Anda di halaman 1dari 2

Nama : Silvi Indriana Kartia

NPM : 61201120007
Prodi : Manajemen Sore
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN


DI INDONESIA

➢ PERADABAN MODERN MEMBAWA PERUBAHAN


• Perkembangan peradaban dunia, yang sangat pesat menuju modernisasi,
membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan di setiap Negara di dunia
ini.
• Kejahatan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan senantiasa mengikuti,
dimana kejahatan masa kini tidak lagi menggunakan cara-cara lama, yang sudah
terjadi selama beberapa dekade, yaitu kejahatan dunia maya (cyber crime),
tindak pidana pencucian uang (money laundering), tindak pidana korupsi yang
semakin canggih.
➢ DELIK DELIK KORUPSI DALAM KUHP
• Dalam perjalanannya KUHP telah banyak diubah, ditambah, diperbaiki, oleh
undang-undang nasional, seperti UU no 1 th 1946, UU no 20 th 1946, UU no
73 h 1953, termasuk berbagai UU mengenai pemberantasan korupsi.
• Delik korupsi yang ada dalam KUHP meliputi delik jabatan, delik yang ada
kaitannya dengan delik jabatan.
➢ KORUPSI SEBAGAI PERBUATAN PIDANA
1. Perbuatan seseorang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau
pelanggaran memperkaya sendiri atau orang lain atau badan yang secara
langsung atau tidak langsung merugikan keuangan Negara, atau perekonomian
Negara atau daerah atau merugikan suatu badan yang menerima bantuan dari
keuangan Negara atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan
kelonggaran-kelonggaran masyarakat.
2. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau
pelanggaran memperkaya diri sendiri atau suatu badan dan yang dilakukan
dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan.
3. Kejahatan-kejahatan yang tercantum dalam pasal 41 sampai pasal 50 Peperpu
dan dalam pasal 209 ,210 , 418 , 419 , 420 KUHP.
➢ KORUPSI SEBAGAI PERBUATAN LAINNYA
• Korupsi sebagai perbuatan bukan pidana atau perbuatan lainnya, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Perbuatan seseorang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan
atau pelanggaran memperkaya sendiri atau orang lain atau badan yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan Negara, atau
perekonomian Negara atau daerah atau merugikan suatu badan yang
menerima bantuan dari keuangan Negara atau badan hukum lain yang
mempergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran masyarakat.
2. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu
kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau suatu badan
dan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan.
➢ TAP MPR NO XI/MPR/1998 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG
BERSIH DAN BEBAS KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME
• Melalui Penyelenggaraan Sidang Umum Istimewa MPR, DISUSUN tap No. XI
/MPR/1998, TAP MPR ini memuat amanat untuk membentuk perundang-
undangan yang akan mengawal Orde Reformasi, menyelesaikan masalah
hukum.
➢ UU NO 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG
BERSIH DAN BEBAS KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME
• Dalam UU ini di atur pengertian sebagai tindak pidana, yaitu permufakatan atau
kerjasama melawan hukum antar penyelenggara Negara dengan pihak lain,
yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau Negara.
➢ UU NO 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
KORUPSI
• Lahirnya UU no 31 th 1999 , di latar belakangi oleh dua alasan :
1. sesuai dengan bergulirnya orde reformasi, dianggap perlu meletakkan
nilai-nilai baru atas pemberantasan korupsi (karena tindak korupsi
semakin canggih).
2. Undang-undang sebelumnya, yaitu undang-undang no 3 tahun 1971,
dianggap sudah terlalu lama dan tidak efektif lagi.
➢ UU NO 20 TH 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO 31 TH 1999
• Lahir UU no 20 th 2001, untuk memperbaiki atas UU no 31 th 1999, revisi atas
kelemahannya, adalah sebagai berikut :
1. penarikan pasal-pasal tertentu dalam KUHP, sebagai tindak pidana
korupsi, dilakukan dengan mengadopsi isi pasal secara keseluruhan,
sehingga tidak mengakibatkan ketidaksinkronan.
2. penjatuhan pidana mati, didasarkan atas perbuatan korupsi dana untuk
penanggulangan tertentu seperti keadaan berbahaya, bencana nasional,
krisis moneter.
3. dicantumkan aturan peralihan secara tegas, menjadi jembatan antara UU
lama dengan UU baru, sehingga tidak menimbulkan kekosongan
hukum, yang dapat merugikan pemberantasan korupsi.
➢ INSTRUKSI PRESIDEN NO 5 TH 2004 TENTANG PERCEPATAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
• Instruksi Presiden no 5 th 2004 ini, dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
mempercepat pemberantasan korupsi, karena situasi pada saat terbitnya Inpres,
mengalami hambatan dan ada upaya perlawanan dari para koruptor.
• Presiden merasa perlu untuk membantu KPK, dalam menyelenggarakan
laporan, pendaftaran, pengumuman, dan pemeriksaan Laporan Harta, Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN).

Anda mungkin juga menyukai