Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMBANGUNAN SEKTOR SEKUNDER

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

Dea Melinda 1802111985

Dina Anggrian 1802124244

Renny Safitri 1802123943

JURUSAN ILMU EKONOMI

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karenaberkat pertolongan-Nya jualah kami dapat menyusun makalah ini dan
dapatmenyelesaikannya.

Dalam makalah ini kami membahas salah satu bagian dari


pelajaranPerekonomian Indonesia, yaitu tentang Pembangunan Sektor Sekunder.

Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai pembuat sangat


menyadaribahwa makalah ini begitu jauh dari kesempurnaan baik dalam penempatan
kata,ejaan, maupun cara penyusunannya.

Untuk itu, kami sebagai pembuat sangat mengharap kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan pada kesempatanyang akan datang.Semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat memberi ilmu,informasi, pengetahuan, dan
wawasan baru yang bermanfaat, guna untukmengembangkan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pekanbaru, Maret 2020

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang sedang


dikembangkan di Indonesia sebagai sektor penggerak kemajuan sektor-sektor
ekonomi lainnya salah satunya adalah Sektor industri pengolahan yang merupakan
komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Berdasarkan data Distribusi
PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha1 kontribusi
output sektor industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional
selama periode Triwulan I-IV Tahun 2019 berkisar 19,70 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur menjadi leading sector yang
memberikan sumbangan terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibanding
sektor lainnya. Sektor ini juga memberikan kontribusi ekonomi yang besar dalam
transformasi struktur ekonomi bangsa dari sektor pertanian ke arah sektor industri.

Mengingat pentingnya peran sektor industri pengolahan terhadap PDB


nasional, maka diperlukan indikator dini untuk mengamati perkembangan industri
pengolahan. Perkembangan produksi Industri Pengolahan Besar dan Sedang (IBS)
dapat dipantau menggunakan beberapa indikator yang diukur secara konsisten dari
waktu ke waktu. Indikator tersebut antara lain: indeks produksi sebagai indikator
utama, sedangkan nilai output, jumlah tenaga kerja, dan produktivitas sebagai
indikator pendukung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan sector sekunder ?
2. Bagaimana kontribusi sector sekunder pada PDB ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sector sekunder

2. Untuk Bagaimana kontribusi sector sekunder pada PDB

1
1.4 Manfaat Penulisan

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pembangunan dan penerapan


sector sekunder di Indonesia.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sektor sekunder

Sektor sekunder atau secondary sector merupakan sektor produksi yang


berkaitan dengan manufaktur. Secondary sector berkaitan erat dengan sektor primer,
karena dalam proses pengolahannya membutuhkan bahan mentah dari sektor primer.
Secara garis besar, produksi sektor sekunder dibagi menjadi tiga kegiatan ekonomi
utama, yaitu:

1. Mengambil bahan mentah atau bahan baku dari industri primer dan kemudian
mengolahnya menjadi barang konsumsi. Contohnya produksi pangan.
2. Mengolah kembali barang yang sebelumnya telah diproduksi oleh sektor
sekunder lainnya menjadi produk baru. Contohnya produksi kendaraan.
3. Mengolah kembali barang modal bekas untuk memproduksi barang konsumen
atau non konsumen. Contohnya ban mobil yang tidak terpakai diolah kembali
menjadi barang lainnya.

Sektor sekunder dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Sektor sekunder industri berat atau skala besar Sektor industri ini
membutuhkan investasi modal yang besar pada peralatannya. Misalkan
pendirian pabrik serta pembelian mesin berkualitas. Contohnya industri
pemurnian minyak bumi, pabrik kendaraan bermotor, serta manufaktur mesin
berat.
2. Sektor sekunder industri ringan atau skala kecil Sektor industri ini tidak
membutuhkan modal yang terlalu besar. Mayoritas hasil produksinya bersifat
standar atau tidak terlalu mahal untuk dibeli. (kompas, 2020)
2.2 Industri Pengolahan

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan


kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan

3
sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya
menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekatkepada
pemakai akhir.(Badan pusat statistic)

2.3 Pengertian Pendapatan Nasional

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu


negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik
atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi.

PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur
ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
dari tahun ke tahun.

Dari data PDB dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya,
seperti :

1. Produk Nasional Bruto

yaitu PDB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu
sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik
penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang
sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.

2. Produk Nasional Neto atas dasar harga pasar

yaitu PDB dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang
digunakan dalam proses produksi selama setahun.

4
 

3. Produk Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi yaitu

produk nasional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung
neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut
pemerintah dikurangi dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak
tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa
yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual
sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk nasional neto atas dasar biaya
faktor produksi disebut sebagai Pendapatan Nasional.

5
BAB III

PEMBAHASAN

Sektor sekunder terdiri dari aktivitas ekonomi yang mengolah bahan baku


menjadi barang jadi dan setengah jadi. Sektor ini mengambil output dari sektor primer
dan mengolahnya menjadi barang yang dapat digunakan oleh industri lain atau
langsung dipakai oleh konsumen. Sektor sekunder umumnya dibagi menjadi dua
yaitu industri ringan dan berat. Sektor ini memerlukan energi yang sangat banyak dan
suplai bahan baku untuk beroperasi, mereka juga butuh yang konstan agar dapat terus
melakukan kegiatan produksi. Berikut ini merupakan yang termasuk ke dalam sector
sekunder :

Perusahaan Industri Pengolahan

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan


mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga
menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan
perakitan (assembling).

Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada
kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak pengolah hanya
melakukan pengolahannya dengan mendapat imbalan sejumlah uang atau barang
sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan penggilingan padi yang
melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani dengan balas jasa tertentu.

Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan


kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu
bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri

6
mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung
jawab.

Perusahaan Industri Pengolahan dibagi dalam 4 golongan yaitu :

1. Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih)


2. Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang)
3. Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang)
4. Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang)

Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya didasarkan


kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan apakah
perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa memperhatikan
besarnya modal perusahaan.

Keterangan 2016 2017 2018


Jawa 28 542 27 417 24 489
Luar Jawa 6 621 6 160 5 626
Jumlah 35 163 33 577 30 115

Tabel. 1 Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang, Jawa dan Luar Jawa

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019

Sektor industri pengolahan mempunyai pertumbuhan PDB yang positif dalam


kurun waktu Tahun 2016 sampai 2019. Pada Tahun 2017 - 2019 pertumbuhan
cenderung mengalami perlambatan. Pertumbuhan terendah terjadi di Tahun 2019
yaitu mencapai 3,80 persen.

7
Gambar 1. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan dengan PDB nasional

Sumber : Badan pusat statisik, 2019

Pertumbuhan PDB Nasional mempunyai nilai yang hampir sama dengan


pertumbuhan industri manufaktur yaitu tumbuh pada kisaran 5 persen setiap
tahunnya. Pertumbuhan PDB nasional tertinggi terjadi pada Tahun 2018, yaitu
sebesar 5,17 persen.

Gambar 2. Tabel Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan Non Migas dan


Kontribusinya Terhadap PDB Nasional (%)

8
Sumber : Badan pusat statistik, 2019

Menggambarkan bahwa kontribusi tiga sektor ekonomi atau lapangan usaha


terhadap PDB nasional selama Tahun 2016 hingga Tahun 2019. Pada tabel tersebut
terlihat bahwa Industri pengolahan non migas mempunyai kontribusi yang besar
terhadap PDB nasional jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Kontribusi sektor
industri pengolahan menunjukkan peningkatan di tahun 2016 hingga di angka lebih
dari 18 persen, namun kemudian turun di tahun 2017 menjadi 17,89 persen. Setelah
sektor industri pengolahan, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor juga memiliki
kontribusi besar terhadap PDB nasional dalam periode waktu yang sama. Baik sektor
pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor perdagangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor sama-sama memiliki kontribusi sekitar 13 persen.
Kondisi seperti itu menunjukkan bahwa industri pengolahan memiliki peranan yang
penting dalam pembentukan PDB nasional maupun keterkaitannya dengan sektor lain
dalam perekonomian Indonesia.

Gambar 3. Nilai PDB pada Beberapa Lapangan Usaha dan Nasional Atas
Dasar Harga Konstan (Miliar Rp)

Pada Tahun 2019, baik kontribusi industri pengolahan terhadap PDB nasional
diperkirakan akan bertambah besar nilainya dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.2 yang menunjukkan bahwa hasil

9
perhitungan PDB nasional Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2019 nilai PDB sektor
industri pengolahan memiliki kecenderungan meningkat. Nilai PDB industri
pengolahan non migas naik sebesar 4,34 persen pada tahun 2019. Kondisi serupa juga
terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
dan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Meskipun kedua sektor tersebut
diduga mengalami pertumbuhan yang positif, namun besaran nilai masing-masing
sektor tersebut belum dapat melebihi nilai yang diperoleh sektor industri manufaktur.
Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan pula bahwa struktur perekonomian
Indonesia Tahun 2019 tidak akan berubah secara signifikan dengan sektor industri
pengolahan tetap sebagai the leading sector terhadap PDB nasional.

Industri pengolahan masih konsisten memberikan kontribusi paling besar


terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada Januari-Desember 2019, ekspor produk
industri pengolahan mampu menembus hingga 126,57 miliar dollar AS atau
menyumbang sebesar 75,5 persen terhadap total ekspor Indonesia yang menyentuh di
angka 167,53 miliar dollar AS sepanjang tahun lalu (Kemenperin, 2020).

Pertumbuhan jumlah usaha/ perusahaan akan berdampak secara langsung


terhadap faktor-faktor produksi yaitu tenaga kerja dan nilai. jumlah usaha/ perusahaan
IBS.

Tabel. 2 Proporsi Tenaga Kerja pada Sektor Industri Manufaktur

Jenis Industri Proporsi Tenaga Kerja pada Sektor


Industri Manufaktur (Persen)
2018 2019 2020
Industri Makanan 3,67 3,74 3,75
Industri Minuman 0,27 0,30 0,30
Industri Pengolahan Tembakau 0,36 0,34 0,34

Industri Tekstil 1,11 1,00 3,75


Industri Pakaian Jadi 2,03 2,08 0,31
Industri Kulit, barang dari kulit dan 0,60 0,68 0,32

10
alas kaki
Industri kayu, barang dari kayu dan 1,37 1,34 0,86
gabus (tidak termasuk furnitur) dan
barang anyaman dari bambu, rotan dan
sejenisnya

Industri kertas dan barang dari kertas 0,23 0,22 1,81

Industri pencetakan dan reproduksi 0,29 0,27 0,52


media rekaman

Industri produk dari batu bara dan 0,04 0,04 1,26


pengilangan minyak bumi

Industri bahan kimia dan barang dari 0,34 0,31 0,19


bahan kimia

Industri farmasi, produk obat kimia dan 0,11 0,13 0,22


obat tradisional

Industri karet, barang dari karet dan 0,45 0,47 0,03


plastic
Industri barang galian bukan logam 0,99 1,02 0,26

Industri logam dasar 0,18 0,20 0,10


Industri barang logam, bukan mesin 0,51 0,54 0,44
dan peralatannya

Industri komputer, barang elektronik 0,14 0,14 0,86


dan optik

Industri peralatan listrik 0,13 0,17 0,19


Industri mesin dan perlengkapan YTDL 0,14 0,17 0,47

Industri kendaraan bermotor, trailer dan 0,17 0,18 0,12


semi trailer

11
Industri alat angkutan lainnya 0,22 0,20 0,14

Industri furnitur 0,60 0,63 0,14


Industri pengolahan lainnya 0,55 0,57 0,16

Jasa reparasi dan pemasangan mesin 0,17 0,15 0,16


dan peralatan

INDONESIA 14,68 14,91 0,58


Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Sektor industri masih memberikan kontribusi terbesar pada struktur produk


domestik bruto (PDB) nasional sepanjang triwulan II tahun 2020 dengan mencapai
19,87 persen. Namun, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat
penyerapan tenaga kerja di industri pengolahan hanya sebanyak 17,48 juta orang per
Agustus 2020 dikarenakan wabah Covid-19. Angkanya turun 7,65 persen dari
penyerapan periode yang sama tahun lalu, 18,93 juta orang. Realisasi penyerapan
tenaga kerja industri pengolahan pada Agustus 2020 setara dengan 13,61 persen dari
total tenaga kerja nasional. (cnn Indonesia, 2020).

Gambar 4. Nilai Output Industri Pengolahan Besar dan Sedang Tahun 2010-
2018

12
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018

Selama periode Tahun 2010 sampai Tahun 2018 nilai output industri
pengolahan besar dan sedang mengalami peningkatan 1022 persen tiap tahunnya,
kecuali Tahun 2013 yang hanya meningkat 0,46 persen. Peningkatan tertinggi terjadi
pada Tahun 2016 yaitu sebesar 34,47 persen atau meningkat sekitar 1.445 triliun
rupiah. Angka produktivitas tenaga kerja industri pengolahan besar dan sedang
menggambarkan seberapa besar output yang dapat dihasilkan oleh satu tenaga kerja.
dapat dilihat bahwa angka produktivitas industri pengolahan besar dan sedang
periode Tahun 2010-2017 selalu mengalami kenaikan, tetapi kemudian pada Tahun
2018 mengalami penurunan sebesar 13,35%..

Gambar 5. Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pengolahan Besar dan Sedang


Tahun 2010-2018

13
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019

Angka produktivitas tenaga kerja pada Tahun 2011 naik sebesar 11,10
persen dibanding Tahun 2010, demikian juga Tahun 2012, 2013, 2014, 2015, 2016
dan 2017 yang naik masing-masing sebesar 6,40 persen, 25,97 persen, 10,63 persen,
10,67 persen, 6,20 persen, dan 14,84 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada Tahun 2018, angka produktivitas tenaga kerja adalah sebesar 507,37 juta rupiah/
orang atau naik sebesar 15,26 persen dibanding tahun sebelumnya, yang menjadikan
Tahun 2018 sebagai tahun dengan produktivitas tenaga kerja industri manufaktur
besar dan sedang tertinggi selama Tahun 2010-2018.

Tabel 3. Jumlah perusahaan Menurut 2-digit KBLI

KBLI 2 digit (Deskripsi) Jumlah Perusahaan Menurut 2-digit KBLI


(Unit)
Mikro Kecil
2017 2018 2019 2017 2018 2019
10 Makanan 1 467  1 681  1 544  71  59  42 
095 986 780 022 793 239
11 Minuman 132  111  97 882 1 698 2 310 1 019
568 703
12 Pengolahan Tembakau 80 561 51 406 102  104  73  103 

14
026 933 173 858
13 Tekstil 274  253  288  9 042 8 016 7 335
184 508 819
14 Pakaian Jadi 513  537  586  41  32  27 
003 606 412 000 139 256
15 Kulit, Barang dari Kulit dan 62 415 52 438 51 014 13  11  6 308
Alas Kaki 858 845
16 Kayu, Gabus (Tidak Termasuk 590  579  648  17  11  10 
Furnitur) dan Anyaman dari 836 132 012 506 752 414
Bambu, Rotan dsj
17 Kertas dan Barang dari Kertas 6 146 5 823 8 709 496 932 694
18 Pencetakan dan Reproduksi 37 167 32 583 27 759 7 705 4 704 3 839
Media Rekaman
19 Produk dari Batu Bara dan - - - - - -
Pengilangan Minyak Bumi
20 Bahan Kimia dan Barang dari 37 566 27 917 33 881 1 235 919 709
Bahan Kimia
21 Farmasi, Produk Obat Kimia 15 843 8 468 14 316 201 204 281
dan Obat Tradisional
22 Karet, Barang dari Karet dan 27 737 9 270 13 122 2 329 3 558 1 202
Plastik
23 Barang Galian Bukan Logam 287  201  219  38  24  20 
011 541 620 222 553 521
24 Logam Dasar 8 917 7 232 3 559 458 246 184
25 Barang Logam, Bukan Mesin 168  116  114  15  10  6 106
dan Peralatannya 735 171 626 720 295
26 Komputer, Barang Elektronik 1 049 697 963 256 100 32
dan Optik
27 Peralatan Listrik 1 085 516 1 216 246 214 115
28 Mesin dan Perlengkapan ytdl 1 728 3 644 2 105 538 397 526
29 Kendaraan Bermotor, Trailer 1 628 2 344 1 847 453 500 599
dan Semi Trailer
30 Alat Angkutan Lainnya 10 379 7 941 6 730 590 415 472
31 Furnitur 157  145  131  23  15  13 
096 442 036 469 411 739
32 Pengolahan Lainnya 216  152  222  7 481 3 810 5 259

15
745 358 149
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan 6 403 8 611 6 525 333 424 361
Mesin dan Peralatan
JUMLAH 4 105  3 998  4 127  358  265  253 
897 337 108 791 710 068

Sumber: Badan Pusat Statistik

Industri Kecil Menengah


Sektor industri kecil menengah merupakan sektor yang memiliki berbagai
peran penting dalam perekonomian. Selain itu, Industri Kecil Menengah (IKM)
adalah usaha yang mempunyai ketahanan akan krisis ekonomi. Hal ini terbukti saat
terjadi krisis tahun 1998, IKM bisa bertahan dari keterpurukan yang dialami usaha
besar lainnya. Bahkan jumlah IKM semakin meningkat paska terjadinya krisis.

Faktor pendukung IKM dapat bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya


pada masa krisis adalah: (1) sebagian besar IKM memproduksi barang konsumsi dan
jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, (2)
sebagian besar IKM mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari
bank ataupun lembaga keuangan lainnya. Sehingga pada masa krisis keterpurukan
sektor perbankan dan naiknya suku bunga tidak berpengaruh terhadap IKM, (3)
Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak
memberhentikan pekerjanya. Sehingga pengangguran yang ada melakukan kegiatan
usaha yang berskala kecil, akibatnya jumlah IKM semakin meningkat (Partomo dan
Soejodono, 2004).

Berdasarkan peraturan perindustrian yang disebut sebagai industry Industry


kecil merupakan industri yang mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja
dan memiliki nilai investasi kurang dari satu milyar rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan. Adapun, kelebihan dari industri kecil adalah sebagai berikut:

1. Pemilik merangkap manajer perusahaan dan merangkap semua fungsi manajer.

16
2. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber daya baru, serta
barang dan jasa baru.

3. Fleksibel terhadap fluktuasi jangka pendek, namun tidak memiliki rencana jangka
panjang.

4. Bebas menentukan harga barang dan jasa.

5. Prosedur hukum sederhana

Namun, dibalik potensi IKM, kebanyakan industry kecil mengalami kesulitan


permodalan sehingga pelaku industry kecil menengah banyak yang mengajukan
kredit atau pinjaman . Kredit UMKM merupakan semua penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dalam rupiah dan valuta asing, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank pelapor dengan bank dan
pihak ketiga bukan bank yang memenuhi kriteria usaha sesuai undang-undang
tentang UMKM yang berlaku.

Tabel 4. Proporsi Kredit UMKM Terhadap Total Kredit (Triliun Rupiah)

Posisi Kredit Proporsi Kredit UMKM Terhadap Total Kredit


(Triliun Rupiah)
2017 2018 2019
Mikro 221,41 251,34 277,23

Kecil 282,78 312,07 332,12

Menengah 438,20 469,24 488,79

Total UMKM 942,39 1 032,64 1 098,14

Sumber : Badan pusat statistic, 2019

Pada tahun 2019 jumlah pengajuan kredit IKM merupakan yang terbesar
yakni 1098,14 Triliun rupiah naik dibandingkan tahun 2018 yang hanya 1032,64
triliun rupiah. Pengajuan pinjaman yang dilakukan oleh IKM adalah dikarenakan

17
untuk pengembangan usaha. Berikut adalah nilai tambah industry kecil terhadap nilai
tambah industry.

Tabel 5. Proporsi Nilai Tambah Industri Kecil Terhadap Total Nilai Tambah
Industri (Persen)

Wilayah Proporsi Nilai Tambah Industri Kecil Terhadap Total Nilai


Tambah Industri (Persen)

2013 2014 2015

Indonesia 6,28 4,36 3,74

Sumber: Badan pusat statistik, 2019

Nilai tambah industry kecil terhadap total nilai tambah industry setiap tahun
selalu mengalami penurunan yakni pada tahun 2013 jumlah nilai tambah industry
sebanyak 6,28%, kemudian pada tahun 2014 menjadi 4.36% pada tahun 2015
kembali turun menjadi 3,74%.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sektor industri masih memberikan kontribusi terbesar pada struktur produk


domestik bruto (PDB) nasional sepanjang triwulan II tahun 2020 dengan mencapai
19,87 persen. penyerapan tenaga kerja di industri pengolahan hanya sebanyak 17,48
juta orang per Agustus 2020 turun 7,65 persen dari penyerapan periode yang sama

18
tahun lalu, 18,93 juta orang. Realisasi penyerapan tenaga kerja industri pengolahan
pada Agustus 2020 hanya setara dengan 13,61 persen dari total tenaga kerja nasional.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2020. Industri besar dan sedang. Dari


https://bps.go.id/subject/9/industri-besar-dan-sedang.html#subjekViewTab3
diakses pada 17 Maret 2021

Badan Pusat Statistik. 2021. Proporsi Tenaga Kerja pada Sektor Industri
Manufaktur, 2015-2020

Badan Pusat Statistik. 2020. Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang, Jawa
dan Luar Jawa, 2001-2018

Badan Pusat Statistik. 2018. Proporsi Industri Kecil Dengan Pinjaman Atau Kredit,
2015-2017

Kemenperin.2019. dari https://kemenperin.go.id/artikel/21922/Sektor-Industri-Masih-


Jadi-Andalan-PDB-Nasional diakses pada 22 Maret 2021

Kemenperin. 2020. dari https://kemenperin.go.id/artikel/21409/Industri-Pengolahan-


Jadi-Andalan-Ekspor-Nasional diakses pada 22 Maret 2021

Kompas.2020.dari
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/11/130225969/produksi-
sektor-primer-sekunder-dan-tersier?page=all. diakses pada 20 Maret 2021

Rahmawatizaeni. 2019. dari


https://www.kompasiana.com/rahmawatizaeni00/5d5ffa72097f3672767630
b2/industri-kecil-kelebihan-dan-kelemahan?page=2 diakses pada 18 Maret
2021

20

Anda mungkin juga menyukai