Anti Aging Tempe
Anti Aging Tempe
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 068114028
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2010
OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI AGEING
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 068114028
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
Membiarkan berlalu “si pengatur”
Lebih menyadari saat ini dan terbuka terhadap ketidakpastian masa depan,
Membebaskan kita dari penjara rasa takut
Hal ini akan membuat kita dapat menjawab tantangan kehidupan dengan kebijaksanaan kita sendiri
yang unik
Dan menyelamatkan diri kita dari situasi yang tidak menyenangkan
-Ajahn Brahm-
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Dibuat di Yogyakarta
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Bapa atas berkat, rahmat, kasih dan penyertaanNya,
Anti-Ageing Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe dengan Cetyl Alcohol dan
Humektan Gliserin : Aplikasi Desain Faktorial” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas
pengarahan, dorongan, saran, dan kritikan. Pada kesempatan ini penulis ingin
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanat Dharma
Yogyakarta.
2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing atas segala kritik,
masukan, diskusi, dan keakraban yang boleh penulis rasakan bersama ibu
4. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen penguji atas bimbingan,
viii
6. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt, terima kasih untuk saran, kritik, dan
7. Segenap laboran dan karyawan, Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Sigit,
Mas Bimo, Mas Otok, Mas Agung, Pak Timbul, dan Pak Yuwono, atas
8. Mama, Papi, kalian orang tua terhebat untukku, terima kasih untuk cinta,
doa, kesabaran, teguran, dukungan, dan kesetiaan yang tidak pernah habis.
9. Adek Tika tercinta, yang selalu menemaniku setiap kali lembur, terima
kasih untuk teguran yang penuh kasih sayang, cinta, doa, perhatian, dan
dukungan.
10. Galih dan Jelly, sebagai bagian dari kebersamaan dengan adek tercinta,
11. Sahabatku yang selalu membuatku percaya diri dan termotivasi, Yashinta
13. Mama Wiwik yang selalu mengiringku dengan doa dan kasih sayang.
14. Om Ubay yang sangat setia memberikan saran, kritik, nilai, dukungan, dan
15. Dotie, Fani, Vica, Mary, Lil, Dissa, Adit, Reno, Boim, Robi, Pungky,
ix
16. Dani, Rico, Intan, Iren, Rani, Cica, Wiwit,Grace, Zi, Cik Vita, Ardani, Lia,
17. Bos Fian, Ko David, terimakasih untuk dukungan dan masukan selama
18. Sahabatku, Riyo, Mary, Tusi, Krisna, Erlina terimakasih untuk dukungan
19. Teman-teman FST 2006 serta semua pihak yang telah memberi bantuan,
dukungan, doa, dan keceriaan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
dimiliki. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh
penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
x
INTISARI
Kata kunci: krim; anti ageing; isoflavon; cetyl alcohol; gliserin; desain faktorial
xi
ABSTRAC
Key word : cream; anti ageing; isoflavon; cetyl alcohol; gliserin; factorial design
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
PRAKATA ...........................................................................................................viii
INTISARI ...............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1. Permasalahan ...................................................................................3
xiii
2. Tujuan Khusus ................................................................................4
B. Skin Ageing...................................................................................................5
D. Krim ............................................................................................................8
F. Gliserin ......................................................................................................10
I. Hipotesis ....................................................................................................15
xiv
3. Uji Antioksidan Metode DPPH .....................................................20
b. Viskositas ....................................................................41
b. Viskositas ................................................................................47
xv
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan .........................................................................................50
B. Saran ....................................................................................................51
Lampiran ...............................................................................................................54
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel V. Perhitungan Rf Uji KLT Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .............30
Tempe ....................................................................................................32
Tabel IX. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Daya Sebar ...........39
Tabel XI. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Viskositas ............41
Viskositas ............................................................................................44
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 12. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Daya Sebar ......................40
Gambar 14. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Pergeseran Viskositas .....45
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Tempe adalah salah satu bahan makanan asli Indonesia yang sangat
digemari karena harganya murah, mudah ditemui, dan rasanya enak. Di dalam
tempe ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon yaitu daidzein,
glistein, dan genistein seperti pada kedelai, selain itu ditemukan pula antioksidan
terdapat di dalam tempe sebagai hasil dari fermentasi kedelai (Anonim, 2008).
imun sama besar dengan energi UV yang menyebabkan kerusakan kulit, dikenal
dengan istilah photoageing (Zulli, F., Schmid, D., Muggli, R., Hanay, C., 2002).
misalnya gel, lotion, dan krim yang dapat diformulasikan secara mudah dalam
fase air (Schmid, 2004). Konsentrasi isoflavon yang biasa digunakan dalam
kosmetik adalah 1-500 mg/kg atau 20-100 mg/kg (Zulli et.al, 2002).
krim. Hal ini terkait dengan kelebihan dari sediaan krim dibandingkan dengan
sediaan lain yaitu mudah dioleskan, mudah menyebar, daya penetrasi tinggi,
1
2
memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan dan dapat atau tidak
parameter sifat fisik dan stabilitas. Sifat fisik dan stabilitas suatu sediaan krim
dapat ditentukan oleh basis dan humektan. Cetyl alcohol sebagai basis yang juga
krim dengan memberikan daya sebarnya yang cukup serta dapat mempertahan
konsistensi. Oleh karena cetyl alcohol dan gliserin memiliki sifat yang saling
maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi formula cetyl alcohol sebagai basis
Metode ini mempunyai kelebihan yaitu selain dapat mengetahui efek dari tiap
bahan yang digunakan terhadap sifat-difat fisik sediaan juga dapat digunakan
untuk mengetahui efek yang tmbul dati interaksi bahan-bahan yang digunakan.
1. Permasalahan
b. Efek mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi sifat fisik dan
stabilitas krim di antara efek cetyl alcohol, efek gliserin, dan efek
interaksi ?
2. Keaslian Penelitian
formulasi sediaan krim anti ageing isoflavon tempe dengan basis tidak larut
air cetyl alcohol dan basis larut air gliserin belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
ageing isoflavon dari tempe dan cara mengisolasi isoflavon dari tempe.
c. Manfaat Praktis. Adanya sediaan krim anti ageing isoflavon dari tempe ini
mudah ditemui.
4
B. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Membuat formula krim yang memiliki daya anti ageing dengan bahan
b. Tujuan Khusus
fisik dan stabilitas krim di antara efek cetyl alcohol, efek gliserin, dan efek
interaksi.
PENELAAHAN PUSTAKA
dan faktor-II. Genistein dan Daidzein telah ada pada kedelai rendam sebagai
bahan baku tempe, tetapi faktor-II hanya dijumpai pada tempe. Faktor-II dapat
akan aktif dan mengubah glisitin, genistin, dan daidzin yang telah ada pada
fermentasi kedelai rendam terjadi biokonversi lebih lanjut daidzein dan glisiteni
2007). Isoflavon glikosida tidak aktif secara biologi. Isoflavon aktif untuk
perawatan kulit harus dalam bentuk aglycone yang ini mempunyai sedikit
kelarutan dalam air dan minyak (Schmid, 2004). Isoflavon diaplikasikan dalam
kosmetik, harus diaktifkan terlebih dahulu misalnya dalam bentuk aglikon, sebab
di dalam kulit tidak terdapat enzim hidrolisis. Dalam bentuk glikosida maka
isoflavon tidak akan terpenetrasi sampai lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya
dermis, karena lapisan lemak yang dibentuk oleh epidermis akan membiarkan
5
6
senyawa yang dapat lewat adalah aglikon yang dapat larut air (Zulli et.al, 2002).
sample yang digunakan sedikit, diperoleh pemisahan senyawa yang amat berbeda,
waktu yang dibutuhkan singkat, serta jumlah pelarut yang digunakan sangat
sedikit. KLT dapat digunakan untuk dua tujuan. Pertama, untuk hasil kuantitatif,
kualitatif, dan preparative. Kedua, digunakan untuk mengetahui sistem pelarut dan
sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT) (Gritter, R., Bobbit, J.M., Schwarting, A., 1991).
yang memisahkan, yang terdiri atas fase diam, ditempatkan pada penyangga yang
berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisahkan berupa larutan, ditotolkan pada fase diam. Setelah plat atau lapisan
ditaruh di dalam bejana terttup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok
Seyawa yang dihasilkan pada lempeng fase diam terkadang masih sulit
untuk dideteksi. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan pereaksi yang mampu
lain ammonia, ALCL3, FeCL3, sitroborat, dan lain-lain (Mabry, T.J., Markham,
di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau jika
atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara ini senyawa tidak
dapat dideteksi maka harus dicoba dengan reaksi kimia. Pertama tanpa pemanasan
lalu bila perlu degan pemanasan. Jarak pengembangan pada senyawa pada
JaraktitikPusatBercakDariPentotolan
Rf
JarakRambatFaseGerak
C. Skin Ageing
Skin ageing adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh waktu yang dapat
dipercepat oleh faktor eksternal misalnya radiasi UV. Mekanisme ini berlangsung
maupun eksternal, salah satu faktor eksternal tersebut adalah paparan sinar
matahari yang sering disebut photoageing. Mekanisme penuaan yang dipicu oleh
faktor eksternal paparan sinar matahari adalah adanya penurunan jumlah ceramide
akibat reaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat dihambat dengan
adanya antioksidan sebagai salah satu mekanisme anti ageing. Sebab radikal
bebas sangat erat kaitannya dengan proses skin ageing dan penyakit penuaan.
9
hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan oksigen singlet yang dapat memicu
kerusakan akibat reaksi oksidatif pada lemak, protein, dan DNA (Lee, J., Renita,
maupun fitoestrogen :
genistein dan daizein. Hal ini disebabkan karena pada senyawa faktor
banyak.
Sinar UV
↓
ROS
↓
Adanya atom hidrogen isoflavon sebagai agen antioksidan yang
mengikat elektron dari ROS
↓
Tidak terjadi aktivasi MMPs
↓
Tidak terjadi degradasi kolagen, elastin, dll
↓
Tidak terjadi reaksi photoaging
Gambar 3. Skema Mekanisme Isoflavon sebagai Anti-ageing dengan Mekanisme
Antioksidan
11
Uji DPPH merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
bebas DPPH (Andayani, R., Yovita, L., Maimunah, 2008). Aktivitas antioksidan
kuat jika IC50 lebih kecil dari 200 µg/ml. Kapasitas antiradikal bebas metode
DPPH diukur dari peredaman warna ungu merah dari DPPH pada panjang
( Absorbansiblanko Absorbansisampel )
x100%
Absorbansiblanko
warna pada larutan DPPH dalam metanol yang semula violet pekat jadi kuning
scavenging) lebih dari atau sama dengan 50% (Purwata dkk, 2009).
12
E. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
emulsi dari asam stearat, disebut vanishing cream karena tidak tampak mengkilap
gliserin (10%) sebagai bahan pembuat lunak dinilai krim akan berkilau mutiara
sediaan ini menjadi lebih cemerlang (Voigt, 1994). Emulsifying agent adalah
sabun atau campuran sabun dari sodium, potassium, dan ammonia biasanya dalam
elastisitas emulgator dari lapisan tipis batas antar muka. Menurut aturan Bancroft,
pendispersi, contoh sabun yang dapat larut dalam air merupakan emulgator m/a.
Suatu sistem emulsi akan menunjukkan stabilitas dan tingkat dispersitas yang
optimal, jika lapisan tipis menyaluti batas antar permukaan secara total. Banyak
emulgator memberikan lapisan tipis yang sangat stabil dan dapat menyalut
droplet. Jika ada droplet bersentuhan, maka lapisan tipis semacam itu akan
Salah satu emulgator m/a yang dapat digunakan pada sediaan obat yang
digunakan pada bagian luar dan memiliki dispersi halus dan emulsi yang sangat
13
stabil adalah sabun amin. Sabun amin salah satu contohnya adalah
yang simetris mewakili bagian tidak polar dari molekul. Sebaliknya karboksil
hidrofil menunjukkan tidak adanya keseimbangan muatan, oleh karena itu gugus
bersifat polar. Kesatuan molekul ini gugus polar dan tidak polar menyatu sehingga
adalah sbb :
[OH-CH2-CH2-N(HCH2CH2OH)-CH2-CH2-OH]C17H35-COO-
F. Cetyl Alcohol
terdiri dari alkohol yang sejenis. Pemeriannya berupa serpihan putih licin, granul
atau kubus, berwarna putih, bau khas lemah, rasa lemah. Kelarutannya tidak larut
dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya
agent, dan mampu menyerap air. Di dalam emulsi minyak dalam air, cetyl alcohol
dalam air. Kombinasi dengan emulsifier ini akan menghasilkan suatu sistem yang
G. Gliserin
Gliserin dapat diperoleh dari minyak dan lemak yang diproduksi dalam
pembuatan sabun dan asam lemak. Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup,
tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak
enak), higroskopik, dan netral terhadap lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan
air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam minyak lemak, dalam
eter, dan dalam minyak menguap (Anonim, 1995). Struktur gliserin adalah sbb:
kulit dan meningkatkan daya sebar. Gliserin digunakan sebagai solvent atau
cosolvent di dalam krim dan emulsi. Gliserin biasa ditambahkan di dalam fase air
faktor-faktor tersebut (Voigt, 1994). Keuntungan dari metode desain faktorial ini
adalah memiliki efisiensi yang maksimum dalam mengetahui efek yang dominan
dalam menentukan respon, selain itu bahwa metode ini dapat digunakan untuk
(Muth, 1999).
teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu
atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa
persamaan matematika. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A
dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level
rendah dan level tinggi (Bolton, 1997). Rancangan percobaan yang diperlukan
dengan metode desain faktorial dua faktor dan dua level sbb:
Tabel III. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level
Formula Faktor A Faktor B
(1) - -
a + -
b - +
ab + +
Keterangan :
- = level rendah
+ = level tinggi
16
Dari persamaan di atas dan data yang diperoleh kemudian dibuat contour
plot suatu respon tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui komposisi
diperoleh dengan menghitung selisih antara respon pada level tinggi dan rata-rata
Efek faktor A =
a (1) ab b
2
Efek faktor B =
b (1) ab a
2
Efek faktor C =
ab b (1) a (Bolton, 1997).
2
I. Landasan Teori
adanya kandungan isoflavon yang mempunyai daya antioksidan yang lebih besar
elastisitas kulit. Oleh karena itu, isoflavon tempe mempunyai potensi sebagai anti-
Bentuk sediaan yang digemari untuk aplikasi kosmetik yaitu krim. Hal
ini disebabkan oleh sifat krim yang mudah dioleskan, mudah menyebar, daya
Cetyl alcohol sebagai basis tidak larut air dalam formula krim ini
daya sebar (Rowe et.al, 2009). Cetyl alcohol dan gliserin yang mempunyai sifat
meningkatkan daya sebar maka dilakukan optimasi kedua bahan tersebut sehingga
dapat diperoleh komposisi optimum yang sesuai dengan sifat fisik dan stabilitas
krim.
Untuk mengetahui efek faktor dan interaksi yang paling dominan dari
masing-masing uji sifat fisis dan stabilitas krim, maka digunakan metode desain
faktorial.
18
J. Hipotesis
a. Ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai daya antioksidan melalui uji
yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim anti ageing
isoflavon tempe.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Variabel Bebas
2. Variabel Tergantung
Sifat fisis dan stabilitas krim anti ageing isoflavon tempe yang meliputi :
a. Basis adalah bahan dasar krim yang menentukan sifat dasar krim dan
b. Faktor adalah gliserin pada level rendah 5 gram dan level tinggi 10 gram;
cetyl alcohol pada level rendah 12,5 gram dan level tinggi 25 gram.
19
20
stabilitas.
d. Respon adalah sifat atau hasil percobaan yang diamati yaitu sifat fisik
viskositas.
sebagai antioksidan jika % scavenging leih besar dari atau sama dengan
50% (Purwata, 2009) dan dikatakan antioksidan kuat jika nilai IC50
f. Daya sebar adalah kemampuan penyebaran krim pada kulit 5-7 cm dengan
aplikasi beban 125 gram selama 1 menit (Garg, A., Aggarwal, D., Garg,
145-175 d.Pa.s.
i. Contour plot adalah grafik yang merupakan hasil dari respon sifat fisis dan
stabilitas krim.
optimum krim.
21
k. Area optimum adalah area kondisi yang menghasilkan krim dengan daya
C. Bahan Penelitian
dari pasar STAN, Paingan, Sleman), aquadest, Metanol teknis, Petroleum eter
teknis, Etil asetat teknis (Brataco), MgSO4 teknis, plat silica GF254, Metanol p.a,
D. Alat Penelitian
waterbath, mixer (Airlux), viscotester (Rion-Japan VT-04), tabung skala, alat uji
sebanyak 1 kg, diperoleh dari pasar STAN paingan Sleman pada saat pagi hari.
Tempe tersebut kemudian dihaluskan dan ditimbang sebanyak enam ratus gram.
600 gram tempe ditambah 400 mL aquadest. Kemudian diblender selama 3x5
menit. Ditambahkan 1.200 mL metanol teknis, dimaserasi selama dua belas jam
pada kecepatan 120 rpm. Setelah dimaserasi dua belas jam kemudian disaring.
Ektrak yang diperoleh dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator pada suhu
600C selama kurang lebih 1 jam untuk setiap 300 mL ekstrak metanol sampai
kemudian diekstraksi lagi dengan 5x150 mL etil asetat. Fase etil asetat di bagian
atas diambil dan dibebaskan dari air dengan MgSO4 anhidrat sebanyak ±15 gram
lalu disaring. Ekstrak tersebut dipekatkan sampai 1/10 volume awal ekstrak etil
23
asetat dengan vaccum rotary evaporator pada suhu 400C selama kurang lebih 1
jam untuk setiap 300 mL ekstrak etil asetat sampai diperoleh ekstrak kental etil
Sedikit isolat hasil isolasi isoflavon dilarutkan dalam metanol p.a dan
ditotolkan sebanyak sembilan kali totolan menggunakan pipa kapiler pada fase
diam silica gel GF 254. Ditunggu hingga kering kemudian eluen dikembangkan
reaksikan dengan uap amonia selama sepuluh menit dan diamati dengan lampu
ml. Sehingga akan didapat larutan stok BHT dengan konsentrasi 0,5 mM.
larutan stok BHT sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 5 ml. Kemudian masing-
sampai 10 ml. Sehingga akan diperoleh seri konsentrasi BHT 0,05 mM;
larutan reagen DPPH sebanyak 7,5 ml, ditambahkan dengan larutan BHT
24
sebanyak 0,5 ml. Ulangi perlakuan yang sama untuk setiap seri
tiga puluh menit. Setelah tiga puluh menit, diukur absorbansi pada
stok ekstrak etil asetat isoflavon sebanyak 2 ml; 4 ml; 6 ml; 8 ml; 10 ml.
% b/v; 50 % b/v.
larutan sampel (ekstrak etil asetat isoflavon) sebanyak 0,5 ml. Perlakuan
dengan suhu kamar selama tiga puluh menit. Setelah tiga puluh menit,
diukur absorbansi pada panjang gelombang 517 nm (Lee, J., Renita, M.,
meleleh dan mencapai suhu 700C, maka masukkan cetyl alcohol ke dalam asam
tersebut ke dalam campuran cetyl alcohol dengan asam stearat. Fase minyak telah
siap.
mencapai suhu 700C, maka masukkan TEA ke dalam aquadest dan diaduk hingga
26
Fase air yang telah siap ditambahkan ke dalam fase minyak dengan suhu
pencampuran 700C di atas waterbath, diaduk dengan mixer selama sepuluh menit
pada saat pencampuran telah berjalan selama lima menit. Setelah 10 menit,
dituangkan krim ke dalam wadah dan tunggu hingga suhu krim 450C, pada saat
a. Uji daya sebar. Ditimbang krim seberat 1 gram dan diletakkan di tengah
kaca bulat berskala. Di atas krim diletakkan kaca bulat lain dan pemberat
dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, dicatat diameter
penyebarannya.
kuat. Dicatat diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500 droplet.
27
plus 2.0 hingga didapatkan µm diameter dari 500 droplet yang akan
diukur.
seragam, maka terdapat suatu emulsi dari jenis m/a, oleh karena air adalah
F. Analisis Hasil
perhitungan efek menurut desain faktorial untuk mengetahui efek yang paling
dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim. Untuk mengetahui
komposisi basis cetyl alcohol dan humektan gliserin yang optimum dengan
plot superimpossed.
faktor dan interaksi terhadap respon yang dilihat dari harga F hitung dan F tabel.
28
apabila harga F hitung lebih besar daripada harga F tabel, yang berarti bahwa
yang sama di pasar STAN setiap pagi hari, dengan bentuk tempe persegi panjang
yang dibungkus dengan daun pisang. Sebanyak 600 gram tempe selanjutnya
diolah sesuai dengan tata cara penelitian untuk mendapatkan ekstrak etil asetat
isoflavon.
ekstraksi pelarut petroleum eter dan diambil fase bagian bawah untuk selanjutnya
diekstraksi kembali dengan petroleum eter sampai 5 kali. Sehingga akan diperoleh
pelarut etil asetat dan diambil fase bagian atas, sedangkan fase bagian bawah
diekstraksi kembali dengan etil asetat sampai 5 kali. Sehingga akan diperoleh
ekstrak petroleum eter jernih kekuningan kurang lebih 750 ml..Ekstrak etil asetat
29
30
yang dilakukan oleh Ariani, 2003. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil yang
penelitian ini, dilakukan pula identifikasi ekstrak etil asetat isoflavon tempe
dengan menggunakan sistem yang sama dengan penelitan Ariani, 2003. Hasil
Bercak Rf Bercak
Bercak I 0,0867
Bercak II 0,6734
Bercak III 0,7334
DPPH dalam pelarut organik, yaitu metanol yang digunakan dalam penelitian ini.
Prinsip dari metode ini adalah mengukur kemampuan suatu senyawa untuk
31
menangkap radikal sintetik DPPH yang akan memberikan warna ungu pada
panjang gelombang 517 nm. Setelah itu, didiamkan selama 30 menit pada suhu
kamar dan ruangan yang gelap, supaya sampel (ekstrak etil asetat isoflavon
tempe) dapat bereaksi dengan DPPH. Adanya aktivitas antioksidan dari sampel
dapat dilihat dengan adanya perubahan warna pada larutan DPPH yang semula
ungu pekat jadi kuning pucat (Andayani dkk, 2008). Penghilangan warna ini
terjadi akibat adanya peristiwa penangkapan elektron radikal bebas DPPH oleh
elektron radikal bebas yang diikat oleh atom hidrogen isoflavon. Oleh karena itu
semakin kecil.
DPPH didahului dengan uji antioksidan BHT dengan metode DPPH. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui ketepatan metode yang kita pilih, sebab BHT
Dari uji yang dilakukan, membuktikan bahwa ekstrak etil asetat isoflavon
dari tempe terbukti mempunyai daya antioksidan dengan data % scavenging lebih
dari 50%. Pada tabel VI ditunjukkan bahwa nilai IC50 rata-rata dari tiga replikasi
konsentrasi sebesar 36,752% dalam formula. Ketiga replikasi yang kami lakukan
2%.
C. Pembuatan Krim
Krim yang dibuat pada penelitian ini terdiri dari dua fase, yaitu fase
minyak yang terdiri dari asam stearat, cetyl alcohol, VCO, dan BHT. Sedangkan
fase air terdiri dari gliserin, TEA, nipagin, dan aquadest. Kedua fase ini kemudian
33
dipanaskan hingga suhu 700C. Pemanasan ini bertujuan untuk melelehkan asam
stearat dan cetyl alcohol yang merupakan fase minyak, sehingga memudahkan
terjadinya reaksi dengan basa yang larut dalam fase air sebab jika leleh maka luas
menurunkan tegangan permukaan antara fase air dan fase minyak sehingga emulsi
akan terbentuk dengan baik. Selain kedua tujuan di atas, pemanasan juga
berfungsi untuk mempercepat reaksi penyabunan asam stearat oleh basa TEA.
Setelah semua bahan leleh dan kedua fase mempunyai suhu yang sama,
campuran tersebut dicampur dengan mixer di dalam bekker glass yang telah
dihangatkan terlebih dahulu sampai ± 700C. Hal ini bertujuan untuk mencegah
Asam stearat dalam fase minyak akan bereaksi dengan TEA yang bersifat
basa terlarut dalam fase air, sehingga akan terjadi reaksi penyabunan yang
menggunakan mixer. Hal ini bertujuan supaya pengadukan yang terjadi konstan
dan kontinyu. Pengadukan yang terjadi harus kontinyu dan konstan supaya emulsi
yang terbentuk stabil ditandai salah satunya dengan tidak terjadi pemisahan fase
(Young, 1974).
34
Setelah kedua fase tersebut dicampur dan telah terbentuk basis krim,
antara 1-500 mg/kg (Zulli, 2002), sedangkan dalam formula ini yang ditambahkan
Isoflavon Tempe
blue, yang terlihat fase kontinyu berwarna biru dan fase terdispersi tidak
berwarna. Dari gambar terlihat bahwa krim merupakan tipe m/a. Hal ini terkait
dengan sifat metylen blue yang merupakan pewarna larut air. Dengan adanya
penambahan metylen blue menyebabkan fase air berwarna biru dan fase minyak
Fase air
Fase minyak
Formula 1
Formula a
Formula b Formula ab
Gambar 9. Hasil Pengujian Mikroskopik Tipe Krim Tiap Formula (perbesaran 40x)
35
sebagai berikut :
Formula 1
droplet
Gambar 10. Karakteristik Ukuran Droplet Tiap Formula Hari ke-2 dan Hari ke-30
36
gambaran ukuran droplet selama kurun waktu penyimpanan. Kondisi yang stabil
dan ideal adalah tidak terjadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar.
Dari gambar 10, menunjukkan gambar secara visualisasi ukuran droplet yang
terlihat bahwa tidak terjadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar,
Tabel VIII. Hasil Signifikansi Percentile 90 Hari ke-2 dan Hari ke-30
Keterangan F1 (P) Fa (P) Fb (P) Fab (P)
Signifikansi (2 0,432 0,046 0,275 0,369
tailed) taraf
kepercayaan
95% = 0,05
Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji statistik yang ditunjukkan dalam
tabel VII. Bahwa nilai percentile 90 formula 1, b, dan ab untuk hari ke-2 dan hari
ke-30 tidak berbeda signifikan dibuktikan dengan uji statistik paired T-test yang
ditunjukkan pada tabel VIII, sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran droplet
stabil karena tidak tejadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar yang
menyebabkan sistem emulsi tidak stabil pada formula 1, b, dan ab. Percentile 90
mempunyai ukuran droplet kurang dari nilai yang tertera. Parameter percentile 90
disebabkan oleh elastisitas emulgator yang terdiri dari asam stearat dan TEA
emulgator sabun amin ini adalah dapat menghasilkan dispersi halus dan emulsi
yang stabil dan bersifat netral sehingga aman digunakan topikal (Voigt, 2004).
Selain itu, kestabilan sistem emulsi yang dihasilkan oleh krim isoflavon ini terkait
dengan tingginya viskositas krim yang disebabkan oleh adanya TEA sebagai
emulgator dan cetyl alcohol sebagai basis. TEA merupakan basa yang dapat
Namun, terjadi keridakstabilan pada formula a, hal ini terlihat dari nilai
berukuran lebih besar dari hari ke-2 dan hari ke-30. Hal ini dapat disebabkan oleh
Ostwald
rippening
koalesens
yang lebih besar dan lapisan film di sekitar droplet kecil itu akan menghilang,
mana droplet-droplet kecil bergabung dengan droplet yang berukuran lebih besar
a ini disebabkan oleh ukuran droplet yang dari awal yaitu pada hari ke-2 sudah
cukup besar, sehingga akan membuat sistem emulsi tersebut menjadi tidak stabil.
Namun, karena adanya keterbatasan penelitian maka tidak dapat diketahui kapan
saat emulsi tersebut mulai tidak stabil. Oleh karena itu, pada penelitian
Krim yang baik harus memenuhi sifat fisik dan stabilitas sediaan
terapi suatu sediaan semisolid sangat ditentukan oleh faktor daya sebar (Garg
et.al, 2002) karena daya sebar merupakan gambaran mudah atau tidaknya pasien
dalam mengaplikasikan (mengoleskan) sediaan. Uji daya sebar pada penelitian ini
bertujuan untuk melihat seberapa mudah 1 g sampel krim dapat menyebar bila
ditekan dengan pemberat 125 g. Parameter yang dihitung adalah rata-rata dua
tergolong bersifat semifluid dengan daya sebar antara 5 -7 cm (Garg et. al, 2002).
Viskositas krim perlu diuji sebab terkait dengan konsistensi dari suatu
sediaan untuk dapat diterima konsumen dan jaminan bahwa didapatkan dosis yang
39
sesuai ketika krim digunakan. Viskositas berbanding terbalik dengan daya sebar
yaitu ketika viskositas lebih tinggi, daya sebar krim kebih kecil, dan sebaliknya
banyak faktor dari dalam maupun luar luar yang dapat mempengaruhi stabilitas
konsistensi sediaan dan penerimaan pasien. Diperoleh data sifat fisik krim anti-
Tabel X. Efek Cetyl alcohol, Efek Gliserin, dan Efek Interaksi Cetyl alcohol-
Gliserin dalam Menentukan Sifat Fisik Krim
Efek Daya sebar Viskositas ∆viskositas
Cetyl alcohol 0, 45 46 0, 475
Gliserin 0,55 13 2,929
Interaksi 0,15 0 1,925
a. Daya Sebar
Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat fisik daya sebar krim
yang menunjukkan bahwa krim termasuk sediaan semifluid karena memiliki daya
sebar 5-7 cm (Garg, et al., 2002) hasil uji sifat fisik krim. Sedangkan dari nilai SD
kurang dari 10% maka dapat dikatakan bahwa data kita homogen dan bersifat
reprodusible.
dominan dalam menentukan respon daya sebar dibandingkan cetyl alcohol dan
40
daya sebar yang berarti akan menurunkan respon daya sebar, sedangkan faktor
gliserin sebagai faktor paling dominan dalam menentukan efek berespon positif
yang berarti akan menaikkan respon daya sebar. Untuk mengetahui signifikansi
dari dominansi efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi terhadap respon
Hasil uji yate’s treatment pada tabel IX, efek dominan gliserin tidak
signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal ini dapat
dianalisis dari nilai F hitung faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi lebih kecil
daripada F tabel yaitu 5,32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor cetyl
Tabel XI. Hasil Perhitungan Yate’s Treatmen untuk Respon Daya Sebar
Source pf Degree of Sum of Mean F
variation Freedom Squares Squares
Replicates 2 0,665 0,3325
Treatment 3 1,33 0,443
a 1 0,743 0,743 4,5583
b 1 0,601 0,601 3,6871
ab 1 -0,041 -0,041 -0,2515
Experimental 8 1,305 0,163
error
Total 11 3,3
gliserin terhadap daya sebar krim, dapat dilihat pada grafik hubungan sbb :
41
6,4 6,4
6,2 6,2
6 6
cetyl alkohol
5,8 LR 5,8 gliserin LR
5,6 cetyl alkohol LT 5,6 gliserin LT
5,4 5,4
5,2 5,2
5 5
0 10 20 30 0 5 10 15
gliserin (gram) cetyl alkohol (gram)
(a) (b)
Gambar 12. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol
terhadap Respon Daya Sebar
respon daya sebar krim. Gambar 12 pada grafik (b) memperlihatkan bahwa
daya sebar krim. Peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan baik pada
Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat dari kedua grafik di
atas. Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar. Kedua grafik tersebut
memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah dan tinggi faktor
adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada level yang diteliti
ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat mempengaruhi daya
yang diteliti ini tidak signifikan terhadap respon daya sebar, dibuktikan dengan uji
Yate’s Treatment.
b. Viskositas
Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat fisik viskositas krim.
Sedangkan dari nilai SD lebih dari 10% maka dapat dikatakan bahwa data kita
Faktor cetyl alcohol dan gliserin berespon positif terhadap viskositas yang berarti
mengetahui signifikansi dari dominansi efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan
interaksi terhadap respon viskositas krim dapat dilakukan uji statistik yate’s
treatment.
Hasil uji yate’s treatment pada tabel XII, terlihat bahwa efek dominan
cetyl alcohol signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal
ini dapat dianalisis dari nilai F hitung faktor gliserin dan interaksi lebih kecil
43
daripada F tabel yaitu 5,32. Sedangkan nilai F hitung faktor cetyl alcohol lebih
besar daripada F tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor gliserin dan
krim.
cetyl alcohol yang mempunyai sifat sebagai thickening agent, sedangkan gliserin
mempuyai sifat sebagai humektan sebab mampu menarik air yang terdapat di
300 250
250
200
viskositas (d.Pa.s)
viskositas (d.Pa.s)
200
cetyl alkohol 150
LR gliserin LR
150
cetyl alkohol LT gliserin LT
100
100
50
50
0 0
0 10 20 30 0 5 10 15
gliserin (gram) cetyl alkohol (gram)
(a) (b)
Gambar 13. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol
terhadap Respon Viskositas
viskositas krim. Pada gambar 13, grafik (b) menunjukkan bahwa peningkatan
44
cetyl alcohol akan mempengaruhi nilai viskositas krim. Peningkatan jumlah cetyl
alcohol yang ditambahkan baik pada penggunaan level rendah dan tinggi gliserin
Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat pada grafik (a).
Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar melainkan berpotongan.
Grafik (a) tersebut memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah
dan tinggi faktor adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
level yang diteliti ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat
c. Pergeseran Viskositas
Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat stabilitas pergeseran
viskositas krim. Sedangkan dari nilai SD kurang dari 10% maka dapat dikatakan
efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi terhadap respon pergeseran
Hasil uji yate’s treatment pada tabel XIII, terlihat bahwa efek dominan
gliserin tidak signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal
ini dapat dianalisis dari nilai F hitung faktor gliserin, cetyl alcohol, dan interaksi
lebih kecil daripada F tabel yaitu 5,32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor
dipengaruhi oleh cetyl alcohol. Untuk melihat pengaruh gliserin maupun pengaruh
12 12
pergeseran viskositas (%)
pergeseran viskositas (%)
10 10
8 8
cetyl alkohol
LR gliserin LR
6 6
cetyl alkohol LT gliserin LT
4 4
2 2
0 0
0 10 20 30 0 5 10 15
gliserin (gram) cetyl alkohol (gram)
Gambar 14. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol terhadap
Respon Pergeseran Viskositas
46
Pada gambar 14, grafik (a) memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah gliserin
pergeseran viskositas krim. Pada gambar 14, grafik (b) menunjukkan bahwa
baik pada penggunaan level rendah dan tinggi gliserin akan berpengaruh dalam
Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat dari kedua grafik di
atas. Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar. Kedua grafik tersebut
memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah dan tinggi faktor
adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada level yang diteliti
ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat mempengaruhi
pergeseran viskositas krim. Namun, pengaruh faktor dan interaksi pada level yang
E. Optimasi Formula
Dari pengolahan data respon sifat fisik dan stabilitas, dapat diperoleh
persamaan desain faktorial. Dari persamaan desain faktorial tersebut dapat dibuat
grafik contour plot, yang menunjukkan level optimum kedua faktor yang
a. Daya Sebar
Pada percobaan ini ditetapkan daya sebar yang optimum untuk krim
adalah 5–7 cm. Persamaan desain faktorial untuk daya sebar adalah :
Y 5,9 0,008( B) 0,0048( A)(B) . Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour
plot sbb :
Pada contour plot daya sebar krim yang ditunjukkan gambar 15, terlihat
bahwa pada level faktor cetyl alcohol dan gliserin yang diteliti terdapat area
komposisi optimum, dengan respon daya sebar optimum yaitu 5,1-5,4 cm.
Namun, pada level faktor dan interaksi yang diteliti tidak mempunyai
efek dominan terhadap respon berdasarkan tabel XI yang menunjukkan hasil uji
Yate’s treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah faktor cetyl alcohol,
gliserin, atau interaksi pada level yang diteliti, akan menghasilkan respon yang
b. Viskositas
aplikasi. Oleh karena itu perlu dipilih suatu rentang viskositas yang secara
subjektif disukai oleh pemakai. Dalam penelitian ini dipilih area viskositas
optimum adalah 145-175 d.Pa.s berdasarkan krim yang sudah beredar di pasaran.
Pada gambar 16, terlihat bahwa krim dengan level cetyl alcohol dan
gliserin yang diteliti terdapat area komposisi optimum, yang memberikan respon
Pada level cetyl alcohol yang diteliti mempunyai efek dominan signifikan
terhadap respon berdasarkan tabel XII yang menunjukkan hasil uji Yate’s
treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah faktor cetyl alcohol pada
49
level yang diteliti, akan menghasilkan respon peningkatan viskositas yang berbeda
signifikan.
c. Pergeseran viskositas
yang cukup penting. Sebab ada banyak faktor dari luar maupun dalam yang dapat
mempengaruhi stabilitas krim, selain itu pergeseran viskositas juga terkait dengan
konsistensi sediaan krim dan penerimaan krim oleh pasien. Dalam penelitian ini,
dipilih pergeseran viskositas optimum krim yang ditetapkan adalah kurang dari
Y 4,35 1,25( A) 0,732( B) 0,0616( A)( B) . Dari persamaan ini dapat dibuat
Pada contour plot pergeseran viskositas krim terlihat bahwa krim dengan
level gliserin dan cetyl alcohol yang diteliti terdapat area komposisi optimum,
dimana dapat diperoleh respon pergeseran viskositas yang optimum yaitu kurang
dari 11%.
50
Namun, pada level faktor dan interaksi yang diteliti tidak mempunyai
menunjukkan hasil uji Yate’s treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah
faktor cetyl alcohol, gliserin, atau interaksi pada level yang diteliti, akan
optimum faktor dengan respon yang menghasilkan sifat fisik dan stabilitas yang
dikehendaki dalam batas jumlah atau level faktor yang digunakan, didasarkan atas
hasil contour plot sifat fisik dan stabilitas. Respon yang dikehendaki sebagai
adalah daya sebar 5,1-5,4 cm, viskositas 150-175 d.Pa.s, dan pergeseran viskositas
kurang dari 11%. Pada gambar 18 ditunjukkan area komposisi optimum faktor
pada level yang diteliti, yang dapat menghasilkan respon sifat fisik dan stabilitas
yang dikehendaki.
A. Kesimpulan
: 52,390 %-63,210 %.
B. Saran
51
52
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, S., 2003, Pembuatan Keju Kedelai yang Mengandung Senyawa Faktor-2
Hasil Biokonversi Isoflavon pada Tahu oleh Rhizopus oligosporus (L.41),
www.fkip.uns.ac.id , diakses padatanggal 3 September 2009
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
Ed., 326, Marcel Dekker, Inc., New York
Chiang, H., Wu, W., Fang, J., Chen, B., Kao, T., Chen, Y., et. al, 2007, UVB-
Protection Effects of isoflavone Extracts from Soybean Cake in Human
Keratinocytes, www.mdpi.org, diakses pada tanggal 2 November 2009
Garg, A., Aggarwa, D., Garg, S., Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation : An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84
– 102, www.pharmacitec.com, diakses pada tanggal 1 November 2009
Gritter, R., Bobbit, J.M., Schwarting, A., 1991, Pengantar Kromatografi, 7-25,
diterjemahkan oleh Padwaninata, K., Penerbit ITB, Bandung
Kusumastuti, D. R., 2007, Optimasi Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw
Palmetto (Serenoa repens) dengan Propilen Glikol dan Gliserol sebagai
Humectant : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, 35, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta
Lee, J., Renita, M., Fioritto, R.J., Martin, S.K., Schwartz, S.J., Vodovotz, Y.,
2004, Isoflavone Characterization and Antioxidanr Activity of Ohio
Soybeans, www.fst.osu.edu, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009
Mabry, T.J., Markham, K.R., Thomas, M.B., 1970, The systematic Identification
of Flavonoid, 1-343, Springe-verlag, New York
53
Martin, A., Swarbick, J., Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, Physical
Chemical Principles in The Pharmaceutical Sciences 2 edisi 3,
diterjemahkan oleh Yoshita, , Universitas Indonesia Press, Jakarta
Mitsui, T., 1993, New Cosmetic Science, 342, Elsevier, New York
Parwata, I.M.O.A., Rita, W.S., Yoga, R., 2009, Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas
Minyak Atsiri pada Daun Sirih secara Spektroskopi Ultraviolet-Tampak,
www.akademik.unsri.ac.id, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009
Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R., 2007, Flavonoid Antioksidan Penangkap
Radikal dari Daun Kepel, www.farmasi.ugm.ac.id, diakses pada tanggal 30
Oktober 2009
Stahl, E., 1985, Analisis Obat secara Mikroskopi, 3-17, Penerbit ITB, Bandung
Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, 38-40, Mills & Boon Limited,
London
Zulli, F., Schmid, D., Muggli, R., Hanay, C., 2002, Cosmetics Containing
Isoflavone Aglycone, www.freepatentsonline.com, diakses pada tanggal 28
Oktober 2009
54
LAMPIRAN
Bercak
III
Bercak II
15cm
Bercak I
3cm
Replikasi I
Persamaan regresi linier : y 1,037 x 13,415
Perhitungan nilai IC50 :
y 1,037 x 13,415
50 1,037 x 13,415
x 35,280
IC50 35,280%
Replikasi II
Persamaan regresi linier : y 0,830 x 18,517
Perhitungan nilai IC50 :
y 0,830 x 18,517
50 0,830 x 18,517
x 37,931
IC50 37,931%
Replikasi III
Persamaan regresi linier : y 0,851x 18,474
Perhitungan nilai IC50 :
y 0,851x 18,474
50 0,851x 18,474
x 37,046
IC50 37,046%
56
Formula a
Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%)
I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2
205 205 170 20 193 210 220 185 8,1 14 4,1 8,7
Formula b
Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%)
I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2
150 180 150 17 160 155 175 150 3,1 9,4 6,25 6,25
Formula ab
Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%)
I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2
200 220 200 11 207 220 230 195 6,3 11,1 5,81 7,7
F1 F1 F1 F1 F1 F1
Rep I Rep I Rep II Rep II Rep III Rep
Hari2 Hari30 Hari2 Hari30 Hari2 III
Hari30
N Valid 500 500 500 500 500 498
Missing 0 0 0 0 0 2
Mean 5.820 5.869 7.224 6.769 7.301 6.987
Std. Error .0848 .0828 .1134 .1108 .1139 .1190
of Mean
Median 5.600 5.600 7.000 6.500 7.000 6.500
Mode 5.1 5.6 5.6 6.5 5.6 6.5
Std. 1.8955 1.8511 2.5359 2.4770 2.5477 2.6549
Deviation
Variance 3.593 3.427 6.431 6.135 6.491 7.049
Skewness .522 .452 .770 .750 .732 .659
Std. Error .109 .109 .109 .109 .109 .109
of
Skewness
Kurtosis .104 .220 .773 .826 .858 .245
Std. Error .218 .218 .218 .218 .218 .218
of Kurtosis
Range 10.6 10.6 15.8 15.8 16.9 14.8
Minimum 1.9 1.9 2.3 1.9 1.0 1.9
Maximum 12.5 12.5 18.1 17.7 17.9 16.7
Sum 2909.8 2934.3 3612.1 3384.3 3650.6 3479.3
Percentiles 90 8.300 8.300 10.600 10.290 10.700 10.700
58
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
F1 Hari
.103333 .178979 .103333 - .547941 1.000 2 .423
2 - F1
Hari 30 .341274
Fa Fa Fa Fa Fa Fa
Rep I Rep I Rep II Rep II Rep III Rep
Hari2 Hari30 Hari2 Hari30 Hari2 III
Hari30
N Valid 500 500 500 498 500 500
Missing 0 0 0 2 0 0
Mean 7.475 7.774 7.113 7.651 7.055 7.197
Std. Error .1096 .1164 .1135 .1142 .1089 .1149
of Mean
Median 7.400 7.900 6.900 7.400 6.900 6.900
Mode 6.0 8.3 6.5 8.3 7.9 5.6
Std. 2.4498 2.6026 2.5379 2.5476 2.4353 2.5698
Deviation
Variance 6.002 6.774 6.441 6.490 5.931 6.604
Skewness .529 .445 .970 .565 .602 .619
Std. Error .109 .109 .109 .109 .109 .109
of
Skewness
Kurtosis .409 .484 1.755 .316 .406 .622
Std. Error .218 .218 .218 .218 .218 .218
of Kurtosis
Range 15.7 17.1 16.6 13.9 13.8 16.2
Minimum 1.9 1.0 1.0 2.3 1.9 .5
Maximum 17.6 18.1 17.6 16.2 15.7 16.7
Sum 3737.6 3887.0 3556.4 3810.1 3527.5 3598.3
Percentiles 90 10.700 11.600 10.200 11.100 10.290 10.700
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Fa Hari
- .282902 .163333 - - -4.510 2 .046
2 - Fa
Hari 30 .736667 1.439433 .033900
59
Fb Fb Fb Fb Fb Fb
Rep I Rep I Rep II Rep II Rep III Rep
Hari2 Hari30 Hari2 Hari30 Hari2 III
Hari30
N Valid 500 496 500 500 500 499
Missing 0 4 0 0 0 1
Mean 6.373 6.803 6.280 6.330 6.010 8.384
Std. Error .0899 .0917 .0962 .0981 .0885 .1066
of Mean
Median 6.050 6.500 6.000 6.000 6.000 7.900
Mode 5.1 5.6 5.1 5.6 5.6 7.9
Std. 2.0110 2.0427 2.1511 2.1936 1.9799 2.3818
Deviation
Variance 4.044 4.173 4.627 4.812 3.920 5.673
Skewness .421 .423 .512 .623 .900 .483
Std. Error .109 .110 .109 .109 .109 .109
of
Skewness
Kurtosis .046 .091 .295 .518 2.858 .191
Std. Error .218 .219 .218 .218 .218 .218
of Kurtosis
Range 12.0 12.9 13.0 13.0 16.2 15.3
Minimum 1.4 1.9 1.4 .9 .9 1.4
Maximum 13.4 14.8 14.4 13.9 17.1 16.7
Sum 3186.6 3374.2 3140.2 3165.1 3005.0 4183.6
Percentiles 90 9.300 9.700 8.800 9.300 8.400 11.600
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Fb Hari
- 1.588500 .917121 - 2.579387 -1.490 2 .275
2 - Fb
Hari 30 1.366667 5.312720
60
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Fab
- .501431 .289501 - .912291 -1.151 2 .369
Hari 2 -
Fab .333333 1.578958
Hari 30
3. Pergeseran Viskositas
Faktor dan Interaksi Efek
Cetyl Alkohol -0,475
Gliserin -2,925
Interaksi 1,925
2. Viskositas
Hari II
Formula 1 :
147 b0 5b1 12,5b2 (5)(12,5)b12
147 b0 5b1 12,5b2 62,5b12
Formula a :
193 b0 10b1 12,5b2 (10)(12,5)b12
193 b0 10b1 12,5b2 125b12
Formula b :
160 b0 5b1 25b2 (5)(25)b12
160 b0 5b1 25b2 125b12
Formula ab :
206 b0 10b1 25b2 (10)(25)b12
206 b0 10b1 25b2 250b12
63
3. Pergeseran Viskositas
Formula 1 :
11,1 b0 5b1 12,5b2 (5)(12,5)b12
11,1 b0 5b1 12,5b2 62,5b12
Formula a :
64
y 2 (5) 2 (5,5) 2 (6,5) 2 (6,25) 2 (6,25) 2 (6) 2 (4,75) 2 (5) 2 (5,9) 2 (5,6) 2
2 (68) 2
(5,75) 2 (5,5)
12
2
y 388,67 385,34 3,3
Ryy = replicate sum of squares
(21,6) 2 (22,5) 2 (23,9) 2 2
Ryy (68) 386,005 385,34 0,665
4 12
Tyy = treatment sum of squares
(17) 2 (18,5) 2 (15,65) 2 (16,85) 2 (68) 2
Tyy 386,670 385,34 1,33
3 12
Eyy = experimental error sum of squares
Eyy 3,3 0,665 1,33 1,305
ayy = sum of squares associated with the different levels of a
(35,5) 2 (32,5) 2 (68) 2
Ayy 386,083 385,34 0,743
6 12
byy = sum of squares associated with the different levels of b
(32,65) 2 (35,35) 2 (68) 2
byy 385,941 385,34 0,601
6 12
Abyy = sum of squares associated eith the interaction of the two factor
Abyy 1,33 0,743 0,601 0,041
66
yang signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang diteliti
yang tidak signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang
diteliti
KESIMPULAN
a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
tidak signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang diteliti
2. Viskositas
Replikasi A1 A2
B1 B2 B1 B2
1 120 150 205 200
2 160 180 205 220
3 160 150 170 200
Σy2 = total sum of square
y 2 (120)2 (150) 2 (205)2 (200) 2 (160)2 (180) 2 (205)2 (220)2
2 (2120)2
(160)2 (150)2 (170)2 (200) 2
12
y 2 384350 374533,34 9816,66
Ryy = replicate sum of squares
(675)2 (765)2 (680)2 2
Ryy (2120) 375812,50 3754533,34 1279,16
4 12
Tyy = treatment sum of squares
(440)2 (480)2 (580)2 (620)2 (2120)2
Tyy 381600 374533,34 7066,66
3 12
Eyy = experimental error sum of squares
Eyy 9816,66 1279,16 7066,66 1470,84
ayy = sum of squares associated with the different levels of a
(920) 2 (1200)2 (2120)2
Ayy 6533,33
6 12
byy = sum of squares associated with the different levels of b
(1020)2 (1100)2 (2120)2
byy 533,33
6 12
Abyy = sum of squares associated eith the interaction of the two factor
Abyy 7066,66 6533,33 533,33 0
Source pf Degree of Sum of Squares Mean Squares F
variation Freedom
Replicates 2 1279,16 639,58
Treatment 3 7066,66 2355,55
a 1 6533,33 6533,33 35,53
b 1 533,33 533,33 2,90
ab 1 0 0 0
Experimental 8 1470,84 183,855
error
Total 11 9816,66
Nilai F tabel (1,8) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 5,32
68
HIPOTESIS
a. Hi = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
diteliti
KESIMPULAN
a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon
3. Pergeseran Viskositas
Replikasi A1 A2
B1 B2 B1 B2
1 2 3,1 8,1 6,3
2 15,6 9,4 14 11,1
3 15,6 6,25 4,1 5,8
69
diteliti
yang diteliti
KESIMPULAN
a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
Mikroskop Motic
Viskotester
72
BIOGRAFI PENULIS
merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Carolus Prasetyadi dan
pendidikan di SMP Negeri 8 Yogyakarta, hingga lulus pada tahun 2003, dan lulus
dari SMA Negeri 3 Yogyakarta pada tahun 2006. Setamat dari SMA, penulis
Wilayah DIY periode 2007-2008. Ikut dalam kepanitiaan seperti Humas TITRASI
(Tiga Hari Temu Akrab Farmasi) 2007, Sekretaris Hari AIDS sedunia, Sie Acara