Anda di halaman 1dari 9

FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

KARYA ABIDAH EL KHALIQY


Oleh
RANI NURAENI
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Galuh
raninuraeni@gmail.com

ABSTRAK
Sastra tidak hanya memberikan kenikmatan dan kepuasan batin, tetapi juga sebagai sarana
penyampaian pesan moral kepada masyarakat atas realita sosial. Karya sastra tercipta dalam kurun
waktu tertentu dapat terjadi penggerak tentang keadaan dan situasi yang terjadi pada masa
penciptaan karya sastra itu, baik sosial, budaya, agama, politik, ekonomi, dan pendidikan. Mengkaji
karya sastra dapat dilakukan dengan berbagai sudut pandang, tergantung pendekatan atau kajian
yang dipakai, salah satu bentuk pengkajian karya sastra yaitu dari sudut pandang feminisme
terhadap karya sastra itu sendiri. Dari latar belakang yang menarik inilah penulis menyusun skripsi
yang berjudul “Feminisme Dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur feminisme yang terdapat dalam novel
Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskripstif berbentuk kualitatif dengan teknik analisis isi (content analysis) yang
seringkali digunakan untuk mengkaji pesan-pesan. Metode analisis ini digunakan untuk menelaah isi
dari suatu dokumen. Dokumen yang dimaksud disisni adalah Novel Perempuan Berkalung Sorban
karya Abidah El Khalieqy. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik noninteraktif
dengan melakukan pembacaan secara intensif dari novel, melakukan pencatatan secara aktif dengan
metode content analysis. Hasil penelitian dari unsur feminisme sastra adalah: (1) marginalisasi
perempuan, mengakibatkan kemiskinan yang disebabkan oleh berbagai kejadian, misalnya
penggusuran, bencana alam atau proses eksploitasi. (2) subordinasi perempuan, dalam hal ini
perempuan dianggap sebagai makhluk yang irasional dan emosional sehingga diyakini jika kaum
perempuan tidak bisa menjadi pemimpin dalam hal ini mengakibatkan kaum perempuan menduduki
posisi yang sangat tidak penting. (3) stereotipe terhadap perempuan adalah pelebelan atau
penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. (4) kekerasan terhadap perempuan adalah serangan
atau invasi (assault) terhadap fisik maupun mental psikologis seseorang. (5) beban kerja perempuan,
adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihaa dan rajin, serta tidak cocok
untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah
tanggamenjadi tanggung jawab kaum perempuan. Analisis unsur feminisme yang terdapat dalam
novel Perempuan Berkalung Sorban dapat dijadikan sebagai model bahan ajar untuk materi
pembelajaran bahasa indonesia di SMA. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
kita sebagai makhluk sosial untuk mencermati mengenai ketidakadilan gender yang terjadi di
masyarakat.
.
Kata kunci: feminisme, novel, gender, marginalisasi, subordinasi, kekerasan, beban kerja

PENDAHULUAN penciptaan karya sastra itu, baik sosial budaya,


Pada zaman modern sekarang ini agama, politik, ekonomi, dan pendidikan,
kedudukan sastra semakin meningkat dan selain itu karya sastra dapat digunakan sebagai
semakin penting. Sastra tidak hanya dokumen sosial budaya yang menangkap
memberikan kenikmatan dan kepuasan batin, realita dari masa tertentu, menjadi keharusan
tetapi juga sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karya sastra yang tercipta
moral kepada masyarakat atas realita sosial. mencerminkan situasi kondisi pada saat karya
Karya sastra tercipta dalam kurun waktu sastra ditulis.
tertentu dapat terjadi penggerak tentang Salah satu masalah yang sering muncul
keadaan dan situasi yang terjadi pada masa dalam karya sastra adalah subordinasi

124 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017
FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIQY
RANI NURAENI

perempuan. Anggapan negatif terhadap merupakan novel yang mengangkat


perempuan atau pendefinisian perempuan permasalahn tentang kehidupan perempuan.
dengan menggunakan kualitas yang dimiliki
laki-laki sangat berhubungan denagn konsep Pengertian Feminisme
gender. Gender adalah suatu sifat yang Feminisme identik dengan istilah gender.
melekat pada kaum laki-laki dan perempuan Konsep terpenting dalam membahas kaum
yang dikontruksi secara sosial maupun perempuan adalah membedakan antara konsep
kultural. seks dan konsep gender. Fakih (2008:3)
Ketidak adilan gender termanifestasikan menyatakan bahwa “pemahaman mengenai
dalam berbagai bentuk yaitu marginalisasi atau konsep tersebut sangat diperlukan dalam
proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau melakukan analisis untuk memahami
anggapan tidak penting dalam keputusan persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang
politik, pembentukan stereotype, kekerasan menimpa kaum perempuan”.
(violence), beban kerja lebih panjang dan lebih Hal tersebut di perkuat dengan pendapat
banyak (burden), (Mansour Fakih 2013:13). yang di kemukakan oleh Humm (2007:157-
Secara umum novel Perempuan 158) berikut ini.
Berkalung Sorban Karya Abidah EL Khalieqy Feminisme menggabungkan doktrin
banyak memberikan gambaran-gambaran persamaan hak bagi perempuan yang menjadi
tentang perempuan, mengapa perempuan perlu gerakan yang terorganisasi untuk mencapai
melakukan pemberontakan dan perubahan hak asasi perempuan, dengan sebuah idiologi
dalam diri dan hidupnya. Sebagai anggota transformasi sosial yang bertujuan untuk
dalam sebuah keluarga sudah selayaknya menciptakan dunia bagi perempuan
menempati posisi sebagai seorang anak dari selanjutnya Humm menyatakan feminisme
seorang kyai yang mempunyai pesantren. merupakan idiologi pembahasan perempuan
Anissa sosok perempuan yang mempunyai dengan keyakinan bahwa perempuan
karakter cerdas, berani, dan berpendirian kuat mengalami ketidakadilan karena jenis
dalam menentang ketidak adilan gender kelaminnya.
terhadap dirinya, menginginkan perubahan Fakih (2008:99) mengungkapkan bahwa
serta mampu memperjuangkan apa yang “feminisme adalah suatu gerakan yang pada
menjadi hak dan kepentingannya. Bahwa pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa kaum
dasarnya perempuan juga bebas untuk memilih perempuan pada dasarnya ditindas dan di
apa yang ingin dilakukan selagi hal itu baik eksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri
untuk dirinya, seorang perempuan bisa untuk penindasan eksploitasi tersebut”.
memutuskan dan menentukan sendiri apa yang Pendapat lain juga mengartikan bahwa
dianggap pantas untuk diri dan hidupnya. feminisme adalah sebuah paham yang muncul
Perempuan dapat melakukan segala sesuatu ketika wanita menuntut untuk mendapatkan
hal yang sepatutnya dilakukan oleh seorang kesetaraan yang sama dengan pria” (Hannam
laki-laki, karena perempuan dapat hidup 2007:22).
mandiri walaupun tampa kehadiran laki-laki Berdasarkan ketiga teori di atas maka
dihidupnya. dapat disimpulkan bahwa faminisme adalah
Dalam karya sastra sering dijumpai idiologi, paham serta asumsi yang menyatakan
gambaran tentang kehidupan sosial manusia, bahwa perempuan mengalami ketidakadilan,
dan melalui karyanya seorang pengarang eksploitasi, deskriminasi dan perbedaan
menyampaikan respon penapsiran terhadap perlakuan dengan laki-laki serta menuntut
situasi dan lingkungan di dalam suatu adanya kesamaan hak antar laki-laki dan
masyarakat. Novel Perempuan Berkalung perempuan tersebut.
Sorban sebagai salah satu karya naratif yang Gender
sarat dengan unsur-unsur ceritanya,

125 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017
FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIQY
RANI NURAENI

Konsep gender sangat erat hubungannya kata latin novellas yang diturunkan pula dari
dengan perempuan. Saat ini belum ada kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru
penjelasan yang jelas mengenai konsep gender karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis
dan mengapa konsep tersebut penting guna sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-
memahami sistem ketidakadilan sosial. Untuk lain, maka novel ini muncul kemudian”.
memahami konsep gender harus dibedakan Pendapat lain juga mendeskripsikan novel
antara kata gender dengan kata seks (jenis dalam arti yang berbeda, seperti yang
kelamin). dikatakan Rahmanto (1992:70) “novel adalah
Fakih (2008:9) memaknai “Gender bentuk lain dari prosa cerita yang memiliki
sebagai jenis kelamin adalah sifat yang struktur yang komfleks dan dibangun dari
melekat pada laki-laki dan perempuan yang unsur-unsur yang dapat didiskusikan”.
dikonstruksikan secara sosial maupun Sedangkan menurut Wellek dan Warren
kultural”. Dengan begitu tampak jelas bahwa (1992:282) “ novel adalah gambaran dari
berbagai pembedaan tersebut tidak hanya kehidupan dan prilaku yang nyata, dari zaman
mengacu pada perbedaan biologis tetapi juga pada saat novel itu ditulis. Romansa, yang
mencakup nilai-nilai sosial budaya. Nilai-nilai ditulis dalam bahasa yang agung dan dipindah,
tersebut menetukan pereanan perempuan dan menggambarkan apa yang tidak pernah terjadi
laki-laki dalam kehidupan pribadi di dalam dan tidak mungkin terjadi”.
setiap bidang masyarakat. Secara sederhana Nurgiyantoro (2011:11) mengungkapkan
dapat dinyatakan bahwa gender adalah sebagai berikut:
perbedaan fungsi peran laki-laki dan Novel adalah salah satu bentuk dari
perempuan karena kontruksi sosial, dan bukan sebuah karya sastra, novel merupakan cerita
sekedar jenis kelamainnya. Dengan sendirinya fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan
gender dapat berubah dari waktu ke waktu mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik.
sesuai kontruksi masyarakat yang Sebuah novel biasanya menceritakan tentang
bersangkutan posisi peran laki-laki dan kehidupan manusia dalam berintraksi dengan
perempuan. lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat novel, si pengarang berusaha semaksimal
disimpulkan bahwa gender adalah perbedaan mungkinuntuk mengarahkan pembaca kepada
antara perempuan dengan laki-laki baik itu gambaran-gambaran realita kehidupan melalui
mengenai hak, kewajiban, tanggung jawab, cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
dan peran yang dapat dibentuk dan diubah Berdasarkan beberapa pendapat di atas
oleh kultur budaya, tradisi, pemahaman dapat disimpulkan bahwa novel merupakan
agama, dan status sosial masyarakat setempat. bentuk karya sastra berbentuk prosa yang
Gender yang berlaku dalam suatu masyarakat tersusun atas unsur-unsur kompleks yang
antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena membentuk sebuah cerita.
itu gender berbeda dengan jenis kelamin.
Jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) METODE
merupakan ketentuan Tuhan yang mutlak Metode yang digunakan dalam penelitian
sedangkan gender terwujud dari ketentuan- ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
ketentuan yang dibuat oleh manusia bukan teknis analisis isi (content analysis) yang
oleh Tuhan. sering kali digunakan untuk mengkaji pesan-
pesan.
Pengertian Novel Metode penelitian kualitatif adalah
Banyak sekali pakar yang metode yang mencakup masalah deskripsi
mendeskripsikan novel dengan arti yang murni tentang program dan atau pengalaman
berbeda-beda. Seperti yang dikatakan Tarigan orang di lingkungan penelitian yang bertujuan
(1993:161) bahwa “kata novel berasal dari untuk membantu pembaca mengetahui apa
yang terjadi di lingkungan dibawah

126 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017
FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIQY
RANI NURAENI

pengamatan, seperti apa pandangan partisispan pedas semi kelezatan dan kenyamanan perut
yang berada dilatar penelitian, seperti apa mereka (PBS 2001:48).
perestiwa atau aktivitas yang terjadi di luar Kutipan tersebut bercerita tentang
penelitian (Emzir, 2014:174). bagaimana tokoh utama mendapatkan
Metode analisis ini digunakan untuk perlakuan berbeda yang dilakukan oleh
menelaah isi dari dari suatu dokumen. ayahnya. Sikap tidak suka akan perbedaan
Dokumen yang di maksudkan adalah novel perlakuan yang di terimanya, ditunjukan oleh
Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah sikap tokoh utama yang sering melanggar
El Khalieqy. aturan-aturan yang ada. Sikap-sikap yang
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, ditunjukan oleh tokoh utama bermakna bahwa
gambar, dan bukan angka-angka.ini ia menginginkan kebebasan dari budaya
dikarnakan penelitian kualitatif merupakan patriarki yang ada dilingkungannya. Ia tidak
jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak menerima hanya karena alasan ia diperlakukan
diperoleh dari hasil statistik atau bentuk berbeda.
hitungan. Data yang dikumpulkan adalah Pengambilan latar tempat di jawa juga
berupa kata-kata, Gambar, dan bukan angka- mempengaruhi terjadinya diskriminasi
angka.hal ini disebabkan oleh adanya terhadap perempuan pada novel ini “dalam
penerapan metode kualitatif, selain itu, semua kontruksi budaya jawa munculnya
yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kencenderungan boy preference (lebih
kunci terhadap apa yang sudah diteliti berpihak kepada anak laki-laki).
(Moelong, 2001:11). Kecenderungan tersebut akhirnya
menimbulkan ketidakadilan yang terefleksi
dalam perlakuan yang berbeda terhadap anak
HASIL DAN PEMBAHASAN laki-laki dan perempuan.” Seperti yang di
Analisis Unsur Feminsme yang terdapat jelaskan pada kutipan tersebut, bahwa dalam
dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban budaya masyarakat jawa anak laku-laki lebih
Marginalisasi terhadap Perempuan diutamakan dan dihargai kebebasannya dari
Salah satu unsur feminisme dalam novel
pada anak perempuan. Ini pula yang terjadi
Perempuan Berkalung Sorban bentuk ketidak
dalam novel Perempuan Berkalung Sorban
adilan yaitu marginalisasi. Marginalisasi pada
yang mengambil latar di daerah Jawa Timur.
perempuan merupakan batasan-batasan yang
Sikap yang di tunjukan oleh Anisa
di terima oleh kaum perempuan. Niali-niali
menujukan bahwa ia memiliki keinginan untuk
fatriarki yang sangat kental membuat kaum
diperlakukan secara adil, meskipun ia seorang
perempuan mengalami diskriminasi dalam
perempuan. Ia tidak menerima perlakuan
kehidupannya.
orang-orang di sekitarnya yang menganggap
Dalam novel Perempuan Berkalung
perempuan sebagai mahluk lemah dan bahwa
Sorban disinggung bagaimana cara mendidik
pada dasarnya manusia diciptakan sama,
orang tua yang selalu membeda-bedakan
meskipun berasal dari bangsa, suku, budaya
perlakuan untuk anak laki-laki dan anak
yang berbed. Hal ini bertentangan dengan
perempuan. Hal ini dialami oleh tokoh utama
perlakuan yang dilakukan oleh orang-orang
yang selalu mendapatkan perlakuan yang beda
disekitarnya, yang membeda-bedakannya
dengan sodara laki-lakinya, seperti pada
dengan saudara laki-lakinya.
kutipan berikut:
Subordinasi terhadap Perempuan
Tidak seperti Wildan dan Rizal yang
Subordinasi adalah suatu sikap yang
bebas keluyuran dalam kuasanya, main bola,
menempatkan perempaun pada posisi yang
dan main layang-layang, serta aku disekap di
tidak penting muncul dari adanya anggapan
dapur untuk mencuci kotoran bekas makanan
bahwa perempaun itu emosional atau irasional
mereka, mengiris makanan hingga mataku
sehingga perempuan tidak bisa tampil

127 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017
FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIQY
RANI NURAENI

memimpin. Konsep subordinasi pada tersebut jarang sekali berpihak pada


perempuan dalam novel Perempuan Berkalung perempuan. Bentuk stereotipe yang terdapat
Sorban terlihat dalam lingkup rumah tangga dalam novel Perempuan Berkalung Sorban
yaitu melalui pendidikan yaitu dengan yaitu anggapan bahwa perempuan itu
memprioritaskan anak laki-laki untuk penggoda, seperti pada kutipan berikut ini :
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi keakrabanmu dengannya akan
dibandingkan perempuan, ini disebabkan menimbulkan kecurigaan masyarakat. Terlebih
adanya anggapan bahwa perempuan tidak sekarang ini, ingatlah bahwa kau seorang
perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada janda, Nisa. Dan statusmu itulah yang
akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga yang membuat pikiran orang dalam menilaimu. Jika
kerjanya hanya mengurusi urusan rumah sedikit saja kau lengah, mereka akan berebut
tangga. Dalam novel Perempuan Berkalung menggunjingkanmu (PBS 2001:145).
Sorban tokoh utama tidak diizinkan Dari kutipan di atas bahwa budaya dalam
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih masyarakat memberikan stereotipe yang
tinggi, sedangkan kedua saudara laki-lakinya negatif bagi perempuan, yaitu bagi perempuan
boleh. Tetapi walaupun demikian, tokoh yang sebagai mahluk penggoda. Ini ditunjukan
diceritakan menikah ketika ia baru lulus perempuan mendapatkan plebelan degatif
Sekolah Dasar karena perjodohan, tetap hanya karena seorang janda, sehingga
melanjutkan sekolahnya setelah ia menikah. masyarakat menyimpulkan bahwa ia seorang
Maka sekalipun sudah hampir dua perempuan penggoda di saat perempuan pergi
minggu absen dari panggilan guru, kupaksakan dengan laki-laki yang bukan suaminya.
diri ini untuk kembali kesekolah Tsanawiyah. Kekerasan (Violence) terhadap perempuan
Dengan penuh keyakinan bahwa segalanya Volence (kekerasan) merupakan assoult
akan berubah ketika lautan ilmu itu telah (invasi) atau serangan terhadap fisik maupun
berkumpul disini, dalam otakku (PBS integritas mental psikologis seseorang yang
2001:98). dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu.
Kutipan tersebut menunjukan bahwa Kekerasan terhadap sesama manusia pada
tokoh utama tidak ingin putus sekolah lantaran dasarnya berasal dari berbagai sumber, namun
ia sudah menikah. Ia tetap melanjutkan kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu
sekolahnya sampai akhirnya Aliyah (setara disebabkan oleh anggapan gender, kekerasan
dengan SMA). Saat Aliyah ia bercerai dengan pelecehan seksual yang diterima oleh kaum
Samsudin dengan alasan karena karena selama perempuan, jenis kekerasan yang muncul
ini Samsudin selalu berbuat kasar dan tak adalah tindakan pelecehan yang dialami oleh
henti-henti menyakitinya. Terlihat bahwa perempuan di tempat umum. Seperti dalam
tokoh-tokoh perempuan dalam novel kutipan berikut ini:
Perempuan Berkalung Sorban tidak memiliki Maaf. Mungkin lain kali. Sebab seseorang
kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya dan sedang menunggu kami, di utara jalan itu, aku
hanya menjadi ibu rumah tangga saja. menirukan Aisyah lalu secepatnya pergi
Pemikiran yang seperti inilah yang coba kearah utara. Tetapi laki-laki itu tidak
disingkirkan dengan penggambaran tokoh gampang di bohongi, ia mengkap tanganku
Anisa yang teguh kukuh tak menyerah untuk dan berusaha meringkus tubuhku ketika
terus bersekolah. seseorang yang benar-benar dari arah utara
Stereotipe terhadap Perempuan memanggil namaku. Begitu suara pak tasmin
Stereotipe adalah pelabelan atau memanggil namaku, laki-laki itu surut
penandaan negatif terhadap kelompok atau mengurungkan niatnya. Ia melepaskan
jenis kelamin tertentu. Stereoip-stereotip itu tanganku dan menoleh kearah Pak Tasmin.
mencerminkan kesan umum mengenai bahasa Kugunakan kesempatan itu untuk melangkah
perempuan dan laki-laki. Stereoip-stereotip menjauhinya dan Pak Tasmin paham. Lalu

128 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017
FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIQY
RANI NURAENI

mendelik kearah laki-laki monster yang baru suami menggambarkan cara memperlakukan
saja menggodaku. Beberapa orang melintas dan menggauli istrinya secara paksa dan kasar.
dan kemudian berduyun-duyun para penonton Beban kerja Perempuan
keluar dari gedung pertunjukan. Perasaanku Adanya anggapan bahwa kaum
menjadi tenang dan ku ceritakan semuanya perempuan memiliki sifat memelihara dan
kepada Pak Tasmin. “Dia itu laki-laki germo, rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala
tukang menculik anak-anak ganis seperti Jeng rumah tangga, berakibat bahwa semua
Nisa (PBS 2001:65). pekerjaan domestik rumah tangga menjadi
Dari kutipan tersebut dapat diketahui tanggung jawab kaum perempuan, bahwa
bahwa pelecehan pada perempuan dapat sejak lama anggapan mengenai perempuan
terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siap yang hanya boleh memiliki pekerjaan yang
saja. Bahwa selain itu perempuan perempuan hanya di area domestik saja, pencitraan
selalu mendapatkan kekerasan baik kekerasan perempuan yang lemah lembut dia harus
fisik maupun seksual. Kekerasan seksual yang berada di sektor domestik. Pandangan inilah
dialamai perempuan adalah pemerkosaan oleh yang membuat perempuan sulit bergerak di
suaminya sendiri. Dikatakan sebagai ruang publik.
pemerkosaan, padahal dilakukan oleh suami Terdapat gambaran mengenai beban kerja
sendiri ini karena hubungan suami-istri ditunjukan dalam novel Perempuan Berkalung
dibangun atas dasar mencintai dan saling Sorban terdapat gambaran mengenai beban
memahami, tidak ada paksaan di dalamnya kerja ditunjukan melalui tokoh utama dalam
apalagi jika prilaku seksual yang dilakukan itu novel tersebut, dalam novel ini tokoh utama
menyimpang, ini bisa dikatagorikan dalam yang dari kecil sudah ditekankan bahwa
kasus pemerkosaan dalam pernikahan dengan pekerjaan perempuan adalah di rumah menjadi
munculnya kaum perempuan yang selalu ibu rumah tangga, seperti pada kutipan
mendapatkan semua hal itu dari suaminya. berikut:
Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut. Tidak seperti Wildan dan Rizal yang
Dengan paksa pula ia buka bajuku, dan bebas keluyuran dalam kuasanya, main bola,
semua yang menempel dibadan. Aku meronta dan main layang-layang, serta aku disekap di
kesakitan tetapi ia kelihatan semakin buas dan dapur untuk mencuci kotoran bekas makanan
tenaganya semakin lama semakin semakin mereka, mengiris makanan hingga mataku
berlipat-lipat. Matanya mendelik ke wajahku. pedas semi kelezatan dan kenyamanan perut
Kedua tangannya mencengkram bahuku mereka (PBS 2001:23).
sekaligus menekan kedua tanganku hingga Kutipan di atas menyatakan bahwa beban
semuanya menjadi tak tertahankan. Seperti ada kerja pada perempuan memang sekitar
peluru karet yang menembus badanku (PBS pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci,
2001:86). membersihkan rumah, dan lainya. Sebenarnya
Kutiapan di atas menunjukan bahwa pekerjaan rumah tangga itu bukanlah kodrat
perempuan mendapat kekerasan seksual oleh yang harus dijalani oleh perempuan seperti
suaminya sendiri. Sehingga menimbulkan yang dijelaskan oleh Margiyani dalam
trauma yang besar pada perempuan. Sebagi Muhamad Hidayat “memang benar perempuan
suami laki-laki merasa mempuanyai hak dan mempuanyai kodrat haid, mengandung,
kekuasaan penuh atas istrinya, laki-laki tidak melahirkan dan menyusui, tetapi mengasuh
peduli bagai mana persaan perempuan saat itu. anak yang dikandung bukanlah kodrat.” Dari
Sudah nampak jelas sebagai seorang suami kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
haruslah memperlakukan dan menggauli peranan perempuan untuk memasak, mencuci
istrinya dengan baiktidak dengan paksaan dan pekerjaan rumah tangga lainnya bukan
apalagi dengan kekerasan. Ini sangat bertolak merupakan kodrat yang diterimanya dari lahir.
belakang dengan kutipan di atas bahwa sang Tapi semua itu adalah sistem budaya dan

129 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017
FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIQY
RANI NURAENI

kebiasaan yang berlaku dimasyarakat. Hal ini kesadaran gender yang tidak adil, seakan-
juga diperlihatkan pada tokoh-tokoh akan perempuan hanya ditakdirkan untuk
perempuan dalam novel Perempuan menduduki posisi dibawah kaum laki-
Berkalung Sorban, seperti pada tokoh Lek laki. Perempuan dilarang bersekolah
Umi dan Ibu Anisa yang selalu mengerjakan tinggi dan hanya kaum laki-laki saja yang
pekerjaan rumah tangga walaupun mereka bisa mendapatkan pendidikan yang lebih
dalam keadaan lelah. tinggi, seperti terlihat tokoh-tokoh
perempuan dalam novel Perempuan
PENUTUP Berkalung Sorban yang tidak
Simpulan berpendidikan tinggi. perempuan hanya
Setelah dilakukan pengkajian terhadap ditaksirkan untuk menjalankan perintah
unsur feminisme yang terdapat dalam Novel lelaki dan hanya boleh melakukan seluruh
Perempuan Berkalung Sorban yang dilandasi peraturan dan tidak diizinkan
oleh teori feminisme Mansour Fakih, maka mengikutcampuri masalah laki-laki.
dapat disimpulkan sebagai berikut: 3) Stereotipe adalah pelebelan atau
1) Marginalisasi terhadap perempuan terjadi penandaan negatif terhadap kelompok
dalam setiap kehidupan seperti yang atau jenis kelamin tertentu. Dan hal
diceritakan dalam isi cerita novel tersebut. tersebut jarang sekali berpihak kepada
Marginalisasi merupakan batasan-batasan kaum perempuan. Bentuk stereotipe yang
yang diterima oleh perempuan. Nilai-niali terdapat dalam novel Perempuan
patriakhi yang sangat kental membuat Berkalung Sorban yaitu anggapan bahwa
kaum perempuan mengalami diskriminasi perempuan itu penggoda, yang merugikan
dalam setiap kehidupan yang dijalani. dan menimbulkan ketidakadilan terhadap
Marginalisasi dalam novel Perempuan kaum perempuan. Masyarakat memiliki
Berkalung Sorban banyak diceritakan di anggapan bahwa tugas utama kaum
dalam lingkungan keluarga, dimulai dari perempuan adalah berdiam di rumah
anak perempuan yang sejak kecil dunia melayani suami. Stereotipe terhadap
bermainnya sudah dibatasi oleh aturan- kaum perempuan terjadi dimana banyak
aturan keluarga dan budaya, larangan- praturan keagamaan, kultur dan kebiasaan
larangan yang diberikan sangat masyarakat yang dikembangkan karena
membatasi kehidupan kaum perempuan, stereotipe tersebut. Betapa sempitnya
sedangkan anak laki-laki lebih pemikiran banyak orang yang sudah
mempunyai hak yang bebas melakukan muncul sejak dulu, yang menilai arti
hal apapun yang mereka sukai, tidak sebuah kata perempuan. Perempuan
terhalang oleh aturan-aturan budayanya, dianggap mahluk bodoh dan selalu seperti
tidak seperti kaum perempuan. itu dari masa ke masa. Perempuan tidak
Marginalisasi juga diperkuat oleh adat mempunyai akal seperti laki-laki.
istiadat. Perempuan selalu menjadi nomor dua
2) Subordinasi terhadap perempuan yang yang kedudukanya jauh di bawah laki-
beranggapan bahwa perempuan itu laki.
irasional atau emosional sehingga 4) Kekerasan terhadap semua perempuan
perempuan tidak bisa tampil memimpin, pada dasarnya berasal dari berbagai
dan berakibat munculnya sikap yang sumber, yang disebakan oleh anggapan
menempatkan perempuan pada posisi gender. Kekerasan yang dilakukan oleh
yang tidak penting, dan yang gender ini disebut gender-related
membedakan kaum perempuan dan laki- violence. Pada dasarnya, kekerasan
laki, terlebih bagi kaum laki-laki akan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan
mendapatkan prioritas utama. Praktik kekuatan yang ada dalam masyarakat.
seperti ini sesungguhnya berangkat dari

130 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017
FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIQY
RANI NURAENI

Kekerasan terhadap perempuan yang Darma, Yoce Aliah. 2009. Model


diceritakan dalam novel Perempuan Pembelajaran Analisis Wacana
Berkalung Sorban lebih dilakukan Kritis Idiologi Gender. Bandung:
terhadap kekerasan batin yang Universitas Pendidikan Indonesia.
menimbulkan rasa sakit hati yang dialami Fakih, Mansour. 2008. Model Gender dan
oleh perempuan. Dengan rasa sakit yang Tranformasi Sosial.Yogyakarta:
dideritanya bahkan perempuan tidak Pustaka Pelajar.
boleh melakukan hal-hal yang dilakukan Fanannie, telaah sastra, (Surakarta:
kaum laki-laki. Anggota IKAPI Jateng, 2001),
5) Beban kerja terhadap perempuan yaitu
Cet.II, Hannam, June. 1986.
Feminisme.Great Britain: Pearson
adanya anggapan bahwa kaum perempuan
Educated Limited.
memiliki sifat memelihara dan rajin, serta
Humm, Maggie. 1986. Peminist Criticims.
tidak cocok untuk menjadi kepala rumah
Great Britain: The Harvester Press
tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan Khalieqy, El Abidah. 2001 Perempuan
domestik rumah tangga menjadi tanggung Berkalung Sorban. Yogyakarta;
jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, YKF.
banyak kaum perempuan yang harus Moleong J, Lexy, 2001 Metodologi
bekerja keras menjaga kebersihan dan Penelitian Kualitatif. Bandung:
kerapihan rumah tangganya, mulai dari Remaja Rusdakarya.
membersihkan rumah dan mengepel Mulia, Siti Musdah. 2006. Islam dan
lantai, memasak, mencuci, mencari air Inpirasi Kesetaraan Gender.
untuk mandi hingga mengurus anak. Yogyakarta: Kibar Press.
Nazir. 2005. Metode Penelitian.Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Saran Nugraheni, Eko Wardani. 2009. Makna
Berdasarkan simpulan di atas, penulis Totalitas Dalam Karya Sastra.
menyampaikan saran sebagai berikut: Surakarta: UNS Press.
1) Kita sebagai mahluk sosial hendaknya
Nugroho, Riant. 2008. Gender dan
Strategi Pengaruh Utamanya di
mencermati mengenai ketidakadilan
Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
gender yang terjadi di masyarakat, dengan
Pelajar.
berbekal ilmu pengetahuan yang cukup,
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori
sebaiknya kita dapat membela hak-hak Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah
perempuan dengan cara yang sesuai dan Mada University.
tetap memegang teguh kodrat kita sebagai Rahmanto, B. 1992. Metode Pengajaran
perempuan. Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
2) Nilai pendidikan yang terkandung dalam Ratna, Nyoman, Kutha. 2007. Teori,
novel Perempuan Berkalung Sorban Metode, dan Teknik Penelitian
sangat baik untuk nilai pendidikan bagi sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
siswa SMA serta generasi muda Ridwan. 2007. Skala Pengukuran
umumnya. Pendidikan, nilai sosial, Variabel-Variabel Penelitian.
budaya, serta moral sangat baik untuk Bandung: Alfabeta.
ditanamkan kepada generasi muda. Rohayati, Nia. 2013. Prosding Seminar
Nasional Implementasi
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Berdasarkan Kurikulum
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi 2013. Bandung: dee publisha
Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Yogyakarta.
Agesindo.

131 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017
FEMINISME DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIQY
RANI NURAENI

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung Alfabeta.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Dasar Teori dan
Terapannya dalam Penelitian.
Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tuloli, Nani. 2000. Kajian Sastra
Gorontalo: STKIP Gorontalo, Nurul
Janah.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993.
Teori Kesusastraan, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

132 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai