Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN HIDRAULIKA

MODUL 8

PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA

SEMESTER GANJIL 2021/2022

Kelompok 2B

Nama Mahasiswa/NIM : Lilik Amaliya Putri / 104120003

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2021
PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA

Ardika Budiansyah2, Anggita Ayu Paramita2, Azzura Shavagaizka2, Bagus Rafi Gunoto2, Faisal Aziz2,
Ismail Marosy2, Julyan Fahrezy2, Lilik Amaliya Putri2*, Muh. Adhimmas Fathurrohim. A2, Muhammad
Fajar Kusuma2, Reyhan Akbar Ramadea2, Ruth Lastiar Oktariana BR Sagala2, Timothy David Anglietan
Subay2
2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina

*Corresponding author: amaliyalilik@gmail.com

Abstrak : Kehilangan energi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas pipa sebagai sarana
pendistribusi aliran air. Analisa sistem perpipaan perlu dilakukan guna memastikan bahwa sistem perpipaan
memiliki performa yang baik. Performa yang baik antara lain memiliki total head loss yang rendah.Tujuan dari
praktikum kali ini diantaranya adalah menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diameter pipa yang
divariasikan, menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit pada gelas ukur, serta hubungan antara
niai debit dengan koefisien kehilangan tenaga secara teoritis dan eksperimental. Nilai koefisien kehilangan pada G
berturut-turut yaitu 1,92,E-05, 1,97,E-05, dan 1,95,E-05. Data debit pada (G) perlakuan 1, 2, 3 berturut-turut adalah
0,0003, 0,0008, dan0,0008.

Kata kunci : Debit, Eksperimen, Hydarulic Bench, Koefisien kehilangan, Teoritis.

Abstract : Energy loss is one of the factors that affect the capacity of the pipe as a
means of distributing water flow. Analysis of the piping system needs to be done to ensure that
the piping system has good performance. Good performance, among others, has a low total
head loss. The objectives of this practicum include determining the value of the coefficient of
power loss at various pipe diameters, determining the discharge value on the hydraulic bench
and the discharge value in the measuring cup, as well as the relationship between the discharge
value and the coefficient of lost power theoretically and experimentally. The loss coefficient
values for G are 1.92, E-05, 1.97, E-05, and 1.95, E-05, respectively. The discharge data for (G)
treatments 1, 2, 3 were 0.0003, 0.0008, and 0.0008 respectively.

Keywoards : Coefficient of loss, Discharge, Experiment, Hydarulic Bench, Theoretical


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses perancangan dan perencanaan saluran tertutup (jaringan perpipaan) adalah
aspek yang sangat luas dan membutuhkan analisa yang saling terkait satu sama lain antara
kebutuhan air (debit), kecepatan, diameter pipa, tinggi jatuh (head) tekanan dan
sebagainya. Akibat kurang diperhatikannya kehilangan energi ini, beberapa jaringan
perpipaan yang ada tidak bekerja secara maksimal atau dengan kata lain jaringan tersebut
tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Kehilangan energi adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi kapasitas pipa sebagai sarana pendistribusi aliran air. Arti dari head
loss adalah kehilangan energi mekanik persatuan massa fluida. Satuan head loss adalah
satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk
memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satuan panjang yang
bersesuaian. Perhitungan head loss didasarkan pada hasil percobaan dan analisa dimensi.
Head loss terjadi dengan adanya belokan pada pipa. Dengan semakin banyak belokan
maka head loss yang terjadi semakin besar.
Pada saat ini, keberlangsungan kehidupan yang ada di bumi ini membutuhkan energi.
Seiring dengan semakin berkembang pesatnya peningkatan pembangunan di bidang
teknologi, industri, dan informasi kebutuhan energi semakin tinggi. Di dalam dunia
engineering banyak sekali pemanfaatan sumber daya yang dapat menghasilkan energi.
Salah satunya adalah minyak bumi yang merupakan fluida cair sebagai sumber energi.
Dalam pemanfaatan dari sumber energi minyak bumi dibutuhkan suatu sistem eksplorasi.
Hal penting yang ada di dalam sistem itu diantaranya adalah sistem perpompaan dan
perpipaan. Sistem perpipaan berfungsi sebagai jalur transfer fluida cair dan gas dari suatu
tempat ke tempat yang diinginkan. Misalnya sistem pengangkutan minyak dari sumur ke
tangki penampung dan sistem distribusi uap pada proses pengeringan. Sistem perpipaan
yang baik memiliki total headloss yang rendah.
Analisa sistem perpipaan perlu dilakukan guna memastikan bahwa sistem perpipaan
memiliki performa yang baik. Performa yang baik antara lain memiliki total head loss yang
rendah. Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan percobaan yang berjudul “
Pengamatan Aliran Dalam Diameter Pipa yang Berbeda” agar nantinya dapat menentukan
nilai koefisien kehilangan tenaga pada diameter setiap pipa.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diameter pipa yang
divariasikan?
2. Bagaimana menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit pada gelas
ukur?
3. Bagaimana hubungan antara niai debit dengan koefisien kehilangan tenaga secara
teoritis dan eksperimental?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diameter pipa yang divariasikan.
2. Menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit pada gelas ukur.
3. Hubungan antara niai debit dengan koefisien kehilangan tenaga secara teoritis dan
eksperimental.

1.4. Teori Dasar


Nurcholis, (2008), meneliti tentang perhitungan laju aliran fluida pada jaringan pipa.
Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa hubungan antara kehilangan tenaga dan debit
aliran, jika aliran semakin besar dengan koefisien rugi head tinggi, maka rugi head pada
setiap panjang pipa semakin besar.
Saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran digunakan untuk
mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh [1]. Fluida yang dialirkan melalui pipa
bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan
atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran
saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer, aliran
temasuk dalam pengaliran terbuka. Tekanan dipermukaan zat cair di sepanjang saluran
terbuka adalah tekanan atmosfer. Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka
dan aliran pada saluran tertutup adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu)
berupa udara pada saluran terbuka. Jadi jika pada pipa alirannya tidak penuh sehingga
masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan
aliran pada saluran terbuka (R. J. Kodoatie, 2011).
Dalam aliran pipa,pipa terbagi menjadi dua jenis sistem pipa: yaitu sistem pipa yang
terdiri dari hanya sebuah pipa(sepanjangya dapat dipasang berbagaikomponen), dan sistem
pipa yang terdiri dari beberaa pipa yang tersusun secara seri,parallel atau dalam konfigurasi
jaringan (Munson,Young dan Okiishi;2004).
Fluida yang mengalir pada suatu pipa akan memiliki headloss (kehilangan tenaga)
tergantung dari besar diameter dan panjang pipa yang dilaluinya. Kehilangan tenaga ini
disebabkan karena adanya gesekan fluida dengan permukaan pipa di sepanjang pipa itu
sendiri, jika di masukkan kedalam persamaan sebagai berikut:
𝐿𝑄2
𝐻𝑓 = 𝐾 ( ) (1)
𝐷5

dimana,

𝐻𝑓 = Kehilangan tenaga akibat gesekan mH2O

K = Koefisien kehilangan

L = Panjang pipa 0,7 m (konstan)

Q = Debit aliran (𝑚3 /𝑠)

D = Diameter dalam pipa (m) (0,006; 0,009; 0,010 atau 0,014)

Kehilangan tenaga yang sebenarnya akibat gesekan H1-2 dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, sehingga nilai K dapat diketahui dengan persamaan:

𝐻1−2 .𝐷5
𝐾= (2)
𝐿𝑄2
II. METODE PENELITIAN
2.1. Alat dan Bahan
1. Jaringan Perpipaan dengan diameter berbeda
2. Bangku Hidraulik
3. Gelas ukur
4. Hand pressure meter
5. Stopwatch

2.2. Cara Kerja


1. Jaringan perpipaan disiapkan kemudian sistem untuk pengujian pipa A dikonfigurasikan
dengan membuka dan menutup katup pengisi
2. Katup kontrol aliran masukan dibuka hingga penuh. Kemudian aliran fluida dibiarkan
masuk menuju H1 dan H2, ukur kehilangan tenaga pada pipa A
3. Sebelum mengambil data pembacaan, katup tekanan harus diputar dengan memegang
katup diatas tangki volumetrik, lalu katup pada sambungan dibuka sampai semua udara
keluar dari tabung
4. Aliran yang melalui pipa uji dilakukan variasi dengan mengatur katup kontrol arus
keluaran pada bagian atas atau katup kontrol masuk pada bagian bawah. Pada setiap
perlakuan, kehilangan tenaga harus diukur dan dicatat dengan menggunakan hand
pressure meter dan debit
5. Bila karakteristik beda tekan aliran sudah didapat untuk pipa A, perlakuan lain untuk
pipa uji B, C, dan D dapat dilakukan secara bergantian
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil

Tabel 3.1 Data Hasil Perhitungan


Bukaan Diameter Panjang Headloss V t Q K K
Pipa Pipa
D L H1-2 G H G H G H
m m 10^-2 m3 m3 s s m3/s m3/s
3 0,006 0,7 17,65 0,01 0,001 31,32 4,41 0,0003 0,00023 1,92,E- 3,81,E-
05 05
4 0,009 0,7 15,96 0,01 0,001 12,11 2,65 0,0008 0,00038 1,97,E- 9,45,E-
05 05
5 0,009 0,7 16,04 0,01 0,001 12,02 1,79 0,0008 0,00056 1,95,E- 4,34,E-
05 05

Perhitungan :

 Bukaan 3
 Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 31,32 = 0,00032 𝑚3 /𝑠

𝑉 0,001
Q2 = = = 0,00023 𝑚3 /𝑠
𝑡 4,41

𝐻1−2 ×𝐷5 17,65×0,0065


 K= = 0,7×0,000322 = 0,00192 = 1,92 × 10−5
𝐿𝑄2

 Bukaan 4
 Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 12,11 = 0,00083 𝑚3 /𝑠
𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00038 𝑚3 /𝑠
2,65

𝐻1−2 ×𝐷5 15,96×0,0095


 K= = 0,7×0,000832 = 0,00197 = 1,97 × 10−5
𝐿𝑄2

 Bukaan 5
 Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 12,02 = 0,00083 𝑚3 /𝑠

𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00056 𝑚3 /𝑠
1,79

𝐻1−2 ×𝐷5 16,04×0,0095


K= = 0,7×0,000832 = 0,00195 = 1,95 × 10−5
𝐿𝑄2

3.2. Pembahasan
Untuk menghitung debit air (Q) adalah volume dibagi waktu . Semakin besar volume
dan semakin kecil waktu, maka debit semakin besar. Untuk menghitung kecepatan aliran
adalah debit air dibagi dengan luas penampang pipa. Semakin besar kehilangan tenaga
maka kekasaran pipa juga akan semakin besar/pipa semakin kasar. Dari data diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kehilangan tenaga karena gesekan fluida dengan pipa tergantung
koefisien nilai kekasaran pipa dari masing-masing percobaan. Semakin besar nilai
koefisien kekasaran pipa maka semakin besar pula kehilangan energinya. Berdasarkan
hasil perhitungan, jika air dialirkan satu pipa dengan diameter 0,006 m serta kecepatan
0,01 m3 maka besarnya debit (Q) = 0,00032 𝑚3 /𝑠.
Berdasarkan nilai debit pada table 3.1, dapat disimpulkan bahwa akibat perubahan
debit pada jaringan mempengaruhi besarnya nilai koefisien kehilangan. Semakin besar
debit maka koefisien kehilangan energi juga semakin meningkat, begitu juga sebaliknya
jika debit menurun maka koefisien kehilangan energi juga menurun. Hal tersebut bisa
dipastikan pada table 3.1 bahwa nilai K pada debit 0,00032 𝑚3 /𝑠 adalah 1,92 ×
10−5 sedangkan nilai K pada debit 0,00083 𝑚3 /𝑠 adalah 1,97 × 10−5 . Selain itu,
kecepatan yang lebih besar mengakibatkan kehilangan energi yang lebih besar pula.
Kehilangan tenaga terjadi karena adanya gesekan yang membuat tubrukan antara molekul-
molekul pada fluida tersebut.
Nilai debit dan koefisien kehilangan secara teoritis dan eksperimen memiliki
perbedaan yang cukup signifikan. Pada data percobaan, dimana G adalah nilai debit secara
teori serta H adalah secara eksperimen. Nilai koefisien kehilangan berbanding lurus dengan
nilai debit. Pada saat nilai debit yang didapat besar, maka koefisien kehilangan yang
didapat yaitu besar. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak atau semakin besar debit yang
ada, maka gesekan yang terjadi pada pipa akan semakin besar sehingga menyebabkan
kehilangan tenaga juga akan semakin besar.

IV. KESIMPULAN

𝐻1−2×𝐷5
Nilai koefisien kehilangan dapat dihitung menggunakan rumus dan didapat nilai
𝐿𝑄2

koefisien kehilangan teoritis pada G berturut-turut yaitu 1,92,E-05, 1,97,E-05, dan 1,95,E-05.
Nilai koefisien kehilangan eksperimen pada perlakuan 1,2,3 didapatkan berturut-turut 3,81,E-05 ,
4, 9,45,E-05 , dan4,34,E-05. Debit dihitung dengan membagi volume dengan waktu. Data debit
secara teoritis (G) dan didapatkan debit teoritis perlakuan 1, 2, 3 berturut-turut 0,0003, 0,0008,
dan0,0008. Data debit eksperimen (H) dari perlakuan 1, 2, 3 berturut-turut yaitu 0,00023,
0,00038 , dan 0,00056. Dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar debit fluida yang
mengalir didalam pipa baik pipa lurus maupun melewati komponen pipa maka semakin besar
headloss / kehilangan tekanan yang terjadi. Demikian juga sebaliknya semakin kecil debit
maka kehilangan energinya juga semakin menurun. Hal ini disebabkan karena debit yang
meningkat menyebabkan massa zat cair yang bergesekan atau berkonstraksi dengan dinding pipa
semakin besar jumlahnya.
V. DAFTAR PUSTAKA

Munson,B.R.,Young,D.F., dan Okiishi,T.H. ( 2005). Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga

Nurcholis. (2008). Hasil Penelitian Perhitungan Laju Aliran Fluida Pada Jaringan Pipa Vol. 7
Juni 2008 ISSN: Jurnal Unimus, p: 1693-3451

R. J. Kodoatie. (2011). Hidrolika Terapan “Aliran pada Saluran Terbuka dan Pipa”. Yogyakarta:
Andi, 2011.
FORMULIR PENGAMATAN

MODUL 8: Pengamatan Aliran Dalam Diameter Pipa yang Berbeda

Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil-Universitas Pertamina

No. Kelompok: CV2-B

No. Nama NIM Tanggal Pratikum


1. Lilik Amaliya Putri 104120003 Asisten
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN:

23 Desember 2021
(............................)

Diameter Panjang
Headloss V t Q
Pipa Pipa
Bukaan K
D L H1-2 G H G H G H
m m 10^-2 m3 m3 s s m3/s m3/s
3 0,006 0,7 17,65 0,01 0,001 31,32 4,41 0,00032 0,00023 1,92 × 10−5
4 0,009 0,7 15,96 0,01 0,001 12,11 2,65 0,00083 0,00038 1,97 × 10−5
5 0,009 0,7 16,04 0,01 0,001 12,02 1,79 0,00083 0,00056 1,95 × 10−5

Perhitungan :

 Bukaan 3
 Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 31,32 = 0,00032 𝑚3 /𝑠

𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00023 𝑚3 /𝑠
4,41

𝐻1−2 ×𝐷5 17,65×0,0065


 K= = 0,7×0,000322 = 0,00192 = 1,92 × 10−5
𝐿𝑄2

 Bukaan 4
 Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 12,11 = 0,00083 𝑚3 /𝑠

𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00038 𝑚3 /𝑠
2,65
𝐻1−2 ×𝐷5 15,96×0,0095
 K= = 0,7×0,000832 = 0,00197 = 1,97 × 10−5
𝐿𝑄2
 Bukaan 5
 Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 12,02 = 0,00083 𝑚3 /𝑠

𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00056 𝑚3 /𝑠
1,79

𝐻1−2 ×𝐷5 16,04×0,0095


K= = 0,7×0,000832 = 0,00195 = 1,95 × 10−5
𝐿𝑄2

Anda mungkin juga menyukai