MODUL 8
Kelompok 2B
UNIVERSITAS PERTAMINA
2021
PENGAMATAN ALIRAN DALAM DIAMETER PIPA YANG BERBEDA
Ardika Budiansyah2, Anggita Ayu Paramita2, Azzura Shavagaizka2, Bagus Rafi Gunoto2, Faisal Aziz2,
Ismail Marosy2, Julyan Fahrezy2, Lilik Amaliya Putri2*, Muh. Adhimmas Fathurrohim. A2, Muhammad
Fajar Kusuma2, Reyhan Akbar Ramadea2, Ruth Lastiar Oktariana BR Sagala2, Timothy David Anglietan
Subay2
2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas Pertamina
Abstrak : Kehilangan energi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas pipa sebagai sarana
pendistribusi aliran air. Analisa sistem perpipaan perlu dilakukan guna memastikan bahwa sistem perpipaan
memiliki performa yang baik. Performa yang baik antara lain memiliki total head loss yang rendah.Tujuan dari
praktikum kali ini diantaranya adalah menentukan nilai koefisien kehilangan tenaga pada diameter pipa yang
divariasikan, menentukan nilai debit pada hydraulic bench dan nilai debit pada gelas ukur, serta hubungan antara
niai debit dengan koefisien kehilangan tenaga secara teoritis dan eksperimental. Nilai koefisien kehilangan pada G
berturut-turut yaitu 1,92,E-05, 1,97,E-05, dan 1,95,E-05. Data debit pada (G) perlakuan 1, 2, 3 berturut-turut adalah
0,0003, 0,0008, dan0,0008.
Abstract : Energy loss is one of the factors that affect the capacity of the pipe as a
means of distributing water flow. Analysis of the piping system needs to be done to ensure that
the piping system has good performance. Good performance, among others, has a low total
head loss. The objectives of this practicum include determining the value of the coefficient of
power loss at various pipe diameters, determining the discharge value on the hydraulic bench
and the discharge value in the measuring cup, as well as the relationship between the discharge
value and the coefficient of lost power theoretically and experimentally. The loss coefficient
values for G are 1.92, E-05, 1.97, E-05, and 1.95, E-05, respectively. The discharge data for (G)
treatments 1, 2, 3 were 0.0003, 0.0008, and 0.0008 respectively.
dimana,
K = Koefisien kehilangan
Kehilangan tenaga yang sebenarnya akibat gesekan H1-2 dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, sehingga nilai K dapat diketahui dengan persamaan:
𝐻1−2 .𝐷5
𝐾= (2)
𝐿𝑄2
II. METODE PENELITIAN
2.1. Alat dan Bahan
1. Jaringan Perpipaan dengan diameter berbeda
2. Bangku Hidraulik
3. Gelas ukur
4. Hand pressure meter
5. Stopwatch
Perhitungan :
Bukaan 3
Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 31,32 = 0,00032 𝑚3 /𝑠
𝑉 0,001
Q2 = = = 0,00023 𝑚3 /𝑠
𝑡 4,41
Bukaan 4
Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 12,11 = 0,00083 𝑚3 /𝑠
𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00038 𝑚3 /𝑠
2,65
Bukaan 5
Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 12,02 = 0,00083 𝑚3 /𝑠
𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00056 𝑚3 /𝑠
1,79
3.2. Pembahasan
Untuk menghitung debit air (Q) adalah volume dibagi waktu . Semakin besar volume
dan semakin kecil waktu, maka debit semakin besar. Untuk menghitung kecepatan aliran
adalah debit air dibagi dengan luas penampang pipa. Semakin besar kehilangan tenaga
maka kekasaran pipa juga akan semakin besar/pipa semakin kasar. Dari data diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kehilangan tenaga karena gesekan fluida dengan pipa tergantung
koefisien nilai kekasaran pipa dari masing-masing percobaan. Semakin besar nilai
koefisien kekasaran pipa maka semakin besar pula kehilangan energinya. Berdasarkan
hasil perhitungan, jika air dialirkan satu pipa dengan diameter 0,006 m serta kecepatan
0,01 m3 maka besarnya debit (Q) = 0,00032 𝑚3 /𝑠.
Berdasarkan nilai debit pada table 3.1, dapat disimpulkan bahwa akibat perubahan
debit pada jaringan mempengaruhi besarnya nilai koefisien kehilangan. Semakin besar
debit maka koefisien kehilangan energi juga semakin meningkat, begitu juga sebaliknya
jika debit menurun maka koefisien kehilangan energi juga menurun. Hal tersebut bisa
dipastikan pada table 3.1 bahwa nilai K pada debit 0,00032 𝑚3 /𝑠 adalah 1,92 ×
10−5 sedangkan nilai K pada debit 0,00083 𝑚3 /𝑠 adalah 1,97 × 10−5 . Selain itu,
kecepatan yang lebih besar mengakibatkan kehilangan energi yang lebih besar pula.
Kehilangan tenaga terjadi karena adanya gesekan yang membuat tubrukan antara molekul-
molekul pada fluida tersebut.
Nilai debit dan koefisien kehilangan secara teoritis dan eksperimen memiliki
perbedaan yang cukup signifikan. Pada data percobaan, dimana G adalah nilai debit secara
teori serta H adalah secara eksperimen. Nilai koefisien kehilangan berbanding lurus dengan
nilai debit. Pada saat nilai debit yang didapat besar, maka koefisien kehilangan yang
didapat yaitu besar. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak atau semakin besar debit yang
ada, maka gesekan yang terjadi pada pipa akan semakin besar sehingga menyebabkan
kehilangan tenaga juga akan semakin besar.
IV. KESIMPULAN
𝐻1−2×𝐷5
Nilai koefisien kehilangan dapat dihitung menggunakan rumus dan didapat nilai
𝐿𝑄2
koefisien kehilangan teoritis pada G berturut-turut yaitu 1,92,E-05, 1,97,E-05, dan 1,95,E-05.
Nilai koefisien kehilangan eksperimen pada perlakuan 1,2,3 didapatkan berturut-turut 3,81,E-05 ,
4, 9,45,E-05 , dan4,34,E-05. Debit dihitung dengan membagi volume dengan waktu. Data debit
secara teoritis (G) dan didapatkan debit teoritis perlakuan 1, 2, 3 berturut-turut 0,0003, 0,0008,
dan0,0008. Data debit eksperimen (H) dari perlakuan 1, 2, 3 berturut-turut yaitu 0,00023,
0,00038 , dan 0,00056. Dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar debit fluida yang
mengalir didalam pipa baik pipa lurus maupun melewati komponen pipa maka semakin besar
headloss / kehilangan tekanan yang terjadi. Demikian juga sebaliknya semakin kecil debit
maka kehilangan energinya juga semakin menurun. Hal ini disebabkan karena debit yang
meningkat menyebabkan massa zat cair yang bergesekan atau berkonstraksi dengan dinding pipa
semakin besar jumlahnya.
V. DAFTAR PUSTAKA
Nurcholis. (2008). Hasil Penelitian Perhitungan Laju Aliran Fluida Pada Jaringan Pipa Vol. 7
Juni 2008 ISSN: Jurnal Unimus, p: 1693-3451
R. J. Kodoatie. (2011). Hidrolika Terapan “Aliran pada Saluran Terbuka dan Pipa”. Yogyakarta:
Andi, 2011.
FORMULIR PENGAMATAN
23 Desember 2021
(............................)
Diameter Panjang
Headloss V t Q
Pipa Pipa
Bukaan K
D L H1-2 G H G H G H
m m 10^-2 m3 m3 s s m3/s m3/s
3 0,006 0,7 17,65 0,01 0,001 31,32 4,41 0,00032 0,00023 1,92 × 10−5
4 0,009 0,7 15,96 0,01 0,001 12,11 2,65 0,00083 0,00038 1,97 × 10−5
5 0,009 0,7 16,04 0,01 0,001 12,02 1,79 0,00083 0,00056 1,95 × 10−5
Perhitungan :
Bukaan 3
Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 31,32 = 0,00032 𝑚3 /𝑠
𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00023 𝑚3 /𝑠
4,41
Bukaan 4
Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 12,11 = 0,00083 𝑚3 /𝑠
𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00038 𝑚3 /𝑠
2,65
𝐻1−2 ×𝐷5 15,96×0,0095
K= = 0,7×0,000832 = 0,00197 = 1,97 × 10−5
𝐿𝑄2
Bukaan 5
Debit
𝑉 0,01
Q1 = 𝑡 = 12,02 = 0,00083 𝑚3 /𝑠
𝑉 0,001
Q2 = 𝑡 = = 0,00056 𝑚3 /𝑠
1,79