pada hari berikutnya. Jika diandaikan harga pengambilan satu keranjang

strawberry adalah $20, dan grosir akan menjualnya dengan harga

$50 satu keranjang. Berapa keranjangkah persediaan yang perlu diambil setiap

hari oleh grosir agar mendapat resiko kerugian minimum, atau agar mendapat

keuntungan maximum? Hal ini dapat diselesaikan dengan konsep peluang jika

informasi tentang jumlah data penjualan beberapa hari yang lalu ada dicatat. Untuk

membahas kasus ini selanjutnya diandaikan data penjualan selama 100 hari yang lalu

tercatat sebagai berikut:

Tabel 1. Data Penjualan

Jumlah Strawbary Penjualan

terjual

Jumlah Hari (Dalam

Satuan Keranjang)
10 15
11 20
12 40
13 25
Jumlah 100

ANALISIS KEPUTUSAN

Analisis keputusan yang dimaksud disini adalah suatu rangkaian proses dalam

membahas permasalahan yang dikemukakan di atas. Hal ini dapat dilakukan dengan

memperkenalkan konsep jenis kerugian yang ditimbulkan, pemakaian konsep peluang,

dan perhitungan ekspektasi kerugian.

 Pendefinisian Jenis Kerugian

Bila dalam membahas permasalahan di atas kita fokuskan terhadap minimisasi


18
kerugian maka perlu didefinisikan dua jenis kerugian yang akan ditimbulkan dalam

kasus tersebut. Jenis kerugian yang pertama dikenal dengan obsolescence looses.

Jenis kerugian ini disebabkan oleh persediaan yang terlalu banyak sehingga harus

dibuang pada hari berikutnya, (jenis ini hampir sama dengan biaya gudang akibat

terlalu lama penyimpanan). Misalnya dari kasus tersebut di atas, jika jumlah strawberry

yang disediakan oleh grosir adalah 12 keranjang namun permintaan pada hari itu hanya

10 keranjang, maka grosir akan mengalami kerugian sebesar $40 (yaitu dari harga

pembelian 2 keranjang strawberry yang tidak terjual). Jenis kerugian yang kedua adalah

opportunity looses. Jenis kerugian ini disebabkan oleh kurangnya persediaan sehingga

ada pembeli yang tidak terlayani.

Dengan kata lain, kerugian ini timbul akibat keuntungan yang seharusnya

diperoleh tetapi tidak jadi diperoleh karena kekurangan stock. Misalnya dari kasus di

atas, jika jumlah strawberry yang disediakan oleh grosir adalah 10 keranjang

sedangkan permintaan pada hari itu mencapai 12 keranjang, maka grosir akan

mengalami kerugian sebesar $60 (yaitu keuntungan yang tidak diterima dari hasil

penjualan 2 keranjang strawberry bila stock ada).

Tabel.2 Tabel Kerugian Bersyarat

19
Kemungkina Kemungkinan Persediaan yang

n Jumlah Dilakukan(X)
10 11
Yang

diminta (X)

12

13
10 $0 $2 $40 $60

0
11 30 0 20 40
12 60 30 0 20
13 90 60 30 0
Adopsi Konsep Peluang

Konsep peluang yang sudah didefinisikan sebelumnya dapat diadopsi untuk data

persoalan tersebut di atas. Jika tujuan grosir adalah untuk menentukan persediaan

jumlah strawberry dalam satuan keranjang pada hari tersebut, dimisalkan dengan X,

maka berdasarkan data di atas X adalah peubah acak diskrit yang dapat mengambil

nilai 1O, 11, 12, dan 13. Dan distribusi Peluang X (jumlah keranjang strawberry) dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Peluang X

Jumlah Jumlah Frekwens

Strawbary Hari i Relatif

terjual Penjualan (fr)

Dalam (f) P(X=x)

Satuan

Keranjang
20
(X)
10 15 0.1

5
11 20 0.2

0
12 40 0.4

0
13 25 0.2

5
Jumlah 10 1.0

0 0

Perhitungan Ekspektasi Kerugian

Mengingat tujuan utama dari analisis ini adalah untuk menentukan jumlah stock

strawberry agar resiko (kerugian) minimum, maka analisis dilakukan dengan

memperhitungkan ekspektasi kerugian. Analisis perhitungan ekspektasi ini akan

disajikan dalam tabel, dengan memperhitungkan semua kemungkinan yang dapat

terjadi, dimulai dari tabel ekspektasi kerugian bila persediaan 10 keranjang sampai

dengan tabel ekspaktasi kerugian bila persediaan 13 keranjang.

Tabel 4. Ekspektasi kerugian dari Persediaan 10 Keranjang

Jumlah Kerugia Peluang Ekspekta

Kemungkina n X P (X) si

n Permintaan Bersyara Kerugian

(X) t X.P (X)


10 $0 0.1 $0.00

5
11 30 0.2 6.00

21
0
12 60 0.4 24.00

0
13 90 0.2 22.50

5
Jumlah 1.0 $52.50

Kolom kerugian bersyarat pada Tabel 4 di alas diambil, dari tabel 2 untuk kasus

persediaan 10 keranjang. Kolom ke empat dari Tabel 4 menyatakan bahwa jika 10

keranjang disediakan setiap hari selama masa yang panjang (long period), maka

kerugian secara rata-rata (ekspektasi kerugian) adalah $52.50. Tentu tidak ada jaminan

bahwa jika besok diambil persediaan 10 keranjang maka sudah pasti akan rugi %52.50.

Dengan cara yang sama tabel 5, 6, dan 7 dapat dibentuk dan diinterpretasikan.

Tabel 5. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 11 Keranjang

Jumlah Kerugia Peluang Ekspekta

Kemungkinan n X P (X) si

Permintaan Bersyara Kerugian

(X) t X.P (X)


10 $20 0.1 $3.00

5
11 0 0.2 0.00

0
22
12 30 0.4 12.00

0
13 60 0.2 15.00

5
Jumlah 1.0 $30.00

Hasil analisis ekspektasi kerugian yang disajikan dalam tabel 4 sampai dengan 7

dapat digunakan untuk mengambit keputusan. Dapat dilihat bahwa minimum kerugian

yang terjadi adalah $17.50. Hal ini terjadi pada tingkat persediaan 12 keranjang

Strawberry. Ini berarti grosir lebih baik menyediakan 12 keranjang setiap harinya, untuk

kasus tersebut di atas.

Seandainya untuk membahas permasalahan di atas dilakukan anatisis dengan

mempertimbangkan keuntungan yang maksimum, maka hasilnya tidak akan berbeda

yaitu dengan jumlah persediaan 12 keranjang perharinya.

Tabel 6. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 12 Keranjang

Jumlah Kerugia Peluang Ekspekta

Kemungkina n X P (X) si

n Permintaan Bersyara Kerugian

(X) t X.P (X)


10 $40 0.1 $6.00

5
11 20 0.2 4.00

0
12 0 0.4 0.00

0
13 30 0.2 7.50

23
5
Jumlah 1.0 $17.50

Tabel 7. Ekspektasi Kerugian Dari Persediaan 13 Keranjang

Jumlah Kerugian Peluang Ekspektas

Kemungkinan Bersyarat X P (X) i

Permintaan (X) Kerugian

X.P (X)
10 $60 0.15 $9.00
11 40 0.20 8.00
12 20 0.40 8.00
13 0 0.25 0.00
Jumlah 1.00 $52.50
KESIMPULAN DARI KASUS DI ATAS

Pemakaian Teori Peluang untuk membahas persoalan ketidakpastian dapat

dilakukan bilamana dimiliki suatu informasi yang dapat dimodifikasi menjadi frekwensi

relatif. Contoh kasus masalah grosir buah tetah menunjukkan bagaimana penggunaan

konsep teori peluang dan ekspektasi digunakan untuk mengambii keputusan. Dan

perhitungan dapat diperoleh bahwa nilai minimum kerugian adalah $17.50, dengan

jumlah persediaan perharinya 12 keranjang.

24
DAFTAR PUSTAKA

M. Iqbal Ansam, 2004, Teori Pengambilan Keputusan

Darnius, Open, 2004, Pemakaian Peluang Dalam Membuat Keputusan,Jurusan

Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

Utara, Sumatera Utara

25
26

Anda mungkin juga menyukai