Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN RIWAYAT ANEMIA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:

RIYA WIJININGRUM
NIM 01614027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA HUSADA
BOJONEGORO
2019/2020
4.7.1 Anonimity (tanpa nama)

Nama responden tidak di cantumkan pada lembar pengumpulan

data. Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti

memberikan kode berupa huruf agar identitas tidak terlihat.

4.7.2 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang di teliti yang di dapatkan oleh

peneliti dari responden akan di jamin kerahasiaanya. Hanya pada

kelompok-kelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan utamanya

di laporkan pada hasil riset. (Nursalam, 2016).

Data penelitian ini hanya di gunakan untuk kepentingan atau di

laporkan kepada yang berhubungan dengan penelitian ini dan tidak

akan di lakukan publikasi.

4.8 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian

(Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi peneliti

adalah :

4.8.1 Peneliti tidak mengobservasi kepatuhan responden dalam

mengkonsumsi tablet Fe karena tidak melakukan penelitian secara

langsung.

4.8.2 Dalam penelitian ini tidak meneliti faktor yang bisa menjadi faktor

penganggu seperti penyakit infeksi, hemoglobin dan penyakit lainnya

yang dapat menyebabkan anemia dalam kehamilan.


4.8.3 Peneliti hanya menggunakan data sekunder dari cacatan puskesmas

karena adanya pandemi atau wabah covid19 yang tidak

memungkinkan mengambil data langsung kepada responden.


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan hasil dan pembahasan dari penelitian yang di

laksanakan pada bulan mei 2020 di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem

Kabupaten Bojonegoro dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian di

sajikan dalam bentuk diagram, tabel seta keterangan singkat.Penyajian data di

mulai dari gambaran umum lokasi penelitian, data umum dan data khusus. Data

umum meliputi Umur, Pendidikan, Usia Kehamilan, Pemeriksaan Hb sedangkan

data khusus di sajikan berupa distribusi berdasarkan variabel yang di teliti yaitu

riwayat anemia kehamilan dengan kejadian stunting pada balita. Tabulasi serta

SPSS.

5.1 Latar Belakang

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi yang di gunakan untuk penelitian ini adalah puskesmas

Kedungadem kabupaten Boonegoro. Yang bertempat di Jl. Gajah

mada No.1328 Kec. Kedungadem Kab. Bojonegoro

5.1.2 Penyajian Karakteristik Demografi Responden

a. Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi umur responden yang mempunyai


balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro
No Umur F Presentase (%)
(tahun)
1 20-24 10 20.4
2 25-30 20 38.8
3 31-35 11 26.6
4 > 35 7 12.2
Total 48 100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa kurang

darisebagian responden berusia 25-30 tahun sebanyak 20

responden (38.8 %).

b. Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pendidikan responden yang


mempunyai balita stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro
No Pendidikan F Presentase (%)
1 SD 12 25
2 SMP 22 45,8
3 SMA 14 29,2
Total 48 100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa kurang dari

sebagian responden berpendidikan SMP sebanyak 22 responden

(45,8 %).

c. Berdasarkan Usia Kehamilan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi usia kehamilan responden yang


mempunyai balita stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungadem Kabupaten Boonegoro
No Usia Kehamilan F Presentase (%)
1 Trimester I 16 33,3
2 Trimester II 24 50,0
3 Trimester III 8 16,7
Total 48 100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian

responden usia kehamilan sebanyak 24 responden (50 %).


d. Berdasarkan Pemeriksaan Hb

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pemeriksaan Hb responden yang


mempunyai balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungadem Kabupaten Boonegoro

No Pemeriksaan Hb F Presentase (%)


1 8 5 10,4
2 9 14 29,2
3 10 8 16,7
4 11 2 4,2
5 12 10 20,8
6 13 6 12,5
7 14 3 6,2
Total 48 100
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa kurang dari

sebagian responden pemeriksaan Hb sebanyak 14 responden

(29,2%).

5.1.3 Variabel Yang di Ukur

a. Berdasarkan riwayat anemia kehamilan dengan kejadian stunting

pada balita

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi riwayat anemia kehamilan responden


yang mempunyai balita stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro

No Riwayat Anemia F Presentase (%)


Kehamilan
1 Anemia 29 60,4
2 Tidak Anemia 19 39,6
Total 48 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa lebih dari

sebagian memiliki riwayat anemia kehamilan sebanyak 29

responden (60,4 %).


b. Berdasarkan Kejadian Stunting pada Balita

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi balita stunting di Wilayah Kerja


Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro

No Kejadian Stunting F %
1. Tidak Stunting 0 0%
2 Stunting 48 100 %
4
Total 48 100 %
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa mayoritas

responden mengalami stunting sebanyak 48 responden (100 %).

c. Hubungan Riwayat Anemia Kehamilan Dengan Kejadian Stunting

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem Kabupaten

Bojonegoro

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Hubungan Riwayat Anemia Kehamilan

Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Kedungadem

Kabupaten Bojonegoro.

Riwayat Kejadian stunting Total


anemia
kehamilan

Stunting % Tidak % N %
stunting
Anemia 29 60,4 0 0 29 60,4

Tidak 19 39,6 0 0 19 39,6


anemia
Total 48 100.0 0 0 48 100.0

P - value 0,701

Berdasarkan Tabel 5.7 hasil dari Crosstabulation (tabulasi silang)

diketahui bahwa kurang dari sebagian tidak memiliki anemia kehamilan


sebanyak 19 responden (39,6 %) mempunyai balita stunting dan lebih dari

sebagian responden 29 (60,4 %) memiliki riwayat anemia kehamilan

mempunyai balita stunting. Hasil perhitungan dengan SPSS pada Uji Rank

Spearman Rho diketahui bahwa Riwayat Anemia Kehamilan dengan

kejadian stunting di peroleh nilai p = 0,701 (p > α), sehingga dapat di

simpulkan tidak ada hubungan antara riwayat anemia kehamilan dengan

kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem

Kabupaten Bojonegoro.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Riwayat anemia kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem

Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian

memiliki riwayat anemia kehamilan sebanyak 29 responden (60,4 %).

Responden yang memiliki riwayat anemia dapat mempengaruhi pada

saat kehamilan dan beresiko terhadap bayi yang akan di lahirkan.

Permasalahan kesehatan yang sangat rentan terjadi selama kehamilan

yaitu kadar Hb yang kurang dari 11g/dl mengindikasikan ibu hamil

menderita anemia yang dapat menyebabkan berkurangnya daya

konsentrasi, kemampuan akademik menurun, mudah merasa letih,

jantung berdetak lebih cepat, warna kulit menjadi pucat, gangguan pada

janin yang di kandung, menghambat pertumbuhan fisik.

Anemia kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang sangat besar di dunia terutama bagi wanita usia reproduksi.

Anemia kehamilan sangat berisiko terhadap bayi yang akan di lahirkan


dan akan menyebabkan stunting pada balita. Anemia dalam kehamilan

adalah keadaan dimana kadar hemoglobin atau sel darah merah kurang

dari 11g/dl pada masa kehamilan trimester I dan III,dan kurang dari

10,5 g/dl pada masa kehamilan trimester ke II (Widyaningrum &

Romadhoni, 2018:86).

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel

darah merah (hemoglobin) yang terlalu sedikit berada < 11 gr/dl.

Anemia kehamilan adalah keadaan dimana kadar hemoglobin atau sel

darah merah kurang dari 11 g/dl pada masa kehamilan trimester ke I

dan III, dan kurang dari 10,5 g/dl pada masa kehamilan trimester ke II

(Simbolon & Batbual, 2019 : 84).

5.2.2 Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem

Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro

Dari tabel5.6 menunjukkan bahwa seluruh responden mengalami

stunting sebesar 48 responden (100%). Kejadian stunting saat ini

menjadi masalah utama kesehatan yang terjadi pada balita. Karena

dapat dilihat dari data diatas kalau penemuan balita stuntingmasih

tinggi. Stunting disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya tingkat

pendidikan ibu, BBLR, Status pekerjaan ibu, status ekonomi keluarga,

pemberian asi eksklusif, pemberian MPAsi dan penyakit infeksi.

Stunting mempunyai dampak yang besar yaitu anak akan memiliki

tinggi badan yang lebih pendek dari anak seusianya. Upaya

penanggulangan stunting adalah persalinan harus ditolong oleh dokter


atau bidan,memperbaiki nutrisi pada saat kehamilan dan yang paling

penting memberikan MPAsi pada usia 6 bulan.

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang di sebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian

makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. WHO mengartikan

stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampui

defisit 2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan populasi yang

menjadi referensi internasional. Keadaan ini terjadi akibat dari faktor

lingkungan dan faktor manusia (host) yang di dukung oleh kekurangan

asupan zat-zat gizi (Widyaningrum & Romadhoni, 2018 : 88).

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi

di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak

terlalu pendek untuk usianya. Kondisi stunting baru nampak setelah

bayi berusia 2 tahun,balita pendek (stunted) dan sangat pendek

(severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau

tinggi badan (TB/U) menurut umurnya di bandingkan dengan standar

baku. Kementerian kesehatan (kemenkes) adalah anak balita dengan

nilai z-scorenya kurang dari-2SD / standar deviasi (stunted) dan kurang

dari – 3SD / severely stunted (Simbolon dan Batbual, 2019:19).

Data dalam penelitian menunjukkan bahwa kurang dari sebagian

responden berusia 25-30 tahun sebanyak 20 responden (38.8 %). Data

dalam penelitian menunjukkan bahwa kurang dari sebagian responden

berpendidikan SMP sebanyak 22 responden (45,8 %), berdasarkan usia

kehamilan menunjukkan bahwa sebagian respondensebanyak 24


responden (50 %) berdasarkan pemeriksaan Hb bahwa kurang dari

sebagian respondensebanyak 22 responden (41,7 %).

5.2.3 Hubungan antara riwayat anemia kehamilan dengan kejadian stunting

Berdasarkan Tabel 5.7 hasil dari Crosstabulation (tabulasi silang)

diketahui bahwa kurang dari sebagian tidak memiliki anemia kehamilan

sebanyak 19 responden (39,6 %) mempunyai balita stunting dan lebih

dari sebagian responden 29 (60,4 %) memiliki riwayat anemia

kehamilan mempunyai balita stunting. Hasil analisis bivariat antara

riwayat anemia dengan kejadian stunting di peroleh nilai p = 0,701 (p >

α sehingga dapat di simpulkan tidak ada hubungan antara riwayat

anemia kehamilan dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Kedungadem Kecamatan Kedungadem Kabupaten

Bojonegoro.

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian warsini dkk (2016)

riwayat anemia kehamilan tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Sedayu Kabupaten

Bantul Yogyakarta p = 0,08 (p > α). Kesehatan ibu saat hamil akan

sangat mempengaruhi kesehatan janin yang di kandungnya, ibu hamil

yang anemia dan kekurangan energi kronik (KEK) tentu akan

mempengaruhi kesehatan janin yang di kandungnya karena akan

menyebabkan bayi lahir dengan berat yang rendah. Bila tidak bisa

tumbuh kejar bayi BBLR kemungkinan besar akan menderita stunting.

Perlu di mulai sejak dalam di dalam kandungan, kecukupan asupan zat

gizi ibu hamil penting agar bayi yang di kandungnya sehat dan lahir
dengan berat badan yang normal. Anak perlu di persiapkan dengan baik

agar bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, perlu di interaksi

lingkungan yang baik. Salah satu akibat kurang gizi yang berdampak

buruk terhadap kualitas hidup anak dalam mencapai tumbuh kembang

yang optimal sesuai potensi genetiknya adalah stunting.

Penelitian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Prabandari dkk, 2016 yang menyatakan bahwa riwayat

anemia kehamilan tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada

balita. Hasil penelitian Prabandari dkk, 2016 menyatakan bahwa

kegagalan pertumbuhan (growth faltering) pada masa bayi sangat di

pengaruhi oleh zat gizi. Pemberian makanan tambahan dan

suplementasi zat gizi mikro pada ibu hamil merupakan salah satu

alternatif perbaikan gizi bagi generasi berikutnya. Suplementasi zat besi

selama kehamilan akan memberikan simpanan zat gizi yang lebih baik

untuk ibu dan janin. Suplementasi zat besi pada ibu hamil dapat

meningkatkan simpanan besi dalam bentuk laktoferin dalam ASI,

laktiferin dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan

bakteri, dengan cara mengikat zat besi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan bakteri patogen yang akan meningkatkan kekebalan tutuh

bayi sehingga akan mengoptimalkan pertumbuhannya.

Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Widyaningrum & Rhomadhoni, 2018). Penelitian tersebut menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan riwayat anemia kehamilan

dengan kejadian stunting pada balita. Ibu hamil yang mengalami


anemia gizi besi rentan terhadap kelahiran prematur dan berat badan

bayi lahir kurang. Hal ini karena selama kehamilan dibutuhkan

peningkatan produksi eritrosit yang komposisinya relatif pada

lingkungan hypoxintrauterine dan suplai oksigen ke janin yang

dibutuhkan untuk perkembangan. Zat besi yang adekuat dibutuhkan

pada perjalanan melintasi plasenta untuk memastikan kelahiran sesuai

dengan usia kehamilan penuh. Selain itu, zat besi juga dibutuhkan

untuk pertumbuhan postnatal pada peningkatan sel darah merah dan

sebagai unsur pembangun masa tubuh bayi.

Menurut peneliti berdasarkan fakta dan teori yang ada, hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian lain, karena menunjukkan tidak

ada hubungan antara riwayat anemia kehamilan dengan kejadian

stunting. Hal tersebut dikarenakan ibu yang mempunyai riwayat anemia

kehamilan di wilayah kerja puskesmas Kedungadem sudah mengetahui

cara untuk mengkonsumsi tablet Fe, sehingga dapat meminimalisir

riwayat anemia pada ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita.

Pada dasarnya ibu hamil yang kekurangan Fe dapat mengalami anemia

kehamilan dan akan meningkatkan resiko terjadinya stunting pada

balita.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang

hubungan riwayat anemia kehamilan dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedungadem Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro yang

dilakukan pada bulan Mei 2020.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Lebih dari sebagian memiliki riwayat anemia kehamilan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro sebanyak 29 responden

(60,4%) sedangkan kurang dari sebagian tidak memiliki riwayat anemia

kehamilan sebanyak 19 responden (39,6).

2. Mayoritas responden mengalami stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungadem Kabupaten Bojonegoro sebanyak 48 responden (100%).

3. Riwayat anemia kehamilan tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil Crosstabulation

(tabulasi silang) dengan uji Rank Spearman Rho di peroleh hasil nilai p

= 0,701 (p > α)
6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang di lakukan maka saran yang perlu

disampaikan adalah:

1. Bagi responden

Disarankan kepada ibu hamil mengkonsumsi makanan yang bergizi

dan patuh mengkonsumsi suplemen tablet Fe sehingga terhindar dari

anemia dan memberikan ASI eksklusif pada bayi dan asupan makan yang

bergizi kepada balita sehingga dapat mencapai pertumbuhan dan

perkembangan sesuai umur agar tidak mengalami stunting.

2. Bagi perawat

Di harapkan untuk lebih mengoptimalkan program sosialisasi terhadap

ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia dan stunting sehingga setiap

anggota keluarga memiliki status gizi yang baik termasuk anak, agar

supaya status gizi stunting yang terjadi pada anak bisa berubah dan

semakin baik pada usia selanjutnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat di jadikan referensi baru bagi

keperawatan dan menjadi sarana pembelajaran dan literature tambahan

untuk penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Aridiyah dkk, 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada
balita. DIY
Budijanto dkk, 2018. Buletin jendela dan ingormasi kesehatan. Jakarta :
kementerian kesehatan
Fatmah. 2014. Anemia. Dalam : Departemen gizi dan kesehatan masyarakat. gizi
dan kesehatan masyarakat. Jakarta : Rajawali Pers.

Ginting, 2020. Pengaruh riwayat bayi berat badan lahir rendah dan ibu anemia
dalam kehamilan terhadap risiko stunting pada balita usia 0-24
bulan. Lampung
Istiany, Ari dan Rusilanti. 2014. Gizi terapan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Kartini, 2018. Hubungan anemia dalam kehamilan dengan panjang badan bayi
baru lahir. Kolaka
Kementrian kesehatan RI, 2017. Buku saku pemantauan status gizi tahun 2017.
Jakarta
Maryam, Siti. 2016. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2016. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prabandari dkk, 2016. Hubungan kurang energi kronik dan anemia pada ibu
hamil dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan di Kabupaten Boyolali

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono.

Rahayu dkk.(2014).Risiko Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak


6-23 Bulan.The Jurnal Of Nutrition and Food Research.37(2),129-136. Di
akses dari: https://scholar.google.co.id/scholar?q=related:xC2V3zQVuG8J

Ramayulis dkk, 2018. Stop stunting dengan konseling gizi. Jakarta. Penebar plus +
( penebar swadaya grup)
Sampe, 2019. Gambaran Angka Kejadian Anemia Kehamilan Pada Kunjungan
Pertama Berdasarkan Umur, Gravid, Paritas, Dan Riwayat Abortus
Tahun 2017. Makale
Simbolon dkk, 2019. Pencegahan stunting periode 1000 hari pertama kehidupan
melalui intervensi gizi spesifik pada ibu hamil kurang energi kronis.
DIY
Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:ECG
Warsini dkk, 2016. Riwayat KEK dan anemia pada ibu hamil tidak berhubungan
dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu,
Bantul, Yogyakarta

Waryana. 2010. Gizi reproduksi. Yogjakarta : Pustaka Rihana.

Widyaningrum dkk, 2018. Riwayat anemia kehamilan dengan kejadian stunting


pada balita. Madiun
WHO, 2017. Stunted growth and development. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai