Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MANAJEMEN PAJAK KELOMPOK 5

DOSEN PEMBIMBING:

MIKE YOLANDA S.P, M.M

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 5:

1. SUCI RAMADHINI 20233095


2. TRISYA OKTAVIANI MUSLIM 20233097
3. ZULHADI 20233103
4. ZILVANY VEBIOLA 20233095

PRODI MANAJEMEN PAJAK

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah manajemen pajak ini
tepat waktu. Dengan bimbingan dari ibuk Mike yolanda S.P , M.M . Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca .

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku


guru mata pelajaran/dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

a. Ketentuan umum dan tata cara perpajakan


b. Syarat pemungutan pajak
c. Tujuan dan fungsi pajak
d. NPWP dan NPPKP
e. Surat pemberitahuan (SPT)
f. Surat ketetapan pajak

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan finansialnya, namun pasca kemerdekaan Republik
Indonesia pola perpajakan masih menggunakan tata cara kolonial Belanda
dalam penerapannya, sehingga menyebabkan kebinggungan di masyarakat pada
saat itu, dan sistem kolonial ini juga menimbulkan tidak efektifnya pendapatan
negara dari sektor pajak, maka dari itu diperlukan suatu perubahan dalam
mengefektifkan sistem perpajakan di Indonesia.

Secara definisi pasal (1) angka 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007


menjelaskan bahwa pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada
suatu saat masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa utang pajak adalah sejumlah pajak yang harus
dibayar wajib pajak pada rentang waktu masa pajak.

Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah


Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang di dalamnya tertuang
ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga Negara dan menempatkan
kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan. Undang-undang ini
memuat ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang pada prinsipnya
diberlakukan bagi undang-undang pajak material, kecuali dalam undang-undang
pajak yang bersangkutan telah mengatur sendiri mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara tata cara pemungutan pajak
2. Bagaimana pemungutan perpajakan
3. Apa tujan dan fungsi perpajakan
4. Apa yang dimaksud dengan surat pemberitahuan atau SPT
5. Apa yang dimaksud dengan ketetapan pajak
C. TUJUAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui materi yang mendalam tentang perpajakan baik dari awal
tata cara perpajakan maupun surat pemberitahuan dalam bidang perpajakan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Ketentuan umum perpajakan merupakan hukum formal yang berisikan


peraturan-peraturan mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan pajak
oleh negara. Pelaksanaan pemungutan pajak oleh negara meliputi tata
cara wajib pajak memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya.

Tata Cara Perpajakan :

a. Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

Pengertian NPWP adalah Nomor identitas yang diberikan kepada Wajib


Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) terdiri dari 15 digit dengan


penjelasan sebagai berikut :

1. Dua digit pertama menunjukkan jenis wajib pajak, antara lain :


 kode 01, 02, 21, 31 adalah menunjukan Wajib Pajak Badan.
 kode 00, 20 adalah menunjukan Wajib Pajak Bendahara.
 kode 04, 05, 06, 07, 08, 24, 25, 26, 31, 34 , 35, 36, 47, 48,49,
57, 58, 67, 67, 77, 78, 79, 87, 88, 89, 97 adalah menunjukan
Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Tujuh digit selanjutnya menunjukkan nomor tertentu yang


dikeluarkan oleh kantor pajak.

3. Tiga digit selanjutnya menunjukan kode Kantor Pelayanan Pajak


dimana Wajib Pajak terdaftar, Contoh kode :
 Kode 521 untuk KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama
Purwokerto.
 Kode 529 untuk KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama
Purbalingga.

3. Tiga digit berikutnya menunjukan kode status pusat atau cabang


Contoh Kode Status Pusat atau Cabang :
 NPWP : 01. 123. 456. 7 -521.000
Artinya : Wajib Pajak Badan pusat terdaftar di KPP Pratama
Purwokerto
 NPWP : 01. 123. 456. 7 -529.001
Artinya : Wajib Pajak Badan Cabang terdaftar di KPP Pratama
Purbalingga.

b. Yang wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak dan mempunyai


Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah :

Setiap orang pribadi, badan, warisan yang belum terbagi dan instansi
pemerintah yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepada Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak.

c. Cara Pendaftaran NPWP

Pendaftaran Wajib Pajak dilakukan dengan mengajukan permohonan


secara elektronik atau tertulis, dan dilampiri dengan dokumen yang
disyaratkan.

Cara Pendaftaran NPWP bagi Orang Pribadi secara elektronik adalah


sebagai berikut :
1. Permohonan pendaftaran Wajib Pajak secara elektronik dilakukan
dengan :

a. mengisi dan menyampaikan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak; dan


b. mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen yang
disyaratkan,

2. Formulir Pendaftaran Wajib Pajak yang telah diisi dan disampaikan


melalui Aplikasi Registrasi dianggap telah ditandatangani secara
elektronik atau digital dan mempunyai kekuatan hukum.

3. Berdasarkan permohonan s yang telah disampaikan, diberikan BPE


(Bukti Penerimaan Elektronik).

4. Berdasarkan permohonan yang telah diberikan BPE, ditindaklanjuti


sebagai berikut:

a. NPWP diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah BPE


diterbitkan.
b. NPWP tersebut disampaikan ke alamat surel (email) yang dicantumkan
pada saat mendaftar.

5. Atas NPWP yang telah diterbitkan, Kepala KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar melakukan penelitian atas kelengkapan dokumen persyaratan
yang diunggah (upload).

6. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada angka 5, berlaku


ketentuan sebagai berikut:

a. Kepala KPP menerbitkan Kartu NPWP, SKT, dan EFIN paling lama 1
(satu) hari kerja setelah penerbitan NPWP ), dalam hal dokumen
persyaratan yang diunggah (upload) telah memenuhi ketentuan dan Wajib
Pajak belum terdaftar sebelumnya.
b. Kepala KPP meminta klarifikasi kepada Wajib Pajak dan
menyampaikan Surat Permintaan Klarifikasi/Pemenuhan Kelengkapan
Dokumen, dalam hal dokumen persyaratan yang diunggah (upload) tidak
memenuhi ketentuan.
c. Kepala KPP melakukan penghapusan secara jabatan atas NPWP yang
diterbitkan terakhir dan menyampaikan Surat Keputusan Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak kepada Wajib Pajak, dalam hal Wajib Pajak
telah terdaftar.

7. Klarifikasi kelengkapan dokumen persyaratan , dilakukan dengan


ketentuan sebagai berikut:

a. Kepala KPP meminta klarifikasi kelengkapan dokumen persyaratan


kepada Wajib Pajak:

 secara elektronik melalui alamat surel (email) yang telah terdaftar


di Direktorat Jenderal Pajak
 secara langsung
 melalui pos dengan bukti pengiriman surat; dan/atau
 melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat;

b. Wajib Pajak Orang Pribadi wajib menyampaikan klarifikasi


kelengkapan dokumen persyaratan:

 secara langsung
 melalui pos dengan bukti pengiriman surat
 melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat, ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama
15 (lima belas) hari kalender setelah menerima permintaan
klarifikasi.

c. Kepala KPP:
 menerbitkan Kartu NPWP, SKT, dan EFIN paling lama 1 (satu)
hari kerja setelah menerima klarifikasi Wajib Pajak, dalam hal
Wajib Pajak memberikan klarifikasi kelengkapan dokumen
persyaratan yang memenuhi ketentuan.
 menetapkan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non-Efektif dan
menerbitkan Kartu NPWP, SKT, dan EFIN serta Surat
Pemberitahuan Penetapan Wajib Pajak Non-Efektif, dalam hal
Wajib Pajak tidak memberikan klarifikasi atau memberikan
klarifikasi tetapi tidak memenuhi ketentuan.

8. Kepala KPP mengirimkan dokumen berupa Kartu NPWP, SKT, EFIN,


dan/atau Surat Pemberitahuan Penetapan Wajib Pajak Non-Efektif
kepada Wajib Pajak:

a. secara elektronik melalui alamat surel (email) yang telah terdaftar di


Direktorat Jenderal Pajak
b. secara langsung
c. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; dan/atau
d. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.

Cara Pendaftaran NPWP bagi Orang Pribadi secara tertulis adalah


sebagai berikut :

1. Permohonan pendaftaran secara tertulis dilakukan dengan:

 amengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak;


dan
 melampirkan dokumen yang disyaratkan.

2. Permohonan pendaftaran disampaikan:

 secara langsung
 melalui pos dengan bukti pengiriman surat
 melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat, ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal, tempat kedudukan, dan/atau tempat
kegiatan usaha Wajib Pajak.

3. Kepala KPP atau KP2KP:


 dalam hal permohonan memenuhi ketentuan, menerbitkan dan
memberikan BPS kepada Wajib Pajak; atau
 dalam hal permohonan tidak memenuhi ketentuan :
 mengembalikan permohonan kepada Wajib Pajak secara
langsung, untuk permohonan yang disampaikan secara
langsung
 mengembalikan permohonan dan memberitahukan secara
tertulis kepada Wajib Pajak dengan menyampaikan Surat
Pengembalian Permohonan, untuk permohonan yang
disampaikan melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi atau jasa
kurir dengan bukti pengiriman surat.

4. Berdasarkan permohonan yang telah diberikan BPS (Bukti Penerimaan


Surat), Kepala KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu NPWP, SKT, dan
EFIN paling lama 1 (satu) hari kerja setelah BPS diterbitkan.

5. Penyampaian Kartu NPWP, SKT, dan EFIN kepada Wajib Pajak


dilakukan:

a. secara elektronik melalui alamat surel (email) yang telah terdaftar di


Direktorat Jenderal Pajak
b. secara langsung
c. melalui pos dengan bukti pengiriman surat
d. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat.

B. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

Penjelasan Syarat Pemungutan Pajak di Indonesia

Syarat pemungutan pajak adalah landasan prinsip yang harus ada dalam
setiap aktivitas pemungutan pajak. Berikut ini 5 syarat pemungutan pajak
di Indonesia.

1.Syarat Keadilan (pemungutan pajak harus adil).


2.Syarat Yuridis (pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang).
3.Syarat Ekonomis (pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
nasional).
4.Syarat Finansial (pemungutan pajak harus efisien).
5.Syarat Sederhana (sistem pemungutan pajak harus sederhana).
Dalam setiap aktivitas pemungutan pajak, penerapan sekian syarat
tersebut punya arti yang penting. Sebab, tanpa syarat tersebut, aktivitas
pemungutan pajak bisa menghadapi kendala bahkan melenceng dari
target yang ditetapkan.

Agar lebih jelas lagi, berikut ini uraian dari masing-masing syarat
pemungutan pajak tersebut:

Syarat Keadilan
Pemungutan pajak harus berlandaskan keadilan, baik dalam peraturan
perundang-undangan maupun dalam pelaksanaan pemungutan pajak.
Landasan keadilan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
mencapai keadilan bagi masyarakat. Contoh dari adil yang dimaksud
antara lain:

1.Wajib pajak memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-
undang.
2.Setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak
haruslah menyetorkan pajaknya.
Adanya sanksi untuk pelanggaran-pelanggaran pajak yang terjadi.

Syarat Yuridis
Pemungutan pajak selalu didasarkan pada undang-undang yang berlaku.
Salah satu undang-undang yang mengatur pemungutan pajak adalah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan. Dengan adanya pengaturan dalam bentuk undang-undang,
pemerintah memberikan jaminan hukum bagi terlaksananya aktivitas
pemungutan pajak.

Syarat Ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu aktivitas perekonomian yang
dapat mengakibatkan kelesuan perekonomian nasional. Contohnya,
pemungutan pajak tidak boleh mengganggu aktivitas produksi ataupun
perdagangan yang sedang berlangsung.

Syarat Finansial
Pemungutan pajak harus dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga
hasil yang diperoleh maksimal. Efisien maksudnya pemungutan pajak
harus dilakukan dengan mudah, tepat sasaran, tepat waktu dan biaya
minimal.

Efektif artinya pemungutan pajak harus membawa hasil sesuai


perhitungan yang telah dilakukan. Dalam syarat ini, biaya pemungutan
pajak harus lebih kecil daripada pemasukan pajak yang diterima kas
negara.

Syarat Sederhana
Sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah dimengerti wajib
pajak. Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan membantu wajib
pajak dalam melaporkan pajak mereka dan mendorong masyarakat
memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan demikian, pemasukan negara
dari pajak akan semakin meningkat.

C. TUJUAN DAN FUNGSI PAJAK

FUNGSI PAJAK

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,


khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Silahkan disimak berbagai fungsi pajak pada uraian di bawah ini.

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai


pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara
dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk
pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan
lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran
rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai
kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.


Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam
negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan
pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan


yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan,
Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.

D. NPWP DAN NPPKP

NPWP adalah nomor yang diberikan kepda Wajib Pajak sebagai tanda pengenal
atau identitas bagi setiap Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajibannya di bidang perpajakan. NPPKP merupakan nomor yang harus
dimiliki setiap pengusaha yang berdasarkan Undang-Undang PPN dikenakan
pajak, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk
dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak).

DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan
FUNGSI NPWP NPPKP Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan. Untuk
mengetahui identitas PKP yang sebenarnya Sebagai identitas Wajib Pajak.
Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidan PPN dan PPn BM, Menjaga
ketertiban dalam pembayaran Untuk pengawasan terhadap pajak dan
pengawasan administrasi administrasi perpajakan. perpajakan

PROSEDUR PENDAFTARAN NPWP Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau


Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) terdekat yang
berada di wilayah tempat tinggal Secara online, melalui e-register Pendaftaran
NPWP harus disertai bebrapa lampiran sebagai berikut: 1. Untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi Non Usahawan Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau
fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yag
berwenang, minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing. 2. Untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi Usahawan - Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau
fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yag
berwenang, minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing. - Surat
Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.

Untuk Wajib Pajak Badan - Fotokopi akta pendirian dan perubahan terakhir
atau surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi BUT. - Fotokopi KTP
bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan
tempat tinggal dari instansi yag berwenang, minimal Lurah atau Kepala Desa
bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif. - Surat Keterangan tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang minimal
Lurah atau Kepala Desa. 4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut atau
Pemotong - Fotokopi KTP bendaharawan. - Fotokopi surat penunjukkan sebagai
bendaharawan. 5. Untuk joint operation sebagai Wajib Pajak pemotong atau
pemungut - Fotokopi janjian kerjasama sebagai joint operation. - Fotokopi
NPWP masing-masing anggota joint operation. - Fotokopi KTP bagi penduduk
Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari
instansi yag berwenang, minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari
salah seorang pengurus joint operation.

Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita
kawin tidak pisah harta harus melampirkan fotokopi surat keterangan terdaftar.
Apabila pemohon ditandatangani orang lain, maka harus disertai surat kuasa
khusus. Bagi Wajib Pajak diberikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) paling
lambat pada hari kerja berikutnya, dan kartu NPWP diberikan paling lambat tiga
hari kerja setelah diterimanya permohonan secara lengkap.

PENGHAPUSAN NPWP & NPPKP Pengertian penghapusan disini adalah


tindakan menghapuskan NPWP atau NPPKP dati Tata Usaha Kantor Pelayanan
Pajak. Ketentuan-ketentuan khusus dan syarat-syarat penghapusan NPWP
adalah sebagai berikut: 1. Wajib Pajak meninggal dunia dan tidak meninggalkan
warisan: Fotokopi akta kematian atau; 2. Laporan kematian dari instansi yang
berwenang Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan, harus ada surat nikah/akta perkawinan dari Catatan Sipil; 3.
Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak, bila telah
dibagi harus ada surat keterangan selesainya pembagian warisan tersebut;

Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akta
pembubaran; 5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang kehilangan statusnya sebgai
BUT, harus ada permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang
mendukung; 6. Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat
lagi sebagai Wajib Pajak Adapun Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak (PKP), syarat-syaratnya adalah sebagai berikut: - Pengusaha Kena Pajak
pindah alamat; - Badan yang telah dibubarkan secara resmi; - Pengusaha Kena
Pajak lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Pengusaha Kena Pajak

Jika NPWP Wajib Pajak yang berpenghasilan lebih kecil dari Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) atau hanya memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja
tidak wajib mempunyai NPWP Apabila Wajib Pajak sebenarnya tidak wajib
ber-NPWP, tapi jika memerlukan bisa mendaftarkan diri Setiap Wajib Pajak
hanya mempunyai satu NPWP untuk semua jenis pajak Perusahaan
perseorangan ber-NPWP atas nama pemilik Untuk badan yang baru berdiri
sebaiknya tetap mempunyai NPWP karena Apabila rugi dapat dikompensasikan
pada tahun berikutnya.

Wajib pajak pindah Dalam hal Wajib Pajak pindah domisili atau pindah tempat
kegiatan usaha, Wajib Pajak melaporkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
lama maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan ketentuan: 1. Wajib Pajak
Orang Pribadi Usahawan Pindah tempat tiggal atau tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang berwenang
(Lurah atau Kepala Desa). 2. Wajib Pajak Orang Pribadi Non Usaha Surat
keterangan tempat tinggal baru dari Lurah atau Kepala Desa, atau surat
keterangan dari pimpinan instansi pemerintahan. 3. Wajib Pajak Badan Pindah
tempat keduudukan atau tempat kegiatan usaha adaah surat keterangan tempat
kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari Lurah atau Kepala Desa.

SANKSI Sebagaimana yang diatur dalam pasal 39 Undang-Undang Nomor 16


Tahun 2000 tentag Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan bahwa bagi Wajib
Pajak dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP, pengukuhan PKP, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya 6 tahun dan denda paling tinggi 4 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pidana tersebut dilipatkan 2 kali
apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum
lewat 1 tahun terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjaa yang
dijatuhkan. Terdapat pula ancaman, jika Wajib Pajak melakukan percobaan
untuk melakukan tindak pidana penyalahgunaan atau menggunakan tanpa hak
NPWP atau pengukuhan PKP atau menyampaikan SPT dan atau keterangan
yang isinya tidak benar, atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan restitusi,
atau melakukan kompensasi pajak. Ancamannya berupa pidana penjara paling
lama 2 tahun dan denda paling tinggi 4 kali jumlah restitusi yang dimohon dan
atau kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

E. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Pengertian dan Kategori Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada


pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan mengenai
SPT diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Dalam undang-undang tersebut ditegaskan, pemerintah mengharuskan seluruh


wajib pajak untuk melaporkan SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Nah,
dalam ketentuan tersebut, secara garis besar kita dapat menyimpulkan fungsi
dari SPT adalah:

1. Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang sudah dilakukan,


baik secara personal maupun melalui pemotongan penghasilan dari
perusahaan dalam jangka waktu satu tahun.
2. Melaporkan harta benda yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari
pekerjaan utama.
3. Melaporkan penghasilan lainnya yang termasuk ke dalam kategori objek
pajak maupun bukan objek pajak.

SPT juga terbagi menjadi dua kategori, yaitu SPT Tahunan dan SPT Masa.
Ingin tahu apa perbedaan fungsi dua SPT tersebut? Baca penjelasan
selengkapnya di bawah ini.

SPT Tahunan

SPT Tahunan merupakan laporan pajak yang disampaikan satu tahun sekali
(tahunan) baik oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi, yang
berhubungan dengan perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan, objek
pajak penghasilan, dan/atau bukan objek pajak penghasilan, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk satu tahun pajak, atau bagian
dari tahun pajak.

SPT Masa

Di Indonesia terdapat 10 jenis SPT Masa. SPT Masa tersebut dinamakan


berdasarkan nomor pasal, di mana aturan pajak tersebut diatur, 10 jenis SPT
Masa tersebut adalah:

1.PPh Pasal 21/26.

2 PPh Pasal 22.

3.PPh Pasal 23/26.

4.PPh Pasal 25.

5.PPh Pasa 4 ayat (2).

6.PPh Pasal 15.

7.PPN (Pajak Pertambahan Nilai).

8.PPN bagi Pemungut .

9.PPN bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nilai
lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak.

10.Pajak Penjualan atas Barang Mewah.


Jenis Formulir dalam Pelaporan SPT

Setiap pekerja/pegawai pasti menerima bukti potong sebagai bukti setoran pajak
yang telah dipungut dan dilaporkan oleh perusahaan pemberi kerja. Formulir
bukti potong tersebut terbagi menjadi dua yakni

Formulir 1721 A1 khusus untuk para karyawan yang bekerja di perusahaan


milik swasta.

Formulir 1721 A2 untuk karyawan yang menjabat sebagai Pegawai Negeri


Sipil. Kedua formulir ini nantinya akan menjadi pedoman wajib pajak ketika
lapor pajak.

Selain formulir bukti potong, kita juga mengenal tiga jenis formulir SPT PPh
Orang Pribadi, yakni formulir 1770 yang ditujukan bagi wajib pajak yang
bekerja tanpa ikatan kerja tertentu, formulir 1770 SS yang ditujukan untuk
perseorangan atau pribadi dengan jumlah penghasilan kurang dari atau sama
dengan Rp60 juta setahun dan hanya bekerja pada satu perusahaan, serta
formulir 1770 S untuk wajib pajak pribadi dengan penghasilan tahunan lebih
dari Rp60 juta dan bekerja pada dua perusahaan atau lebih.

F. SURAT KETETAPAN PAJAK

Pengertian Surat Ketetapan Pajak (SKP)

adalah surat ketetapan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT, Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar.(SKPLB) kepada Wajib Pajak (Pasal 1 angka 15
Undang-undang KUP).

Surat ketetapan pajak (SKP) diterbitkan untuk suatu Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak.

Surat ketetapan pajak (SKP) untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan.

Surat ketetapan pajak (SKP) untuk Masa Pajak diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak sesuai dengan Masa Pajak yang tercakup dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan atau Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).

Surat ketetapan pajak (SKP) atas Pajak Penghasilan Pasal 21 diterbitkan untuk
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

Surat ketetapan pajak (SKP) yang telah diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak harus dikirimkan kepada Wajib Pajak.

Pengiriman surat ketetapan pajak (SKP) tersebut, dapat dilakukan:

a. Secara langsung;

b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau

c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman
surat.

Wajib Pajak harus melunasi tagihan pajak yang tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT) dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan.

Jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak (SKP) dibagi menjadi 4 (empat) jenis, meliputi :

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat


ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan.

3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


Pengertian Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Pengertian Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan materi diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. system perpajakan sudah diatur oleh badan pemungutan pajak yang ada di
Indonesia mulai dari ketentuan umum sampai dengan surat-surat
ketetapan perpajakan. Disana juga sudah dijelaskan bahwa wajib pajak
juga memiliki hak dan kewajiban sebagai wajib pajak yang harus
dipenuhi, apabila hak dan kewajiban tersebut tidak terpenuhi maka wajib
pajak akan mendapatkan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2. Pada proses pemungutan pajak syarat dan ketentuan dalam


pemungutannyapun sudah diatur dalam undang-undang, seperti pada
syarat yuridis pemungutan pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan.

3. Pemungutan pajak bukan hanya asal-asal memungut saja melainkan


pemungutan pajak memiliki tujuan dan peranan penting dalam kehidupan
bernegara, karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang
berguna untuk membiayai pengeluaran Negara seperti biaya
pembangunan. Untuk mengetahui wajib pajak dalam menjalankan hak
dan kewajibannya dibidang perpajakan maka perpajakan memberikan
NPWP kepada wajib pajak sebagai tanda pengenal bagi setiap wajib
pajak. Setiap pungutan yang diberikan kepada badan perpajakan oleh
wajib pajak wajib dilaporkan kepada pemerintah melalui Direktorat
Jendral Pajak melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang sudah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.

SARAN

Dengan adanya sistem perpajakan seperti ini diharapkan wajib pajak


meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya pemenuhan
pajak untuk meningkatkan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilakukan
dengan dilakukannya :

1. Peningkatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya


Direktorat Jendral Pajak baik melalui media sosial atau pun
mensosialisasikan perpajkan ini secara langsung ditempat-tempat umum.

2. Meningkatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya


Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran pegawainya yang mengelola
dana dari pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi lagi kasus
korupsi yang dilakukan oleh aparat pemerintah.

3. Wajib pajak sendiri sebaiknya memahami pentingnya pemenuhan pajak


penghasilannya, karena pajak penghasilan yang dibayar oleh wajib pajak
akan digunakan sebagai biaya bagi pembangunan nasional yang
dilakukan oleh pemerintah, maka wajib pajak harus memenuhi pajaknya
setiap tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai