Sop Iplt
Sop Iplt
1. PENDAHULUAN
Hampir seluruh kota di Indonesia, penanganan lumpur tinja dilakukan oleh Dinas Kebersihan.
Pengolahan lumpur tinja merupakan salah satu dari bidang penanganan sarana umum yang
termasuk ‘cost recovery’ melalui retribusi yang dibebankan kepada masyarakat pelanggan atas
jasa pengolahan lumpur. Proses pengolahan lumpur tinja adalah menyedot lumpur tinja dari
septic tank yang selanjutnya diolah di IPLT. Atau dapat juga dilakukan secara langsung dengan
cara mengalirkan melalui sistem perpipaan air lumpur yang sudah tersedia di Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja.
Dengan demikian atas jasa di dalam pengolahan IPLT tersebut, dapat dipungut biaya retribusi
yang ditetapkan per-m3 lumpur yang diangkut ke IPLT, biaya retribusi yang dikenakan
disesuaikan dengan jenis pelanggan, tingkatan pendapatan dan fasilitas bisnis maupun fasilitas
sosial. Selisih antara retribusi dengan biaya operasi dan pemeliharaan merupakan keuntungan
bagi pengelola.
Agar keuntungan yang diperoleh ataupun kerugian yang diderita oleh pihak pengelola dapat
dioptimalkan maka salah satu upaya adalah membuat suatu perencanaan biaya operasi dan
pemeliharaan secara matang sebagai pedoman sehingga realisasi dapat dicapai seefisien
mungkin, berdasarkan persamaan berikut dapat dilihat bahwa:
1
d. Pemisah lemak
e. Imhoff tank (ada yang tanpa imhoff tank)
f. Kolam anaerobik atau kolam aerasi. Untuk yang menggunakan kolam aerasi ada
yang menggunakan aerator/blower.
g. Kolam fakultatif, ada yang tanpa aerasi, ada yang dengan aerasi.
h. Kolam maturasi.
i. Bak pengering lumpur.
j. Generator/listrik dari PLN.
k. Pompa-pompa.
l. Bengkel.
m. Kantor.
n. Gudang.
o. Laboratorium.
p. Pagar pengaman.
q. Jalan lingkungan.
Biaya pemeliharaan bangunan IPLT meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memelihara
dan mempertahankan agar bangunan IPLT selalu siap untuk dioperasikanSebagai perkiraan
besarnya biaya pemeliharaan IPLT, biasanya ditetapkan sebesar persen tertentu dari nilai
anggaran. Biaya ini harus disusun sesuai dengan kondisi peralatan dan bangunan serta petunjuk
pabrik untuk perawatan.
Sebagai contoh pada IPLT kapasitas 20 m3/hari dengan menggunakan kombinasi sistem tangki
imhoff dan kolam stabilisasi membutuhkan personil sebanyak 12 orang. Ilustrasi perhitungan
biaya operasi dan pemeliharaan pada IPLT dapat dilihat pada Tabel 1 berikut di bawah ini
dengan estimasi kebutuhan personil sebanyak 14 orang.
2
Tabel 1. Pola Perkiraan Tenaga dan Staf Operasional dan Susunan Biaya Personil di IPLT
No Posisi Personil Jumlah Pendidikan/ Honorarium
Personil Pengalaman
Bulan (Rp) Tahun (Rp)
(orang)
Jumlah I 14 177.600.000
Jumlah II 9.300.000
Sebagai contoh untuk biaya untuk pemeriksaan sampel untuk pemantauan kualitas pengolahan
IPLT dapat diilustrasikan sebagai berikut:
• Biaya pemeriksaan sampel dari IPLT: Rp. 100.000,-
• Dalam satu minggu dilakukan pengambilan & pemeriksaan sampel sebanyak 2 kali
• Maka dalam satu bulan diperlukan biaya pemeriksaan lab untuk sampel sebanyak Rp Rp
100.000 x 2 kali/minggu x 4 minggu/bulan = R 800.000,- per bulan
3
4. BIAYA PENGOPERASIAN ARMADA ANGKUTAN LUMPUR TINJA
Biaya yang diperlukan untuk pengoperasian armada pengangkut adalah bahan bakar, minyak
pelumas, biaya perbaikan atas kerusakan, biaya penggantian suku cadang, biaya perpanjangan
STNK, biaya penyusutan, biaya asuransi, biaya alat bantu dan biaya sampel. Besarnya jumlah
biaya yang dibutuhkan dapat dilihat pada ilustrasi yang diberikan di bawah ini. Acuan dalam
yang digunakan dalam penyusunan pembiayaan operasi dan pemeliharaan ini dapat mengacu
pada Petunjuk Teknis Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan IPLT yang saat ini masih dalam
bentuk draft.
Ilustrasi biaya pengoperasian untuk satu truk vakum adalah sebagai berikut:
1. Untuk bahan bakar
Diasumsikan mobilitas mobil tinja satu hari sejauh 50 km (1 trip)
Konsumsi bahan bakar solar = 1 lt/5 km
Solar 1 lt/5 km = Rp. 5.500,-
Satu hari, 4 trip = Rp. 220.000,-
Satu bulan, 20 hari kerja = Rp. 4.400.000,-
6. Biaya penyusutan
Biaya penyusutan 10% dari nilai beli truk tinja, asumsi harga truk vakum Rp.
250.000.000,- per unit, biaya penyusutan per tahun sebesar Rp. 25.000.000,-.
4
7. Biaya asuransi kendaraan
Biaya asuransi 1% dari nilai beli truk tinja sebesar Rp. 2.500.000,- per tahun.
Sehingga biaya total operasi dan pemeliharaan armada angkutan menjadi Rp 105.920.000 per
tahun.
Demikian pula untuk uraian biaya operasi lainnya. Sedangkan biaya pemeliharaan armada truk
vakum meliputi: penggantian minyak pelumas, suku cadang, ban dan lain-lain agar selalu siap
untuk beroperasi.
Setiap pengeluaran biaya harus mengacu kepada anggaran yang telah disusun dan disepakati.
Pada akhir setiap bulan/triwulan dibuat laporan pertanggungjawaban untuk setiap bagian.
5
Tabel 3. Contoh Format Laporan Biaya Operasional & Pemeliharaan
6
1. Volume
Seberapa banyak volume yang seharusnya dipergunakan bergantung pada kondisi
teknis peralatan/volume kegiatan.
Contohnya:
• Pengoperasian truk vakum
• Berdasarkan pengamatan kondisi teknis truk vakum dinilai untuk operasi per-jam
memerlukan solar 25 liter.
• Kebutuhan bahan bakar untuk operasi truk pengangkut dalam 1 tahun adalah
sebagai berikut::
- Perusahaan mengoperasikan 2 buah truk vakum
- Jumlah jam operasi masing-masing 8 jam/hari
- Jumlah hari operasi tahun = 2 unit x 8 jam/hari x 25 lt/jam x 360 hari/tahun
= 144.000 lt/tahun
2. Harga satuan
Harga satuan yang dipergunakan adalah harga satuan pada tahun dasar disesuaikan
dengan rata-rata inflasi periode sebelumnya atau estimasi inflasi tahun yang akan
datang. Sedangkan harga satuan pada tahun dasar yang dipergunakan adalah:
a) Rata-rata harga 2 – 3 – 4 tahun terakhir
b) Rata-rata harga bulanan selama tahun dasar
• Harga satuan barang pada bulan terakhir tahun dasar
• Harga satuan yang paling ekonomis berdasarkan survey pasar.
7. KESIMPULAN
Di Indonesia penanganan lumpur merupakan salah satu penanganan sarana umum yang
termasuk ‘cost recovery’ yang diperoleh melalui retribusi. Penentuan besarnya retribusi
dilakukan dengan menghitung besarnya biaya operasi dan pemeliharaan IPLT ditambah dengan
besarnya keuntungan yang ingin diperoleh.
Perhitungan biaya operasi dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu biaya operasi dan
pemeliharaan alat pengangkutan lumpur dan alat pengolah lumpur tinja. Dengan
memperhatikan unsur biaya operasi dan pemeliharaan, yaitu volume dan harga satuan dasar
maka dapat dilakukan penyusunan anggaran biaya operasi dan pemeliharaan.