Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS TATA LUAS LAHAN DAN IKLIM TERHADAP PENGEMBANGAN

TERNAK SAPI POTONG DI PULAU ENGGANO, BENGKULU UTARA

Yoki Panoga.1), Dadang Suherman.2), Bieng Brata.2)


1
SMKN 2 Kota Bengkulu, Jl. Batang Hari Padang Harapan Kota Bengkulu
2
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
Jl. WR Supratman Kandang Limun Bengkulu

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya dukung lahan dan daya dukung iklim
terhadap perkembangan ternak sapi potong di Pulau Enggano. Penelitian dilakukan pada
bulan Juli sampai dengan Agustus 2017 di Pulau Enggano yang memiliki ketinggian tempat ±
5m dpl. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder meliputi
iklim yang diperoleh dari BMKG Pulau Baii. Data iklim yang digunakan dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2016. Variabel iklim yang dianalisis dalam penelitian ini adalah suhu
udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, curah hujan, dan kecepatan angin.
Variabel daya dukung lahan yang dianalisis adalah luas lahan sawah, sayuran, perkebunan,
dan permukiman. Serta data perkembangan populasi sapi potong dari Dinas Peternakan
Kabupaten Bengkulu Utara.Datayang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif serta
menggunakan analisis statistik regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya
dukung lahan yang meliputi lahan sawah, sayuran, perkebunan, dan permukiman tidak
berpengaruh terhadap populasi sapi potong. Faktor-faktor utama yang menopang populasi
sapi potong di Pulau Enggano adalah kelembaban udara dan lama penyinaran matahari. Suhu
udara, curah hujan, dan kecepatan angin tidak berpengaruh terhadap populasi sapi potong.
Kata Kunci : Tata Luas Lahan, Iklim, Sapi Potong, Pulau Enggano

PENDAHULUAN Kabupaten Bengkulu Utara,


Sektor peternakan menjadi salah satu PropinsiBengkulu.Pulau tersebut memiliki
andalan pembangunan nasional maupun luas areal sekitar 40.060hektar dengan
regional dalam penyediaan lapangan kerja, sejumlah gugusan pulau kecil
peningkatan kesejahteraan masyarakat, disekitarnya.Peruntukan luas lahan yang
mengurangi kemiskinan, penyediaan tersedia di Pulau Enggano meliputi
produksi kebutuhan pangan, dan perolehan 14.377,5 ha sebagai kawasan hutan, 1.258
devisa (Juanda, 2002). Pembangunan ha sebagai lahan pertanian, dan 8.736,57
kawasan peternakan merupakan strategi Ha sebagai lahan konservasi.
umum untuk meningkatkan kesejahteraan Pulau Enggano masuk dalam wilayah
peternak, meningkatkan daya saing produk Kabupaten Bengkulu Utara, yang berjarak
pertanian serta menjaga kelestarian 97 mil laut dari Kota Bengkulu dan dihuni
sumberdaya pertanian (Saragih, 2000). oleh sekitar 130.000 jiwa, serta terdapat
Untuk mewujudkan hal tersebut kawasan hutan lindung dan hutan produksi.
Pemerintah Daerah telah mendukung Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara
masyarakat serta stakeholder, terutama tersebut, dirancang sebagai sentra
pada daerah potensial untuk peternakan daerah. Komitmen menjadi
pengembangan peternakan. sentra peternakan ditunjukkan dengan
Pulau Enggano merupakan salah satu peningkatan anggaran bidang peternakan
pulau terluar Negara Indonesia yang yaitu pada 2011 sebesar Rp5,9 miliar, pada
terletak di sebelah Barat Daya Pulau tahun anggaran 2012 sebesar Rp11,2 miliar
Sumatera, termasuk ke dalam wilayah dan APDD Provinsi Bengkulu tahun
anggaran 2013 meningkat menjadi Rp23,4 METODE PENELITIAN
miliar (Musriadi, 2013).
Suhu dan kelembaban udara Waktu dan Tempat Penelitian
merupakan dua faktor iklim yang Penelitian dilakukan pada Juli
mempengaruhi produksi sapi, karena dapat sampai dengan Agustus 2017 di Pulau
menyebabkan perubahan keseimbangan Enggano yang memiliki ketinggian tempat
panas dalam tubuh ternak, keseimbangan ± 5 m dpl (meter diatas permukaan laut)
air, keseimbangan energi, dan dengan luas kawasan
keseimbangan tingkah laku ternak (Esmay
1982).McDowell (1974) menyatakan Metode Pengumpulan Data
bahwa untuk kehidupan dan produksinya, Data yang dikumpulkan dalam
ternak memerlukan suhu lingkungan yang penelitian berupa data sekunder.Data
optimum.Suhu lingkungan berhubungan sekunder meliputi iklim yang diperoleh
dengan ketinggian suatu tempat. Menurut dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Pane (1970), semakin tinggi letak daerah Geofisika (BMKG) Pulau Baii.Data iklim
dari permukaan laut maka akan semakin yang dikumpulkan dari tahun 2009 sampai
rendah suhu udara hariannya. dengan tahun 2016. Luas lahan dan
Ternak biasanya memperlihatkan populasi sapi potong didapat dari Badan
kondisi fisik optimal jika memiliki sifat Pusat Statistik (BPS) Bengkulu Utara dari
genetik unggul dan didukung kesesuaian tahun 2009 sampai dengan tahun 2016.
lingkungan tempat ternak tumbuh. Faktor
lingkungan berpengaruh pula terhadap Variabel yang Diamati
pertumbuhan ternak, antara lain adalah Variabel luas lahan yang diamati adalah :
suhu, penyinaran matahari, dan Luas lahan sawah, Luas lahan sayuran,
kelembaban udara (Silanikove 2000). Luas lahan perkebunan, Luas kawasan
Kadarsih (2004) menambahkan bahwa permukiman
perbedaan ketinggian tempat berpengaruh Variabel iklim yang diukur adalah : Suhu
terhadap performan sapi. Faktor-faktor Udara, Kelembaban Udara, Lama
tersebut merupakan faktor yang Penyinaran Matahari, Curah Hujan,
mempengaruhi produksi dan produktivitas Kecepatan Angin.
ternak. Jika ternak dipelihara pada suatu Analisis Data
wilayah yang tidak sesuai dengan kondisi Data luas lahan, iklim, dan jumlah
fisiologis ternak, maka produksi dan populasi ternak sapi potong di Pulau
produktivitasnya dapat menurun. Enggano dianalisis menggunakan analisis
Berdasarkan uraian pada latar belakang, regresi berganda. Selanjutnya untuk
maka dapat diidentifikasikan rumusan melihat pengaruh masing-masing variabel
masalah dalam penelitian ini adalah; penelitian terhadap daya dukung
Seberapa besar pengaruh tata luas lahan di lingkungan untuk populasi di lakukan uji t
Pulau Enggano untuk perkembangan sapi paired. Adapun persamaan regresi
potong? Seberapa besar pengaruh iklim di berganda yang digunakan adalah :
Pulau Enggano untuk perkembangan sapi 1. Analisis hubungan tata luas lahan
potong? Penelitian ini bertujuan untuk; dengan populasi sapi potong dilakukan
Menganalisis pengaruh tata luas lahan dengan model persamaan :
terhadap perkembangan ternak ruminansia
di Pulau Enggano. Menganalisis pengaruh Keterangan :
iklim terhadap perkembangan ternak Y = Jumlah Populasi Sapi Potong
ruminansia di Pulau Enggano. X1 = Luas lahan sawah
X2 = Luas lahan sayuran
X3 = Luas lahan perkebunan
X4 = Luas kawasan permukiman
α = Koefisien Intercept (konstantan)
c1, c2, c3, c4= koefisisen regresi

2. Analisis hubungan daya dukung iklim


dengan populasi sapi potong dilakukan
dengan model persamaan :

Keterangan :
Y = Jumlah Populasi Sapi Potong
X1 = Suhu Udara Gambar 1. Peta Pulau Enggano Kabupaten
X2 = Kelembaban Udara Bengkulu Tengah
X3 = Lama Penyinaran Matahari
X4 = Curah Hujan Hasil analisis pada Gambar tersebut
X5 = Kecepatan Angin menunjukkan bahwa jumlah populasi sapi
a = Koefisien Intercept (konstantan) di pulau Engano terjadi peningkatan.
b1, b2, b3, b4, b5 = koefisisen regresi Tahun 2009 populasi sapi di Pulau
Enggano sebesar 79 ekor dan mengalami
peningkatan pada 2010 menjadi 83 ekor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peningkatan juga terjadi pada tahun 2011
Penduduk asli Pulau Enggano
sampai dengan 2015. Populasi sapi di
adalah Suku Enggano, yang terbagi menjadi
Pulau Enggano tahun 2011-2015 secara
lima puak asli (penduduk setempat
berturut-turut 102 ekor, 142 ekor, 248
menyebutnya suku). Semuanya berbahasa
ekor, 248 ekor, dan 295 ekor. Sementara
sama, bahasa Enggano. Suku atau Puak
itu pada tahun 2016 populasi sapi
Kauno yang mulai menempati tempat ini
mengalami penurunan menjadi 207 ekor.
pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934).
Selain Suku Kauno, terdapat Suku
Banten (pendatang), dan empat suku 350
295
lainnya. Suku Enggano memakai Bahasa 300
248 248
Populasi Sapi (Ekor)

Enggano dalam percakapan sehari hari. 250 207


Mata pencaharian utama masyarakat 200
142
di Pulau Enggano adalah petani dan 150 102
nelayan.Pekerjaan lainnya adalah pegawai 100 79 83
swasta, pengusaha dan pegawai negeri. 50
Perkebunan yang dikembangkan 0
merupakan jenis perkebunan rakyat jenis
cokelat, melinjo, cengkeh, kelapa, buah-
buahan dan kopi. Hasil dari perkebunan itu
Tahun
mereka jual ke Kota Bengkulu.Selain itu
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari masyarakat di Pulu Enggano Gambar 2. Populasi sapi di Pulau Enggano
mengelola peternakan kerbau, sapi, Kabupaten Bengkulu Utara tahun
kambing, ayam dan itik. 2009-2016

Populasi Ternak Sapi Potong Di Pulau Perkembangan sapi potong di pulau


Enggano Enggano mengalami fluktuasi. Tingkat
Populasi sapi potong di Pulau perkembangan tertinggi populasi sapi
enggano dari tahun 2009 sampai 2016 terjadi pada tahun 2013 sebesar 74,65%,
tersaji pada Gambar 2. serta terrendah pada tahun 2014 sebesar
0% hal tersebut karena populasi sapi pada
2014 sama dengan populasi sapi 2015.
Peningkatan tersebut diduga sebagai akibat Keadaan Iklim Di Pulau Enggano
dari keseriusan pemerintah dalam Iklim merupakan salah satu faktor
mengembangkan sapi di pulai Enggano. penting dalam mengembangkan ternak
Musriadi (2013) menyatakan bahwa sapi. Dalam penelitian ini data iklim
komitmen menjadi sentra peternakan diperoleh dari BMKG Pulau Baii, Kota
ditunjukkan dengan peningkatan anggaran Bengkulu. Rata-rata iklim di pulau
bidang peternakan pada 2011 sebesar Enggano dari tahun 2009-2016 disajikan
Rp5,9 miliar, pada tahun anggaran 2012 pada Gambar 4-8
sebesar Rp11,2 miliar, dan APBD Provinsi
Bengkulu tahun anggaran 2013 meningkat 1040
menjadi Rp23,4 miliar. Akan tetapi pada

Luas Permukiman (ha)


tahun 2016 populasi sapi mengalami 1020
penurunan sebesar 29,83%. Hal tersebut 1000
diakibatkan meningkatnya jumlah 980
penduduk yang diikuti dengan peningkatan
kawasan permukiman, yang berdampak 960
pada peningkatan lahan yang diusahakan 940
oleh masyarakat, baik sebagai tempat
920
tinggal maupun usaha pertanian.

2009

2011

2013

2015
Peningkatan luas lahan pemukiman,
pertanian, dan perkebunan mengakibatkan Tahun
penurunan luas lahan padang Gambar 3. Luas kawasan permukiman di
pengembalaan akibatnya rumput untuk Pulau Enggano Kabupaten
pakan ternak menjadi rendah. Bengkulu Utara tahun 2009-2016
Luas Lahan Di Pulau Enggano
Daya dukung lahan merupakan salah satu Suhu Udara
faktor penting dalam pengembangan sapi Hasil analisis pada Gambar 4 menunjukkan
disuatu daerah.Lahan berkontribusi besar bahwa rata-rata suhu udara selama 7 tahun
dalam pengembangan ternak baik (2009-2016) cenderung mengalami
menyediakan lahan untuk bertempat peningkatan. Rata-rata suhu udara tahun
tinggal maupun mencari makan.Daya 2016 cenderung lebih tinggi dari tahun-
dukung lahan yang diteliti meliputi luas tahun sebelumnya yaitu sebesar 27,15 0C,
lahan sawah, lahan sayuran, lahan sedangkan rata-rata suhu udara tahun 2009
perkebunan, dan kawasan permukiman cenderung lebih rendah dari suhu udara di
selama kurun waktu 2009-2016 disajikan tahun 2010-2016 yaitu sebesar 26,59 0C.
pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas lahan sawah, sayuran, perkebunan, dan permukiman di Pulau Enggano tahun
2009-2016
Luas Lahan (ha)
Tahun
Sawah Sayuran Perkebunan Permukiman
2009 325 52 2239 943
2010 431 53 2284 962
2011 243 55 2284 962
2012 604 56 2331 982
2013 686 57 2331 982
2014 788 58 2378 1002
2015 671 113 2378 1002
2016 684 115 2427 1022
50 meningkat menjadi 68% dan 69,33%.
Namun pada 2013 dan 2014 menurun
40 menjadi 67,58% dan 68%. Pada 2015 lama
penyinaran matahari kembali meningkat
Suhu Udara (0C)

30
menjadi 71,67%, akan tetapi kembali
20 menurun pada 2016 menjadi 66,17%.
10 75

Lama Penyinaran
Matahari (%)
0
2011
2009

2013

2015
50
Tahun
Gambar 4. Rata-rata suhu udara di Pulau 25
Enggano Kabupaten Bengkulu
Utara tahun 2009-2016
0

2009

2011

2013

2015
Kelembaban Udara
Hasil analisis pada Gambar 5
menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban Tahun
udara selama 7 tahun (2009-2016) Gambar 6. Rata-rata lama penyinaran
cenderung sama. Rata-rata kelembaban matahari di Pulau Enggano
udara tahun 2010 cenderung lebih tinggi Kabupaten Bengkulu Utara tahun
yaitu sebesar 84,50%, sedangkan rata-rata 2009-2016
kelembaban udara tahun 2011 dan 2012
cenderung lebih rendah yaitu sebesar Curah Hujan
83,11%. Hasil analisis pada Gambar 7
100 menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan
Kelembaban Udara (%)

selama 7 tahun (2009-2016) mengalami


75 fluktuasi. Rata-rata curah hujan tahun 2009
sebesar 564,67 mm, sedangkan rata-rata
50 curah hujan tahun 2011 cenderung lebih
rendah yaitu sebesar 168,58 mm.
25 mengalami penurunan pada 2010 dan 2011
menjadi 496,25 mm dan 168,58 mm.
0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Tahun 600
Gambar 5. Rata-rata kelembaban udara di 500
Curah Hujan (mm)

Pulau Enggano Kabupaten 400


Bengkulu Utara tahun 2009-2016 300
200
Lama Penyinaran Matahari 100
Hasil analisis pada Gambar 6 0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

menunjukkan bahwa rata-rata lama


penyinaran matahari selama 10 tahun
Tahun
(2009-2016) mengalami fluktuasi. Rata-
rata lama penyinaran matahari pada 2009 Gambar 7. Rata-rata curah hujan di Pulau
sebesar 67,85%, mengalami penurunan Enggano Kabupaten Bengkulu
pada 2010 menjadi 63,42%. Pada 2011 Utara tahun 2009-2016
dan 2012 lama penyinaran matahari
Pada 2012 dan 2013 curah hujan di Pulau dan pemukiman) sebasar 56%. Sebesar
Enggano meningkat menjadi 221,17 mm 44% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
dan 482,75 mm, namun kembali menurun yang tidak diteliti dalam penelitian.
pada 2014 dan 2015 menjadi 468 mm dan
168 mm. Pada 2016 curah hujan cenderung Tabel 2. Hasil analisis pengaruh tata luas
meningkat menjadi 242,58 mm lahan terhadap populasi sapi di Pulau
Enggano Kabupaten Bengkulu Utara
Kecepatan Angin Varians Nilai
Hasil analisis pada Gambar 8 R 0.901
menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan R Square 0.812
angin selama 7 tahun (2009-2016) Adjusted R 0.560
mengalami fluktuasi. Rata-rata kecepatan Square
angin pada 2009 sebesar 5,25 knot, Std. Error of the 56.14
meningkat menjadi 5,67 knot dan 9,33 Estimate
knot pada 2010 dan 2011. Namun Pengaruh variabel bebas yaitu daya
kecepatan angin mengalami penurunan dukung lahan (luas lahan sawah, sayuran,
pada 20122012 dan 2013 menjadi 3,92 perkebunan dan pemukiman) terhadap
knot dan 3,42 knot. Pada 2014 dan 2015 variabel terikat (populasi sapi) serta
kecepatan angin cenderung mengalami besarnya pengaruh masing-masingvariabel
peningkatan menjadi 4,00 knot dan 4,33 bebas terhadap variabel terikat dapat
knot, akan tetapi kembali cenderung dilihat dari perhitungan regresi linier
menurun pada 2016 menjadi 4,17 knot. berganda pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil analisis regresi
10
linear berganda yang tertera pada Tabel 3
Kecepatan Angin (Knot)

8 menunjukkan bahwa secara statistik antara


variabe bebas dan variabel terikat tidak
6 berhubungan yang nyata. Bentuk
4 persamaan regresi hubungan variabel
bebas (luas lahan sawah, sayuran,
2 perkebunan dan pemukiman) terhadap
variabel terikat (populasi sapi)
0 mengasilkan model persamaan Y=
2009

2011

2013

2015

867,532 + 0,432X1 + 1,643X2 – 61,141X3


+13,44X4.
Tahun
Hubungan Secara Parsial Luas Sawah
Gambar 8. Rata-rata kecepatan angin di terhadap Daya Dukungl Lahan untuk
Pulau Enggano Kabupaten Sapi Potong
Bengkulu Utara tahun 2009-2016 Hubungan luas lahan sawah
terhadap daya dukung lahan untuk
Regresi Tata Luas Lahan Terhadap peternakan sapi di Pulau Enggano dari
Ternak Sapi Potong hasil analisis perhitungan regresi linier
Analisis tata luas lahan yang ganda tersaji pada Tabel4. Berdasarkan
meliputi luas lahan sawah, sayuran, hasil analisis terlihat bahwa nilai p sig
perkebunan, dan pemukiman terhadap 0,186>α(0,05). Hal tersebut menunjukkan
populasi sapi disajikan pada Tabel bahwa luas lahan sawah tidak berpengaruh
2.Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai nyata terhadap daya dukung lahan bagi
Adjusted R Square adalah sebesar 0.560, peternakan sapi potong di Pulau Enggano.
bearti bahwa populasi sapi di Pulau Hasil yang berbeda diperoleh pada
Enggao dipengaruhi oleh tata luas lahan penelitian Matondang dkk (1998) bahwa
(luas lahan sawah, sayuran, perkebunan luas sawah berpengaruh
Tabel 3. Hasil analisis regresi hubungan luas lahan terhadap populasi sapi di Pulau
Enggano Kabupaten Bengkulu Utara
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 867.532 2236.07 0.388 0.724
Sawah (X1) 0.432 0.252 1.001 1.711 0.186
Sayuran (X2) 1.643 1.642 0.530 1.000 0.391
Perkebunan (X3) -61.141 117.588 -4.574 -0.520 0.639
Pemukiman (X4) 13.448 27.512 4.125 0.489 0.658

nyata terhadap populasi sapi potong di (hortikultural) (X) terhadappopulasi sapi


Lampung. Hasil yang berbeda ini diduga potong (Y) tidak berbeda nyata.
karena kebiasaan petani tidak Berdasarkan model persamaan
memanfaatkan jerami padi atau residu padi regresi linier dapat dijelaskan bahwa nilai
lainnya sebagai bahan pakan sapi potong, β sebesar 0,53 bernilai positif, hal tersebut
melainkan untuk peruntukan lain, seperti menunjukkan bahwa semakin luas lahan
dibakar atau ditebar ke sawah sebagai sayuran, maka akan naik semakin tinggi
bahan kompos. pula tingkat daya dukung lahannya
Berdasarkan model persamaan terhadap perkembangan peternakan sapi
regresi linier dapat dijelaskan bahwa nilai potong,yaitu jika luas lahan sayuran naik
β sebesar 1,001 bernilai positif, hal 1ha lebih tinggi, maka tidak berpengaruh
tersebut menunjukkan bahwa semakin luas nyata tingkat daya dukung lingkungan atau
lahan sawah, maka akan naik semakin prosentase sapi potong yang berhasil
tinggi pula tingkat daya dukung lahannya diternakkan akan naik 0,53%, tetapi tidak
terhadap perkembangan peternakan sapi berpengaruh nyata.
potong, yaitu jika luas sawah naik 1 satuan
ha lebih tinggi, maka tidak berpengaruh Hubungan luas perkebunan terhadap
nyata tingkat daya dukung lingkungan daya dukung lahan untuksapi potong
atau prosentase sapi potong yang berhasil Pengaruh luas perkebunan
diternakkan akan naik 1,001%, tetapi tidak terhadap daya dukunglahan untuk
berpengaruh nyata. peternakan sapi di Pulau Enggano dapat
dilihat dari hasil perhitungan regresi linier
Hubungan luas lahan sayuran terhadap ganda pada Tabel 4. Berdasarkan hasil
daya dukung lahan untuk sapi potong analisis regresi linier ganda dapat dilihat
Pengaruh luas lahan sayuran bahwa nilai p sig 0,639>α (0,05). Hal
terhadap daya dukung lahan untuk tersebut menunjukkan bahwa luas
peternakan sapi di Pulau Enggano dapat perkebunan tidak berpengaruh nyata
dilihat dari hasil perhitungan regresi linier terhadap daya dukung lahan bagi
ganda pada Tabel 4. Berdasarkan hasil peternakan sapi potong di Pulau Enggano.
analisis regresi linier ganda dapat dilihat Hasil berbeda didapat pada penelitian
bahwa nilai p sig 0,391>α(0,05). Hal Sukada dkk (2016) bahwa populasi ternak
tersebut menunjukkan bahwa luas lahan potong terhadap lahan perkebunan
sayuran tidak berpengaruh nyata terhadap berhubungan positif sangat nyata.
daya dukung lahan bagi peternakan sapi Peningkatan luas lahan perkebunan
potong di Pulau Enggano. Sejalan dengan mengakibatkan penurunan populasi sapi
hasil penelitian Sukada dkk (2016) bahwa potong. Berdasarkanmodelpersamaan
hubungan antara lahan sayuran
Regresi linier dapat dijelaskan bahwa nilai untuk budidaya maupun pertanian,
β sebesar 4,574 bernilai negatif, hal sehingga rumput yang menjadi pakan sapi
tersebut menunjukkan bahwa semakin luas potong tidak tersedia. Menurut Sofyan
perkebunan, maka tidak berpengaruh nyata (2003) bahwa hijauan pakan ternak yang
semakin rendah tingkat daya dukung dipergunakan oleh ternak ruminansia
lahannya terhadap perkembangan sebagian besar rumput- rumputan,
peternakan sapi potong, yaitu jika luas sehingga rumput memegang peranan
perkebunan naik 1 satuan ha lebih tinggi, penting dalam penyediaan pakan dan telah
maka tidak berpengaruh nyata tingkat daya umum digunakan oleh peternak dalam
dukung lingkungan atau prosentase sapi jumlah besar. Oleh karena itu
potong yang berhasil diternakkan akan pengembangan sapi potong pada kawasan
menurun4,574%. ini, harus melalui upaya peningkatan, baik
potensi lahan maupun sumberdaya
Hubunganluas
manusianya. Menurut Sumarjono etal.
pemukimanterhadapdaya
(2008), pengembangan sapi potong dapat
dukunglahanuntuksapipotong
dilakukan melalui peningkatan potensi
Pengaruh luas pemukiman
lahan, sumber daya manusia, pakan dan
terhadap daya dukung lahan untuk
pola pakan.
peternakan sapi di Pulau Enggano dapat
dilihat dari hasil perhitungan regresi linier Regresi Daya Dukung Iklim Terhadap
ganda pada Tabel5. Berdasarkan hasil Populasi Sapi
analisis regresi linier ganda dapat dilihat Pengaruh daya dukung iklim yang
bahwa nilai p sig 0,658>α(0,05). Hal meliputi kecepatan angin, lama penyinaran
tersebut menunjukkan bahwa luas matahari, suhu udara, kelembaban udara
pemukiman tidak berpengaruh nyata dan curah hujan terhadap populasi sapi
terhadap daya dukung lahan disajikan pada Tabel 4.
bagipeternakansapi potongdi Pulau
Enggano. Tabel 4. Hasil analisis pengaruh daya
Berdasarkan model persamaan dukung iklim terhadap populasi sapi di
regresi linier dapat dijelaskan bahwa nilai Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu
β sebesar 4,125 bernilai positif, hal Utara
tersebut menunjukkan bahwa semakin luas Varians Nilai
pemukiman, maka akan naik semakin R 0.982
tinggi pula tingkat daya dukung lahannya R Square 0.965
terhadap perkembangan peternakan sapi Adjusted R Square 0.878
potong,yaitu jika luaspemukiman naik1 Std. Error of the 29.52569
satuan ha lebih tinggi, maka tingkat daya Estimate
dukung lingkungan atau prosentase sapi
potong yang berhasil diternakkan akan Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa
naik4,125%. nilai Adjusted R Square adalah sebesar
0,878 yang bearti bahwa populasi sapi di
Faktor-faktor yang menopang daya Pulau Enggano dipengaruhi oleh daya
dukung lahan terhadap populasi sapi dukung lahan (kecepatan angin, lama
potong penyinaran matahari, suhu udara,
Secara umum hasil penelitian kelembaban udara dan curah hujan)
menunjukkan bahwa luas lahan sawah, sebesar 87,8%. Sedangkan 12,2%
lahan sayuran, lahan perkebunan, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
kawasan permukiman tidak berpengaruh tidak diteliti dalam penelitian ini.
terhadap populasi sapi potong. Hal ini Pengaruh antara variable bebas
diduga karena pada kawasan lahan tersebut (kecepatan angin, lama penyinaran
telah diusahakan oleh penduduk baik matahari, suhu udara, kelembaban udara
dan curah hujan) terhadap variabel terikat tinggi suhu udara, maka akan naik semakin
(populasi sapi) dan besarnya pengaruh tinggi pula tingkat daya dukung iklimnya
masing-masingvariabel bebas terhadap terhadap perkembangan peternakan sapi
variabel terikat dapatdilihat dari potong, yaitu jika suhu udara naik 10C
perhitungan regresi linier bergandapada lebih tinggi, maka tingkat daya dukung
Tabel 5.Berdasarkan analisis regresi lingkungan atau presentase sapi potong
berganda pada Tabel 5.maka didapat yang berhasil diternakkan akan naik
bentuk persamaan regresi hubungan 0,285%.
variabel bebas (kecepatan angin, lama
penyinaran matahari, suhu udara, Hubungan kelembaban udara terhadap
kelembaban udara dan curah hujan) daya dukung iklim untuk sapi potong
terhadap populasi sapi yaitu Y= -15538,74 Pengaruh kelembaban udara
+ 52,14X1 + 139,95X2 + 39,27X3 + terhadap daya dukung iklim untuk
0,005X4 – 1,34X5. Secara statistik peternakan sapi di Pulau Enggano dapat
kelembaban udara dan lama penyinaran dilihat dari hasil perhitungan regresi linier
matahari berpengaruh nyata terhadap ganda pada Tabel 5.berdasarkan hasil
populasi sapi potong, sedangkan suhu analisis regresi linier ganda dapat dilihat
udara, curah hujan, dan kecepatan angin bahwa nilai p sig 0,05= α (0,0). Hal
tidak berpengaruh nyata terhadap populasi tersebut menunjukkan bahwa kelembaban
sapi potong. udara berpengaruh nyata terhadap daya
dukung iklim peternakan sapi potong di
Hubungan suhu udara terhadap daya Pulau Enggano. Sejalan dengan hasil
dukung iklim untuk sapi potong penelitian Setiawan (2013) bahwa bahwa
Pengaruh suhu udara terhadap daya kelembapan tidak berpengaruh signifikan
dukung iklim untuk peternakan sapi di terhadap daya dukung lingkungan
Pulau Enggano dapat dilihat dari hasil peternakan sapi potong di Kecamatan
perhitungan regresi linier ganda pada Kerek.Berdasarkan model persamaan
Tabel 5. Berdasarkanhasil analisis regresi regresi linier dapat dijelaskan bahwa nilai
linier ganda dapat dilihat bahwa nilai p sig β sebesar 0,884 bernilai positif, hal
0,25> α (0,05). tersebut menunjukkan bahwa semakin
Hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi kelembaban udara, maka akan naik
suhu udara tidak berpengaruh nyata semakin tinggi pula tingkat daya dukung
terhadap daya dukung iklim peternakan iklimnya terhadap perkembangan
sapi potong di Pulau Enggano.Hal ini peternakan sapi potong, yaitu jika
diduga karena suhu udara di Pulau kelembaban udara naik 1% lebih tinggi,
Enggano terlalu tinggi. Menurut Hansen maka tingkat daya dukung lingkungan atau
(2004) sapi yang berada di lingkungan prosentase sapi potong yang berhasil
udara panas, akan mengalami kesulitan diternakkan akan naik 0,884%.
dalam membuang panas hasil metabolisme
dari tubuhnya ke udara di sekitarnya; Hubungan lama penyinaran terhadap
apabila kondisi ini berlangsung dalam daya dukung iklim untuk sapi potong
waktu yang cukup lama atau pada Pengaruh lama penyinaran
tingkatan cekaman panas yang tinggi, matahari terhadap daya dukung iklim
maka temperatur tubuh sapi akan untuk peternakan sapi di Pulau Enggano
meningkat dan sapi akan mengalami stress dapat dilihat dari hasil perhitungan regresi
panas. linier ganda pada Tabel 5. Berdasarkan
Berdasarkan model persamaan hasil analisis regresi linier ganda dapat
regresi linier dapat dijelaskan bahwa nilai dilihat bahwa nilai p sig 0,038 < α (0,05).
β sebesar 0,285 bernilai positif, hal Hal tersebut menunjukkan bahwa lama
tersebut menunjukkan bahwa semakin penyinaran matahari berpengaruh nyata
Tabel 5. Hasil analisis regresi hubungan iklim dan populasi sapi di Pulau Enggano Kabupaten
Bengkulu Utara
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -15538.74 3056.834 -5.083 0.037
Suhu Udara (X1) 52.140 32.554 0.285 1.602 0.250
Kelembaban Udara (X2) 139.945 32.361 0.884 4.324 0.050
Lama Penyinaran Matahari (X3) 39.266 7.907 1.079 4.966 0.038
Curah Hujan (X4) 0.005 0.009 0.116 0.541 0.643
Kecepatan Angin (X5) -1.338 7.651 -0.030 -0.175 0.877
Dependent Variable: Populasi Sapi
terhadap daya dukung iklim peternakan peternakan sapi potong, yaitu jika curah
sapi potong di Pulau Enggano.Berdasarkan hujan naik naik 1 mm lebih tinggi, maka
model persamaan regresi linier dapat tingkat daya dukung lingkungan atau
dijelaskan bahwa nilai β sebesar 1,079 prosentase sapi potong yang berhasil
bernilai positif, hal tersebut menunjukkan diternakkan akan naik 0,116%.
bahwa semakin panjang lama penyinaran
matahari, maka akan naik semakin tinggi Hubungan kecepatan angin terhadap
pula tingkat daya dukung iklimnya daya dukung iklim untuk sapi potong
terhadap perkembangan peternakan sapi Pengaruh kecepatan angin terhadap
potong, yaitu jika lama penyinaran daya dukung iklim untuk peternakan sapi
matahari naik 1 satuan lebih tinggi, maka di Pulau Enggano dapat dilihat dari hasil
tingkat daya dukung lingkungan atau perhitungan regresi linier ganda pada
prosentase sapi potong yang berhasil Tabel 5. Berdasarkan hasil analisis regresi
diternakkan akan naik 1,079%. linier ganda dapat dilihat bahwa nilai p sig
0,877 > α (0,05). Hal tersebut
Hubungan curah hujan terhadap daya menunjukkan bahwa kecepatan angin tidak
dukung iklim untuk sapi potong berpengaruh nyata terhadap daya dukung
Pengaruh curah hujan terhadap iklim peternakan sapi potong di Pulau
daya dukung iklim untuk peternakan sapi Enggano. Sejalan dengan hasil penelitian
di Pulau Enggano dapat dilihat dari hasil Panjono dan Baliarti (2009) bahwa
perhitungan regresi linier ganda pada kecepatan angin tidak berpengaruh
Tabel 5. Berdasarkan hasil analisis regresi terhadap ternak sapi. Esmay dan Dixon
linier ganda dapat dilihat bahwa nilai p sig (1986) menyatakan bahwa, ternak akan
0,643 > α (0,05). Hal tersebut melakukan respon fisiologis terhadap
menunjukkan bahwa curah hujan tidak lingkungan eksternal untuk
berpengaruh nyata terhadap daya dukung mempertahankan temperatur tubuhnya.
iklim untuk peternakan sapi potong di Berdasarkan model persamaan
Pulau Enggano. regresi linier dapat dijelaskan bahwa nilai
Berdasarkan model persamaan β sebesar 0,030 bernilai negatif, hal
regresi linier dapat dijelaskan bahwa nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin
β sebesar 0,116 bernilai positif, hal tinggi kecepatan angin, maka semakin
tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat daya dukung iklimnya
tinggi curah hujan, maka akan naik terhadap perkembangan peternakan sapi
semakin tinggi pula tingkat daya dukung potong, yaitu jika kecepatan angin naik 1
iklimnya terhadap perkembangan knot lebih tinggi, maka tingkat daya
dukung lingkungan atau prosentase sapi diterima oleh permukaan bumi. Sebagian
potong yang berhasil diternakkan akan radiasi matahari diserap langsung di dalam
naik 0,030%. atmosfer akan tetapi kebanyakan
diteruskan melewati atmosfer dan diserap
Faktor-faktor yang menopang iklim oleh pemukaan bumi. Penyerapan ini
terhadap populasi sapi potong diPulau memanaskan permukaan bumi dan
Enggano menjadi sumber radiasi gelombang
Berdasarkan hasil analisis regresi panjang.Radiasi matahari dalam
terlihat bahwa faktor-faktor utama yang perjalanannya melewati atmosfer menuju
menopang perkemabngan ternak sapi permukaan bumi mengalami penyerapan,
potong di Pulau Enggano adalah pemantulan, hamburan dan pemancaran
kelembaban udara dan lama penyinaran kembali (Prawirowardoyo, 1996).
matahari dengan nilai significant masing- Lama penyinaran matahari akan
masing faktor adalah sebesar 0,05 dan berpengaruh terhadap suplai hijauan
0,038. Sejalan dengan Collier dan sebagai pakan ternah. Cahaya matahari
Rosemarie (2007)bahwa faktor lingkungan merupakan sumber utama bagi tanaman
seperti suhulingkungan dan kelembaban untuk melakukan proses fotosintesis.
udara memilikiefek langsung terhadap Semakin panjang lama penyinaran matahri
produktivitas sapipotong sub tropis. maka akan berdampak pada semakin tinggi
Kelembaban merupakan jumlah air proses fotosintesis rumput, sehingga
dalam udara.Fungsi kelembaban ketersediaan pakan bagi sapi potong
udarasangat penting, karena semakin meningkat. Meningkatnya
mempengaruhi kecepatan kehilangan ketersediaan sapi potong akan
panas dari ternak.Lebih lanjut bahwa menyebabkan membaiknya pertumbuhan
kelembaban dapat menjadi kontrol dari sapi potong tesebut.
evaporasi kehilanganpanas melalui kulit Lama penyinaran matahari akan
dan saluran pernafasan.Kelembaban berpengaruh terhadap aktivitas makhluk
biasanya diekspresikan sebagai hidup, yaitu pada manusia, hewan, dan
kelembaban relatif (Relative Humidity). tumbuh-tumbuhan. Penyinaran yang lebih
Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi lama akan memberi kesempatan yang lebih
terjadi secara lambat, kehilangan panas besar pada tumbuhan untuk
terbatas serta akhirnya dapat memanfaatkannya melalui proses
mempengaruhi keseimbangan termal fotosintesis.
ternak (Sientje 2003).
Tjasyono (2004) menambahkan KESIMPULAN
bahwa kelembaban nisbi berpengaruh pada
pernafasan dan keringat pada hewan.Udara Berdasarkan hasil penelitian dan
yang sangat kering menyebabkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
ketidaknyamanan ternak. Kelembaban 1. Hubungan tata luas lahan yang
nisbi rendah, angin dan suhu tinggi meliputi lahan sawah, sayuran,
menyebabkan meningkatnya kebutuhan air perkebunan, dan permukiman tidak
untukternak. Kelembaban tinggi dapat berpengaruh terhadap populasi sapi
berakibat langsung terhadap penurunan potong di Pulau Enggano.
jumlah panas yang hilang akibat 2. Faktor-faktor utama yang menopang
penguapan. Kelembaban tinggi populasi sapi potong di Pulau
mengakibatkan penguapan tertahan, Enggano adalah kelembaban udara
sehingga akan meningkatkan panas pada dan lama penyinaran matahari. Suhu
sapi. udara, curah hujan, dan kecepatan
Radiasi matahari menyediakan angin tidak berpengaruh terhadap
hampir keseluruhan semua energi yang populasi sapi potong.
DAFTAR PUSTAKA http://www.antarabengkulu.com/be
rita/20702/pulau-enggano-
Collier RJ, Rosemarie BZ. 2007. Heat
diproyeksi-sentra peternakan-sapi
stress effects on cattle: what we
Pane, W.J.A. 1970. Catle Production in
know and what we don’t
The Tropics. Vol. 1. Longman
know. 22th Southwest Nutrition
London
and Management Conference.
Panjono dan Baliarti. 2009. Pengaruh
February 22- 23. Department of
buka-tutup kandang terhadap
Animal Sciences.The University of
kenyamanan dan kinerjaproduksi
Arizona.
sapi peranakan ongole. Buletin
Esmay, M. L. 1982. Principle of Animal
Peternakan Vol. 33(2): 106-110
environmental. AVI Publishing
PrawirowardoyoS.1996.Meteorologi.Pener
Company, Inc. Wesport,
bit ITB:Bandung
Connecticut.
Saragih, B. 2000.Agribisnis berbasis
Esmay, M.L. and J.E. Dixon. 1986.
peternakan.Kumpulan pemikiran.
EnvironmentalControl for
USESE Foundation dan Pusat
Agricultural Buildings. The
Studi Pembangunan IPB, Bogor
AVIPublishing Company, Inc.
Setiawan.2013. Kajian Daya Dukung
Westport,Connecticut.
Lingkungan Untuk Peternakan Sapi
Hansen. 2004. Physiological and
Potong di Kecamatan Kerek
cellularadaptations of zebu cattle to
Kabupaten Tuban.
thermal stress.Anim Reprod Sci.
http://webcache.googleusercontent.co
82-83:349-360 m/search?q=cache:GmbBqP2J1LoJ:
Juanda. B. 2002. Pertumbuhan ekonomi jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article
dan pergeseran structural dalam /10342/40/article.pdf+&cd=1&hl=i
industrialisasi di Indonesia. J. d&ct=clnk&gl=id. Diakses pada 12
Ekon., Vo.9. IPB., Bogor Januari 2018
Kadarsih, S. 2004. Performans Sapi bali Sientje. 2003. Stress panas pada sapi perah
berdasarkan ketinggian tempat di laktasi. IPB, Bogor
daerah transmigrasi Bengkulu : I Silanikove, N. 2000. Review: The
Performans pertumbuhan. Jurnal Physiological Basis of Adaptation
Ilmu-Ilmu Pertanian 6 (1): 50-56 in Goats to Harsh Environments.
Matondang, Sitepu, dan Thalib. 1998. Small Ruminant Research 35
Analisis faktor-faktor produksi sapi (2000) 181-193
potong di Lampung. Seminar Tjasyono, B., 2004. Klimatologi.Penerbit
Nasional Peternakan dan Veteriner. ITB. Bandung Payne, W.J.A. 1990.
McDowell, R. E. 1974. The environment An Introduction of Animal
versus man and his animals. In: Husbandry in The Tropics.
H.H. Cole & M. Ronning (Eds.). 4thed.Tropical agriculture
Animal Agriculture. W.H. Freeman series.Longman Scientific and
and Co., San Fransisco technical. Copublish inthe united
Musriadi.2013. Pulau Enggano diproyeksi states with Jihn Wiley & Sons, Inc.
sentra peternakan sapi. Antara New York
Bengkulu.com.

Anda mungkin juga menyukai