KELOMPOK 3 - Makalah Distribusi Pendapatan Dan Desain Delegasi Kebijakan Moneter
KELOMPOK 3 - Makalah Distribusi Pendapatan Dan Desain Delegasi Kebijakan Moneter
Nama Kelompok 3 :
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 4
1.4 Manfaat penulisan .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5
2.1 Distribusi pendapatan dan desain delegasi kebijakan moneter................................ 5
2.2 Unsur politik distribusi pendapatan ........................................................................... 6
2.3 Distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi ................................................... 7
2.4 Delegasi Kebijakan Moneter ........................................................................................ 9
2.5 Perilaku Kelompok Masyarakat Rasional ................................................................ 10
2.6 Model distribusi pendapatan dan desain delegasi kebijakan moneter di Indonesia
............................................................................................................................................ 11
2.7 Distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi ................................................. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 14
3.2 Saran ...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model Kebijakan moneter terdiri dari 3 asumsi dasar, yaitu dampak riil dari
kejutan inflasi, jaminan komitmen kebijakan dari pembuat kebijakan, dan distorsi
ekonomi pajak mengakibatkan output agregat actual dibawah output agregat optimal.
Pembuat keijakan mempunyai motivasi untuk menciptakan kejutan inflasi pada
tingkat inflasi teranstispasi secara penuh sehingga output agregat actual sebesar
output agregat alamiah. Pengembangan model Barro dan Gordon adalah
memasukkan unsur politik ke dalam model BG. Dalam model ini perekonomian
terdiri dari masyarakat berpendapatan rendah dan tinggi. Kelompok masyarakat
berpendapatan rendah dan tinggi menerima pengaruh yang berbeda dari output
agregat dan inflasi yang disebut dengan dampak distribusi pendapatan.
3
3. Bagaimanakah model distribusi pendapatan dan desain delegasi kebijakan
moneter di Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang unsur politik distribusi pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi
2. Untuk mengetahui model delegasi kebijakan moneter terhadap perilaku
kelompok masyarakat rasional
3. Untuk mengetahui model distribusi pendapatan dan desain delegasi kebijakan
moneter di Indonesia
1.4 Manfaat penulisan
1. Untuk menambah wawasan mengenai distribusi pendapatan dan desain
delegasi kebijakan moneter
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis kebijakan moneter dan
internasioal
4
BAB II
PEMBAHASAN
Model Barro dan Gordon adalah memasukkan unsur politik kedalam model
Barro dan Gardon. Barro dan Gordon (1983) menganalisis time inconsistency dalam
kebijakan moneter melalui teori permainan (game theory) ala Nash equilibrium antara
bank sentral dan sektor privat dalam perekonomian. Model Barro-Gordon
mengasumsikan bank sentral mampu mengelola proses ekonomi dan mengarahkan
kebijakan moneternya untuk kesejahteraan sosial yang juga memasukkan preferensi
masyarakat. Masyarakat hanya mempunyai parameter tindakan berupa ekspektasi
inflasi.
(a) masyarakat harus membentuk ekspektasi inflasinya pada awal periode dan
memegangnya sampai akhir periode permainan,
(b) bank sentral mempunyai diskresi penuh dalam menentukan strategi sepanjang
waktu. Dalam situasi ini, target inflasi yang ditetapkan di awal periode belum
tentu akan optimal pada akhir periode, dan akan menghasilkan kerugian sosial
bagi bank sentral dan masyarakat.
5
Pengembangan Model Barro dan Gordon
Yaitu memasukkan unsur politik kedalam model Barro Gordon, ide dasar dari
unsur politik dari fungsi tujuan pembuat kebijakan adalah bahwa perekonomian
terdiri dari kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan tinggi. Kelompok
masyarakat berpendapatan rendah dan tinggi menerima pengaruh yang berbeda dari
output agregat dan inflasi yang disebut dengan dampak distribusi pendapatan.
6
Distorsi ekonomi adalah yang membuat kondisi ekonomi tidak efisien
sehingga menggangu agen ekonomi dalam rangka memaksimalkan
kesejahteraan mereka sendiri. Ditjen pajak menyatakan kebijakan tax
exemption atau pengecualian pajak dianggap sebagai biang kerok tidak
efisienan pemungutan PPN dan berpotensi distortif keperekonomian. pada
dasarnya kbijakan tax exemption diterapkan karena klasifikasi barang
merupakan kebtuhan pokok dan administrasi yang belum bagus. Akan tetapi
kebijakan tersebut juga harus melihat dampak turunannya. Misalnya
dampaknya ke inflasi, daya beli rumah tangga dan potensi beban administrasi
yang tinggi.
7
output agregat.pertumbuhan ekonomi mnjadikan distribusi pndptan mnjdi merata.
Prtumbuhan ekonomi suatu daerah mrupakan slh satu ukuran kinerja pembangunan
daerah khususnya dibidang prekonomian. Diasumsikan bahwa bentuk preferensi
pembuat kebijakan adalah fungsi kerugian sosial kuadratik, yaitu :
L = ( D - Dr ) + ⸹ (y – yr )2
Jika tingkat inflasi pada model Borro Gordon [ ∏BG =∏r + c α ( y – yr ) ] maka
ukuran biaya serta unit deviasi output agregat (y – yr ) terhadap deviasi inflasi ( ∏ -
∏r ) adalah :
⸹
c = θ2 [θ1 α + θ2]
8
ditunjukkan bahwa bias inflasioner tidak berasosiasi dengan warna politik dari
pembuat kebijakan.
L = 𝜋 2 + λ𝑈𝑁 2
UN=UNa+𝑣 [𝐸(𝜋) − 𝜋] + 𝜀
Dimana :
9
UNa = tingkat pengangguran alamiah
Persamaan diatas merupakan model monopoli dimana kontrak upah nominal tidak
dapat diindeks dengan inflasi secara penuh. Inflasi yang tak terantisipasi akan
menurunkan tingkat pengangguran karena penurunan upah riil mendorong
perusahaan tenaga kerja lebih banyak. Jika kejutan inflasi tidak ada maka tingkat
pengangguran akan sebesar [UNa ] dan realisasi kejutan acak adalah independently
identically distributed (IID). Pembuatan kebijakan meminimalkan kerugian social
terhadap tingkat inflasi dengan kendala dengan persamaan :
𝜕𝐿
= 2𝜋 − 2λ v [UN𝑎 + 𝑣(𝐸(𝜋) − 𝜋) + 𝜀]
𝜕𝜋
𝜋=λ v [Una+v(E(π)−π)+ε]
(λ𝑣 2 +1) 𝜋
𝐸(𝜋) = λ v 𝑈𝑁𝑎
10
Pembuat kebijakan dapat mengurangi masalah konsistensi waktu dengan
mendelegasikan kebijakan moneter kepada bank sentral. Oleh sebab itu,
konservatiseme independensi bank sentral bergantung pada bagaimana sikap
kelompok terhadap masalah konsistensi waktu. Kelompok masyarakat rasional akan
meminimalkan ekspektasi kerugian social. Misalkan kelompok masyarakat selalu
memerhatikan masalah stabilisasi kebijakan sehingga pembuat kebijakan menghadapi
masalah optimalisasi sebagai berikut :
LOG[UNE] = UNa+v[50x(GPI+GPI(-1))-100×GPI]+ 𝜀1
DIS = 01 LOG[GDP]+01LOG[100×GPI]+ 𝜀1
11
Hasil penafsiran ketiga model dengan three stages least squares (3SLS)
dimana model penawaran agregat, pengangguran, dan distribusi pendapatan sesuai
dengan ekspektasi teori dan signifikan secara statistik pada tingkat @=5 %, kecuali
model distribusi pendapatan. Output agregat ilmiah merupakan konstanta dari model
penawaran agregat yaitu y0= 12,51. Pada model kerugian sosial di atasatas diperoleh
tingkat inflasi sebagai berikut:
Artinya inflasi aktual merupakan fungsi meningkat dari deviasi output agregat (y-y0)
target inflasi (πy) dan biaya perunit deviasi output. Otoritas moneter dapat
meningkatkan dapat meningkatkan output agregat diatas output agregat ilmiah
dengan menciptakan kejutan inflasi. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah
akan lebih enggan terhadap penganguran (output), sebaliknya kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi akan lebih enggan terhadap inflasi.
𝐷𝑇−01𝑦− 0𝑎
𝜋1 = = 41,37-29,13 DT
02
𝛿 𝛼 [𝑦1−𝑦𝑎 ]
𝜋𝐷𝐼𝑆 = 𝜋𝐶𝑂𝑀 +0 = 𝜋𝐶𝑂𝑀 + 137,62𝛿[yT-ya]
2 (01 𝛼+02
Artinya inflasi pada kebijakan diskresi lebih tinggi dari inflasi pada kebijakan
komitmen dan kelebihan target output agregat diatas output agregat ilmiah
12
menimbulkan biasanya inflasioner. Oleh sebab itu, inflasi optimal pada kebijakan
diskresi dan kebijakan komitmen adalah
𝛿 𝛼 [𝑦1−𝑦𝑎 ]
𝜋𝐷𝐼𝑆 = 𝜋𝐶𝑂𝑀 +0 = 41,37-29,13 DT + 137,62𝛿[yT-ya]
2 (01 𝛼+02
Biaya satu unit deviasi output agregat (y-yt) terhadap deviasi inflasi (π-πy) adalah
𝛿
C=0 = 983.03 𝛿
2 [01 𝛼+02 ]
Artinya bias inflasioner pada model distribusi adalah independen terhadap target
distribusi pendapatan dan merupakan fungsi meningkat dari derajat keengganan target
output agregat terhadap distribusi pendapatan. Implikasi dari model BG adalah bahwa
kebijakan moneter harus didelegasikan kepada bankir konservatisme.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15